Anda di halaman 1dari 6

SALIM KANCIL

Jadi cerita awalnya, dua orang petani menjadi korban aniaya oleh sekelompok orang di
Desa Selok Awar Awar, Kabupaten Lumajang, tepatnya hari Sabtu tanggal 26 bulan
September tahun 2015. Kedua Korban tersebut yaitu Salim Kancil yang dianiaya hingga
meninggal dunia dan Tosan yang dianiaya hingga kritis. Peristiwa tersebut terjadi karena
kedua petani tersebut sering melakukan penolakan terhadap penambangan pasir ilegal di
daerahnya.

Ketua Komisi III DPR Aziz Syamsuddin mengatakan Komisi III membentuk tim khusus
menginvestigasi kasus Lumajang tersebut. Menurut dia, tim itu akan mendengarkan
masukan dari masyarakat dan juga melakukan koordinasi dengan aparat penegak hukum di
wilayah tersebut.

Menurut dia kejadian itu bukan karena satu kasus lalu terjadi pembunuhan namun
perjalanan panjang karena terkait tumpang tindih pengelolaan pertambangan dan
lingkungan. Menurut dia, harus dilihat fakta di lapangan sebelum membuat kesimpulan, agar
mendapatkan gambaran secara utuh.

Setelah mendapatkan masukan dari kelompok masyarakat sipil, namun perlu di cek ulang
kepastiannya. Bahkan koalisi nasional sudah memberi rekomendasi bahwa kemungkinan
terbunuhnya Salim terjadi karena penegak hukum kurang responsif dalam antisipasi
masalah tersebut.

Bentuk Pelanggaran HAM

Dalam kasus ini sudah sangat jelas termasuk Undang-Undang Nomer 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Terdapat dua jenis pelanggaran HAM yang
termasuk dalam kategori berat berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000, yakni kejahatan
kemanusiaan dan genosida (perbuatan yang dilakukan dengan maksud menghancurkan
atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok, ras, agama). Dengan ini maka kasus
Salim Kancil merupakan pelanggaran HAM berat karena termasuk dalam kategori kejahatan
kemanusiaan. Di samping itu juga melanggar UUD 1945 pasal 28 E ayat 3 karena
menghalangi para warga untuk menyuarakan pendapatnya. Tidak luput pula pada pasal 28
A UUD 1945 karena melanggar hak atas hidup yang terbukti dari tindakan pelaku yang tidak
memiliki rasa kemanusiaan untuk menganiyaya dan membunuh Salim Kancil dengan keji
serta dalam kasus itu para pelaku juga telah merendahkan derajat kemanusiaan para
korban. Rasa aman masyarakat pun terenggut.

Dalam kasus ini setidaknya ada 13 pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang berkaitan
dengan tewasnya Salim Kancil.

1. Pertama hak hidup yang dialami Salim Kancil,


Korban yang meninggal dunia atas nama Salim Kancil akibat mengalami tindak kekerasan
yang berujung pada kehilangan hak untuk hidup. Berdasarkan hal tersebut, maka telah
terjadi pelanggaran terhadap hak untuk hidup yang merupakan hak yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun (non derogable rights) sebagaimana dijamin dalam Pasal
28 I ayat (1) UUD 1945, Pasal 4 dan 9 UU 39 Tahun 1999 tentang HAM serta Pasal 6 ayat
(1) Kovenan Internasional Hak-hak Sipik dan Politik yang telah diratifikasi melalui UU 12
Tahun 2005.
2. Kedua hak atas lingkungan yang sehat,
3. Ketiga hak kesehatan,
4. Keempat hak atas air bersih,
5. Kelima hak atas pelayanan publik,
6. Keenam hak atas warisan budaya,
7. Ketujuh hak rasa aman
Peristiwa ini telah menyebabkan rasa ketakutan dan kekhawatiran yang dialami oleh
keluarga korban serta masyarakat sekitar juga, terutama bagi pembela HAM. Berdasar hal
tersebut maka telah terjadi pelanggaran hak atas rasa aman sebagaimana dijamin Pasal
28G ayat (1) UUD 1945 jo Pasal 30 UU 39 Tahun 1999 tentang HAM.
8. Kedelapan hak kebebasan berekspresi,
9. Kesembilan hak beropini,
10. Kesepuluh hak untuk berkumpul,
11. Kesebelas hak berserikat
12. Kedua belas hak untuk tidak mengalami penyiksaan
Berdasarkan hal tersebut telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran HAM sebagaimana
dijamin Pasal 33 ayat (1) UU 39 Tahun 1999 tentang HAM, Pasal 7 UU 12 Tahun 2005
tentang Pengesahan Kovenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik, Pasal 16 ayat (1) UU
5 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau
Penghukuman Lain yang Kejam Tidak Manusia atau Merendahkan Martabat Manusia.
13. Ketiga belas hak untuk tidak mengalami tindakan keji lainnya.

