Anda di halaman 1dari 6

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan

Cacing tanah adalah salah satu jenis Annelida yang memiliki tubuh lentur dan

lembab dengan beberapa garis melingkar ditubuhnya. Makanan bagi cacing tanah

adalah daun-daun kering, dan kotorannya mengandung nitrogen untuk

menggemburkan tanah. Cacing tanah yang digunakan peneliti adalah yang

memiliki ciri- ciri sebagai berikut seluruh tubuh tersusun atas segmen-segmen

yang tidak memiliki kerangka luar, pada tubuhnya terdapat lendir, bentuk tubuh

bagian atas (dorsal) membulat dan bagian bawah (ventral) pipih, ukuran tubuh

relative kecil dengan panjang 4-7 cm, bagian akhir tubuhnya terdapat anus untuk

mengrluarkan sisa-sisa makanan dan tanah dimakannya, warna tubuh terutama

bagian punggungnya bewarna coklat cerah sampai sampai kemerahan, perut

bewarna kream dan ekor bewarna kekuningan. tubuh transparan dan elastis , tidak

memiliki alat gerak dan mata (Kemas, 2005).

Serbuk cacing tanah diperoleh dari hasil penjemuran dari bawah sinar

matahari, cacing tanah yang sebelumnya telah disortir terlebih dahulu.

Penyortiran dilakukan adalah memilih cacing yang dikategorikan baik, cacing

kategori baik yaitu cacing yang masih hidup. Tahapan pembuatan serbuk adalah

pertama memilih cacing sesuai dengan batasan penelitian yang telah ditentukan,

kemudian cacing dicuci bersih dengan aquades untuk menghilangkan kotoran

26
27

pada kulit luar cacing, lalu keringkan cacing dengan meletakkan cacing diatas

tempat kering. Setelah kering, cacing diblender sampai menjadi serbuk.

Hasil yang dikehendaki dari proses pembuatan ekstak adalah serbuk cacing

dengan fungsi antibakteri yang optimal dengan tekstur serbuk yang paling bagus.

Parameter kemampuan suatu zat sebagai bahan antibakteri adalah panjang

diameter zona hambat yang dihasilkan dari pemberian zat tersebut. Dalam

penelitian ini digunakan panas sinar matahari untuk mendapatkan produk serbuk

cacing dengan cara menjemur cacing yang sudah disiapkan dibawah sinar

matahari selama beberapa hari untuk mendapatkan hasil optimal yaitu cacing

yang sangat kering.

Sifat antibakteri yang ada dalam serbuk cacing tanah tidak dapat secara

langsung digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri,

tetapi diperlukan membuat konsentrasi 100% pada serbuk cacing. Proses

pembuatan konsentrasi 100% ini dilakukan dengan membuat konsentrasi masing-

masing 10%, 25%, 50%, 75% dan 100% dengan merendam paper diks selama

satu malam.

Aktifitas antibakteri dari serbuk cacing diketahui dengan mengukur diameter

zona bening yang terbentuk pada media agar. Hasil penelitian menunjukkan pada

konsentrasi 10% tidak ditemukan adanya zona hambat. Hasil uji coba pada

konsentrasi yang lebih besar 25%, 50%, 75% dan 100% berturut-turut tidak

ditemukan zona hambat karena kandungan zak aktif pada konsentrasi tersebut

belum mampu menghambat pertumbuhan Salmonella Thypi. Semakin tinggi


28

konsentrasi serbuk cacing maka aktifitas antimikroba serbuk cacing semakin tidak

memberikan dampak karena tidak adanya zona hambat pada konsentrasi terendah

sampai yang tertinggi.Konsentrasi serbuk cacing yang memberikan zona hambat

10%, 25%, 50%, 75% dan 100% sebesar 0 mm.

Antibiotik yang digunakan untuk penderita demam tifoid adalah

kloramfenikol, amoksilin, ampisilin, cefazolin tujuan terapi obat antibiotik adalah

untuk mencegah kekambuhan atau terjadi kepada pasien karir. Antibiotik yang

digunakan penelitian ini adalah kloramfenikol yang digunakan kontrol positif

sebagai pembanding dengan serbuk cacing tanah, kloramfenikol adalah antibiotik

yang telah lama dan menjadi terapi standar pada pederita demam tifoid, namun

antibiotik ini memiliki presentase yang cukup tinggi untuk mengalami

kekambuhan dan kejadian pasien karir pasca kesembuhan yaitu 5-7%, selain itu

studi terbaru juga menyebutkan bahwa antibiotik golonngan ini dapat bersifat

toksik pada sumsum tulang (Bhan et al, 2005). Zona hambat kontrol positif

kloramfenikol yang sudah dilakukan adalah sebesar 30 mm.

