Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

INFORMASI UMUM
PROJEK 3
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC)

A. Tujuan : Menyusun dokumen yang mendeskripsikan perencanaan


kegiatan projek sebagai panduan bagi pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan penguatan
Profil Pelajar Pancasila dalam tema gaya hidup berkelanjutan
INFORMASI UMUM

Identifikasi Penulis Modul 1. Moh. Rizqon, S. Pd


2. Ratmojo, S. Pd
3. Hari Widiharto, S. Pd
4. Rahayu Setyorini, S. Pd
5. Yuliarti, S. Pd
6. Kustontiniyah, S. Pd
7. Hendra Kurniawan, M. Pd
8. Tryo Dinda P, S. Pd
9. Safaroh Nurul Yatimah, S.Pd.

Sarana Dan Prasarana Alat :

- 1 Buah Ember kurang lebih ukuran 10 liter


- 8 botol air mineral isi 600 ml (kosong/bekas)

Bahan :

- Sampah sisa rumah tangga/warung makan


- Air sisa cucian beras /air sisa wudlu/ air hujan

Target Peserta Didik - Mengetahui cara/proses pembuatan pupuk


organik cair
- Dapat membuat Pupuk organik cair secara
sederhana

Relevansi Tema Dan Topik Tema : Gaya Hidup Berkelanjutan


Projek Untuk Satuan Topik : Membuat purwarupa sistem pengelolaan
Pendidikan sampah di satuan pendidikan
Fokus : Pengembangan akhlak terhadap alam
Menghasilkan karya dan tindakan yang
orisinal

B. Fase : D (SMP kelas 7)


P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”
BAB 2
KOMPONEN INTI

A. Deskripsi singkat projek “Pembuatan Kompos Cair”


Kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang dibuat
dari proses pembusukan sisa-sisa buangan makhluk hidup (tanaman maupun hewan).
Proses pembuatan kompos dapat berjalan secara aerob maupun anaerob yang saling
menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Secara keseluruhan, proses ini disebut
dekomposisi (Yuwono,2005). Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik
oleh mikroba dengan hasil akhir adalah kompos. Pengomposan merupakan salah satu
alternatif pengolahan limbah padat organik yang banyak tersedia disekitar kita. Dari
sisi kepentingan lingkungan, pengomposan dapat mengurangi volume sampah
dilingkungan kita, karena sebagian besar sampah tersebut adalah sampah organik.
Ditinjau dari sisi ekonomi, pengomposan sampah padat organik berarti, bahwa
barang yang semula tidak memiliki nilai ekonomis dan bahkan memerlukan biaya
yang cukup mahal untuk menanganinya dan sering menimbulkan masalah sosial,
ternyata dapat diubah menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis
(Surtinah, 2013). Pemberian pupuk kompos memungkinkan bahan organik dapat
dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi. Pupuk kompos berpengaruh nyata 16

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
pada sifat fisik dan biologi tanah (Noverita, 2005).

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


Kompos yang baik adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan dengan
ciri-ciri warna yang berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar
air rendah, dan mempunyai suhu ruang (Yuniwanti, 2012).
Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah pupuk yang berfase cair yang dibuat dari bahan-
bahan organik melalui proses pengomposan. Dari proses pengomposan ini didapatkan
2 macam pupuk organik cair sebagai berikut :
1. Pupuk organik cair yang terbuat dari bahan-bahan organik yang difermentasikan,
dan dengan kondisi anaerob dengan bantuan organisme hidup. Bahan utamanya
metrial organik yang belummenjadi kompos. Kandungan hara yang ada di dalam
larutan pupuk cair ini murni berwujud cair. Keuntungannya : bila dibiarkan tidak
mengendap dan larutan unsur haranya lebih stabil.
2. Pupuk organik cair yang dibuat dengan cara melarutkan pupuk organik yang telah
jadi atau setengah jadi kedalam air. Pupuk yang dilarutkan berupa pupuk hijau,
pupuk kompos, pupuk kandang, dan campuran semuanya. Sebenarnya pupuk
semacam ini tidak jauh beda dengan pupuk organik padat, yang membedakan
bentuknya cair.
Pupuk organik cair tersebut dapat dibuat dari limbah (sisa) buah-buahan atau
sayuran, dan bisa juga campuran kedua limbah tersebut. Pupuk organik cair adalah
pupuk organik yang kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai
pupuk cair foliar. Pupuk ini mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S,
Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair lebih mudah
terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai.
Manfaat Kompos
Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Bernal et al.
(2009),mengemukakan bahwa dengan pupuk organik sifat fisik, kimia dan biologi
tanah menjadi lebih baik. Selain itu Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau
dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi:
 Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
 Mengurangi volume/ukuran limbah
 Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan:

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
 Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat
pembuangan sampah
 Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
 Meningkatkan kesuburan tanah
 Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
 Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
 Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
 Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
 Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
 Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
 Meningkatkan retensi/ketersediaan hara.
Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat mengatasi
defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara
secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair
umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun sesering mungkin digunakan.
Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang
diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.
Pupuk cair dikatakan bagus dan siap diaplikasikan jika tingkat kematangannya
sempurna. Pengomposan yang matang bisa diketahui dengan memperhatikan keadaan
bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak –
bercak putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan
berwarna kuning kecoklatan dengan bau yang menyengat (Rupani et al. 2010)

B. Dimensi dan subelemen dari  Profil Pelajar Pancasila dalam Modul Projek
Pembuatan Kompos Cair
Tema : Gaya Hidup Berkelanjutan
Topik : Pembuatan pupuk organik cair
Dimensi Profil
Elemen Profil Target Pencapaian di
Pelajar Sub-elemen Profil Aktivitas
peserta didik akhir Fase D (SMP, 12‒
Pancasila Pelajar Pancasila Terkait
Pancasila 15 tahun)
terkait

