Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara hukum. Sesuai yang tertera dalam Undang –


undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) yang
menyatakan bahwa “ Indonesia adalah Negara Hukum “, maka konsekuensi
logis dari pengaturan itu adalah segala ketentuan dan praktek
penyerlanggaraan yang ada di Indonesia semuanya didasarkan atas hukum.
Ketentuan ini juga bekonsekuensi terhadap wujud dari negara Indonesia yang
bukan sebagai machstaat, tapi sebagai rechstaat atau rule of law.

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak-hak yang dimiliki manusia


sejak ia lahir yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat
siapapun. Hak Asasi merupakan sebuah bentuk anugrah yang diturunkan oleh
Tuhan sebagai sesuatu karunia yang paling mendasar dalam hidup manusia
yang paling berharga. Hak Asasi dilandasi dengan sebuah kebebasan setiap
individu dalam menentukan jalan hidupnya, tentunya Hak asasi juga tidak
lepas dari kontrol bentuk norma-norma yang ada. Hak-hak ini berisi tentang
kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan suku, golongan,
keturunanan, jabatan, agama dan lain sebagainya antara setiap manusia yang
hakikatnya adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.

Dalam UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,


disebutkan bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh Negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Artinya, dengan
adanya ketentuan mengenai Hak Asasi Manusia tersebut, Negara wajib hadir
untuk melindungi setiap hak individu warga negaranya, sehingga dapat secara

1
bebas untuk memperoleh kehidupan yang layak, mengembangkan diri,
mengekspresikan gagasan dan kreativitasnya, serta mengoptimalkan peran
dan sumbangsihnya terhadap kesejahteraan hidup manusia secara luas.

Pada dasarnya pemerintah pusat merupakan penanggung jawab utama


kewajiban melaksanakan hak asasi manusia secara nasional dalam suatu
negara. Tindakan illegal otoritas publik, termasuk yang dilakukan pemerintah
daerah, adalah tanggung jawab negara bahkan jika tindakan tersebut berada di
luar kewenangan hukumnya atau bertentangan dengan undang-undang dan
instruksi-instruksi dalam negerinya. Namun demikian, meskipun pemerintah
pusat adalah penanggung jawab utama, pemerintah daerah juga bertanggung
jawab dalam mengemban kewajiban untuk melaksanakan hak asasi manusia.
Dalam hal ini kedudukan pemerintah daerah sebagai wakil pemerintah di
daerah, merupakan pelengkap bagi pelaksanaan kewajiban pemenuhan hak
asasi manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu penegakan hukum dan HAM?
2. Apakah Pembunuhan Salim Kancil termasuk pelanggaran HAM?
3. Bagaimana kronologi pembunuhan Salim Kancil?
4. Bagaimana solusi untuk menangani kasus pembunuhan Salim Kancil?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu penegakan hukum dan HAM.
2. Mengetahui pelanggaran HAM Pembunuhan Salim Kancil.
3. Mengetahui kronologi pembunuhan Salim Kancil.
4. Menegetahui solusi untuk menangani kasus pembunuhan Salim Kancil.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penegakan Hukum dan HAM

Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa


pemajuan dan perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hak-
hak sipil, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan, baik dalam penerapan,
pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan pasal 1 (3), pasal
55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus
dilakukan melalui sutu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan
pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan hubungan antar
negaraserta hukum internasional yang berlaku.

Pengertian penegakan hukum adalah penyelenggarakan hukum oleh


petugas penegak hukum dan oleh setiap orang yang mempunyai kepentingan
sesuai dengan kewenangannya masing-masing menurut aturan hukum yang
berlaku. Pengertian lain dari Penegakan hukum adalah proses pemungsian
norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku atau hubungan –
hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sedangkan pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang


dimiliki manusia sejak ia lahir yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat
diganggu gugat siapapun. Hak Asasi merupakan sebuah bentuk anugrah yang
diturunkan oleh Tuhan sebagai sesuatu karunia yang paling mendasar dalam
hidup manusia yang paling berharga. Hak Asasi dilandasi dengan sebuah
kebebasan setiap individu dalam menentukan jalan hidupnya, tentunya Hak
asasi juga tidak lepas dari kontrol bentuk norma-norma yang ada. Hak-hak ini
berisi tentang kesamaan atau keselarasan tanpa membeda-bedakan suku,
golongan, keturunanan, jabatan, agama dan lain sebagainya antara setiap
manusia yang hakikatnya adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.