Menurut Sjahid (2008), senyawa lumbricin dan alkaloid bekerja dengan cara

menganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga dinding

sel tidak terbentuk atau terbentuk secara tidak sempurna dan sel mengalami lisis.

Pada percobaan ini dilakukan sebanyak lima kali pengulangan dikarenakan pada

percobaan pertama yaitu dengan konsetrasi 10% tidak terbentuknya zona bening

kemudian dilakukan pengulangan ke 2, 3, 4, 5 dengan menaikkan konsentrasi

tidak ada terbentuknya zona bening disekitar paper disk.


29

Hal ini dimungkinkan karena struktur dinding sel bakteri gram negatif relatif

kompleks tersusun dari tiga lapisan yaitu lapisan luar lipoposakarida, lapisan

tengan lipoprotein dan lapisan dalam peptidoglikan sehingga senyawa

antimikroba lebih sulit masuk ke dalam sel dan menemukan sasaran untuk

bekerja.

Selain senyawa antimikroba tidak bisa bekerja terhadap Salmonella thypi ada

beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas serbuk cacing yaitu cara

pembuatan serbuk cacing tanah, lama penyimpanan cacing dan tempat hidup

cacing. Cara pembuatan serbuk cacing tanah pada penelitian ini menggunakan

sinar matahari, cacing tanah dijemur dibawah sinar matahari. Proses pembuatan

cacing tanah suhu panas dari sinar matahari tidak konstan akibatnya bisa

berpengaruh terhadap kandungan yang ada didalam cacing tanah pada penelitian

ini sesuai dengan teori Poedjiadi & Supriyanti (2007) yang menyatakan bahwa

protein sangat peka terhadap perubahan lingkungannya. Apabila molekul protein

berubah, misalnya oleh suhu, maka aktivitas biokimiawinya akan berkurang.

Berdasarkan penelitian sebelumnya menurut Wahyu (2010) Ekstrak cacing tanah

yang disiapkan dengan mengoven pada suhu 400C mampu menghambat

pertumbuhan bakteri. Sedangkan pada penelitian ini yang sudah dilakukan dengan

cara metode menjemur dibawah sinar matahari selama beberapa hari tidak bisa

menghambat pertumbuhan Salmonella Typi.

Penelitian yang sudah dilakukan terhadap cacing tanah yang sudah diolah

menjadi serbuk cacing tanah disimpan selama 7 hari. Berdasarkan penelitian


30

sebelumnya menurut Dewi (2011) lama penyimpanan serbuk cacing tanah sangat

berpengaruh juga terhadap penghambatan Salmonella thypi . Lama penyimpanan

serbuk cacing yang baik adalah pada hari ke 0. Artinya semakin lama

penyimpanan serbuk cacing semakin tidak baik dalam penghambatan

Salamonella thypi. Protein sangat peka terhadap perubahan suhu sehingga serbuk

cacing tanah akan mudah rusak apabila tempat dan suhu yang kurang baik,

sehingga senyawa aktif yang ada didalam cacing tanah terjadi perubahan aktivitas

biokimianya akan berkurang. Tempat penyimpanan dan suhu sangat berpengaruh

terhadap kandungan senyawa aktif cacing tanah, suhu yang lembab memudahkan

serbuk cacing tanah kurang baik dalam menghambat peretumbuhan Salmonella

thypi.

Catalan (1981) menyatakan bahwa perbedaan tempat hidup cacing tanah

dengan kondisi tanah yang dibutuhkan cacing tanah untuk hidup tumbuh dengan

baik yaitu sedikit asam atau netral atau pH 6 -7,2 dan suhu lingkungan antara 15 –

250C dan pakan yang didapat pada tempat tinggal cacing tanah dapat

mempengaruhi reproduksi dan kandungan zat nutrisinya. Sehingga faktor – faktor

yang dapat mempengaruhi efektivitas serbuk cacing adalah tempat hidup cacing

sehingga berpengaruh terhadap kandungan yang ada didalam cacing tanah.

Penelitian ini sudah dilakukan dua kali uji coba dengan menggunakan paper

diks dan kertas saring. Dimana hasil yang diuji adalah percobaan pertama

menggunakan kertas saring tidak ada terbentuk zona bening dan percobaan ke dua

menggunakan paper diks tidak terbentuk zona bening.


31

Hasil dua kali uji coba dengan lima pengulangan konsentrasi 10%, 25%, 50%,

75% dan 100% dimana hasil ini menunjukkan bahwa efektifitas serbuk cacing

tanah tidak memiliki aktifitas antibakteri yang baik terhadap Salmonella thypi

dengan kejadian resistensi yang dilaporkan, maka efektifitas serbuk cacing tanah

belum bisa dijadikan literatur pengganti obat antibiotik yang sudah resisten.

Anda mungkin juga menyukai