Beriman, Akhlak kepada Memahami Memahami konsep 1, 2

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
Bertakwa alam Keterhubungan sebabakibat di antara
kepada Tuhan Ekosistem Bumi berbagai ciptaan Tuhan

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


YME, dan dan mengidentifikasi
Berakhlak berbagai sebab yang
Mulia mempunyai dampak baik
atau buruk, langsung
maupun tidak langsung,
terhadap alam semesta

Menjaga Mewujudkan rasa syukur 11, 17


Lingkungan Alam dengan berinisiatif untuk
Sekitar menyelesaikan
permasalahan lingkungan
alam sekitarnya dengan
mengajukan alternatif
solusi dan mulai
menerapkan solusi
tersebut
Gotong Kolaborasi Kerja sama Menyelaraskan tindakan 10, 11,
Royong sendiri dengan tindakan 13
orang lain untuk
melaksanakan kegiatan
dan mencapai tujuan
kelompok di lingkungan
sekitar, serta memberi
semangat kepada orang
lain untuk bekerja efektif
dan mencapai tujuan
bersama

Koordinasi Sosial Membagi peran dan 10, 12,


menyelaraskan tindakan 14, 15
dalam kelompok serta
menjaga tindakan agar
selaras untuk mencapai
tujuan bersama

Bernalar Kritis Memperoleh Mengajukan Mengajukan pertanyaan 1, 4


dan memproses pertanyaan untuk klarifikasi dan
informasi dan interpretasi informasi,

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
gagasan serta mencari tahu

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


penyebab dan
konsekuensi dari
informasi tersebut

Mengidentifikasi, Mengidentifikasi, 5, 6, 7,
mengklarifikasi, mengklarifikasi, dan 8, 13
dan mengolah menganalisis informasi
informasi dan yang relevan serta
gagasan memprioritaskan
beberapa gagasan tertentu
Membuktikan penalaran 8, 9, 10,
dengan berbagai argumen 11, 16
dalam mengambil suatu
kesimpulan atau
keputusan

C. TUJUAN SPESIFIK UNTUK FASE D


Gaya Hidup Bekelanjutan
Fase D
Membuat purwarupa sistem pengelolaan sampah di satuan pendidikan
Fokus: Pengembangan akhlak terhadap alam
Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal

Kearifan lokal
Mural Akulturasi yang bercerita tentang proses akulturasi dan dampaknya di masyarakat saat
ini
Fokus: Akhlak kepada manusia

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
Mengutamakan persamaan sebagai alat pemersatu dalam

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


keadaan konflik atau perdebatan
Mengenal sejarah perkembangan budaya yang berdampak pada cara hidup dan sudut pandang
masyarakat dan menyajikan interpretasinya melalui penggambaran visual

Bhinneka Tunggal Ika


Menciptakan lagu-lagu bertema keberagaman
Fokus: Akhlak kepada manusia
Mengutamakan persamaan sebagai alat pemersatu dalam
keadaan konflik atau perdebatan

Bangunlah Jiwa dan Raganya


Membuat kegiatan-kegiatan dan menyusun kesepakatan
antarpeserta didik berbasis OSIS untuk kesejahteraan (wellbeing) jiwa raga (olahraga, seni,
kemanusiaan, agama, dll.)
Fokus: Mengutamakan persamaan sebagai alat pemersatu dalam keadaan konflik atau
perdebatan

Suara Demokrasi
Menyusun kepenpendidiksan kelas beserta lingkup tugas, jangka waktu bertugas, dan tata cara
pemilihannya (ketua kelas, wakil, bendahara), kemudian menentukan aturan-aturan yang
diberlakukan di kelas berkaitan dengan kepentingan bersama dalam kelancaran proses belajar
mengajar dan relasi antarpeserta didik
Fokus: Akhlak kepada manusia
Mengutamakan persamaan sebagai alat pemersatu dalam
keadaan konflik atau perdebatan

Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI


Menciptakan sistem untuk pemanenan air hujan di lingkungan satuan pendidikan untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari Fokus: Akhlak kepada alam
Memahami konsep sebab-akibat di antara berbagai ciptaan Tuhan dan mengidentifikasi
berbagai perbuatan yang mempunyai dampak langsung maupun tidak langsung terhadap alam
semesta, baik positif maupun negatif

Kewirausahaan
Menciptakan produk yang menjawab kebutuhan tertentu dalam lingkup terdekat/produk yang

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
berciri khas daerah

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


Fokus: Akhlak pribadi
Menginternalisasi norma-norma sosial dan agama yang ada sehingga menjadi nilai personal

D. ALUR KEGIATAN PROJEK SECARA UMUM


Identifikasi tahapan kesiapan satuan pendidikan dalam menjalankan projek
Tingkat satuan pendidikan melakukan refleksi awal dengan menggunakan bagan identifikasi
kesiapan satuan pendidikan untuk menentukan tahapan menjalankan projek.

