Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan Ideal

Pendidikan pada dasarnya tidak pernah terbebas dari upaya untuk melanggengkan sistem
sosial ekonomi maupun kekuasaan yang ada. Pandangan ini berangkat dari asumsi bahwa
pendidikan bagi aparatus dominan selalu digunakan untuk melanggengkan dan meletimigasi
dominasi mereka sehingga pendidikan di anggap sebagai sarana mereproduksi sistem dan
struktur sosial yang tidak adil seperti sistem relasi kelas, relasi gender ataupun relasi lainnya.
Pandangan seperti itu dikenal dengan teori reproduksi dalam pendidikan.

Di sisi lain ada pandangan yang berangkat dari asumsi keyakinan bahwa pendidikan
adalah proses produksi kesadaran kritis, seperti menumbuhkan kesadaran kelas, kesadaran
gender maupun kesadaran lainnya. Pendidikan pada pandangan ini meliihat asumsi bahwa
manusia berada dalam sistem dan struktur yang mengakibatkan proses sistem dan struktur sosial,
yakni konteks sosial yang menjadi penyebab atau menyumbangan proses dehumanisasi dan
keterasingan pada pendidikan yang dilakukan.

Beberapa pandangan mengenai teori pendidikan, mulai dari ‘teori reproduksi’ yang tidak
pernah terbebas dari kepentingan politik hingga teori pendidikan yang datang dari kelompok
radikal dimana teori ini berangkat dari asumsi dan keyakinan bahwa pendidikan adalah proses
kesadaran kritis, seperti menumbuhkan kesadaran kelas, kesadaran gender, maupun kesadaran
kritis lainnya. Oleh karena itu, bisa diyakini bahwa selayaknya pendidikan merupakan proses
pembebasan manusia yang dimana berangkat dari asumsi bahwa manusia dalam sistem dan
struktur sosial yang ada pada dasarnya mengalami proses dehumanisasi karena eksploitasi kelas,
dominasi gender, maupun karena hegemoni dan dominasi budaya lainnya. Sehingga pendidikan
merupakan suatu sarana untuk ‘memproduksi’ kesadaran untuk mengembalikan kemanusiaan,
dan dalam kaitan ini, pendidikan berperan untuk membangkitkan kesadaran kritis sebagai
prasyarat upaya untuk pembebasan yang kemudian menjadi tugas pendidik adalah memproduksi
kesadaran kritis untuk suatu proses pembebasan.

Bagi Freire pendidikan yang membebaskan dalam arti anti-kolonialis yaitu pendidikan
harus menjadi cara untuk membebaskan peserta didik dari segala macam bentuk penjajahan,
apalagi penjajahan dalam arti sebenarnya. Gamblangnya apa yang dilakukan oleh Freire adalah
pendidikan merupakan penyadaran dalam diri peserta didik menuju pemanusiaan yang
sebenarnya. Pendidikan yang semacam ini adalah hak bagi setiap anak manusia tanpa terkecuali.
Freire memberikan suatu alternatif baru yaitu dengan suatu metode yang diberinya nama
metode “pendidikan hadap masalah”. Konsep pendidikan tersebut adalah pendidikan yang
dihadapkan pada realitas sosial, maksudnya pendidikan yang membangun kesadaran kritis anak
didik dalam menghadapi realitas sosial. Selain itu pendidikan mesti menjadi alat dalam proses
transformasi sosial. Pandangan positif yang menyatakan pendidikan sebagai proses transformasi
sosial berangkat dari sebuah asumsi dasar bahwa kenyataan yang dialami oleh manusia
merupakan sebuah proses.  Setiap manusia senantiasa menjalani sebuah proses untuk “menjadi
manusia”. Dalam hal inilah dapat diketahui bahwa sesungguhnya proses pendidikan tidak bisa
dilepaskan dari persoalan sosial, karena masalah sosial pada hakikatnya merupakan bagian dari
pendidikan itu sendiri. Karena seyogyanya, pendidikan berfungsi sebagai wahana membangun
kesadaran anak didik agar tetap menyadari kemanusiaannya.

Mahasiswa Ideal

Sebagai wadah membentuk kaum intelektual, pendidikan seharusnya dinikmati oleh


seluruh masyarakat. Dalam pendidikan tinggi misalnya, mahasiswa tidak terlepas dari peran dan
fungsinya. Peran yang merupakan sesuatu yang melekat terhadap individu atau dirinya yaitu
intelektual, sosial, moral. Peran tersebut akan terpahami ketika fungsi mahasiswa terjalankan
dimana termaktub di dalam tri dharma perguruan tinggi. Namun, saat ini masih banyak kalangan
mahasiswa yang masih bergerak dalam gerakan moralis yang bersifat regresif. Idealnya
mahasiswa dalam konsep pendidikan Freire menjadikan gerakan politik progresif dimana
gerakan yang berdasar pada pembebasan sosial yang menjadikan segala kelas dalam posisi yang
setara tanpa ada yang tertindas. Dalam rangka mencapai mahasiswa sebagai kaum intelektual
tentunya penguatan nalar perlu diperdalam lagi dalam hal merespon realitas di sekitarnya.
Membaca, menulis dan berdiskusi sebagai budaya yang diharapkan mampu dalam menguatkan
nalar dan bagaimana dapat berparadigma reflektif dari luar diri ke dalam dirinya sehingga dapat
melakukan perubahan dan dapat diterapkan pada diri masing-masing individu sesuai dengan
bagaimana peran dan fungsi mahasiswa seharusnya.

Anda mungkin juga menyukai