Anda di halaman 1dari 1

Mata merah

Pada malam yang gelap gulita di tengah hutan, aku kedinginan dan kelelahan karena perjalanan
panjang. Aku butuh pertolongan, ku mohon. Siapapun tolong aku!

“Hei! Gadis kecil!”. Seseorang berteriak sambil berlari ke arahku, tapi mataku semakin samar dan
kepalaku berputar.

Aku tidak sadarkan diri dan ketika sudah bangun, aku berada di atas kasur. Rasanya asing sekali,
dimana aku?

“Ayah! Ibu! Dia sudah bangun!”. Seorang anak laki-laki seusiaku berlari keluar kamar. Lalu datanglah
sepasang suami istri ke kamar ini.

“Nak, apa kamu masih pusing?” tanya seorang wanita. “Kamu pingsan di tengah hutan tadi malam.
Suami bibi yang menemui mu, apa kamu ingat?”.

Oh, ternyata aku masih hidup. Meskipun entah aku harus bersyukur atau tidak.

“Terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan saya, entah bagaimana jadinya kalau kalian
tidak ada. Saya akan membalas jasa kalian”. Bibi menggelengkan kepala. “Tidak nak, tidak usah
memberikan imbalan. Kami ikhlas membantumu”. Paman dan anak laki-lakinya mengangguk setuju.

Bibi itu bertanya bagaimana aku bisa berada di tengah hutan tengah malam. Aku menjelaskannya,
lalu bibi menyuruhku beristirahat lagi.

Aku menjelaskan kalau aku hanya seorang pengembara. Walau sebenarnya aku adalah seorang
penyihir yang

Anda mungkin juga menyukai