Tahap Awal
• Satuan pendidikan belum memiliki sistem dalam mempersiapkan dan melaksanakan
pembelajaran berbasis projek
• Konsep pembelajaran berbasis projek baru diketahui pendidik
• Sekolah menjalankan projek secara internal (tidak melibatkan pihak luar)
• Sekolah sudah memiliki dan menjalankan pembelajaran berbasis Berkembang
• Konsep pembelajaran berbasis projek sudah dipahami sebagian pendidik
• Sekolah mulai melibatkan pihak di luar sekolah untuk membantu salah satu aktivitas
projek
• Pembelajaran berbasis projek sudah menjadi kebiasaan sekolah Lanjutan
• Konsep pembelajaran berbasis projek sudah dipahami semua pendidik
• Sekolah sudah menjalin kerja sama dengan pihak mitra di luar sekolah agar dampak
projek dapat diperluas dan direplikasi secara berkelanjutan
Identifikasi tahapan satuan pendidikan
Seberapa banyak pendidik <50% yang PERNAH melaksanakan pembelajaran ≥50%
*) satuan pendidikan yang memiliki system : satuan pendidikan memiliki evaluasi berkala,
pengayaan pendidik menyelenggarakan pembelajaran berbasis projek yang memberikan
otonomi lebih besar kepada peserta didik.
Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Pemilihan tema umum
Pemilihan tema umum dapat berdasarkan:
• Tahap kesiapan satuan pendidikan dan pendidik dalam menjalankan projek.
• Kalender belajar nasional, atau perayaan nasional atau internasional, misalnya Tema

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
’Gaya Hidup Berkelanjutan’ dilaksanakan menjelang Hari Bumi, atau tema ‘Bhinneka

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


Tunggal Ika’ dilaksanakan menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia.
• Isu atau topik yang sedang hangat terjadi atau menjadi fokus pembahasan atau prioritas
satuan pendidikan.
Dalam hal ini, isu atau topik dapat dicari kesesuaian atau keterkaitannya dengan 7 tema yang
sudah ditentukan
• Tema yang belum dilakukan di tahun sebelumnya dan dapat mengulang siklus setelah
semua tema sudah dipilih.
Untuk memastikan semua tema dapat dijalankan, sangat penting untuk satuan pendidikan
memastikan terjadinya pendokumentasian dan pencatatan portofolio projek dalam skala
satuan pendidikan.
Tema yang telah dipilih untuk dilakukan selama satu tahun ajaran ditetapkan oleh satuan
pendidikan sebagai bagian dari Program Tahunan (ProTa) sesuai bulan pelaksanaan dari
setiap tema. ProTa ini seyogyanya dikembangkan bersama dengan para pendidik yang terlibat
dalam mengembangkan projek.
Ketika satuan pendidikan sudah terbiasa dengan pelaksanaan projek, peserta didik dapat
diundang untuk terlibat dalam penyusunan ProTa.
Tema-tema dalam projek penguatan Profil
Pelajar Pancasila
Kemendikbud-Dikti menentukan tema untuk setiap projek yang diimplementasi dalam satuan
pendidikan yang dapat berubah setiap tahunnya. Untuk tahun ajaran 2021/2022, ada tujuh
tema yang dikembangkan berdasarkan isu prioritas yang dinyatakan dalam Peta Jalan
Pendidikan Nasional 2020‒2035, Sustainable Development Goals, dan dokumen lain yang
relevan.
Tujuh tema tersebut adalah:
1. Gaya Hidup Berkelanjutan (SD‒SMA/SMK) 2. Kearifan lokal (SD‒SMA/SMK)
3. Bhinneka Tunggal Ika (SD‒SMA/SMK)
4. Bangunlah Jiwa dan Raganya (SMP‒SMA/SMK)
5. Suara Demokrasi (SMP‒SMA/SMK)
6. Berekayasa dan Berteknologi untuk Membanguan NKRI (SD‒SMA/SMK)
7. Kewirausahaan (SD‒SMA/SMK)
Pemerintah Daerah dan satuan pendidikan dapat mengembangkan tema menjadi topik yang

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
lebih spesifik, sesuai dengan budaya serta kondisi daerah dan satuan pendidikan. Satuan

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


pendidikan diberikan kewenangan untuk menentukan tema yang diambil untuk
dikembangkan, baik untuk setiap kelas, angkatan, maupun fase. Untuk satuan pendidikan SD
wajib memilih minimal 2 tema untuk dilaksanakan per tahun, sedangkan untuk tingkat SMP
dan SMA wajib memilih minimal 3 tema per tahun.

E. ASSESMEN
LEMBAR PENGAMATAN ASSESMEN FORMATIF
PENILAIAN SIKAP - OBSERVASI
Rubrik:
Indikator sikap aktif dalam kegiatan:
1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam kegiatan
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha ambil bagian dalam kegiatan tetapi belum
ajeg/konsisten
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam kegiatan tetapi belum ajeg/konsisten
4. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan tugas kelompok secara
terus menerus dan ajeg/konsisten
Indikator sikap bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak berusaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
2. Cukupjika menunjukkan ada sedikit usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok tetapi
masih belum ajeg/konsisten.
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok tetapi
masih belum ajeg/konsisten.
4. Sangat baik jika menunjukkan adanya usaha bekerjasama dalam kegiatan kelompok secara terus
menerus dan ajeg/konsisten.
Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang
berbeda dan kreatif.

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masuih belum ajeg/konsisten
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan
masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masuih belum ajeg/konsisten.
4. Sangat baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif secara terus menerus dan ajeg/konsisten.

Lembar Assesmen Formatif - Observasi pada Kegiatan Proses Projek 3


Nama Kegiatan : Projek 3 – Pembuatan Pupuk Oranik Cair (POC)
Kelas/Semester : 7/1
Indikator : Peserta didik menunjukkan perilaku profil Pelajar Pancasila dalam kegiatan
proses pembuatan pupuk organik cair seperti perilaku ilmiah disiplin, tanggung jawab, jujur, teliti,
kreatif, dan peduli lingkungan

Nama Disipli Tanggung Kerja Peduli


No Teliti Kreatif Keterangan
Siswa n Jawab sama Lingkungan

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”

Kolom Aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut.
4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang

LEMBAR PENGAMATAN ASSESMEN SUMATIF


PENILAIAN PEMAPARAN HASIL
Rubrik:
Indikator sikap aktif dalam kegiatan:
1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam kegiatan
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha ambil bagian dalam kegiatan tetapi belum
ajeg/konsisten
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam kegiatan tetapi belum ajeg/konsisten
4. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan tugas kelompok secara
terus menerus dan ajeg/konsisten
Indikator sikap bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak berusaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
2. Cukupjika menunjukkan ada sedikit usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok tetapi
masih belum ajeg/konsisten.
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok tetapi
masih belum ajeg/konsisten.
4. Sangat baik jika menunjukkan adanya usaha bekerjasama dalam kegiatan kelompok secara terus
menerus dan ajeg/konsisten.
Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang
berbeda dan kreatif.
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masuih belum ajeg/konsisten

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan
masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masuih belum ajeg/konsisten.
4. Sangat baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif secara terus menerus dan ajeg/konsisten.