Menurut saya ada lagi hak pelanggaran lain yaitu Hak Anak soalnya Dalam peristiwa
kekerasan tersebut, pelaku melakukan tindakan kekerasan di depan anak Salim yang masih
berusia 15 tahun. Selain itu, dalam peristiwa kekerasan bertempat di Kantor Pemerintah
Desa Selok Awar-Awar dilakukan di depan sekolah PAUD. Berdasarkan hal tersebut, maka
telah terjadi pelanggaran HAM sebagaimana dijamin dlm Pasal 28 B ayat (2) UUD45 jo
Pasal 52 ayat (1) jo Pasal 63 UU 39 Tahun 1999 tentang HAM, jo Pasal 4 jo Pasal 15 huruf c
dan d, jo Pasal 16 ayat (1) UU 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, jo Pasal 19 ayat
(1) jo Pasal 37 huruf a Keppres 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Kovenan Perlindungan
Hak Anak.

Kronologi
“Awal terjadinya penolakan Aktivitas Penambangan Pasir masyarakat Desa Selok Awar –
Awar sekitar bulan Januari 2015. Bentuk penolakan masyarakat berupa pernyataan sikap
FORUM KOMUNIKASI MASYARAKAT PEDULI DESA SELOK AWAR – AWAR
KECAMATAN PASIRIAN KABUPATEN LUMAJANG yang semua dibentuk oleh 12 warga
masyarakat, yaitu:
1. Bapak TOSAN
2. Bapak IKSAN SUMAR
3. Bapak ANSORI
4. Bapak SAPARI
5. Bapak SALIM / P. KANCIL
6. Bapak ABDUL HAMID
7. Bapak TURIMAN
8. Saudara M.HARIYADI
9. Saudara ROSYID
10. Saudara MOHAMMAD IMAM
11. Saudara RIDWAN
12. Bapak COKROWIDODO RS

Mereka melakukan Gerakan Advokasi Protes tentang Penambangan Pasir yang


mengakibatkan RusakNya Lingkungan di Desa mereka dengan cara bersurat kepada
Pemerintahan Desa Selok Awar – Awar, Pemerintahan Kecamatan Pasirian bahkan kepada
Pemerintahan Kabupaten Lumajang / Bupati Lumajang.

Sekitar bulan Juni 2015 FORUM menyurati Bupati Lumajang untuk meminta AUDENSI
tentang Penolakan Tambang Pasir , tetapi tidak di Respon oleh Bupati yang diwakili oleh
CAMAT Pasirian dan hasil AUDENSI tersebut tentang keberatan FORUM Aktivitas
Penambangan tersebut yang Izin Penambangan Pasir yang berkedok Izin Pariwisata.

Pada 9 September 2015 FORUM melakukan Aksi Damai Penyetopan Aktivitas


Penambangan Pasir dan Penyetopan Truck muatan Pasir di Balai Desa Selok Awar – Awar
yang menghasilkan Surat Pernyataan Kepala Desa Selok Awar – Awar untuk menghentikan
Aktivitas Penambangan Pasir di Desa Selok Awar – Awar.

