2818737.pdf File
2818737.pdf File
TENTANG
TENTANG
BUPATI DOMPU,
2
11. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan undang-
undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4412);
12. Undang–Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang pertahanan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4169);
13. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
14. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
15. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
16. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
17. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
132, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4444);
18. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
3
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4700);
19. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
20. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4724);
21. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725;
22. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
69, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4727);
23. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4746);
24. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4849);
25. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4851);
26. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4956);
27. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
28. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);
4
29. Undang–Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas
dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5025);
30. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5052);
31. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
32. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5068);
33. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
1548, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4433);
34. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
35. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang
Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1991
Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3445);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1997 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan
5
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1997 Nomor
22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2831);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor
132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2831);
39. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang
Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3934);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
153);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Lahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4385;
43. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang
Perencanaan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4452);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4453);
45. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4490);
46. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
6
47. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4624);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4655);
49. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta
Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4696), sebagaimana telah
dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
2008 Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun
2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4814);
50. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
51. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang
Tatacara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761);
52. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4828);
53. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
54. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4858);
7
55. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air
Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4859);
56. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Tatacara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan
Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5097);
57. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
58. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta
Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah
di Wilayah Propinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5107);
59. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang
Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5110);
60. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5111);
61. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2010 tentang
Tatacara Penetapan Kawasan Khusus (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5125);
62. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tatacara Peran Masyarakat dalam Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2010
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5160);
63. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1990 tentang
Penggunaan Tanah bagi Kawasan Industri;
64. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
65. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan
Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
8
66. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998
tentang Penyelenggaraan Ruang di Daerah;
67. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan;
68. Peraturan Menteri Dalam Negari Nomor 1 Tahun 2008
tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan;
69. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008
tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
70. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009
tentang Penyelenggaraaan Penataan Ruang di Daerah;
71. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009
tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
72. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 tahun 2011
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
73. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi
dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Kota, beserta Rencana Rincinya;
74. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
75. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.50/Menhut-II/2009
tentang Penegasan Status dan Fungsi Kawasan Hutan;
76. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 9
Tahun 1989 tentang Pembangunan Kawasan Pariwisata di
Daerah Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 1989 Nomor 3);
77. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 5
Tahun 2007 tentang Perlindungan Hutan, Flora dan Fauna
Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 2007 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 26);
78. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil (Lembaran Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat Tahun 2008 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 31);
79. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3
Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah
9
Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 Nomor 26,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
Nomor 56);
80. Peraturan Daerah Kabupaten Dompu Nomor 13 Tahun
2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten
Dompu Tahun 2006 Nomor 13).
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
10
7. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
8. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
9. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki
hubungan fungsional.
10. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.
11. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
12. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.
13. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan
ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
14. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
15. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
16. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
17. Wilayah Pertambangan selanjutnya disebut WP adalah wilayah yang
memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan
batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari rencana
tata ruang nasional.
18. Wilayah sungai selanjutnya disebut WS adalah kesatuan wilayah
pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai
dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan
2.000 km2.
19. Daerah aliran sungai selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
20. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi.
21. Cekungan Air Tanah yang selanjutnya disebut CAT adalah suatu wilayah
yang dibatasi oleh hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis
11
seperti proses penimbunan, pengaliran, dan pelepasan air tanah
berlangsung.
22. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya
alam dan sumberdaya buatan.
23. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,
sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.
24. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
25. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
26. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan
negara,ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah
yang ditetapkan sebagai warisan dunia.
27. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
28. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
29. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun sengaja ditanam.
30. Kawasan Rawan Bencana adalah Kawasan yang pernah atau berpotensi
tinggi mengalami bencana, seperti tanah longsor, banjir, gelombang
tsunami, abrasi, letusan gunung berapi yang perlu dikelola agar dapat
menghindarkan dari ancaman bencana.
31. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
32. Kawasan Peruntukan Pariwisata adalah kawasan dengan luasan tertentu
yang dibangun atau disediaka untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
33. Kawasan peruntukan Peternakan meliputi kawasan yang dikembangkan
dengan fungsi untuk kegiatan peternakan ternak besar, peternakan
teknak kecil, dan peternakan unggas.
12
34. Kawasan peruntukan Perkebunan adalah kawasan yang dikembangkan
dengan fungsi tanaman komoditi skala besar yang meliputi tanaman
tahunan, atau perkebunan tanaman musiman.