Lembar Assesmen Sumatif - Observasi pada Kegiatan Pemaparan Hasil Projek 3


Nama Kegiatan : Projek 3 – Pembuatan Pupuk Oranik Cair (POC)
Kelas/Semester : 7/1
Indikator : Peserta didik menunjukkan perilaku profil Pelajar Pancasila dalam kegiatan
pemaparn hasil kegiatan pembuatan pupuk organik cair seperti perilaku kerja sama, rasa ingin tahu,
santun, toleran, dan komunikatif sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat
keputusan.

No Nama Siswa Kerja sama Rasa Ingin Tahu Santun Komunikatif Keterangan

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
Kolom Aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut. “Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”
4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang

F. PERTANYAAN PEMANTIK
1. Apakah pelaksanaan projek pembuatan POC menarik dan bermanfaat buat kalian?
2. Apakah yang membuat materi pembuatan POC menarik?
3. Adakah kesulitan yang kalian alami saat mengikuti proses pembuatan POC?
4. Tuliskan kesan yang kalian rasakan setelah mengikuti projek pembuatan POC!

G. PENGAYAAN
Pembuatan Kompos Sampah Organik Kota Skala Besar untuk Pupuk Organik

Pengomposan sampah merupakan salah satu cara untuk mengolah sampah organik.
Jika sampah kota ini berhasil dikomposkan, maka akan lebih mudah diolah menjadi pupuk
organik. Namun, mengomposkan sampah kota tidaklah mudah, apalagi dalam skala yang
besar.

Pengomposan sampah masih dianggap sebagai salah satu solusi mengatasi


permasalahan sampah di kota-kota besar. Dalam skala makro, menurut saya pengomposan
bukanlah salah satu solusi mengatasi masalah sampah. Namun, di beberapa tempat sudah
terlanjur di bangun fasilitas pengomposan sampah skala besar. Sebagian yang saya tahu,
beberapa tahun yang lalu di Cilincing Jakarta sudah dibangun dan diresmikan fasilitas
pengomposan dengan biaya sangat-sangat besar. Diresmikan oleh Gubernur Sutiyoso kalau
tidak salah ingat. Kabarnya fasilitas tersebut tidak berjalan seperti yang diinginkan.

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”
Fasilitas pengompomposan sampah yang lain ada di salah satu kota terbesar di Jawa
Tengah. TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah ini diharapkan bisa mengolah sampah
yang diproduksi di kota ini yang kuantitinya mencapai 250-300 ton per hari. Namun, saat ini
TPA ini hanya bisa mengolah 100 ton sampah per hari. Dalam desain awalnya mestinya
tempat ini bisa dan sanggup mengolah seluruh sampah. Rendahnya kapasitas pengomposan
tempat ini disebabkan karena banyak hal, slah satunya proses pengomposan yang berjalan
kurang optimal.

Problem pertama yang saya lihat adalah SAMPAH itu sendiri yang sangat beragam
dan bercampur-aduk tidak karuan. Sampah yang bercampur – aduk ini memerlukan sortasi,
yaitu memisahkan (atau paling tidak) mengurangi jumlah sampah anorganik dari sampah
organik. Sortasi merupakan kegiatan yang tidak mudah dan banyak memakan biaya (baca
tulisan saya di link ini: sortasi sampah). Sortasi yang dilakukan di TPA ini tidak bisa sukses
seperti yang diharapkan. Hanya satu persen sampah anorganik yang bisa dipisahkan. Artinya,
proses sortasi tidak ada artinya. Idealnya pemisahkan sampah sudah dilakukan sejak dari
awal. Masyarakat yang memisahkan sampahnya sendiri.

Dari sudut pandang pengelola TPA, sampah ini sudah ‘given’, sudah seperti itu dari
‘sononya’, ya seperti itu apa adanya. Urusan mengajari memilah-milah sampah bukan urusan
pengelola TPA, tetapi urusan pemerintah kota. Memang sudah ada program oleh pemerintah
untuk memisah-misahkan sampah, himbauan, dan bahkan sudah disediakan tempat sampah
khusus. Kenyataannya, program ini belum berjalan seperti yang diharapkan. Tempat sampah
organik dan nororganik tidak dimanfaatkan, bahkan tidak ada proses pengangkutan sampah
berdasarkan jenisnya. Meskipun sudah ada yang membuang sampah secara kelompok-
kelompok, tetap saja dicampur ketika diangkut ke TPA.

adi, mau-tidak-mau TPA mesti mengolah sampah seperti apa adanya. Perlu diketahui,
berdasarkan informasi dari pengelola jumlah sampah anorganiknya kurang lebih sekitar 60%
…..!!!!! Gile bener. Artinya, hampir sebagian besar sampahnya adalah sampah anorganik.
Padahal jika dipisahkan dengan baik, sampah anorganik bisa menjadi lebih bernilai, bisa di re-
use atau re-cycle. Ketika sampah sudah bercampur aduk seperti itu, sampah anorganik
menjadi kecil sekali nilainya.