Pada 10 September 2015 adanya Pengancaman Pembunuhan yang dilakukan oleh TIM
PREMAN bentukan dari Kepala Desa Selok Awar – Awar kepada Bapak TOSAN. Tim
PREMAN tersebut diketuai oleh P. DESIR. Dan sebelum itu juga ada beberapa Anggota
FORUM yang pernah diancam oleh TIM PREMAN tersebut.

Pada 11 September 2015 perwakilan FORUM melaporkan kejadian Tindak Pidana


Pengancaman Ke POLRES LUMAJANG yang ditemui dan/atau diterima langsung oleh
KASAT RESKRIM LUMAJANG Bapak HERI. Pada saat itu KASAT Menjamin dan akan
Merespon Pengaduan FORUM yang telah dikordinasikan dengan pimpinan POLSEK
PASIRIAN.

Pada tanggal 19 September 2015 FORUM menerima Surat Pemberitahuan dari POLRES
LUMAJANG terkait nama – nama Penyidik POLRES yang menangani Langsung Kasus
Pengancaman tersebut.

Pada tanggal 21 September 2015 FORUM mengirim Surat Pengaduan terkait ILEGAL
MINNING yang dilakukan oleh Oknum Aparat Desa Selok Awar – Awar di daerah hutan
lindung Perhutani.

Pada tanggal 25 September 2015 FORUM mengadakan Kordinasi dan Konsolidasi dengan
Masyarakat akan melakukan Aksi Penolakan Tambang Pasir dikarenakan Aktivitas
Penambangan tetap berlangsung dilakukan oleh pihak Penambangan. Rencana Aksi
dilakukan besok pagi harinya tanggal

26 September 2015 Pukul 07.30 WIB.

Pada tanggal 26 September 2015 kurang lebih Pukul 08.00 WIB terjadinya Penjemputan
Paksa dan Penganiyaan terhadap 2 Anggota FORUM yaitu Bapak TOSAN dan Bapak
SALIM / P. KANCIL yang dilakukan Massa yang dipimpim Oleh Bapak DESIR yang
mengakibatkan Meninggalnya Bapak SALIM / P.KANCIL dan Luka Berat oleh Bapak
TOSAN.

Kejadian Alur TKP Korban P. TOSAN:

Sekitar Pukul 07.00 WIB, Pak Tosan menyebar selebaran di depan rumahnya bersama
Sudara Imam, kemudian ada satu orang kebetulan melintas dan berhenti sempat
marah-marah, setelah itu dia meninggalkan pak Tosan dan Imam.

Sekitar pukul 07.30 Massa sekitar kurang lebih 40 orang bermotor mendatangi P. TOSAN
kemudian mengroyok, Sebelum melarikan diri Imam teman korban sempat melerai
kemudian Massa berbalik ingin menyerang IMAM.

Karena IMAM sendirian dan Massa memakai membawa Kayu, Batu dan Clurit lalu IMAM
diminta korban untuk melarikan menyelamatkan diri dari Lokasi tersebut, Kemudian pak
Tosan melarikan diri dengan menaiki sepeda angin, namun masa terus mengejar, pada saat
di lapangan Persil, korban terjatuh, dianiaya dan dimassa dengan memakai Pentungan
Kayu, Pacul, Batu dan Clurit. Setelah korban terjatuh masa sempat melindas dengan
sepeda motor.

Kemudian setelah beberapa lama datang teman Putra TOSAN yaitu RIDWAN yang telah
menerima kabar bahwa P.TOSAN di Massa dan di aniyaya oleh 30 orang lebih.

Lalu RIDWAN hendak melerai Massa agar melepaskan P.TOSAN, kemudian Massa berbalik
hendak mengkroyok RIDWAN lalu RIDWAN menantang massa pimpinan masa pengroyok
yang bernama Desir. Kemudian Massa berbalik dan meninggalkan P.TOSAN yang sudah
penuh Luka Berat dan RIDWAN mengantarkan P.TOSAN ke PUSKESMAS Pasirian dan
dirujuk ke RSUD Lumajang dan RS.BHAYANGKARA Lumajang.