35. Kawasan peruntukan Industri adalah kawasan tempat pemusatan
kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan Kawasan
Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri.
36. Kawasan peruntukan Pertambangan adalah wilayah yang memiliki
potensi sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas
berdasarkan peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi
penelitian, penyelidikan umum, eksplorasi, operasi produksi/eksploitasi
dan pasca tambang, baik di wilayah daratan maupun perairan, serta tidak
dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budidaya maupun
kawasan lindung.
37. Kawasan peruntukan Perikanan adalah kawasan Budidaya sumberdaya
perikanan air tawar.
38. Kawasan peruntukan Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup
diluar kawasan lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun
kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
39. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara
nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan;
40. Daerah Tujuan Wisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata,
adalah Kawasan Geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan
41. Kawasan Perlindungan Setempat mencakup kawasan sempadan sungai
dan kawasan sekitar mata air.
42. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau
ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
tetap hutan.
43. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000
km2 beserta kesatuan ekosistimnya
44. Kawasan Pesisir adalah kawasan yang merupakan peralihan antara darat
dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
45. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
46. Kawasan Hutan Pelestarian Alam adalah Hutan dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi Pokok perlindungan sistem penyangga,
13
sistem kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa serta pemanfaatannya secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
47. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani
hak atas tanah.
48. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
49. Hutan Produksi Tetap adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas
lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan
dengan angka penimbang mempunyai nilai di bawah 125, diluar kawasan
hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan taman
buru.
50. Hutan Produksi terbatas adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor
kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan masing-masing dikalikan
dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai 125-174, diluar
kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan
taman buru.
51. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya.
52. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan,
mencakup kegiatan pengelompokkan sumberdaya hutan sesuai dengan
tipe ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya dengan tujuan
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat
secara lestari.
53. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan
hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu
dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu
secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap
menjaga kelestariannya.
54. Pemanfaatan kawasan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang
tumbuh sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan
manfaat ekonomi secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi
utamanya.
55. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan
potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan
mengurangi fungsi utamanya.
56. Hutan Tanaman Industri selanjutnya disingkat HTI adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri
kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi
dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan
bahan baku industri hasil hutan.
14
57. Hutan Tanaman Rakyat selanjutnya disingkat HTR adalah hutan tanaman
pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk
meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan
silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumberdaya hutan.
58. Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi selanjutnya disingkat HTHR adalah
hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun melalui kegiatan
merehabilitasi lahan dan hutan pada kawasan hutan produksi untuk
memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi lahan dan
hutan dalam rangka mempertahankan daya dukung, produktivitas dan
peranannya sebagai sistem penyangga kehidupan.
59. Kawasan Suaka Alam adalah kawasan yang mewakili ekosistem khas
yang merupakan habitat alami yang memberikan perlindungan bagi
perkembangan flora dan fauna yang khas dan beranekararagam.
60. Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam darat
maupun perairan yan terutama dimanfaatkan untuk pariwisata.
61. Kawasan Pengelola Hutan Lindung selanjutnya disingkat KPHL adalah
kesatuan pengelolaan hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau
didominasi oleh kawasan hutan lindung.
62. Kesatuan Pengelola Hutan Produksi disingkat KPHP adalah kesatuan
pengelolaan hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau didominasi oleh
kawasan hutan produksi.
63. Kesatuan Pengelola Hutan Konservasi disingkat KPHK adalah kesatuan
pengelolaan hutan yang luas wilayahnya atau didominasi oleh kawasan
hutan konservasi.
64. Perubahan fungsi kawasan hutan adalah Perubahan sebagian atau
seluruh fungsi hutan dalam atau beberapa kelompok hutan menjadi
fungsi kawasan hutan lain.
65. Taman Buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat
wisata buru.
66. Tukar menukar kawasan hutan adalah Perubahan kawasan hutan
produksi tetap dan /atau hutan produksi terbatas menjadi bukan
kawasan hutan diimbangi dengan memasukkan lahan pengganti dari
bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan.
67. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah instrusi air laut dan
memelihara kesuburan tanah.
68. Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disebut KLHS
adalah rangkaian analisa yang sistematis menyeluruh dan partisipatif
untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan serta status wilayah
atau kebijakan, rencana dan program.
15
69. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur
pemanfaatan ruang/pemanfaatan kabupaten dan unsur-unsur
pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi
peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW Kabupaten.
70. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
71. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional,
nasional, atau beberapa provinsi.
72. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dompu yang selanjutnya
disingkat RTRW Kabupaten Dompu adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah daerah yang menjadi pedoman bagi penataan
wilayah yang merupakan dasar dalam penyusunan program
pembangunan.
73. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten/kota.
74. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau
beberapa kecamatan.
75. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLp adalah
kawasan perkotaan yang dipromosikan untuk menjadi PKL.
76. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah
kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan
kawasan perbatasan negara.
77. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
beberapa desa.
78. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
79. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalulintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di
atas permukaan air kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
80. Sistem Jaringan Jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah
yang berada dalam pegnaruh pelayanannya dalam satu hubungan
hierarkis.
81. Jalan Arteri Primer adalah Jalan yang menghubungkan secara berdaya
guna antar pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan wilayah.
16
82. Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya
guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan
pusat kegiatan lokal.
83. Jalan Lokal Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya
guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat
kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan
lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta
antarpusat kegiatan lingkungan.
84. Jalan Arteri Sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
primer dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua.
85. Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
86. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk
setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana
rinci tata ruang.
87. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya di sebut TPS Tempat
Penampungan Sementara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan,
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
88. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disebut TPST
adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir
sampah.
89. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disebut TPA adalah tempat
untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan
secara aman bagi manusia dan lingkungan.
90. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya KDB adalah angka
perbandingan jumlah luas lantai dasar terhadap luas tanah perpetakan
yang sesuai dengan rencana kota.
91. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disebut KLB adalah angka
perbandingan jumlah luas seluruh lantai terhadap luas tanah perpetakan
yang sesuai dengan rencana kota.
92. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan
non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
93. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
17
94. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut
BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang di Kabupaten Dompu dan mempunyai fungsi membantu tugas
Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
BAB II
RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Luas dan Batas Wilayah
Pasal 2
(1) Secara geografis, Kabupaten ini berada diantara 11742 sampai 11830
Bujur Timur dan 806 sampai 905 Lintang Selatan, dengan luas daratan
232.455 Ha dan luas perairan 239.296 Ha terdiri atas :
a. Kecamatan Dompu;
b. Kecamatan Woja;
c. Kecamatan Pajo;
d. Kecamatan Hu’u;
e. Kecamatan Manggelewa;
f. Kecamatan Kempo;
g. Kecamatan Pekat; dan
h. Kecamatan Kilo.
Bagian Kedua
Fungsi
Pasal 3
18
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
kabupaten;
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
f. penataan ruang kawasan strategis Kabupaten.
BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 4
Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 5
(2) Kebijakan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pengembangan wilayah pertanian tanaman pangan dan hortikultura;
b. mempertahankan kawasan lindung, terutama area-area hutan
lindung, kawasan konservasi, sungai dan mata air, serta Ruang
Terbuka Hijau;
c. pengelolaan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana alam;
d. pengelolaan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek
keberlanjutan dan kelestarian lingkungan hidup.;
e. pemantapan sistem permukiman perkotaan yang berperan sebagai
pusat pelayanan regional dan lokal, yang terintegrasi dengan pusat-
19
pusat pelayanan yang berperan sebagai simpul pelayanan produksi
ekonomi perdesaan;
f. pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung kegiatan
pariwisata, industri pengolahan, perdagangan dan jasa;
g. pengembangan kawasan strategis; dan
h. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.
Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang
Pasal 6
20
g. mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung agar sesuai
dengan fungsi lindung yang telah ditetapkan dalam mengupayakan
tercapainya kelestarian dan keseimbangan lingkungan dengan tetap
mempertimbangkan kebutuhan pembangunan.
(3) Strategi pengelolaan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana alam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c, terdiri atas:
a. menata kawasan bencana alam;
b. merencanakan aksi pengelolaan kawasan rawan bencana alam;
c. memanfaatkan kawasan rawan bencana alam sesuai dengan kaedah-
kaedah yang berlaku dengan berpegang pada prinsip-prinsip
pelestarian lingkungan hidup;
d. mencegah kegiatan budidaya yang berdampak terhadap kerusakan
lingkungan hidup pada kawasan rawan bencana alam;
e. mendorong kerjasama antar komponen dalam rangka pengurangan
risiko bencana;
f. memotivasi dan melibatkan masyarakat di semua aspek
pengurangan risiko bencana;
g. memanfaatkan teknologi ramah lingkungan untuk meminimalisasi
dampak kerusakan lingkungan hidup pada kawasan rawan bencana
alam;
h. memanfaatkan teknologi tanggap dini kejadian bencana alam; dan
i. meningkatkan upaya sosialisasi dan kesadaran kepada pemerintah,
swasta dan masyarakat tentang bahaya serta upaya antisipasi
terjadinya bencana alam.