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”
Saya beberapa kali diberi kesempatan membantu orang untuk mengelola sampah, baik
sampah warga, sampah pasar, maupun sampah kota. Kali ini saya diberi kesempatan untuk
membantu memecahkan permasalahan pengomposan sampah kota dalam skala yang besar.
Paling besar dari yang pernah saya bantu, yaitu 100-250 ton per hari. Saya akan mencoba
meringkas proses pengomposan dalam skala besar ini. Proses ini adalah modifikasi dari
proses pengomposan yang pernah saya tulis sebelumnya. Bagi saya, kesempatan ini juga
menjadi tantangan untuk membuat dan memperbaiki konsep pengomposan sampah agar
hasilnya menjadi lebih baik.

Pengolahan sampah kota menjadi kompos untuk skala besar bisa dilakukan dengan melalui
beberapa tahapan umum sebagai berikut:
1. Pencacahan
2. Homogenisasi, Pengaturan kadar air dan pencampuran dengan aktivator pengomposan
3. Pembuatan lajur-lajur pengomposan dan proses pengomposan
4. Pengeringan
5. Sortasi dan screening
6. Penghalusan
7. Pengolahan kompos menjadi pupuk organik
1. Pencacahan
Sampah kota terutama yang dari perumahan biasanya dibungkus kantong plastik.
Kantong-kantong plastik ini perlu dipecahkan terlebih dahulu. Demikian pula sampah-sampah
yang berukuran besar perlu diperkecil ukurannya. Pencacahan menggunakan mesin pencacah
sesuai dengan kapasitas pengolahan sampah. Mesin pencacah ini mencailbik-cabik sampah,
memotong, dan sekaligus mengaduk sampah.

Sampah yang sudah tercabik dan tercacah ini, idealnya kemudian dilakukan sortasi atau
pemilahan secara manual antara sampah organik dengan sampah anorganik (plastik, besi, dll).
Namun, karena karakteristik sampah kota yang basah, lembek, dan ‘gembel’, proses sortasi
ini sulit dilakukan. Proses sortasi secara manual hanya bisa memisahkan 1% saja sampah
anorganik. Jadi menurut saya, proses sortasi tidak bisa dilakukan setelah proses

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
pencacahan sampah.

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


2. Homogenisasi, Pengaturan kadar air dan pencampuran dengan aktivator pengomposan

tika proses ini dilakukan dalam satu tahapan. Homogenisasi bertujuan untuk membuat
sampah menjadi lebih homogen. Prosesnya dilakukan dengan cara pengadukan/mixing.
Proses mixing bisa menggunakan mesin mixer khusus sampah atau menggunakan turner.
Kapasitas mixer juga disesuaikan dengan kapasitas pengolahan sampah.

Kadar air juga merupakan salah satu parameter penting dalam pengomposan sampah. Karena
itu kadar air sampah perlu diatur agar kadar airnya kurang lebih 60-70%. Jika sampah terlalu
basah, maka sampah perlu dikurangi kadar airnya. Salah satu caranya adalah dengan
mencampur bahan yang kadar airnya lebih rendah/lebih kering. Banyaknya bahan kering yang
akan dicampur dihitung terlebih dahulu.
Cara lain untuk mengurangi kadar air adalah dengan cara menjemur. Namun, cara ini hanya
bisa dilakukan ketika terik matahari dan tidak hujan. Selain itu juga memerlukan tempat yang
cukup luas.

Aktivator pengomposan juga ditambahkan pada saat ‘mixing’ ini. Jika kadar air sampah
tinggi, maka pencampuran aktivator tidak bisa menggunakan air. Namun, jika kadar air
sampah rendah, proses pencampuran bisa menggunakan air. Oleh karena itu, aktivator
pengomposan yang digunakan sebaiknya yang berbentuk serbuk, bukan yang berbentuk cair.
Misalnya: Promi.
3. Pembuatan lajur-lajur pengomposan dan proses pengomposan

Sampah yang sudah homogen dan sudah diberi aktivator selanjutnya diletakkan di areal
pengomposan. Sampah disusun dalam bentuk lajur-lajur (windrow). Lebar dan panjang lajur
disesuaikan dengan areal pengomposanny. Sebagai contoh, lebar bisa dibuat antar 5-6 m,
sedangkan tinggi tumpukan 1.5-2 meter. Lajur kompos ini perlu diberi penutup compos
menggunakan cover compost. Lihat di link ini tentang manfaat dan tujuan penggunaan cover
compost: Cover compost.
Proses pengomposan juga perlu dikontrol dengan mengamati beberapa parameter proses
pengomposan, misalnya dengan mengukur suhu, kelembaban, atau kandungan oksigen.

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
Pengamatan ini dilakukan secara berkala. Jika proses pengomposan berjalan baik, kompos

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


bisa dipanen dalam waktu 1 – 2 bulan.

4. Pengeringan

Kompos yang sudah matang, kemudian dipanen. Kompos yang baru jadi biasanya masih
basah dengan kadar air yang cukup tinggi, sekitar 50%. Sebelum dilakukan pemanenan,
kompos sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu. ketika musim panas dan tidak hujan,
pengeringan bisa memanfaatkan sinar matahari. Caranya, cover compos dibuka dan tumpukan
kompos dibiarkan selama beberapa hari. Jika perlu tumpukan kompos dibongkar bagian
tengahnya agar bagian ini bisa berkurang kadar airnya. Pengeringan kompos sampah tidak
bisa menggunakan mesin pengering yang menggunakan api, karena kompos sampah ini masih
bercampur dengan sampah anorganik yang mudah terbakar (plastik dll).Kadar air sampah
kering yang diharapkan adalah sekitar 30-40%.
5. Sortasi dan screening

Pemisahan antara sampah anorganik dan sampah organik menjadi lebih mudah ketika
kompos sampah dalam kondisi kering. Sampah-sampah logam bisa dipisahkan dengan
menggunakan magnet. Kompos sampah kering ini dilewatkan di ban berjalan yang diberi
magnet, maka logam-logam akan terambil oleh magnet. Demikian pula sampah plastik juga
bisa dipisahkan secara manual.