3
2.2 Kronologi Pembunuhan Salim Kancil

12:02 WIB - Selasa, 29 September 2015 | Editor: Ronna Nirmala

Foto : Salim Kancil, aktivis petani


penolak tambang pasir yang dibunuh
dengan tragis (dok. Replubika.co.id)

Replubika.co.id - Pembunuhan warga Desa Selok Awar-Awar,


Lumajang, Jawa Timur Samsul alias Salim Kancil (46) memicu kemarahan
banyak pihak. Salim menjadi korban aksi kekerasan dan penganiayaan
sekelompok orang secara brutal. Aktivitas Salim Kancil menolak tambang
Galian C di desanya, diduga menjadi latar aksi kekerasan ini. Awal terjadinya
penolakan aktivitas penambangan pasir oleh masyarakat Desa Selok Awar-
Awar dimulai sekitar Januari 2015.

Salim adalah petani yang sekaligus menjadi pemilik lahan sekitar


lokasi penambangan di pesisir pantai selatan Watu Pecak.Hingga pada suatu
hari, Salim mendapati 8 petak lahannya hancur akibat tambang pasir ilegal.
Salim menduga, tambang tersebut diduga dikelola oleh tim 12, yang
merupakan mantan tim kampanye kepala desa mereka, Haryono, yang di
kemudian hari terseret dalam perkara ini.

Salim pun mulai mengunjungi rumah teman-temannya di malam hari


dan berhasil merekrut lima orang warga. Dari situlah perlawanan dimulai
secara diam-diam karena khawatir aktivitas mereka diketahui oleh Tim 12.
Salim mulai aktif, dan rajin surat-menyurat dengan pihak keamanan,
pemerintah kabupaten, provinsi, sampai ke Jakarta. Tujuannya bulat, dirinya
memperjuangan hak hidup sebagai warga negara Indonesia, apalagi apa yang
menimpa dirinya juga sama dengan warga pemilih lahan di lokasi tambang
ilegal.Salim Kancil melaporkan intimidasi dan ancaman pada petani yang

4
menolak tambang ke Kepolisian Sektor Pasirian, yang kemudian diteruskan
ke Kepolisian Resor Lumajang, namun tidak ada tindakan.

Atas nihilnya tanggapan dari aparat, Salim pun kemudian membentuk


Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Desa Selok Awar-awar (FORUM)
yang terdiri dari 11 warga untuk angkatan pertama, yakni Tosan, Iksan
Sumar, Ansori, Sapari, Abdul Hamid, Turiman, Muhammad Hariyadi,
Rosyid, Mohammad Imam, dan Ridwan. Mereka mulai melakukan gerakan
advokasi protes perihal penambangan pasir yang mengakibatkan rusaknya
lingkungan di desa Selok Awar-awar, dengan cara bersurat kepada
Pemerintahan Desa Selok Awar-Awar, Pemerintahan Kecamatan Pasirian
bahkan kepada Pemerintahan Kabupaten Lumajang.

Berikut beberapa gerakan advokasi mereka:

 Juni 2015. Forum warga menyurati Bupati Lumajang untuk meminta


audiensi tentang penolakan tambang pasir. Surat tersebut tidak direspons
oleh Bupati Lumajang.
 9 September 2015. Forum warga melakukan aksi damai penghentian
aktivitas penambangan pasir dan truk muatan pasir di Balai Desa Selok
Awar-Awar.
 10 September 2015. Muncul ancaman pembunuhan yang diduga
dilakukan oleh sekelompok preman yang dibentuk oleh Kepala Desa
Selok Awar-Awar kepada Tosan. Kelompok preman tersebut diketuai
oleh Desir.
 11 September 2015. Forum melaporkan tindak pidana pengancaman ke
Polres Lumajang yang diterima langsung oleh Kasat Reskrim Lumajang,
Heri. Saat itu Kasat menjamin akan merespons pengaduan tersebut.
 19 September 2015. Forum menerima surat pemberitahuan dari Polres
Lumajang terkait nama-nama penyidik Polres yang menangani kasus
pengancaman tersebut.

