Anda di halaman 1dari 2

Nama : Sindi Nuralfiah

NPM : 9882405120411026
Mata Kuliah : Dinamika Kepribadian

Analisis film The miracle Worker dengan teori Dollard & Miller

Tentang Film

Film The Miracle Worker menceritakan penemuan bahasa Helen Keller seorang tunanetra dan tuli.Melalui
kesabaran Anne Sullivan dalam mengajar Helen Keller, akhirnya Keller dapat berbahasa setelah kesulitan
berkomunikasi karena kehilangan penglihatan dan pendengarannya di masa kanak-kanak. Film ini mulanya
diproduksi sebagai drama televisi pada tahun 1957, diterbitkan pada tahun 1957, kemudian diproduksi sebagai
sandiwara panggung pada tahun 1960, hingg akhirnya diproduksi sebagai film pada tahun 1962. Kisah ini
memiliki latar tempat di rumah keluarga Keller di Tuscumbia, Alabama, Amerika Serikat. Dalam adegan
pembuka, keluarga mengetahui bahwa bayi Keller akan selamat dari demam yang mengancam jiwanya. Ibu
Keller, Kate, bagaimanapun, menyadari sesuatu yang mengerikan akan terjadi pada kelangsungan hidup Keller
ketika dia menyadari bahwa bayi itu tidak dapat melihat juga mendengar. Ketika Keller berusia enam tahun,
ayah Keller ingin memasukkannya pada sebuah lembaga yang mengurus anak 'sakit', tetapi Ibunya ingin
mencari perawatan medis yang lebih baik. Alexander Graham Bell sempat memeriksa kondisi Keller, namun ia
tidak dapat membantu. Akhirnya, Kellers menghubungi Institut Perkins untuk Tunanetra di Boston; lalu direktur
mengirim Annie kepada keluarga Kellers.Ketika Annie pertama kali bertemu Helen, anak itu tidak pernah
didisiplinkan. Keller terisolasi dalam keheningan dan kegelapan, ia berkeliaran di rumah dan rentan terhadap
amukan. Annie sendiri pernah merasakan bagaimana rasanya dilembagakan, jadi ia bersimpati dengan urgensi
yang Ibu Keller rasakan tentang anaknya. Annie juga buta, jadi dia tahu sebagian seperti apa dunia Keller.
Dia tahu bahwa kunci transformasi Keller adalah bahasa.Annie berhasil mengajar Keller mengucapkan beberapa
kata dengan jari, menyadari bahwa muridnya memahami kegiatan ini hanya sebagai permainan
menghafal, Keller tidak mengerti bahwa urutan huruf memiliki arti. Sementara itu, Annie memulai tugas
mengajar stata krama pada Keller. Karena tidak memiliki kata-kata, Keller mengekspresikan emosinya melalui
tindakan, menghancurkan benda-benda ketika dia marah dan menyerang orang-orang ketika frustrasi.
Annie merespon dengan kesabaran dan tekad, sejalan dengan sikap Annie, keluarga Keller juga harus diajari
untuk membantu nya berkembang. Untuk menghindari ledakan kemarahan, anggota keluarga menuruti
perilaku Keller yang tidak baik. Dengan susah payah, Annie membujuk Kellers untuk memberinya dua minggu
pengasingan dengan Keller di rumah kebun. Selama waktu ini, Annie membuat kemajuan, namun kemajuan
tersebut kembali terkikis setelah Keller kembali ke rumah utama; anggota keluarga tidak mau menegakkan
aturan baru. Dalam sebuah pertemuan penting, Keller menuangkan sebotol air dengan amarah lalu Annie
membawanya secara paksa ke pompa untuk mengisi ulang air tersebut dan mengajari Keller untuk keluar dari
kebiasaan mantra 'air' ketika Keller merasakan cairan menyembur di tangannya. Tiba-tiba, Keller memahami
bahwa segala sesuatu memiliki nama dan memahami bahwa ia dapat mempelajarinya melalui permainan baru
ini dan mengomunikasikan dunia batinnya kepada orang lain.
Dalam adegan penutup, Kate, Keller, dan Annie pergi ke Institut Perkins.

Analisis

Beberapa bentuk pengaplikasian teori-teori pembelajaran behaviorisme yang terdapat pada film tersebut, antara
lain adalah :
1. Helen Keller yang sejak kecil dididik oleh kedua orang tuanya dengan memberikan stimulus-stimulus
positif ketika Helen bertingkah laku marah dan mengamuk agar Helen terlihat lebih tenang untuk beberapa saat.
Hal ini dilakukannya secara terus-menerus setiap kali Helen marah hingga akhirnya Helen terbiasa dengan
keadaan seperti itu. Hasilnya Helen menjadi anak yang manja, liar dan pemarah, Helen pun akan terus
bertingkah laku seperti itu. Helen menganggap setiap tingkah laku yang Helen lakukan selalu benar dan Helen
selalu mendapatkan hadiah berupa permen dari orang tuanya setiap kali Helen marah.

2. Annie Sullivan menyakini kepada kedua orang tuan Helen bahwa bahasa adalah kunci untuk
mendapatkan akses ke pikiran Helen, sehingga Annie Sullivan mulai mengajarkan Helen mengeja nama-nama
benda menggunakan jari-jarinya yang di tempelkan ketelapak tangan Helen. Ketika Annie Sullivan mengajarkan
Helen kata C-A-K-E di telapak tangan Helen dan Annie Sullivan memberikan cake untuk Helen supaya Helen
mengerti apa yang diberikan oleh Annie Sullivan adalah cake. Dan ketika Helen mengeja C-A-K-E dengan
benar, maka Helen akan mendapatkan cake tersebut. Annie Sullivan memanfaatkan indra penciuman dan perasa
untuk mengenalkan bahwa setiap benda itu mempunyai nama dan makna. Hal ini diajarkan pada Helen terus
menerus, sehingga Helen mengetahui banyak sekali nama-nama benda yang ada disekitarnya, tapi Helen belum
mengetahui bahwa setiap kata itu memiliki makna.

3. Ketika keluarga Helen makan bersama, Helen terbiasa dengan memakan makanan dari piring-piring
anggota keluarganya satu persatu dengan menggunakan tangan. Annie Sullivan tidak menyukai perbuatan Helen
tersebut, jika Helen melakukan tindakan tersebut terus-menerus itu tidak bagus. Annie Sullivan mengajarkan
Helen cara makan yang baik menggunakan sendok dan garpu. Setiap kali Annie Sullivan meletakkan sendok
ketangan Helen, Helen akan melemparnya, berulang-ulang Annie Sullivan mengajarkannya dan akirnya dengan
perasaan marah Helen mengikuti perintah Annie Sullivan makan dengan menggunakan sendok. Hal tersebut
dilakukan Annie Sullivan untuk mengajarkan Helen berulang-ulang setiap hari sehingga Helen terbiasa dengan
melakukan hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai