INFORMASI UMUM
PROJEK 3
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR (POC)
INFORMASI UMUM
Identitas Penulis Modul Penanggung Jawab: Siti Nurul Izzah, M.Pd.
Koordinator Projek: Mohammad Rizqon, S.Pd.
Narasumber Projek: Ratmojo, S. Pd
Fasilitator Projek:
1. Hari Widiharto, S. Pd
2. Rahayu Setyorini, S. Pd
3. Yuliarti, S. Pd
4. Kustontiniyah, S. Pd
5. Hendra Kurniawan, M. Pd
6. Tryo Dinda P, S. Pd
7. Safaroh Nurul Yatimah, S.Pd.
Bahan :
B. Dimensi dan subelemen dari Profil Pelajar Pancasila dalam Modul Projek
Pembuatan Kompos Cair
Tema : Gaya Hidup Berkelanjutan
Topik : Pembuatan pupuk organik cair
Dimensi Profil
Elemen Profil Target Pencapaian di
Pelajar Sub-elemen Profil Aktivitas
peserta didik akhir Fase D (SMP, 12‒
Pancasila Pelajar Pancasila Terkait
Pancasila 15 tahun)
terkait
Beriman, Akhlak kepada Memahami Memahami konsep 1, 2
Mengidentifikasi, Mengidentifikasi, 5, 6, 7,
mengklarifikasi, mengklarifikasi, dan 8, 13
dan mengolah menganalisis informasi
informasi dan yang relevan serta
gagasan memprioritaskan
beberapa gagasan tertentu
Membuktikan penalaran 8, 9, 10,
dengan berbagai argumen 11, 16
dalam mengambil suatu
kesimpulan atau
keputusan
Fase D
Membuat purwarupa sistem pengelolaan sampah di satuan pendidikan
Fokus: Pengembangan akhlak terhadap alam
Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal
Kearifan lokal
Mural Akulturasi yang bercerita tentang proses akulturasi dan dampaknya di masyarakat saat
ini
Suara Demokrasi
Menyusun kepenpendidiksan kelas beserta lingkup tugas, jangka waktu bertugas, dan tata cara
pemilihannya (ketua kelas, wakil, bendahara), kemudian menentukan aturan-aturan yang
diberlakukan di kelas berkaitan dengan kepentingan bersama dalam kelancaran proses belajar
mengajar dan relasi antarpeserta didik
Fokus: Akhlak kepada manusia
Mengutamakan persamaan sebagai alat pemersatu dalam
keadaan konflik atau perdebatan
Menciptakan sistem untuk pemanenan air hujan di lingkungan satuan pendidikan untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari Fokus: Akhlak kepada alam
Memahami konsep sebab-akibat di antara berbagai ciptaan Tuhan dan mengidentifikasi
berbagai perbuatan yang mempunyai dampak langsung maupun tidak langsung terhadap alam
semesta, baik positif maupun negatif
Menciptakan produk yang menjawab kebutuhan tertentu dalam lingkup terdekat/produk yang
berciri khas daerah
Fokus: Akhlak pribadi
Menginternalisasi norma-norma sosial dan agama yang ada sehingga menjadi nilai personal
Kolom Aspek perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut.
4 = sangat baik
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang
LEMBAR PENGAMATAN ASSESMEN SUMATIF
PENILAIAN PEMAPARAN HASIL
Rubrik:
Indikator sikap aktif dalam kegiatan:
1. Kurang baik jika menunjukkan sama sekali tidak ambil bagian dalam kegiatan
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha ambil bagian dalam kegiatan tetapi belum ajeg/konsisten
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha ambil bagian dalam kegiatan tetapi belum ajeg/konsisten
4. Sangat baik jika menunjukkan sudah ambil bagian dalam menyelesaikan tugas kelompok secara
terus menerus dan ajeg/konsisten
Indikator sikap bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak berusaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
2. Cukupjika menunjukkan ada sedikit usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok tetapi
masih belum ajeg/konsisten.
3. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bekerjasama dalam kegiatan kelompok tetapi masih
belum ajeg/konsisten.
4. Sangat baik jika menunjukkan adanya usaha bekerjasama dalam kegiatan kelompok secara terus
menerus dan ajeg/konsisten.
Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
1. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang
berbeda dan kreatif.