5
 21 September 2015. Forum mengirim surat pengaduan terkait
penambangan ilegal yang dilakukan oleh oknum aparat Desa Selok
Awar-Awar di daerah hutan lindung Perhutani.
 25 September 2015. Forum mengadakan koordinasi dan konsolidasi
dengan masyarakat luas tentang rencana aksi penolakan tambang pasir
dikarenakan aktivitas penambangan tetap berlangsung. Aksi ini
rencananya digelar 26 September 2015 pukul 07.30 WIB.
 26 September 2015. Sekitar pukul 08.00 WIB, terjadi penjemputan paksa
dan penganiayaan terhadap dua orang anggota forum yaitu Tosan dan
Salim Kancil.

Sekitar pukul 07.00 WIB, Tosan sedang menyebarkan selebaran di depan


rumahnya bersama Imam. Sekitar pukul 07.30 WIB, sekelompok preman
berjumlah sekitar 40 orang dengan sepeda motor mendatangi Tosan dan
mengeroyoknya. Sebelum diminta melarikan diri oleh Tosan, Imam sempat
melerai penganiayaan tersebut. Tosan dianiaya dengan menggunakan kayu,
batu dan celurit. Tosan mencoba lari dengan menggunakan sepeda angin,
namun gerombolan tersebut berhasil mengejar. Di Lapangan Persil, korban
terjatuh, dan kemudian dianiaya kembali dengan pentungan kayu, pacul, batu
dan celurit, bahkan sempat ditindas dengan sepeda motor. Tak lama, Ridwan,
rekan satu forum Tosan, datang dan melerai. Preman kabur. Ridwan
membawa Tosan ke RSUD Lumajang.

Setelah menganiaya Tosan, gerombolan preman tersebut kuat diduga


menuju rumah Salim Kancil. Mengetahui ada yang datang berbondong dan
menunjukkan gelagat tidak baik Salim membawa cucunya masuk.
Gerombolan tersebut langsung menangkap Salim dan mengikat dia dengan
tali yang sudah disiapkan. Para preman kemudian menyeret Salim dan
membawa dia menuju Balai Desa Selok Awar-Awar yang berjarak 2
kilometer dari rumahnya. Sepanjang perjalanan menuju Balai Desa,
gerombolan ini terus menghajar Salim dengan senjata-senjata yang mereka
bawa serta disetrum. Kejadian tersebut disaksikan warga yang ketakutan

6
dengan aksi ini dan menimbulkan kegaduhan yang pada saat itu sedang
berlangsung proses belajar mengajar di sebuah sekolah Paud.

Kebal dengan penganiayaan tersebut, Salim kemudian diseret kembali ke


sebuah daerah pemakaman. Salim akhirnya menghembuskan nafas
terakhirnya ketika mereka memukulkan batu berkali-kali di kepalanya dalam
posisi tertelungkup dengan tangan terikat. Tubuh, terutama kepala korban
penuh luka benda tumpul, di dekatnya banyak batu dan kayu berserakan.

Dalam kasus ini terdapat bukti permulaan yang cukup untuk menduga
terjadinya pelanggaran HAM sebagaimana dijamin didalam berbagai
peraturan perundang-undangan HAM. Berikut bentuk-bentuk perbuatan
pelanggaran yang terjadi dalam peristiwa ini:

1. Hak untuk hidup

Pelanggaran HAM ini terbukti dari tindakan pelaku yang tega


menganiaya dan membunuh Salim Kancil secara sadis karena dia berani
menolak penambangan pasir besi di sana secara terang-terangan.
Tindakan pembunuhan tersebut secara jelas melanggar hak hidup sesuai
yang tertera di alam Pasal 28A Undang – undang dasar 1945 yang
berbunyi:“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.”dan dikatakan bahwa setiap
orang berhak atas kehidupan, mempertahankan kehidupan, dan
meningkatkan taraf kehidupannya

2. Hak untuk tidak mendapat perlakuan yang kejam


Pada peristiwa ini korban baik Salim Kancil maupun Tosan mengalami
tindak kekerasan antara lain, dipukul dengan benda tajam, batu dan
sebagainya serta distrum di hadapan masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran HAM sebagaimana
dijamin Pasal 33 ayat (1) UU 39Tahun 1999 yang berbunyi “setiap orang
berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman, atau perlakuan yang