Kejadian Alur TKP Korban Alm. P.SALIM/ P.KANCIL:

Setelah dari Menganiyaya P.TOSAN Massa menuju rumah P.SALIM/P.KANCIL, Massa


menjemput paksa P. SALIM/KANCIL di rumahnya, pada saat kejadian Alm Pak Kancil
sedang mengendong cucunya yang masih berusia sekitar 5 tahun, melihat gerombolan
masa datang kerumahnya korban menaruh cucunya dilantai, kemudian masa mengikat
kedua tangan korban memukuli dengan Kayu, Batu.

Kemudian Massa membawa P.SALIM/P.KANCIL ke Balai Desa Selok Awar – Awar dengan
cara diseret, jarak rumah korban dengan balai desa sekitar 2 kilo, pada saat di balai desa
korban sempat mendapat penyiksaan, selain dipukuli digergaji lehernya, disetrum, kejadian
ini kurang lebih setengah jam antara jam 08.00 – 08.30 sampai menimbulkan kegaduhan
terdengar suara kesakitan dari P. SALIM/KANCIL di Balai Desa tersebut yang pada saat itu
ada proses belajar mengajar disekolah Anak – Anak PAUD di Desa sampai Proses Belajar
mengajar di hentikan dan dipulangkan.

Kemudian Massa menyeret P.SALIM/KANCIL ke luar Balai Desa menuju tempat disekitar
Makam Desa, pada saat disekitar makam korban diminta berdiri tangan terikat dan diangkat
keatas, kemudian masa membacok perut sebanyak tiga kali namun tidak menimbulkan luka
sama sekali, kemudian kepala pak korban di kepruk pakai batu dan mengakibatkan korban
meninggal posisi tertelungkup dengan tangan terikat/diikat dengan tambang dengan tubuh
terutama Kepala Korban Penuh Luka benda tumpul, di dekat korban banyak Batu dan Kayu
berserakan.

Menurut kesaksian dari RIDWAN dan IMAM Massa kurang lebih 30 orang tersebut dipimpin
oleh P. DESIR yang kesemuanya itu melakukan Penganiayaan terhadap P.TOSAN dan
kemungkinan besar juga Pelaku yang sama terhadap pembunuhan P. SALIM/ P. KANCIL.“

Fakta - Fakta Menarik


Sebagian besar pelaku sudah diringkus polisi, meski begitu ada sedikitnya 7 fakta menarik
penyebab tewasnya pria bertubuh kecil tersebut.

Fakta pertama, berdasarkan temuan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM),
sebelum Salim Kancil dieksekusi oleh antek- antek Kepala Desa (Kades) Selok Awar- Awar,
Haryono , tanggal 14 September 2015 ia telah membuat laporan polisi ke Polres Lumajang
terkait adanya intimidasi yang dilakukan Haryono. Kendati begitu, pengaduannya tidak
mendapatkan respon sebagaimana mestinya. Demikian pula pengaduannya ke Polsek
setempat, ternyata juga diabaikan.

Fakta kedua, masih berdasarkan temuan Komnas HAM, saat terjadi penyiksaan terhadap
Salim Kancil tanggal 26 September 2015 di Balai Desa Selok Awar- Awar hingga berujung
pada kematiannya, terdapat mobil polisi yang melewati tempat kejadian perkara (TKP),
namun mobil tersebut tidak berhenti tanpa alas an yang jelas. “ Sudah terjadi pembiaran
oleh aparat Negara,” kata Wakil Ketua Komnas HAM, Siti Noor Laila kepada BBC Indonesia,
Rabu (7/10).

Fakta ketiga, terkait dengan tewasnya Salim Kancil, pihak Propam sudah melakukan
pemeriksaan terhadap jajaran kepolisian resor Lumajang. Hasilnya tiga oknum, masing-
masing Aipda SP, Ipda SH dan AKP S dinyatakan melanggar disiplin. Ketiganya kerap
menerima upeti dari Kades Haryono yang nominalnya berkisar Rp100 ribu- Rp 150 ribu tiap
patroli. Ini agak menggelikan, dibalik perputaran uang yang setiap bulannya mencapai Rp
2,7 miliar, oknum- oknum tersebut hanya menerima recehan. Celakanya, imbalan receh itu
sudah mampu menutup mata mau pun telinga mereka hingga meski ada potensi kejahatan
di wilayahnya tetap diabaikan.

Illegal Minning Vonisnya 1 Bulan

Fakta keempat, di acara Indonesia Lawyer Club ( ILC) TV One yang berlangsung hari
Selasa (6/10), untuk Desa Selok Awar- Awar saja, dalam sehari terdapat 300 truck yang
mengangkut pasir. Dengan harga jual sebesar Rp 270 ribu/ truck dan harus membayar
portal Rp 30 ribu/ truck, maka sebulan Haryono mampu meraup uang tunai Rp 2,7 miliar !.
Itu in come di satu desa saja, padahal di wilayah Kabupaten Lumajang terdapat 6
kecamatan yang tiap hari pasirnya dieksploitasi secara terus menerus.

Anehnya dari angka rupiah yang mencapai miliaran itu, ternyata pendapatan asli daerah
(PAD) yang diperoleh hanya Rp 75 juta/ tahun. Yang lebih mengherankan, Bupati Lumajang
As’at Malik yang kerap dilapori oleh Abdul Hamid selaku Koordinator Aktifis Masyarakat
Penolak Tambang Pasir ternyata tidak sigap bertindak. Akibatnya, para penambang pasir liar
semakin hari bertambah liar hingga berujung kematian Salim Kancil.

Fakta kelima, penambangan pasir di Lumajang, diduga keras bukan untuk konsumsi
bangunan saja. Sebab, dalam situs Kabupaten Lumajang ditulis bahwa kabupaten ini
memiliki potensi cadangan pasir besi paling luas di Indonesia. Di mana, area pasir yang
mengandung zat besinya mencapai 60 ribu hectare dengan kadar besi mencapai 30 – 40
persen. Cadangan pasir besi tersebut didapat dari muntahan gunung Semeru. Dengan
tingginya kandungan zat besi. Ditengarai eksploitasi pasir secara besar- besaran ditampung
oleh sebuah perusahaan besar.

Dalam hal ini, meski Kades Selok Awar- Awar Haryono mampu meraup perbulan sekitar Rp
2,7 miliar, namun, posisinya sebenarnya hanya sebagai operator lapangan. Dengan
didukung antek- anteknya (Tim 12), Haryono merasa terusik dengan berbagai bentuk protes
yang dilontarkan Salim Kancil dkk. Untuk menghentikan gerak Salim Kancil yang merupakan
motor penggerak aksi protes, maka Salim kancil berusaha dibina. Karena tak mampu dibina,
akhirnya Salim Kancil dibinasakan.

Fakta keenam, penagakan hukum terhadap penambangan liar (illegal mining) di wilayah
Kabupaten Lumajang, sebelum Salim Kancil dibantai, ternyata sangat menyedihkan. Pihak
Polres setempat pernah menangani empat kasus illegal minning dengan rincian dua kasus
masih proses hukum, satu kasus tersangkanya buron dan satu kasus selesai disidangkan.
Hasilnya, pelaku divonis 1 bulan penjara dan denda Rp 3 juta !.

Padahal, pelaku yang bernama Purwanto ini, harusnya terancam hukuman maksimal 10
tahun penjara dan denda Rp 10 miliar. Namun, faktanya Jaksa hanya menuntutnya 1 tahun
penjara serta denda Rp 3 juta. Timpangnya tuntutan Jaksa ditambah entengnya vonis
Hakim, tak pelak berimbas pada hilangnya rasa takut penambang liar terhadap penegakan
hukum. Illegal mining yang hasilnya miliaran rupiah, cuma divonis 1 bulan penjara.

HALAMAN SELANJUTNYA

Anda mungkin juga menyukai