Proses sortasi biasanya tidak bisa mengambil seluruh sampah anorganik jika dilakukan secara
manual. Proses sortasi selanjutnya dilakukan dengan menggunakan mesin. Mesin ini juga
sekaligus melakukan proses screening atau pengayakan.Sampah organik akan dimasukkan ke
dalam truk, sedangkan sampah anorganik akan ditampung di tempat penampungan.

6. Penghalusan

Kompos yang sudah disortasi masih berukuran besar dan tidak seragam. Kompos perlu
dihaluskan sebelum bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik. Jika kadar air
kompos masih diatas 40%, kompos perlu dikeringkan kembali hingga kadar airnya <40%.
Idealnya jika bisa 30%. Kompos dengan kadar air seperti ini lebih mudah untuk dihaluskan.

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”
Sebelum masuk ke mesin penghalus, harus dipastikan bahwa kompos bebas dari sampah
logam, seperti paku, kawat, atau besi lainnya. Logam-logam ini bisa merusak pisau mesin.

Setelah proses penghaluskan, kompos juga diayak dengan mesin ayakan halus.

7. Pengolahan kompos menjadi pupuk organik

Kompos yang sudah halus siap diolah menjadi pupuk organik. Pupuk organik bisa
berbentuk curah atau granul. Pupuk organik curah lebih mudah proses pembuatannya.
Sedangkan pupuk organik granul memerlukan serangkaian mesin-mesin pupuk granul.
Kompos dari sampah diperkaya dengan bahan-bahan lain agar kualitas pupuk organiknya
menjadi lebih baik. Penambahan bahan-bahan pengaya ini bertujuan untuk meningkatkan
kandungan unsur hara di dalam pupuk organik yang akan dibuat. Hara yang ditingkakan bisa
hara makro maupun hara mikro. Mungkin juga bisa ditambahkan hormon tamanan.
Pupuk organik dari sampah bisa dimanfaatkan untuk pemupukan taman-taman kota.
Pohon-pohon peneduh di sepanjang jalan. Pupuk organik yang berkualitas tinggi bisa dijual
untuk memenuhi kebutuhan pupuk di perkebunan atau sentra-sentra pertanian. Pupuk organik
ini memiliki nilai jual yang cukup tinggi, sehingga bisa menguntungkan bagi pemkot maupun
pengusaha yang mengolah sampah ini.
Di atas sudah saya sebutkan bahkan kandungan bahan organik dalam sampah kota kurang
lebih 35-40%. Jika kita bisa mengolah 40% sampah organik ini menjadi pupuk organik,
berarti kita bisa memanfaatkan 40% sampah kota menjadi produk yang lebih bernilai. Selain
daripada itu, kita ikut menyelamatkan bumi kita tercinta. Insya Allah.

H. REFLEKSI

1. Refleksi peserta didik

Setelah kegiatan projek 3 pembuatan POC ini selesai peserta didik diharapkan
memahami bahwa sampah sisa mahluk hidup seperti sisa tumbuh tumbuhan dapat
memberiklan manfaat dan dapat dijadikan alternative pendapatan passive income.
Kemudian pada akhirnya peserta didik dapat membuat POC ini secara mandiri dan
berkelanjutan.

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
2. Refleksi pendidik

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


Peran serta pendidik dalam memberikan pemahaman tentang budaya pengelolaan
sampah organik senantiasa disampaikan secara periodik kepada seluruh siswa,
sehingga diharapkan bisa budaya yang membentuk karakter pelajar Pancasila
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar kerja peserta didik

Lampiran 2 : Bahan bacaan pendidik dan peserta didik

Lampiran 3 : Glosarium

Lampran 4 : Daftar Pustaka

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”
Lampiran 1: Lembar kerja peserta didik

LEMBAR PENGAMATAN

Proses pembuatan dan Hasil Pengamatan


Waktu Perubahan Perubahan
No Perubahan
pengamatan Pengadukan adonan secara Warna
Bau adonan
fisik adonan
1 Hari ke-1 (Selasa, 26
Oktober 2021)
2 Hari ke- 4 (Jum’at,
29 Oktober 2021)

3 Hari ke-7 (Selasa, 2


November 2021)

4 Hari ke-10 (Jum’at,


5 November 2021)

5 Hari ke-14 (Selasa,


9 November 2021)

A. Hasil Pengamatan

B. JURNAL KEGIATAN PROJECT 3


TAHUN PELAJARAN 2021/2022

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”
NO HARI / URAIAN KEGIATAN HASIL
TANGGAL

1 2 3 4

TAHAP PERSIAPAN

1 Jumat, 8 Oktober Rapat penyusunan kegiatan Draft proposal


2021

2 Rabu, 13 Oktober Koordinasi penyusunan Proposal fixed


2021 proposal project (modul
project)

3 Jum’at, 22 Oktober Sosialisasi kegiatan project 3 Deskripsi


2021 ke peserta didik pelaksanaan project
3

TAHAP PELAKSANAAN PROJECT


NO HARI / URAIAN KEGIATAN HASIL
TANGGAL

1 2 3 4

4 Selasa, 26 Oktober Peserta didik melaksanakan Bakal kompos cair,


2021 project dengan membuat lembar pengamatan
kompos cair dan melakukan 1, foto kegiatan
pengamatan 1

