Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS FILM HELLEN KELLER

KURIKULUM MERDEKA
Dosen pengampu : Sitta Romadhona M.Pd

Uswatun Hasanah : 20218600066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2024
Kisah hidup seorang anak kecil yang bernama Hellen Keller dikutip dalam judul film “The

Miracle Worker”. Pada film ini dapat dikaitkan dengan kurikulum belajar, film ini

berkaitan dengan teori belajar, yaitu teori behaviorisme. seperti yang dipaparkan oleh

tokoh behaviorisme yaitu Albert Bandura (1925) yang terkenaldengan teori pembelajaranya

dibidang sosial atau kongnitif sosial serta efikasi diri daneksperimenya yang sangat terkenal

adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukan anak meniru secara persis prilaku agresif

dari orang dewasa disekitarnya. Begitu juga dalam film The Miracle Worker ini yang

digunakan dalam pembelajaran adalah peniruan pada apa yang diberikan pada pendidiknya,

seperti metode yang diperoleh kepada Hellen dari gurunya Ny Sullivan yaitu pembelajaran

yang menggunakan tangan sebagai alat untuk memahami segala sesuatu yang ada

disekitarnya yang disengaja diberikan dan dilakukan oleh Hellen seperti apa yang diberikan

oleh Sullivan padanya.

1. Bentuk pembelajaran behaviorisme sendiri dalam film ini yaitu Hellen Keller sendiri

yang sejak kecil mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya dengan stimulus-

stimulus positif kepada Hellen Keller ketika Hellen Keller marah serta mengamuk, agar

Hellen Keller sendiri merasakan ketenangan. Hal itu dilakukan berulang ulang kali oleh

kedua orang tua Hellen Keller setiap Hellen sedang marah. Sehingga Hellen menjadi

terbiasa dan menjadi bertingkah manja, karena Hellen Keller sendiri merasa bahwa apa

yang dilakukan orang tuanya adalah hal yang benar. Hellen Keller sendiri akan terus

mengulang sesuatu dengan cara marah dan mengamuk Hellen Keller akan mendapatkan
hadiah berupa permen pada saat dia marah-marah. Karena dia berfikir bahwa yang apa dia

lakukan adalah hal yang benar dan orang tua Hellen Keller menyukai hal tersebut.

2. Berawal dari kekhawatiran orang tua Hellen dengan keadaannya yang tidak kunjung

membaik hingga usia 10 tahun. Ayah Hellen, Arthur Keller awalnya mengusulkan untuk

membawanya ke rumah sakit jiwa, namun ditolak oleh istrinya, Kate Keller karena tidak

mau terpisah jauh dengan putri semata wayangnya. Setelah berdebat, akhirnya Arthur

memutuskan untuk memanggil seorang guru yang akan mengasuh dan mengajari Helen.

Terpilihlah Anne Sullivan yang dirasa sangat cocok untuk mengajari Hellen dengan

berbagai keterbatasannya. Singkat cerita, Anne mengunjungi kediaman Hellen. Alih-alih

disambut baik, sambutan untuknya malah kurang mengenakkan karena Hellen justru

menganggapnya sebagai ancaman. Hellen melempar barang-barang Anne. Marah bukan

menjadi alternatif Anne dalam membalas perbuatan Hellen. Ia justru menyikapinya dengan

sabar. Awalnya, orang tua Hellen kurang percaya dengan cara mengajar Anne setelah

melihat Hellen yang terus-terusan kabur darinya. Bahkan ia pernah mengunci Anne di

dalam kamar dan menyembunyikan kunci di dalam mulutnya. Ketika sarapan, Hellen

mengambil makanan dari piring ibunya, ayahnya, dan kakak tirinya dengan menggunakan

tangan. Orang tua Hellen menganggap itu adalah hal wajar, namun tidak dengan Anne. Ia

menganggap itu adalah pola asuh yang tidak baik untuk Helen, sehingga kedisiplinan

merupakan pelajaran pertama untuk Hellen. Pada situasi ini, Anne mengajari Hellen adab

makan yang benar, seperti duduk dan memegang sendok. Proses ini tentu tidak mudah

baginya karena Hellen berperilaku manja dan sulit diatur. Dengan susah payah, Hellen

akhirnya berhasil makan di piring sendiri bahkan bisa melipat serbetnya. Meski demikian,
kemajuan ini ternyata tidak diapresiasi keluarga Keller. Hampir saja Anne dipecat akibat

cara mengajarnya membuat Helen tertekan. Ia melihat Hellen adalah anak yang cerdas

meski memiliki banyak keterbatasan. Setelah diskusi, keluarga Keller akhirnya

mengizinkan Anne mengajari Hellen dengan caranya sendiri. Di suatu malam, Anne

melihat sebuah gudang dekat perkebunan yang letaknya tak jauh dari rumah Helen. Ia pun

berpikir untuk mengajari Hellen di tempat tersebut untuk sementara. Orang tua Helen

sebenarnya tak setuju dengan rencana tersebut, namun karena keinginan besar Anne

akhirnya mereka mengizinkannya tinggal bersama Hellen selama dua minggu.