21
f. mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya agar
tidak terjadi konflik antar kegiatan dan /atau sektor, daerah produksi
dan daerah pemasaran;
g. mendukung kebijakan moratorium logging dalam kawasan hutan
serta mendorong berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang
diawali dengan kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan;
h. membatasi perkembangan kawasan terbangun pada kawasan
perkotaan dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara
vertikal dan tidak sporadis untuk mengefektifkan tingkat pelayanan
infrastruktur dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan
fungsi kawasan perdesaan; dan
i. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang
terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya.
22
d. mengembangkan dan meningkatkan jalan lingkar perkotaan dan jalan
lingkar utara-selatan wilayah Kabupaten Dompu;
e. mengembangkan jaringan prasarana energi dan listrik, telekomunikasi
serta pengairan dilakukan untuk mendukung sistem kegiatan;
f. meningkatkan jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan
sistem jaringan pengelolaan lingkungan; dan
g. mengembangkan sarana dan prasarana sosial ekonomi dilakukan
untuk memantapkan sistem pusat-pusat permukiman wilayah (sistem
kota).
23
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN DOMPU
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 7
(2) Rencana struktur ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Pusat-pusat Kegiatan
Pasal 8
(2) PKWp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berfungsi sebagai:
a. pusat pelayanan pemerintahan skala kabupaten;
b. pusat perdagangan, bisnis, keuangan, dan jasa skala kabupaten dan
hinterlandnya;
c. simpul transportasi skala wilayah;
d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan
e. pusat pelayanan umum dan sosial skala regional.
24
(3) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berfungsi sebagai:
a. pusat perdagangan, bisnis, keuangan, dan jasa skala lokal dan/atau
regional;
b. simpul transportasi skala lokal; dan
c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan skala lokal dan/atau
regional.
(4) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berfungsi sebagai:
a. pusat perdagangan, bisnis, keuangan, dan jasa skala lokal dan/atau
regional;
b. simpul transportasi skala lokal; dan
c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan skala lokal dan/atau
regional.
(5) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, berfungsi sebagai :
a. pusat pelayanan umum dan sosial skala kawasan;
b. simpul transportasi skala kawasan;
c. pusat perdagangan, bisnis, keuangan, dan jasa skala kawasan dan
atau lokal;
d. pusat pelayanan dan pengembangan sektor unggulan; dan
e. pusat pendidikan dan jasa skala kawasan.
(6) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, berfungsi sebagai:
a. simpul transportasi skala lingkungan;
b. pusat perdagangan, bisnis, keuangan, dan jasa skala lingkungan dan
atau kawasan; dan
c. pusat pelayanan umum dan sosial skala lingkungan.
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 9
25
dalam Lampiran IV, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 10
(2) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
tercantum dalam lampiran I.1 yang tidak terpisahkan dari peraturan
daerah ini.
(3) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, terdiri atas:
a. pengembangan terminal penumpang tipe B di kecamatan Woja; dan
b. pengembangan terminal penumpang tipe C di kecamatan Manggelewa,
Calabai, Kempo, Rasabou dan Kilo.
(4) Jaringan layanan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
terdiri atas :
a. jaringan layanan lalulintas angkutan barang; dan
b. jaringan layanan lalulintas trayek angkutan penumpang.
26
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Laut
Pasal 11
Paragraf 3
Sistem Jaringan Transportasi Udara
Pasal 12
27
(4) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, adalah kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) yang
meliputi:
a. Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas;
b. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
c. Kawasan dibawah permukaan transisi;
d. Kawasan dibawah permukaan horizontal dalam;
e. Kawasan dibawah permukaan kerucut; dan
f. Kawasan dibawah permukaan horizontal luar.
(5) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b di atur lebih lanjut dalam rencana induk bandar udara.
Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 13
Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan
Pasal 14
28
(2) Rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Dompu, Kempo, Kwangko,
dan Pekat;
b. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Doropeti, P. Bajo dan
Soriutu;
c. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Dompu, Woja,
Hu’u dan Pekat;
d. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kilo, Pekat, Hu’u dan Woja;
e. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) di Hu’u;
f. Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) di Ria Woja; dan
g. Pembangkit Listrik Tenaga Bio Energi (PLTBE) diseluruh Kecamatan.
(3) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri atas:
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi; dan
b. jaringan transmisi tenaga listrik.
(4) Jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a, terdiri atas:
a. depo minyak dan gas di Kabupaten Dompu di Kempo, Pekat,
Manggelewa dan Woja;
b. depo gas terdapat di Kecamatan Kempo, Pekat, Manggelewa dan Woja;
c. pengembangan pengolahan migas (kilang) terdapat di Kecamatan
Kempo, Kilo dan Pekat; dan
d. wilayah penunjang migas terdapat di Kecamatan Kempo dan Pekat.
(5) Jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b, terdiri atas:
a. gardu induk terdapat di Kecamatan Dompu;
b. jaringan distribusi diarahkan pada seluruh Wilayah Kabupaten
Dompu; dan
c. jaringan transmisi tegangan tinggi Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) Dompu- Labuan dan Saluran Tegangan Tinggi Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (SUTT PLTP) Hu’u di Dompu.
29
Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 15
(2) Sistem jaringan terestrial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
teraplikasi dalam bentuk jaringan teknologi selular yang tersebar
diseluruh kecamatan terdiri atas :
a. pengembangan Sentra Telpon Otomat (STO) tersebar diseluruh
kecamatan;
b. rencana Rencana Pengembangan sistem Jaringan Telekomunikasi
berupa Microdigital dan Serat Optik dilakukan dalam rangka
memperlancar arus komunikasi dan mendukung kelancaran kegiatan
ekonomi di Kabupaten Dompu meliputi:
1. Dompu-Ambalawi ( 40 km);
2. Kempo-Kesi ( 24 km);
3. Kempo-So Nggaja ( 38 km); dan
4. Kempo-Tolokalo ( 29 km).
5. Kilo-Karama ( 21 km);
6. Kilo-Kiwu ( 28 km);
7. Kilo-Manggelewa-Nangatumpu ( 30 km);
8. Pajo-UPT Woko ( 20 km);
9. Pekat-Pancasila ( 15 km); dan
10. Pekat-Tambora ( 20 km).
c. rencana pembangunan stasiun-stasiun komunikasi nirkabel di
wilayah-wilayah tertinggal/terisolasi.
d. penambahan jaringan telepon rumah di wilayah yang termasuk
kawasan perkotaan.
(3) Sistem jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
teraplikasi dalam bentuk pengembangan jaringan internet yang ada di
Kabupaten Dompu.
30
Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 16
(4) CAT yang berada pada Kabupaten Dompu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b adalah CAT Dompu seluas kurang lebih 375 km2 dan
CAT Pekat seluas kurang lebih 977 km2.
31
6. D.I. E. Soncolopi seluas 600 Ha;
7. D.I. E. Soneo seluas 300 Ha;
8. D.I. Kwangko seluas 400 Ha;
9. D.I. lae Ranggo seluas 600 Ha,
10. D.I., Monggolenggo seluas 800 Ha;
11. D.I. Nae Kempo seluas 510 Ha;
12. D.I. Patula seluas 356 Ha;
13. D.I. RaHalayu seluas 441 Ha;
14. D.I Roju seluas 70 Ha;
15. D.I. Sakolo seluas 330 Ha;
16. D.I. Sambana 441 Ha;
17. D.I. Songgo Pasante seluas 400 Ha; dan
18. D.I Ta’a seluas 125 Ha.
32
e. Instalasi air minum terdapat diseluruh lokasi kecamatan yang
memiliki sumber air baku.
(8) Rencana sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f, meliputi:
a. penetapan batas luasan genangan banjir;
b. ketersediaan lokasi dan jalur evakuasi dari pemukiman penduduk;
c. pengaturan daerah sempadan sungai, danau dan waduk;
d. kesesuaian struktur bangunan dengan kondisi fisik wilayah; dan
e. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi permukiman dan
fasilitas lainnya.
Paragraf 4
Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Pasal 17
33
e. mengembangkan sistem pengolahan sampah dengan prinsip 3R yaitu
ReDuce, ReUse dan ReCycle;
f. penentuan sebaran lokasi dan kriteria TPS, TPST dan /atau TPA
sebagaimana dimaksud pada huruf a ditetapkan dengan Peraturan
Bupati; dan
g. penyelenggaraan pengelolaan sampah lebih lanjut diatur dalam
Peraturan Bupati.