5 Jum’at, 29 Oktober Peserta didik melakukan Lembar


2021 pengamatan 2 pengamatan 2,
deskripsi kegiatan,
foto kegiatan

11 Selasa, 2 November Peserta didik melakukan Lembar


2021 pengamatan 3 pengamatan 3,
deskripsi kegiatan,
foto kegiatan

12 Jum’at, 5 November Peserta didik melakukan Lembar


2021 pengamatan 4 pengamatan 4,
deskripsi kegiatan,
foto kegiatan

13 Selasa, 9 November Peserta didik melakukan Lembar


2021 pengamatan 5 pengamatan 5,

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
deskripsi kegiatan,
Pupuk cair siap digunakan

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


foto kegiatan

Pupuk cair dalam


kemasan botol air
mineral

TAHAP
LAPORAN

1 Selasa, 9 November Menyusun laporan Project Laporan project 3


2021

2 Selasa, 16 Pengumpulan Laporan project Laporan project


November 2021 3 dan jurnal penilaian

Lembar Pengamatan Hari ke-1


PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC)

A. Identitas
Kelas : ...........................................................................
Kelompok : ...........................................................................
Nama Kelompok : 1. ........................................................................
2. ........................................................................
3. ........................................................................
4. ........................................................................
5. ........................................................................
6. ........................................................................
7. ........................................................................
8. ........................................................................

B. Waktu Pengamatan
Hari : ................................................
Tanggal : ................................................
Jam : ................................................

C. Tabel Pengamatan

Hal yang diamati Hasil Pengamatan Keterangan


Pengadukan

Perubahan adonan
secara fisik

Perubahan Warna

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
adonan

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


Perubahan Bau adonan
SISTEMATIKA PENULISAN PROJEK

A. Bagian Awal Laporan Penelitian


1. Halaman Judul
a. Judul menggunakan huruf kapital dengan jenis huruf Arial ukuran 16.
Judul dibatasi maksimal 10 kata dan tidak mengandung singkatan.
b. Nama penulis pertama adalah ketua kelompok dan selanjutnya nama anggota.
c. Nama dan alamat sekolah dilengkapi dengan nama Kabupaten/Kota dan Provinsi.
B. Bagian Inti Laporan Penelitian
Bagian inti ditulis dengan menggunakan jenis huruf Arial dengan ukuran 11 dan
spasi 1.
1. Pendahuluan Bagian Pendahuluan diuraikan secara jelas dengan ketentuan
penulisan maksimal sebanyak 1 (satu) halaman yang berisi hal-hal sebagai
berikut:
a. Latar belakang masalah, mengangkat masalah yang menarik dan relevan untuk
diteliti.
Di sini diuraikan kondisi riil/fakta empiris sebelum ada penelitian ini sehingga dapat
menjadi alasan kuat mengapa penelitian ini dilakukan. Latar belakang harus terkait

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
dengan judul naskah.

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


b. Rumusan masalah harus cukup tajam dan tidak terlalu luas.
Rumusan masalah harus berdasarkan uraian latar belakang dan merupakan pertanyaan
penelitian untuk dicari jawabannya.
c. Tujuan penelitian ditulis berdasarkan perumusan masalah.
d. Manfaat penelitian, diuraikan menurut pengguna yang terdiri dari masyarakat
umum dan/atau Pemerintah.
2. Kajian Pustaka
Pada bagian ini menjelaskan tentang teori/penelitian sebelumnya yang berkaitan
dengan tema penelitian. Kajian pustaka ditulis secara ringkas, dan mengandung inti
dari teori yang diteliti. Kutipan tidak diperkenankan berasal dari blog atau wikipedia.
Cara penulisan kutipan/sitasi menggunakan format (nama belakang penulis,
tahun)
3. Metode Penelitian
Pada bagian ini diuraikan secara rinci dan cermat mengenai metode penelitian yang
digunakan, tata cara pengumpulan data, cara pengukuran, cara memilih sampel,
hingga teknik analisis data. Untuk bidang teknik dan rekayasa, alat dan bahan serta
langkah-langkah pembuatan prototype produk dapat dimasukkan di sini. Metode
penelitian ditulis maksimal sebanyak 1 (satu) halaman.

4. Hasil dan Pembahasan


Pada bagian ini diuraikan hasil penelitian yang dilakukan sesuai dengan metode
penelitian. Analisis didasarkan pada data yang didapat sendiri. Bagi bidang teknologi,
data yang didapat adalah kinerja produk yang dibuat, sejauh mana dapat lebih tepat,
cepat atau hemat. Hasil dan pembahasan diuraikan secara jelas, maksimal sebanyak 3
(tiga) halaman. Letakkan tabel hasil, grafik atau foto yang terpenting yang benar-
benar dibahas dalam bab.

5. Kesimpulan dan Saran


bukan tulisan ulang dari pembahasan, melainkan penjelasan singkat dalam bentuk
kalimat utuh atau dalam bentuk butir-butir kesimpulan secara berurutan.

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
Kesimpulan harus menjawab rumusan masalah. Untuk saran hendaknya

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


memuat usulan penelitian berikutnya. Batas maksimal bagian iniadalah½
halaman.