7
kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat
kemanusiaan”.
3. Hak untuk tidak ditangkap secara sewenang-wenang
Pada saat peristiwa, korban Salim Kancil dilakukan penangkapan oleh
sejumlah orang yang tidak mempunyai kewenangan dan kapasitas untuk
melakukan penangkapan. Sehingga terjadi tindakan penangkapan secara
sewenang-wenang. Hal itu tertulis dalam Pasal 34 ayat (1) UU 39 Tahun
1999 yang berbunyi “setiap orang tidak boleh ditangkap, ditahan, disiksa,
dikucilkan, diasingkan, atau dibuang secara sewenang-wenang dan Pasal
9 ayat (1) UU 39 Tahun 1999 berbunyi “setiap orang berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya.
.
4. Hak atas Rasa Aman
Peristiwa ini telah menyebabkan rasa ketakutan dan kekhawatiran yang
dialami oleh keluarga korban serta masyarakat sekitar juga, terutama bagi
pembela HAM. Berdasar hal tersebut maka telah terjadi pelanggaran hak
atas rasa aman sebagaimana dijamin Pasal 28 G ayat (1) UUD 1945 dan
bagi orang yang melakukan kekerasan ataupun mencoba untuk
melakukan tindakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia, maka
orang tersebut dapat dipidanakan dan mendapatkan hukuman yang telah
diatur oleh Negara tersebut.dan Pasal 30 UU 39 Tahun 1999 tentang
HAM.
5. Hak Anak
Dalam peristiwa kekerasan tersebut, pelaku melakukan tindakan
kekerasan di depan anak Salim yang masih berusia 13 tahun. Selain itu,
dalam peristiwa kekerasan bertempat di Kantor Pemerintah Desa Selok
Awar-Awar dilakukan di depan sekolah PAUD. Berdasarkan hal
tersebut, maka telah terjadi pelanggaran HAM sebagaimana dijamin
dalam Pasal 28 B ayat (2) UUD 45 yang berbunyi “Setiap anak berhak
atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
6. Hak atas lingkungan yang baik dan sehat

8
Pada UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang dalam
pasal 9 ayat (3) menegaskan: “setiap orang berhak atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat” (sama dengan UUPLH). Hal tersebut dipertegas dan
dikuatkan, dalam Pasal 28 H Ayat 1 UUD NRI Tahun yang menyatakan,
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”..
7. Hak atas kebebasan berekspresi dan beropini
Dalam kasus ini disebutkan bahwa para pelaku telah melakukan
intimidasi terhadap warga yang menolak penambangan. Hal ini tentu
membuat warga merasa terkekang untuk mengeluarkan aspirasi dan
pendapatnya, dengan kata lain, hak mereka untuk mengeluarkan
pendapat pun terhalangi oleh para pelaku, dan melanggar UUD 1945
pasal 28 E ayat 3 yang berbunyi : “setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat’’.
.

2.3 Tanggapan dan Solusi Pemerintah terhadap kasus Salim Kancil

Penyidikan kasus pembunuhan Salim Kancil diyakini belum menyentuh


aktor utama. Kepala Divisi Advokasi Hak Ekonomi Sosial Budaya Komisi
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Ananta
Setiawan mengatakan, proses hukum kasus kematian Salim Kancil hanya
menyasar pelaku lapangan.
Pasalnya, perusahaan tambang yang diduga terlibat, bahkan bisa jadi
sebagai otak kejahatan, belum pernah diadili. adanya dugaan gratifikasi yang
dilakukan perusahaan tambang kepada sejumlah pihak belum ditelusuri
penyidik kepolisian. Padahal, dugaan tersebut sudah disaksikan dalam
persidangan oleh Kepala Desa Selok Awar-awar, Hariyono. Belum lagi
kesaksian kades yang menyebutkan ada penyaluran uang sekian juta sebagai
bentuk gratifikasi juga tidak pernah tersentuh sampai sekarang.
Kasus ini semakin menunjukkan ketidakberpihakan negara ketika
proses peradilan terkait kasus Salim Kancil masih lambat dilakukan.
Pengadilannya sangat lambat, bertele-tele, tidak bisa dijadikan benchmark

9
untuk mendorong negara membuat semacam perlindungan terhadap penegak
HAM yang sekarang trennya diserang di sektor sumber daya alam.
Pengadilan mengadili lebih dari 30 orang untuk kasus ini. Hariyono,
Kepala Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang, yang disebut
sebagai otak pembunuhan Salim Kancil dijerat Pasal 340 KUHP tentang
Pembunuhan Berencana dan divonis 20 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri
Surabaya. Selain karena kasus pembunuhan Salim Kancil, dia juga didakwa
atas kasus tambang ilegal dan kasus pencucian uang.

