OLEH
1
DAFTAR ISI
1.Daftar ISI………...………………………………………………………….2
2.Kata Pengantar……………………………………………………………...3
3.Bab-I Pendahuluan…………………...………………………………….…4
4.Bab-II Pembahasan………………………………………………………….5
5.Bab-III Diagnosis Anemia pada Ibu Hamil………..………………………16
6.Bab-IV Penutup………………………………………………………..…..30
2
KATA PENGANTAR
Puja puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas izin dan Rahmat Nya Jualah sehingga Makalah ini dapat di selesaikan,
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis
masih mengharapkan masukan arahan dari teman, pembaca agar karya ini dapat lebih
sempurna.
Penulis mengucapkan terima kasih sebanyak banyaknya kepada: Keluarga dan
teman teman, insan-insan kesehatan dari Puskesmas Wek-I Kota Padang Sidempuan
yang telah banyak membantu penulis untuk membuat makalah ini.
Penulisan makalah ini juga dimaksudkan sebagai persyaratan untuk Kenaikan Pangkat
penulis setingkat ke atas.
Demikian penulis sampaikan semoga karya ini bermanfaat bagi kita semuanya
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering
muncul ialah anemia, khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau
asam fola, penyakit atau galur sel sabit (sickle cell trait) dan talasemia. Gangguan
autoimun, pulmoner, saluran cerna, integument, dan neorologi juga dapat ditemukan.
Aspek - aspek terkait kehamilan pada kondisi ini dibahas dalam bagian berikut.
Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65%
yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda.
Anemia, gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil,
mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden
komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan
nilai hematologi normal.
Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen.
Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung.
Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular.
Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia)
dapat mengakibatkan jantung kongestif.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada
saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia
berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil
merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya
mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk
anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia.
2.1 DEFINISI
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung eritrosit
(red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
Tetapi harus diingat terdapat keadaan tertentu dimana ketiga parameter tersebut tidak
sejalan dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan
kehamilan. Oleh karena itu dalam diagnosis anemia tidak cukup hanya sampai pada
label anemia tetapi harus dapat ditetapkan penyakit dasar yang menyebabkan anemia
tersebut. (Sudoyo Aru,dkk 2009)
4
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang
dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau
kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Dapat disimpulkan bahwa anemia adalah penurunan kadar sel darah merah (Hb)
dibawah rentang normal.
2.2 ETIOLOGI
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut
Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
7
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali
karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
1. Asam folik 15 – 30 mg per hari
2. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah.
a. Gambaran klinis
Gejala
1. Mual dan muntah
2. Anoreksia
Morfologi
1. SDM hipokrom makrositik
2. Kadar Hb dan Ht rendah serta tidak berespon terhadap terapi zat besi
Riwayat diet menunjukkan asupan rendah sayuran segar, protein hewani, atau
keduanya.
b. Penatalaksanaan
1. Suplemen
Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi
Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens asam
folat.
Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang
terjadi tanpa anemia defisiensi zat besi.
2. Konseling gizi
Kaji diet pasien
Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet
Rujuk ke ahli gizi
3. Hitung darah lengkap
Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan.
Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3
minggu, dan sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht.
2) Anemia Hipoplastik
8
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel
darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya
adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosi.
3) Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan
pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila
disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat
penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil.
Sehingga transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
4) Anemia: hemolitik didapat (acquired hemolytic anemia)
adalah suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan diturunkan, yang ditandai
dengan ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD, yaitu enzim yang
berfungsi sebagai katalis penggunaan glukosa secara aerob oleh SDM. Anemia ini
dapat ditemukan pada keturunan Afrika-Amerika, Asia, dan Mediterania.
1. Insidens.
Dua persen dari semu wanta keturunan Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
2. Etiologi.
Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD akan memicu
hemolisis SDM yang megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai berat.
3. Penatalaksanaan
a. Skrining: Pasien keturunan Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau kerap
mengalami infeksi saluran kemih (ISK) berulang harus menjalani skrining G6PD.
b. Terapi
Resepkan 1 mg asam folat setiap hari.
Berikan daftar obat-obatan yang perlu dihindari.
Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity, C&S)
urine bulanan.
Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau mengalami
anemia berat.
c. Pengobatan: Pasien harus menghindari obat-obat berikut:
Aldomet
Asam askorbat (dosis besar)
9
Asam nalidiksik
Asam para-aminosalisilat
Aspirin
Diafenilsulfon
Fenasetin
Isoniazid
Kloramfenikol
Kuinakrin (atabrine)
Kuinidin
Kuinin
Kuinosid
Methylene blue
5) Anemia: Pernisiosa
1. Defisiensi dan Etologi
a. Anemia pernisiosa disebabkan kekurangan faktor intrinsik pada asam lambung,
yang diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dari makanan . karena B12 tidak dapat
diabsorbsi, SDM tidak matang dengan normal.
b. Kasus ini jarang dijumpai pada individu dibawah usia 35 tahun.
3. Diagnosis
a. Curigai adanya anemia pernisiosa bila setelah terapi asam folat, morfologi SDM
menjadi normal, namun hematokrit tdak meningkat.
b. Diagnosis ditegakkan bila terjadi perbaikan setelah percobaan terapi dengan 1000
mg vitamin B12 per parenteral selama 3 bulan.
4. Penatalaksanaan
a. Kaji diet pasien terhadap produk hewani. Bila asupan dietnya kurang sumber-
sumber vitamin B12 berikan konseling gizi.
10
b. Berikan 1 cc (1000 ng) vitamin B12 parenteral per IM setiap bulan.
c. Tawarkan rujukan ke ahli gizi.
d. Ulangi hitung sel darah lengkap dalam 1 bulan.
1. Kondisinya membaik bila:
Morfologi normal
Kadar Ht meningkat
2. Bila tidak ada perubahan, konsultasikan ke dokter.
6) Anemia: Sel Sabit
1. Definisi dan Etiologi
a. Jenis
Pada sifat (trait) sel sabit, ada satu gen normal dan satu gen Hb-S. gejala tidak
tampak kecuali pada keadaan deprivasi oksigen berat.
Pada penyakit sel sabit, kedua gen adalah Hb-S. penyakit ini kronik dan
melemahkan. Angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tinggi.
b. Insidens
Satu dari 12 keturunan Afrika-Amerika membawa sifat sel sabit.
Satu dari 500 keturuna Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
2. Penatalaksanaan
a. Programkan skrining sel sabit pada semua pasien Afrika-Amerika:
Bila uji negatif, kedua gen normal dan tidak ada masalah.
Bila uji positif, minta pemeriksaan elektroforesis hemoglobin.
Bila gen homozigot,pasien dianggap beresiko tinggi dan harus dirujuk ke dokter.
Bila gen heterozigot, pasien dianggap beresiko rendah dapat dikelola secara
normal selama kehamilan dan persalinan.
b. Pertimbangkan kultur dan sensitivitas urine bulanan karena peningkatan resiko ISK
selama kehamilan.
c. Beri konseling kepada pasien:
Jelaskan kepada pasien mengenai sifat sel sabit yang dibawanya.
Sarankan pemeriksaan ayah bayi. Bila gen ayah juga heterozigot, ada
kemungkinan bayinya menderita penyakit ini.
Rujuk pasien untuk konseling genetik bila perlu.
A. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan
sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi
11
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping
proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan
dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ;
kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting,
Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya
kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat
menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).
F. PENATALAKSANAAN
a. Pada saat kunjungan awal, kaji riwayat pasien
1. Telusuri riwayat anemia, masalah pembekuan darah, penyakit sel sabit, anemia
glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), atau peyakit hemolitik herediter lain.
2. Kaji riwayat keluarga
b. Lakukan hitungan darah lengkap pada kunjungan awal.
1. Morfologi
Morfologi normal menunjukkan sel darah merah (SDM) yang sehat dan matang
SDM mikrositik hipokrom menunjukkan anemia defisiensi zat besi
SDM makrositik hipokrom menunjukkan anemia pernisiosa
2. Kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrin (Ht) pada kehamilan
13
3. Kadar Hb lebih dari 13 g/dl dengan Ht lebih dari 40% dapat menunjukkan
hipovolemia. Waspada dehidrasi dan preklamsi
4. Kadar Hb 11,5-13 g/dl dengan Ht 34%-40% menunjukkan keadaan yang normal
dan sehat.