34
h. pengembangan jaringan perpipaan air baku dan air minum terdapat di
beberapa kecamatan antara lain kecamatan Dompu, Calabai, Kempo,
Hu’u dan Kilo; dan
i. instalasi air minum terdapat diseluruh lokasi kecamatan yang
memiliki sumber air baku.
(6) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e,
meliputi:
a. jalur evakuasi bencana tanah longsor meliputi desa Kadindi
kecamatan Pekat, desa Jambu kecamatan Pajo, kelurahan Dorotangga
Kecamatan Dompu, desa Mangge Asi Kecamatan Dompu dan desa
Soriutu Kecamatan Manggelewa;
b. jalur evakuasi bencana banjir meliputi kelurahan Potu kecamatan
Dompu, kelurahan Simpasai kecamatan Woja, desa Serakapi
kecamatan Dompu dan desa Nowa kecamatan Woja;
35
c. jalur evakuasi bencana gelombang pasang meliputi desa Pekat
kecamatan Pekat, desa Malaju dan Lasi kecamatan Kilo, desa Kempo
kecamatan Kempo, desa Rasabou dan Daha kecamatan Hu’u;
d. jalur evakuasi bencana gunung berapi meliputi desa Tolokalo
kecamatan Kempo; dan
e. jalur evakuasi bencana tsunami meliputi desa Pekat dan Kadindi
kecamatan Pekat, Desa Malaju dan Salasi Kecamatan Kilo, desa Daha
kecamatan Hu’u.
BAB V
RENCANA POLA RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 18
(1) Rencana pola ruang wilayah meliputi rencana kawasan lindung dan
kawasan budidaya.
(2) Rencana pola ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 19
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) terdiri atas :
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
d. kawasan rawan bencana alam;
e. kawasan lindung geologi; dan
f. kawasan lindung lainnya.
36
Paragraf 1
Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya
Pasal 20
Pasal 21
37
e. peningkatan kualitas lingkungan sekitar taman wisata alam laut
melalui upaya pencegahan kegiatan yang berpotensi menimbulkan
pencemaran;
f. pemanfaatan kawasan pada hutan lindung antara lain melalui
kegiatan usaha budidaya tanaman obat, budidaya tanaman hias,
budidaya jamur, budidaya lebah, penangkaran satwa liar, rehabilitasi
satwa dan/atau budidaya hijauan makanan ternak; dan
g. pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan lindung melalui kegiatan
pemanfaatan jasa aliran air, pemanfaatan air, wisata alam,
perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan
perlindungan lingkungan atau penyerapan dan/atau penyimpanan
karbon.
Paragraf 2
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 22
(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dengan luas kurang lebih 3.276 ha, diarahkan pada kawasan sepanjang
tepian pantai sejauh minimal 100 meter dari garis pasang tertinggi secara
proporsional sesuai dengan bentuk, letak dan kondisi fisik pantai.
(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
seluas kurang lebih 7.635 ha terdapat di sepanjang aliran sungai di
kabupaten Dompu dengan ketentuan pengelolaannya :
a. kegiatan pinggir sungai mampu melindungi dan memperkuat
pengaturan air, dengan tanaman keras dan rib pengendali saluran air;
b. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul diluar
kawasan permukiman dengan lebar 100 (seratus) meter dari tepi
sungai;
38
c. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul diluar
kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh)
meter dari tepi sungai;
d. garis sempadan sungai bertanggul yaitu daratan sepanjang tepian
sungai bertanggul dengan lebar minimal 5 (lima) meter dari kaki
tanggul sebelah luar; dan
e. untuk sungai dikawasan permukiman berupa sempadan sungai yang
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15
meter.
(4) Kawasan sekitar danau/waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c ditetapkan dengan kriteria, diarahkan ke seluruh kawasan sekitar
danau dan waduk yang tersebar di kabupaten Dompu yang terdapat di
Danau Rababaka dengan ketentuan lebarnya secara proporsional dengan
bentuk dan kondisi fisik danau antara 50-100 meter dari titik pasang
tertinggi kearah darat sesuai dengan aturan yang berlaku.
(5) Kawasan Ruang terbuka Hijau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d, pengembangannya diarahkan pada Pusat Kegiatan Wilayah promosi
(PKWp) Di kecamatan Dompu dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan
luas 28,2 ha.