Dari kesaksian Ridwan dan Imam yang telah dimintai keterangan oleh
pihak penyidik Polres Lumajang, ada 19 nama yang diduga pelaku
penganiayaan dan pembunuhan kepada Tosan dan Salim Kancil, antara lain
Desir, Eksan, Tomin, Tinarlap, Siari, Tejo, Eli, Budi, Sio, Besri, Suket,
Siaman, Jumunam, Satuwi, Timar, Buri, Miso, Parman dan Satrum. Dilansir
Suarasurabaya.net, Polres Lumajang saat ini telah mengamankan 22 orang
terduga pelaku pengeroyokan.

Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono Kabid Humas Polda Jatim
mengatakan, dari 22 terduga pelaku ini 19 diantaranya sudah ditahan. "Dua
tersangka lainnya tidak ditahan karena masuk kategori di bawah umur yakni
16 tahun," kata dia pada Radio Suara Surabaya. Kedua terduga pelaku di
bawah umur ini, lanjut dia, juga ikut dalam aksi pengeroyokan pada
korban.Kombes Pol Raden menjelaskan, berkas kasus ke 22 terduga pelaku
ini masih diproses. "Dikroscek dulu antara peran tersangka, barang bukti dan
menurut keterangan saksi untuk mempermudah pemberkasan. Kan ada yang
terlibat pengeroyokan saja, pembunuhan saja dan ada yang pengeroyokan
serta pembunuhan," ujar dia. Atas kejadian ini, Tim Advokasi Tolak
Tambang Pasir Lumajang yang terdiri dari Laskar Hijau, WALHI Jawa
Timur, KONTRAS Surabaya, dan LBH Disabilitas pun mengeluarkan sikap:

1. Mendesak Kepolisian dan aparat penegak hukum lainnya untuk serius


dalam mengusut para pelaku pembantaian terhadap Salim Kancil dan
Tosan hingga aktor intelektual dibalik peristiwa tersebut, dan mengganjar
pelaku dengan hukuman seberat-beratnya sesuai pasal 340 KUHP

10
2. Mendesak Pemerintah Daerah Kabupaten Lumajang untuk segera menutup
seluruh pertambangan pasir di pesisir selatan Lumajang.
3. Meminta agar Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk
segera memberikan perlindungan terhadap saksi dan korban
4. Meminta Komnas HAM agar segera turun ke lapangan dan melakukan
Investigasi
5. Meminta Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk
memberikan trauma healing kepada anak dan cucu dari alm. Salim Kancil
serta anak-anak PAUD yang menyaksikan insiden penganiayaan alm
Salim Kancil di Balai Desa Selok Awar-Awar.

2.4 Solusi

Dari kasus pembunuhan Salim Kancil tersebut, dapat kita lihat


bagaimana masih maraknya pelanggaran – pelanggaran Hak Asasi Manusia
disekitar kita. Masih banyak individu – individu yang kurang atau bahkan
tidak menghargai hak – hak asasi manusia dari individu lainnya. Pelanggaran
HAM seperti di kasus ini juga memberikan contoh bahwa hak hidup dari
seseorang masih dianggap kurang penting bagi orang lain. Maka dari itu,
Pemerintah dan juga Penegak Hukum (Kepolisian) harus secara tegas
melakukan tindakan preventif dan juga kuratif.
Conntoh tindakan preventif yang dapat diambil antara lain melalui
penyuluhan – penyuluhan tentang menghargai HAM kepada masyarakat,
contohnya melalui media elektronik (iklan edukasi), pemberian materi –
materi HAM di setiap desa / kecamatan. Dan tindakan kuratif yang dapat
diambil antara lain pemberian hukuman yang seadil – adilnya bagi para
pelanggar hukum, dan pemberian hadiah atau reward bagi orang atau individu
yang secara nyata sangat menjunjung tinggi nilai HAM orang lain, agar dapat
mendorong orang lain disekitarnya untuk lebih perduli terhadap HAM orang
lain.
Upaya untuk tidak terjadinya kasus salim kancil yang kedua kalinya
adalah tanggap dan aktif serta segera melaporkan apabila terjadi pelanggaran
HAM kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya yang berwenang. Kita

