Anda di halaman 1dari 3

Nama: Kareni Ramadhian

NIM: 2223210047

Kelas: 5A

Analisis Film The Miracle Worker

1. Permasalahan anak dalam perilaku

Hellen cenderung sering kali berperilaku semaunya juga memiliki karakter yang mudah
marah/tempramen. Hellen suka meluapkan amarah dengan menjatuhkan/menghancurkan
barang-barang disekitarnya, dia akan mengeluarkan sikap memberontak dan mengamuk jika
ada yang melarang dirinya melakukan sesuatu. Sikap kasar dengan emosi yang tidak terkendali
itulah yang membuat Hellen menjadi terlalu dimanja oleh keluarganya, karena ibunya Hellen
selalu memaklumi perilakunya dengan memberinya permen untuk menenangkannya ketika
sedang marah. Hellen memiliki sikap manja karena terlalu disayang oleh ibunya dan juga
neneknya. Hellen juga tidak bisa mengendalikan emosinya sendiri sehingga dia akan melakukan
apapun yang membuatnya senang, tanpa tau atau memikirkan perbuatannya salah atau benar.
Disisi lain Hellen juga sebenarnya memiliki sifat nakal/jahil sewajarnya anak seusianya, hal ini
terdapat pada film tersebut ketika dia baru pertama kali bertemu dengan Annie dan Hellen
justru menguncinya di kamar juga menyembunyikan kunci tersebut. Ego yang dimiliki Hellen
bersumber dari sikap manjanya yang buruk sehingga dia terbiasa meluapkan amarahnya
dengan berguling-guling ataupun memecahkan barang kalau dia tidak mendapatkan apa yang
diinginkannya.

2. Permasalahan anak dalam belajar dan berkomunikasi

Karena Hellen merupakan anak tunarungu, tunawicara dan tunanetra, tentu saja dari kecil dia
mengalami kesulitan untuk mengekspresikan dan mengkomunikasikan apa yang dia maksud
kepada orang lain. Hellen menunjukan rasa kesalnya karena tidak bisa bicara dan mendengar
omongan Percy dengan cara memasukan tangan ke dalam mulut Percy. Hellen juga
memberitahu ibunya lewat gerakan/tindakan dengan mencopot kancing baju neneknya, lalu
meletakan kancing tersebut pada wajah bonekanya, seolah-olah dia mengatakan dia juga ingin
punya mata & bisa melihat. Hellen melakukan hal-hal semaunya dan sulit diatur, karena
didorong oleh keinginan dalam dirinya yang begitu besar untuk bicara namun dia tidak bisa
menyampaikannya dengan baik kepada orang lain. Hellen juga tidak mengenal nama-nama
benda yang sering disentuh olehnya, makanya dia mengalami kesulitan dalam memahami
kegunaan benda-benda yang ada di sekitarnya.

3. Respon Lingkungan keluarga

Setiap kali melakukan perilaku yang salah, respon ibunya justru selalu memberikannya reward
dalam bentuk permen, yang menurutnya dapat menenangkan perilaku memberontak Hellen
sebentar. Begitu pun dengan ayahnya Hellen yang cenderung tidak mau memahami sikap
anaknya, pada awal film bisa terlihat jika respon ayahnya ketika Hellen menjatuhkan tempat
tidur adiknya yang masih bayi. Ayahnya justru malah membentak Hellen dan menyuruh agar
ibunya Hellen bisa mengurus dan mengatur anaknya dengan benar. Oleh karena itu, Hellen
terlihat hanya dekat dan akrab dengan ibunya dan neneknya saja, ketika ayahnya mencoba
berkomunikasi padanya Hellen malah menjauh tidak mau. Kaka tirinya Hellen pun sama, di saat
Hellen sedang mengamuk/memberontak, responnya hanya bisa menontonnya saja dan
menganggap perilaku Hellen sebagai lelucon, tidak mau membantu menghentikan sikap
tempramen Hellen. Neneknya pun mewajarkan sikap Hellen ketika dia mencopot sembarangan
kancing baju neneknya, juga saat Hellen baru kembali lagi ke rumah, neneknya membiarkan
dan tidak masalah jika sikap Hellen seperti awal yang sering memecahkan barang. Begitu juga
saat di meja makan, ibu, ayah, dan kaka tiri Hellen memaklumi ketika dia sembarangan
menyomot makanan dari piring-piring mereka. Mereka menganggap hal tersebut sudah biasa
dilakukan Hellen sehingga dia jadinya tidak mengetahui batasan-batasan sikap/perilaku yang
seharusnya.

4. Pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk belajar komunikasi

Annie Sullivan sebagai guru pendampingnya melakukan pendekatan pembelajaran dengan cara
pembiasaan perilaku. Cara nona Sullivan mengajari Hellen memang terlihat keras, tapi ternyata
cara tersebut memberikan efek untuk menghentikan tindakan-tindakan memberontak yang
sering Hellen lakukan. Nona Sullivan awalnya memberitahu bagaimana caranya duduk di meja
makan dengan tenang dan makan secara benar kepada Hellen. Nona Sullivan memberikan
beberapa punishment dari setiap sikap Hellen kepadanya, saat Hellen menyemburkan makanan
ke wajah nona Sullivan, maka nona Sullivan membalasnya dengan menyiramkan air ke
wajahnya Hellen. Saat Hellen menampar nona Sullivan karena dia tidak mau duduk dengan
tenang di kursi, nona Sullivan membalas dengan menampar kembali pipi Hellen, begitu juga
saat Hellen menjambak rambut nona Sullivan, dia membalas dengan menjambak rambutnya
Hellen juga. Hal ini beliau lakukan agar Hellen memahami kalau perbuatannya itu salah. Nona
Sullivan juga terus menerus merangsang Indra motorik Hellen dengan berulang kali
menggunakan bahasa isyarat untuk berbicara kepada Hellen melalui bahasa tangan. Pada saat
pertama kali mengajarkan bahasa kepada Hellen, nona Sullivan memberitahu kata pertama
kepadanya yaitu 'Doll'. Nona Sullivan menggunakan boneka sebagai objek untuk membantu
agar Hellen bisa memahami dan mengulang bahasa tangan 'Doll'. Cara ini juga dilakukan ketika
nona Sullivan mengajarkan kata 'Cake' dan 'Milk' kepada Hellen, beliau memberikan contoh
nyata dalam bentuk objek ataupun benda agar Indra motorik Hellen bisa memahami maksud
dari hal tersebut. Begitu pun saat mengajari kata 'water', 'leaf', nona Sullivan terus mengulangi
cara seperti ini, menyuruh Hellen untuk memegang/merasakan benda tersebut, agar Hellen
terbiasa mengingat di otaknya, tiap kata yang diberitahu oleh nona Sullivan melalui bahasa
tangan kepadanya, memiliki makna masing-masing. Nona Sullivan juga meminta kepada
keluarga Hellen waktu yang cukup agar dia bisa hanya berdua saja dengan Hellen dalam waktu
selama dua minggu, untuk membiasakan Hellen bisa dekat kepadanya dan tidak takut
berinteraksi dengan nona Sullivan. Cara ini terbukti berguna bagi Hellen, ketika jauh dari ibunya
dia menjadi tidak bersikap manja dan memberontak.

5. Sistem sosial keluarga terhadap keberadaan anak

Seluruh keluarga Hellen sangat menyayanginya dan mau menerima keberadaannya di rumah.
Tapi ayahnya dan kaka tirinya justru terlihat sudah tidak sabar menghadapi kelakuan Hellen
sehari-hari. Ayahnya bahkan ingin mengirim Hellen ke rumah sakit jiwa, sedangkan ibunya
Hellen masih bersabar mengurus Hellen. Neneknya juga sangat menyayangi Hellen dan justru
memberikan saran agar Hellen mendapatkan guru pendamping. Nenek dan ibunya Hellen
masih percaya bahwa masih ada keajaiban yang bisa merubah Hellen. Namun, kaka tirinya
Hellen, James justru seringkali meledek dan menyindir kekurangan Hellen dengan kata-kata
yang kasar. Para pelayan di rumah juga terlihat berusaha memberikan perhatian kepada Hellen,
mereka tidak membenci ataupun menjauhi Hellen karena menganggapnya cacat.

Anda mungkin juga menyukai