2. Cukup jika menunjukkan ada sedikit usaha untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan
No Nama Siswa Kerja sama Rasa Ingin Tahu Santun Komunikatif Keterangan
1. Apakah pelaksanaan projek pembuatan POC menarik dan bermanfaat buat kalian?
2. Apakah yang membuat materi pembuatan POC menarik?
3. Adakah kesulitan yang kalian alami saat mengikuti proses pembuatan POC?
4. Tuliskan kesan yang kalian rasakan setelah mengikuti projek pembuatan POC!
G. PENGAYAAN
Pembuatan Kompos Sampah Organik Kota Skala Besar untuk Pupuk Organik
Pengomposan sampah merupakan salah satu cara untuk mengolah sampah organik.
Jika sampah kota ini berhasil dikomposkan, maka akan lebih mudah diolah menjadi pupuk
organik. Namun, mengomposkan sampah kota tidaklah mudah, apalagi dalam skala yang
besar.
Problem pertama yang saya lihat adalah SAMPAH itu sendiri yang sangat beragam
dan bercampur-aduk tidak karuan. Sampah yang bercampur – aduk ini memerlukan sortasi,
yaitu memisahkan (atau paling tidak) mengurangi jumlah sampah anorganik dari sampah
organik. Sortasi merupakan kegiatan yang tidak mudah dan banyak memakan biaya (baca
tulisan saya di link ini: sortasi sampah). Sortasi yang dilakukan di TPA ini tidak bisa sukses
seperti yang diharapkan. Hanya satu persen sampah anorganik yang bisa dipisahkan. Artinya,
proses sortasi tidak ada artinya. Idealnya pemisahkan sampah sudah dilakukan sejak dari
awal. Masyarakat yang memisahkan sampahnya sendiri.
Dari sudut pandang pengelola TPA, sampah ini sudah ‘given’, sudah seperti itu dari
‘sononya’, ya seperti itu apa adanya. Urusan mengajari memilah-milah sampah bukan urusan
pengelola TPA, tetapi urusan pemerintah kota. Memang sudah ada program oleh pemerintah
untuk memisah-misahkan sampah, himbauan, dan bahkan sudah disediakan tempat sampah
khusus. Kenyataannya, program ini belum berjalan seperti yang diharapkan. Tempat sampah
organik dan nororganik tidak dimanfaatkan, bahkan tidak ada proses pengangkutan sampah
berdasarkan jenisnya. Meskipun sudah ada yang membuang sampah secara kelompok-
kelompok, tetap saja dicampur ketika diangkut ke TPA.
adi, mau-tidak-mau TPA mesti mengolah sampah seperti apa adanya. Perlu diketahui,
berdasarkan informasi dari pengelola jumlah sampah anorganiknya kurang lebih sekitar
60%…..!!!!! Gile bener. Artinya, hampir sebagian besar sampahnya adalah sampah
anorganik. Padahal jika dipisahkan dengan baik, sampah anorganik bisa menjadi lebih
bernilai, bisa di re-use atau re-cycle. Ketika sampah sudah bercampur aduk seperti itu,
Pengolahan sampah kota menjadi kompos untuk skala besar bisa dilakukan dengan melalui
beberapa tahapan umum sebagai berikut:
1. Pencacahan
2. Homogenisasi, Pengaturan kadar air dan pencampuran dengan aktivator pengomposan
3. Pembuatan lajur-lajur pengomposan dan proses pengomposan
4. Pengeringan
5. Sortasi dan screening
6. Penghalusan
7. Pengolahan kompos menjadi pupuk organik
1. Pencacahan
Sampah kota terutama yang dari perumahan biasanya dibungkus kantong plastik.
Kantong-kantong plastik ini perlu dipecahkan terlebih dahulu. Demikian pula sampah-sampah
yang berukuran besar perlu diperkecil ukurannya. Pencacahan menggunakan mesin pencacah
sesuai dengan kapasitas pengolahan sampah. Mesin pencacah ini mencailbik-cabik sampah,
memotong, dan sekaligus mengaduk sampah.
Sampah yang sudah tercabik dan tercacah ini, idealnya kemudian dilakukan sortasi atau
pemilahan secara manual antara sampah organik dengan sampah anorganik (plastik, besi, dll).
Namun, karena karakteristik sampah kota yang basah, lembek, dan ‘gembel’, proses sortasi
ini sulit dilakukan. Proses sortasi secara manual hanya bisa memisahkan 1% saja sampah
anorganik. Jadi menurut saya, proses sortasi tidak bisa dilakukan setelah proses
tika proses ini dilakukan dalam satu tahapan. Homogenisasi bertujuan untuk membuat
sampah menjadi lebih homogen. Prosesnya dilakukan dengan cara pengadukan/mixing.
Proses mixing bisa menggunakan mesin mixer khusus sampah atau menggunakan turner.
Kapasitas mixer juga disesuaikan dengan kapasitas pengolahan sampah.
Kadar air juga merupakan salah satu parameter penting dalam pengomposan sampah. Karena
itu kadar air sampah perlu diatur agar kadar airnya kurang lebih 60-70%. Jika sampah terlalu
basah, maka sampah perlu dikurangi kadar airnya. Salah satu caranya adalah dengan
mencampur bahan yang kadar airnya lebih rendah/lebih kering. Banyaknya bahan kering yang
akan dicampur dihitung terlebih dahulu.
Cara lain untuk mengurangi kadar air adalah dengan cara menjemur. Namun, cara ini hanya
bisa dilakukan ketika terik matahari dan tidak hujan. Selain itu juga memerlukan tempat yang
cukup luas.
Aktivator pengomposan juga ditambahkan pada saat ‘mixing’ ini. Jika kadar air sampah
tinggi, maka pencampuran aktivator tidak bisa menggunakan air. Namun, jika kadar air
sampah rendah, proses pencampuran bisa menggunakan air. Oleh karena itu, aktivator
pengomposan yang digunakan sebaiknya yang berbentuk serbuk, bukan yang berbentuk cair.
Misalnya: Promi.
3. Pembuatan lajur-lajur pengomposan dan proses pengomposan
Sampah yang sudah homogen dan sudah diberi aktivator selanjutnya diletakkan di areal
pengomposan. Sampah disusun dalam bentuk lajur-lajur (windrow). Lebar dan panjang lajur
disesuaikan dengan areal pengomposanny. Sebagai contoh, lebar bisa dibuat antar 5-6 m,
sedangkan tinggi tumpukan 1.5-2 meter. Lajur kompos ini perlu diberi penutup compos
menggunakan cover compost. Lihat di link ini tentang manfaat dan tujuan penggunaan cover
compost: Cover compost.
Proses pengomposan juga perlu dikontrol dengan mengamati beberapa parameter proses
pengomposan, misalnya dengan mengukur suhu, kelembaban, atau kandungan oksigen.
4. Pengeringan
Kompos yang sudah matang, kemudian dipanen. Kompos yang baru jadi biasanya masih
basah dengan kadar air yang cukup tinggi, sekitar 50%. Sebelum dilakukan pemanenan,
kompos sebaiknya dikeringkan terlebih dahulu. ketika musim panas dan tidak hujan,
pengeringan bisa memanfaatkan sinar matahari. Caranya, cover compos dibuka dan tumpukan
kompos dibiarkan selama beberapa hari. Jika perlu tumpukan kompos dibongkar bagian
tengahnya agar bagian ini bisa berkurang kadar airnya. Pengeringan kompos sampah tidak
bisa menggunakan mesin pengering yang menggunakan api, karena kompos sampah ini masih
bercampur dengan sampah anorganik yang mudah terbakar (plastik dll).Kadar air sampah
kering yang diharapkan adalah sekitar 30-40%.
5. Sortasi dan screening
Pemisahan antara sampah anorganik dan sampah organik menjadi lebih mudah ketika
kompos sampah dalam kondisi kering. Sampah-sampah logam bisa dipisahkan dengan
menggunakan magnet. Kompos sampah kering ini dilewatkan di ban berjalan yang diberi
magnet, maka logam-logam akan terambil oleh magnet. Demikian pula sampah plastik juga
bisa dipisahkan secara manual.
Proses sortasi biasanya tidak bisa mengambil seluruh sampah anorganik jika dilakukan secara
manual. Proses sortasi selanjutnya dilakukan dengan menggunakan mesin. Mesin ini juga
sekaligus melakukan proses screening atau pengayakan.Sampah organik akan dimasukkan ke
dalam truk, sedangkan sampah anorganik akan ditampung di tempat penampungan.
6. Penghalusan
Kompos yang sudah disortasi masih berukuran besar dan tidak seragam. Kompos perlu
dihaluskan sebelum bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk organik. Jika kadar air
kompos masih diatas 40%, kompos perlu dikeringkan kembali hingga kadar airnya <40%.