5. Kadar Hb 10,5-11,5 g/dl dengan Ht 31%-32% menunjukkan kadar yang rendah,
namun masih normal.
6. Kadar Hb 10 g/dl disertai Ht 30% menunjukkan anemia
Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi,atau keduanya
Berikan suplemen zat besi 1 atau 2 kali/hari, atau satu kapsul time-release, seperti
Slow-Fe setiap hari
7. Kadar Hb < 9-10 g/dl dengan Ht 27%-30% dapat menunjukkan anemia
megaloblastik.
Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling diet.
Rekomendasikan pemberian suplemen ferum-sulfat 325 mg per oral, 2 atau 3
kali/hari.
8. Kadar Hb <9g/dl dengan Ht <27% atau anemia yang tidak berespon terhadap
pengobatan di atas, diperlukan langkah-langkah berikut:
Periksa adanya pendarahan samara tau infeksi.
Pertimbangkan untuk melakukan uji laboratorium berikut:
- Hb dan Ht (untuk meyingkirkan kesalahan laboratorium)
- Kadar kosentrasizat besi serum
- Kapasitas pegikat zat besi
- Hitung jenis sel (SDP dan SDM)
- Hitung retikulosit (untuk megukur produksi eritrosit)
- Hitung trombosit
- uji guaiac pada feses untuk medeteksi pendarahan samar
- Kultur feses untuk memeriksa telur dan parasit
- Skrining G6PD (lahat panduan untuk anemia: Hemolitik didapat) bila klien
keturunan Afika-Amerika.
Konsultasikan dengan dokter
Rujuk pasien ke ahli gizi atau konseling gizi.
c. Bila pasien hamil, periksa kadar hematokrin pda awal kunjungan , yaitu 28 minggu
kehamilan dan 4 minggu setelah memulai terapi.
1. Atasi tanda-tanda anemia (sesuai informasi sebelumnya pada poin IV-
Penatalaksanaan B2).
14
2. Konsultasikan ke dokter bila:
a. Terdapat penurunan Ht yang menetap walaupun sudah mendapat terapi
b. Terdapat penurunan yang signifikan, dibandingkan dengan hasil sebelumnya
(singkirkan kesalahan labotaturium).
c. Tidak berespons trhadap terapi setelah 4-6 minggu
d. Kadar Hb <9,0 g/dl atau Ht <27%.
G. AKIBAT LANJUTAN
Pada ibu hamil yang anemia dapat mengalami:
1. Keguguran.
2. Lahir sebelum waktunya
3. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
4. Perdarahan sebelum dan pada waktu persalinan.
5. Dapat menimbulkan kematian.
15
BAB III
DIAGNOSIS ANEMIA PADA IBU HAMIL
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses , secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994).
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem
reproduksi sehubungan dengan anemia tergantung pada penyebab dan adanya
komplikasi pada penderita. Pengkajian , anemia meliputi anamnesis riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian psikososial.
1. Identitas Klien dan keluarga (penanggung jawab) :
a. Nama
b. Umur
Pada anemia,
c. Jenis kelamin
Biasanya wanita lebih cenderung mengalami anemia ,disebabkan oleh kebutuhan zat
besi wanita yang lebih banyak dari pria terutama pada saat hamil.
d. Pekerjaan
Pekerja berat dan super ekstra dapat menyebabkan seseorang terkena anemia dengan
cepat seiring dengan kondisi tubuh yang benar-benar tidak fit.
e. Hubungan klien dengan penanggung jawab
f. agama
g. Suku bangsa
h. Status perkawinan
i. Alamat
j. Golongan darah
2. Keluhan Utama
keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan berkunang-
kunang.
16
kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang
terjadi. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia. Penyakit-penyakit
tertentu seperti infeksi dapat memungkinkan terjadinya anemia. tulang
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya anemia yang cenderung diturunkan secara genetik
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
6. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna
D, 1995)
7. Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritual
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur
dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan
penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi
berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis
infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran
atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB).
Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon
terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat
17
(penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah
patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,
menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
d. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat,
dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis,
misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan
rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
h. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
18
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie
dan ekimosis (aplastik).
j. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang
libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
21
- bising usus
A. DIAGNOSA ,
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, anoreksia
3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat
(mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang.
B. INTERVENSI ,
Dx1: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Tujuan/Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk aktivitas
sehari-hari.
Intervensi:
22
1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal.
2. Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot.
3. Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas.
4. Berikan lingkungan tenang
5. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing.
6. Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi.
Rasional:
1. Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
2. Menunjukkan perubahan neurologi karena defesiensi vitamin B12 mempengaruhi
keamanan pasien/resiko cedera.
3. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah
oksigen adekuat ke jaringan.
4. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
5. Hipotensi postural atau hipoksia serebral dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan
peningkatan resiko cedera.
6. Regangan/stres kardiopulmonal berlebihan/stres dapat menimbulkan kegagalan.
Intervensi:
1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai.
2. Observasi dan catat masukan makanan pasien.
3. Timbang berat badan tiap hari.
4. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan.
5. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang
berhubungan.
6. Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan
sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang
diencerkan bila mukosa oral luka.
7. Kolaborasi :
23
1. Berikan obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti
sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin C),
2. Besi dextran (IM/IV.)
Rasional:
1. Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi.
2. Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3. Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
4. Makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga
mencegah distensi gaster.
5. Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
6. Meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral, menurunkan pertumbuhan bakteri,
meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin
diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
7. Kolaborasi :
1. Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan/atau adanya masukan oral
yang buruk dan defisiensi yag diidentifikasi.
2. Diberikan sampai defisit diperkirakan teratasi dan disimpan untuk yang tak dapat
diabsorpsi atau terapi besi oral, atau bila kehilangan darah terlalu cepat untuk
penggantian oral menjadi efektif.
Dx3: Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon
inflamasi).
Tujuan/Kriteria hasil: Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi.
Intervensi:
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi perawatan dan pasien.
2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka.
3. Tingkatkan masukan cairan adekuat.
4. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam
5. Kolaborasi: berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik.
Rasional:
1. Mencegah kontaminasi silang.
2. Menurunkan resiko infeksi bakteri.
24
3. Membantu dalam pengenceran secret pernafasan untuk mempermudah pengeluaran
dan mencegah statis cairan tubuh.
4. Adnya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
5. Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk
pengobatan proses infeksi local.
C. IMPLEMENTASI
Dx1: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Tujuan/Kriteria hasil: Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas(termasuk aktivitas
sehari-hari.
IMPLEMENTASI RASIONAL
1. Mengkaji kemampuan pasien untuk
1. Mempengaruhi pilihan
melakukan untuk melakukan tugas/AKS intervensi/bantuan
normal. 2. Menunjukkan perubahan neurologi
2. Mengkaji kehilangan/gangguan karena defesiensi vitamin B12
keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot. mempengaruhi keamanan
3. Mengawasi tekanan darah, nadi, pernapasan pasien/resiko cedera.
selama dan sesudah aktivitas. 3. Manifestasi kardiopulmonal dari
4. Memberikan lingkungan tenang upaya jantung dan paru untuk
5. Mengubah posisi pasien dengan perlahan membawa jumlah oksigen adekuat ke
dan pantau terhadap pusing. jaringan.
6. / Menganjurkan pasien untuk menghentikan
4. Meningkatkan istirahat untuk
aktivitas bila palpitasi. menurunkan kebutuhan oksigen
25
tubuh dan menurunkan regangan
jantung dan paru.
5. Hipotensi postural atau hipoksia
serebral dapat menyebabkan pusing,
berdenyut dan peningkatan resiko
cedera.
6. Regangan/stres kardiopulmonal
berlebihan/stres dapat menimbulkan
kegagalan.
IMPLEMENTASI RASIONAL
1. Mengkaji riwayat nutrisi, termasuk
1. Mengidentifikasi defisiensi,
makanan yang disukai. menduga kemungkinan intervensi.