11
sebagai masyarakat harus memahami kewajiban dasar manusia sesuai dengan
pasal 67 sampai 70 undang-undang no.39 Tahun 1999
Pasal 67 : setiap orang yang ada di wilayah negara Republik Indonesia
wajib patuh pada peraturan perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan
hukum internasional mengenai hak asasi manusia yang telah diterima oleh
negara Republik Indonesia. Pasal 68 : setiap warga negara wajib ikut serta
dalam pembelaan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pasal 69Ayat (1) : setiap orang wajib menghormati hak asasi
manusia orang lain , moral, etika, dan tata tertib kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Ayat (2) : setiap hak asasi manusia seseorang
menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung jawab untuk menghormati hak
asasi orang lain serta menjadi petugas pemerintah untuk menghormati,
melindungi, menegakkan, dan memajukanya. Pasal 70 : dalam menjalankan
hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan oleh undang-undang dengan maksud untuk menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, keamanan dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

Setiap individu juga berhak mengajukan usulan mengenai kebijakan yang


berkaitan dengan HAM kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya. Seiring
dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, perubahan yang terjadi di
tengah masyarakat juga semakin pesat dan dinamis sehingga sangatlah sulit
bagi pemerintah untuk mengamati kebutuhan hak asasi masyarakat setiap
waktu. Untuk mengatasi kendala tersebut, masyarakat dapat membantu
dengan melakukan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi
mengenai HAM, baik dilakukan secara sendiri-sendiri maupun bekerjasama
dengan Komnas HAM.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salim menjadi korban aksi kekerasan dan penganiayaan sekelompok orang


secara brutal. Aktivitas Salim Kancil menolak tambang Galian C di desanya,
diduga menjadi latar aksi kekerasan ini. Sampai akhirnya Salim harus
kehilangan nyawa akibat penganiayaan berat yang dideritanya oleh
segerombolan orang – orang dari tim 12. Adanya pelanggaran HAM yang
terjadi pada kasus Salim Kancil, yaitu hak untuk hidup, hak untuk tidak
mendapat perlakuan yang kejam, Hak untuk tidak ditangkap sewenang-
wenang, Hak atas rasa aman, Hak anak, Hak atas lingkungan yang baik dan
sehat, dan Hak atas kebebasan berekspresi dan beropini.

3.2 Saran

Kepentingan individu atau kelompok dan kekuasaan kerap kali


'membutakan' seseorang dan membuatnya 'sampai hati' untuk melenyapkan
dan membungkam kubu oposisi, sekalipun harus melanggar hak kodrat
mereka sebagai manusia. Kasus Salim Kancil hanya sebagian kecil dari
beragam kasus pelanggaran kebebasan berpendapat di negeri ini, yang sejak
era Orde Baru hingga era Reformasi ini masih terus terjadi.

Oleh karena itu sebagai makhluk sosial kita harus mampu


mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita
juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai
adanya kasus Salim kancil yang kedua. Dan jangan sampai pula HAM kita
dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain.

Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyesuaikan dan


mengimbangi antara HAM kita dengan orang lain. Dan kita juga harus
membantu negara dalam mencari upaya untuk mengatasi atau menanggulangi
adanya pelanggaran-pelanggaran HAM yang ada disekitar kita.

13
DAFTAR PUSTAKA

Suwanda, Made. Setyowati, Nanik dkk . 2019 .Pendidikan kewarganegaraan


Untuk Perguruan Tinggi . Surabaya: Unesa University Press

https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/09/29/nvdeah361-ini-
kronologi-pembunuhan-sadis-salim-kancil

https://beritagar.id/artikel/berita/kronologi-penganiayaan-dan-pembunuhan-salim-
kancil

https://nasional.kompas.com/read/2016/09/26/20315051/kasus.pembunuhan.salim
.kancil.dinilai.belum.sentuh.aktor.intelektual

http://news.liputan6.com/read/2331536/merangkai-kepingan-kisah-pembunuhan-
salim-kancil

https://beritagar.id/artikel/berita/vonis-ringan-bekas-kades-otak-pembunuhan-
salim-kancil

14

Anda mungkin juga menyukai