Idealnya jika bisa 30%. Kompos dengan kadar air seperti ini lebih mudah untuk dihaluskan.
Setelah proses penghaluskan, kompos juga diayak dengan mesin ayakan halus.
Kompos yang sudah halus siap diolah menjadi pupuk organik. Pupuk organik bisa
berbentuk curah atau granul. Pupuk organik curah lebih mudah proses pembuatannya.
Sedangkan pupuk organik granul memerlukan serangkaian mesin-mesin pupuk granul.
Kompos dari sampah diperkaya dengan bahan-bahan lain agar kualitas pupuk organiknya
menjadi lebih baik. Penambahan bahan-bahan pengaya ini bertujuan untuk meningkatkan
kandungan unsur hara di dalam pupuk organik yang akan dibuat. Hara yang ditingkakan bisa
hara makro maupun hara mikro. Mungkin juga bisa ditambahkan hormon tamanan.
Pupuk organik dari sampah bisa dimanfaatkan untuk pemupukan taman-taman kota.
Pohon-pohon peneduh di sepanjang jalan. Pupuk organik yang berkualitas tinggi bisa dijual
untuk memenuhi kebutuhan pupuk di perkebunan atau sentra-sentra pertanian. Pupuk organik
ini memiliki nilai jual yang cukup tinggi, sehingga bisa menguntungkan bagi pemkot maupun
pengusaha yang mengolah sampah ini.
Di atas sudah saya sebutkan bahkan kandungan bahan organik dalam sampah kota kurang
lebih 35-40%. Jika kita bisa mengolah 40% sampah organik ini menjadi pupuk organik,
berarti kita bisa memanfaatkan 40% sampah kota menjadi produk yang lebih bernilai. Selain
daripada itu, kita ikut menyelamatkan bumi kita tercinta. Insya Allah.
H. REFLEKSI
Setelah kegiatan projek 3 pembuatan POC ini selesai peserta didik diharapkan
memahami bahwa sampah sisa mahluk hidup seperti sisa tumbuh tumbuhan dapat
memberiklan manfaat dan dapat dijadikan alternative pendapatan passive income.
Kemudian pada akhirnya peserta didik dapat membuat POC ini secara mandiri dan
berkelanjutan.
Lampiran 3 : Glosarium
LEMBAR PENGAMATAN
A. Hasil Pengamatan
1 2 3 4
TAHAP PERSIAPAN
1 2 3 4
TAHAP
LAPORAN
A. Identitas
Kelas : ...........................................................................
Kelompok : ...........................................................................
Nama Kelompok : 1. ........................................................................
2. ........................................................................
3. ........................................................................
4. ........................................................................
5. ........................................................................
6. ........................................................................
7. ........................................................................
8. ........................................................................
B. Waktu Pengamatan
Hari : ................................................
Tanggal : ................................................
Jam : ................................................
C. Tabel Pengamatan
Perubahan adonan
secara fisik
3. Metode Penelitian
Pada bagian ini diuraikan secara rinci dan cermat mengenai metode penelitian yang
digunakan, tata cara pengumpulan data, cara pengukuran, cara memilih sampel, hingga
teknik analisis data. Untuk bidang teknik dan rekayasa, alat dan bahan serta langkah-
langkah pembuatan prototype produk dapat dimasukkan di sini. Metode penelitian
ditulis maksimal sebanyak 1 (satu) halaman.
Glosarium
Kompos : Pupuk campuran yang terdiri atas bahan organik (seperti
daun dan jerami yang membusuk) dan kotoran hewan).
Komposter : Alat yang digunakan untuk melakukan proses
pengomposan.
Sampah Organik : Sisa bahan yang dapat atau mudah diurai oleh
mikrooganisme atau bakteri.
Pengomposan : Proses pembusukan dari limbah organik oleh bakteri
Bakteri : Makhluk hidup terkecil bersel tunggal, terdapat di mana-
mana, dapat berkembang biak dengan kecepatan luar
biasa dengan jalan membelah diri, ada yang berbahaya
dan ada yang tidak, dapat menyebabkan peragian,
pembusukan, dan penyakit.
Bahan organik : Merupakan semua residu tanaman, binatang, dan
senyawa-senyawa organik lain yang sudah terombak
atau baru sebagian terombak yang disintesis oleh
mikroba tanah ketika perombakan terjadi.
Daftar pustaka