2. Mengobservasi dan catat masukan makanan
2. Mengawasi masukan kalori atau
pasien. kualitas kekurangan konsumsi
3. Menimbang berat badan tiap hari. makanan.
4. Memberikan makan sedikit dan frekuensi
3. Mengawasi penurunan berat badan
sering dan/atau makan diantara waktu makan. atau efektivitas intervensi nutrisi.
5. Mengobservasi dan catat kejadian
4. Makan sedikit dapat menurunkan
mual/muntah, flatus dan gejala lain yang kelemahan dan meningkatkan
berhubungan. pemasukan juga mencegah distensi
6. Memberikan dan bantu hygiene mulut yang gaster.
baik sebelum dan sesudah makan, gunakan
5. Gejala GI dapat menunjukkan efek
sikat gigi halus untuk penyikatan yang anemia (hipoksia) pada organ.
lembut. Berikan pencuci mulut yang
6. Meningkatkan nafsu makan dan
diencerkan bila mukosa oral luka. pemasukan oral, menurunkan
7. Kolaborasi : pertumbuhan bakteri, meminimalkan
a. Memberikan obat sesuai indikasi, kemungkinan infeksi. Teknik
mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti perawatan mulut khusus mungkin
sianokobalamin (vitamin B12), asam folat diperlukan bila jaringan
26
(Flovite); asam askorbat (vitamin C), rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.
b. Besi dextran (IM/IV.) 7. Kolaborasi :
a. Kebutuhan penggantian tergantung
pada tipe anemia dan/atau adanya
masukan oral yang buruk dan
defisiensi yag diidentifikasi.
b. Diberikan sampai defisit
diperkirakan teratasi dan disimpan
untuk yang tak dapat diabsorpsi atau
terapi besi oral, atau bila kehilangan
darah terlalu cepat untuk penggantian
oral menjadi efektif.
Dx3: Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak
adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon
inflamasi).
Tujuan/Kriteria hasil: Mngidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi.
IMPLEMENTASI RASIONAL
1. Meningkatkan cuci tangan yang baik oleh
1. Mencegah kontaminasi silang.
oemberi perawatan dan pasien. 2. Menurunkan resiko infeksi bakteri.
2. Memoertahankan teknik aseptic ketat pada
3. Membantu dalam pengenceran
prosedur/ perawatan luka. secret pernafasan untuk
3. Meningkatkan masukan cairan adekuat. mempermudah pengeluaran dan
4. Memantau suhu, catat adanya menggigil mencegah statis cairan tubuh.
dan takikardia dengan atau tanpa demam 4. Adnya proses inflamasi/infeksi
5. Kolaborasi: Memberikan antiseptic topical, membutuhkan evaluasi/pengobatan.
antibiotic sistemik. 5. Mungkin digunakan secara
propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk pengobatan
proses infeksi local.
D. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall
Capenito, 1999:28)
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien
dugunakan komponen SOAP. Yang dimaksud dengan SOAP adalah:
S : data subyektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan
tindakan ,
O : data obyektif
Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung
kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan ,.
A : analisis
Interpretasi dari data sunyektif dan data obyektif. Merupakan suatu masalah atau
diagnosis , yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru
yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya
dalam data subyektif dan obyektif.
P : planing
Perencanaan , yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambahkan dari
rencana tindakan , yang telah ditentukan sebelumnya.
EVALUASI
28
Masalah , Catatan Perkembangan
Intoleransi aktifitas S : klien mengatakan lemas
O: keluhan utama lemah
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
.
Masalah , Catatan Perkembangan
Intoleransi aktifitas S : klien mengatakan lemas
O: keluhan utama lemah
A: masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
29
Anemia adalah suatu keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau
konsentraisi hemoglobin menurun. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar
haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002).
Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin
dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II
(Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat
besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
DAFTAR PUSTAKA
Bothamley, judy dan Maureen boyle. 2011. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta:
EGC
30
M, Judith wilkinson dan Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis ,. Edisi 9.
Jakarta: EGC
Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Asuhan , Berdasarkan Diagnosis
Medis dan NANDA.
31