C. Bagian Akhir Laporan Penelitian


Daftar pustaka ditulis secara konsisten untuk memudahkan pembaca menemukan
sumber yang disebutkan dan diharapkan menggunakan jurnal-jurnal ilmiah yang
relatif baru. Daftar pustaka ini harus pernah dikutip di dalam naskah, dan sebaliknya,
sumber kutipan di dalam naskah harus ada di daftar pustaka.
Adapun aturan penulisan referensi pada daftar pustaka antara lain sebagai
berikut.
1. Penulisan daftar pustaka disarankan menggunakan reference dari MS Word atau
tools lain yang dapat digunakan untuk melakukan sitasi (Mendeley, EndNote, BibTex,
Jabref, dsb.)
2. Setiap referensi harus mencatumkan nama pengarang/penulis, tahun diterbitkan,
judul pustaka/buku (tercetak miring/italic), penerbit, dan lokasi penerbit (Negara/
Kota)
3. Nama keluarga (family name) pengarang ditulis mendahului nama depannya dan
dipisahkan dengan tanda koma.
4. Seluruh pustaka ditulis hanging indent, tanpa nomor urut, dan terurut abjad nama
penulis/pengarang.
5. Untuk pustaka dari website harus ditulis alamat website, tanggal dan jam diakses.
Pustaka yang bersumber dari website ditempatkan paling akhir dari seluruh daftar
pustaka
6. Ditulis satu spasi, berurutan secara alfabetis tanpa nomor berdasarkan nama akhir
pengarang atau organisasi yang bertanggung jawab.
Jika suatu referensi tidak memiliki nama pengarang maka judul referensi digunakan
untuk mengurutkan referensi tersebut diantara referensi lain yang tetap diurutkan
berdasarkan nama belakang pengarang.
7. Jika literatur ditulis oleh satu orang, nama penulis ditulis nama belakangnya lebih
dulu, kemudian diikuti singkatan (inisial) nama depan dan nama tengah, dilanjutkan
penulisan tahun, judul dan identitas lain dari literatur/pustaka yang dirujuk.
8. Apabila ada beberapa karya yang ditulis oleh pengarang yang sama, urutkan

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
berdasarkan tanggal terbitnya (dimulai dari yang paling lama ke yang paling baru).

“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”


9. Jika seorang pengarang mengeluarkan beberapa karya dalam tahun publikasi yang
sama, maka diurutkan berdasarkan huruf kecil yang menyertai tanggal publikasi
(contoh: 1988a, 1988b, 1988c, dst.).
Berikut ini format penulisan daftar pustaka:
1. Penulisan daftar pustaka untuk buku: Nama Pengarang. (Tahun). Judul buku.
Tempat terbit: Nama Penerbit.
Contoh: Harefa, D., & Sarumaha, M. (2020). Teori Pengenalan Ilmu Pengetahuan
Alam Sejak Dini. Banyumas: PM Publisher.
2. Penulisan daftar pustaka untuk jurnal: Nama penulis. (Tahun). Judul
artikel/tulisan. Nama Jurnal, volume, edisi, halaman artikel.
Contoh: Saepudin, A. (2011) Pembelajaran Sains pada Program Pendidikan Anak
Usia Dini. Jurnal Teknodik, XV(2): 213- 226.
3. Penulisan daftar pustaka yang diperoleh dari internet: Nama penulis. Judul
tulisan. Alamat website, waktu mengakses artikel tersebut.
Contoh: Harususilo, Y.E. Kompetisi Sains Nasional 2020: Membentuk Talenta
Tangguh di Tengah Pandemi.
https://www.kompas.com/edu/read/2020/10/18/08520 3971/kompetisi-sains-
nasional-2020-membentuktalenta-tangguh-di-tengah-pandemi?page=all, diunduh
tanggal 2 April 2021.

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”
LAMPIRAN 2 :

- Video cara pembuatan pupuk organic cair secara sederhana :


https://www.youtube.com/watch?v=FolLNFoWbyA
- Pembahasan tentang pupuk organic cair
https://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk_organik_cair
- Pembahasan tentang pupuk organic cair PDF
http://e-journal.uajy.ac.id/12597/3/BL013572.pdf

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”
LAMPIRAN 3

Glosarium
Kompos : Pupuk campuran yang terdiri atas bahan organik (seperti
daun dan jerami yang membusuk) dan kotoran hewan).
Komposter : Alat yang digunakan untuk melakukan proses
pengomposan.
Sampah Organik : Sisa bahan yang dapat atau mudah diurai oleh
mikrooganisme atau bakteri.
Pengomposan : Proses pembusukan dari limbah organik oleh bakteri
Bakteri : Makhluk hidup terkecil bersel tunggal, terdapat di mana-
mana, dapat berkembang biak dengan kecepatan luar
biasa dengan jalan membelah diri, ada yang berbahaya
dan ada yang tidak, dapat menyebabkan peragian,
pembusukan, dan penyakit.
Bahan organik : Merupakan semua residu tanaman, binatang, dan
senyawa-senyawa organik lain yang sudah terombak
atau baru sebagian terombak yang disintesis oleh
mikroba tanah ketika perombakan terjadi.

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”

LAMPIRAN 4

Daftar pustaka

Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 60 halaman.


Surtinah. 2013. Pengujian Kandungan Unsur Hara Dalam Kompos yang Berasal dari
Serasah Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata). Jurnal Ilmiah
Pertanian, 11(1): 16-25.
Noverita. 2005. Pengaruh konsentrasi pupuk pelengkap cair Nipka-plus dan jarak
tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman baby kaylan (Brassica
juncea L.) dengan sistem hidroponik. Jurnal Penelitian Ilmu Pertanian, 3(1):
1-10.
Yuniwanti, M. Iskarina, dkk. 2012. Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Kompos
Dari Sampah Organik Dengan Cara Fermentasi Menggunakan EM4. Jurnal
Teknologi Volume 5 Nomor 2. Yogyakarta: AKPRIND.
Bernal, M.P., J.A. Alburquerque, R. Moral. 2009. Composting a animal manures
andchemical criteria for compost maturity assessment. A review. J.
Bioresource Tech.100: 5444-5453.
Rupani, P.F., R.T. Singh, M.H. Ibrahim, N. Esa. 2010. Review of current palm oil mil
effluent (POME) treatment methods: 48 Vermicomposting as a sustainable
practice.World Applied Science Journal. 10(10): 1190-1201
Susan Sufyadi DKK., 2021. Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila

P r o j e k P e n g u a t a n P r o fi l P e l a j a r P a n c a s i l a
“Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC)”

Anda mungkin juga menyukai