3. Setelah melalui perbincangan yang cukup alot akhirrnya keluarga Keller menyetujuiniat

Ny. Sullivan untuk mengasuh serta mengajar Hellen dengan caranya sendiri, dan iameminta

agar ia dan Hellen ditempatkan di rumah yang sebenarnya dijadikan gudang olehkeluarga

Keller yang berada di samping rumah. Sebelum Hellen diajak masuk ke dalamrumah yang

akan dijadikan sebagai tempat tinggalnya bersama Ny. Sullivan, ia diajak berkeliling

menggunakan kereta selama berjam-jam agar Hellen merasa berada di tempat lainsetelah

melaksanakan perjalanan tersebut.Dengan keterbatasan waktu yang diberikan keluarga

Keller kepada Ny. Sullivandalam mengasuh dan mengajar Hellen. Ny. Sullivan sangat

bersunggguh-sungguh karenamerasa memiliki kemiripan latar belakang. Meskipun pada

awalnya Hellen sempat merasatakut dan terganggu akhirnya Ny. Sullivan berhasil

mendekati dan bahkan akrab Hellen. Ia pun mengajarkan Hellen tentang kata-kata benda

yang ada di sekitarnya dengan menggunakan sandi tangan. Dengan cepat Hellen mampu

menggunakan sandi dengan tanganyang diajarkan oleh Ny. Sullivan, akan tetapi Hellen

tidak memahami apa yang diajarkannyasampai tiba hari terakhir yang diberikan oleh
keluarga Keller kepadanya. Kemudian Ny.Sullivan meminta tambahan waktu kepada

keluarga Keller dalam mengasuh serta mengajariHellen. Namun keluarga Keller enggan

memberikan tambahan waktu tersebut. Karena berakhirnya waktu yang diberikan kepada

Ny. Sullivan, Hellenpun kembali dibawa pulang kerumah oleh keluarga Keller. Hingga tiba

waktu makan bersama keluarga Keller, sebab belummemahami apa yang diajarkan Ny.

Sullivan kepadanya Hellen akhirnya makan kembalimenggunakan kebiasaannya sebelum

kedatangan Ny. Sullivan, yaitu memakan makanan dari piring-piring anggota keluarga yang

makan. Oleh karena itu Ny. Sullivan kembali bersikerasuntuk meminta waktu tambahan

dalam mengajar Hellen agar apa yang telah diajarkannyakepada hellen tidak hilang begitu

saja.

Dalam film ini mengajarkan bahwa Setiap orang berhak memiliki mimpi dan menjaganya

menjadi sebuah kenyataan. Dengan mimpi, tujuan hidup lebih tertata. Dengan mimpi,

pandangan akan masa depan lebih terarah.

Siswa berhak mempunyai mimpi tanpa batas membuat banyak orang termotivasi untuk

meraihnya. Rasanya begitu optimis, namun tak menjamin akan berjalan mudah. Terkadang

ada fase di mana kita merasa bahwa mimpi tersebut sulit diwujudkan. Beban yang berat

membuat kata ‘menyerah’ adalah satu-satunya jawaban yang tepat. Bukan karena tidak

mampu mewujudkan, namun kekurangan pada diri memaksa kita untuk hampir

meninggalkan impian tersebut.

Dalam film ini juga terdapat nilai karakter diantaranya ; Pertama, terdapat nilai karakter

dalam film “The Miracle Worker” yaitu nilai keyakinan, kerja keras, ketulusan, menghargai
dan sabar. Nilai-nilai tersebut dikembangkan agar manusia dapat menghayati dan

mengamalkan nilai-nilai pendidikan karakter bagi pribadinya. Kedua, pembentukan nilai-

nilai pendidikan karakter dalam film “The Miracle Worker” ditemukan dalam 3 metode,

yakni memberikan keteladanan dan penghargaan, memberikan kepercayaan dan

pendampingan, serta belajar dari pengalaman yang sukses maupun kegagalan. Ketiga,

implikasi penggunaan media film “The Miracle Worker” dalam pembentukan karakter pada

pembelajaran adalah untuk membangun self confidence, self spiritualization, dan self

actualization.

Anda mungkin juga menyukai