Paragraf 3
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya
Pasal 23
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, terdiri atas :
a. kawasan Suaka Margasatwa (SM);
b. kawasan Cagar Alam (CA);
c. kawasan Taman Wisata Alam (TWA); dan
d. kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.
(2) Kawasan suaka margasatwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, yaitu kelompok hutan Tambora (RTK 53) dengan luas 3.988,60 ha,
terdapat di Kecamatan Pekat;
(3) Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu
kelompok hutan Tambora (RTK 53) dengan luas 13.572,34 ha terdapat di
Gunung Tambora Selatan Kecamatan Pekat;
39
(4) Kawasan Taman Wisata Alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, terdapat di Pulau Satonda kecamatan Pekat dengan luas 2.600 ha,
meliputi :
a. Kawasan taman wisata alam laut seluas 2.146,30 ha; dan
b. Kawasan taman wisata alam seluas 453,70 ha.
(5) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, meliputi :
a. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan situs Nangasia di
kecamatan Hu’u; dan
b. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan situs Doro Bata di
kecamatan Dompu.
(6) Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) pulau satonda mengacu pada
kawasan Strategis Kabupaten dari sudut lingkungan.
40
Paragraf 4
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 24
(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, terdapat disekitar Tambora, Ranggo, sepanjang jalur jalan O’o-Katua,
Manggenae sampai perbatasan kabupaten Bima serta jalur jalan Banggo-
Napa-Kwangko sampai perbatasan Kabupaten Sumbawa.
(3) Kawasan rawan gelombang pasang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdapat di Pantai Barat yakni Calabai, Nangamiro dan Kilo, serta
pantai Hu’u di pesisir bagian selatan.
(4) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
terdapat di sepanjang wilayah sungai di Kabupaten.
(5) Kawasan rawan kekeringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g,
terdapat di Kempo, Hu’u, Kilo dan Mbawi.
Paragraf 5
Kawasan Lindung Geologi
Pasal 25
41
Pasal 26
Paragraf 6
Kawasan Lindung Lainnya
Pasal 27
(2) Kawasan terumbu karang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdapat diperairan Pulau Satonda, Teluk Cempi, Teluk Saleh dan Teluk
Sanggar.
42
(4) Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi perairan
sebagaimana ayat (1) huruf c, terdapat di perairan pulau Satonda, teluk
Cempi, teluk Saleh dan teluk Sanggar.
(5) Kawasan taman buru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
terdapat pada kawasan taman buru gunung Tambora selatan di
kecamatan Pekat dengan luas 9.543,56 ha.
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 28
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 29
(2) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dengan luas 32.586,78 ha terdiri atas :
a. Kelompok hutan Pajo (RTK 42) seluas 1.079,19 ha terdapat di
kecamatan Pajo dan Dompu;
b. Kelompok hutan Riwo (RTK 43) seluas 8.480,61 ha terdapat di
kecamatan Woja;
43
c. Kelompok hutan Tambora (RTK 53) seluas 8.066, 64 ha terdapat di
kecamatan Pekat;
d. Kelompok hutan Soromandi (RTK 55) seluas 4.516,42 ha terdapat di
kecamatan Dompu;
e. Kelompok hutan Toffo Rompu (RTK 65) seluas 10.044,92 ha terdapat di
kecamatan Dompu, kecamatan Pajo dan kecamatan Hu’u; dan
f. Kelompok hutan Ampang Kampaja (RTK 70) seluas 400 ha terdapat di
kecamatan Manggelewa.
(3) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dengan luas 26.119,11 ha terdiri atas:
a. Kelompok hutan Pajo (RTK 42) seluas 2.749,71 ha terdapat di
kecamatan Pajo dan Dompu;
b. Kelompok hutan Tambora (RTK 53) seluas 19.417,37 ha terdapat di
kecamatan Pekat;
c. Kelompok hutan Soromandi (RTK 55) seluas 3.917,64 ha terdapat di
kecamatan Dompu, Woja dan dan Kilo; dan
d. Kelompok hutan Pulau Rai Rakit Kwangko (RTK 70) seluas 34,39 ha
terdapat di kecamatan Manggelewa.
44
g. kemampuan rehabilitasi kawasan hutan produksi yang mempunyai
tingkat kerapatan tegakan rendah.
(5) Tukar menukar kawasan hutan dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku.
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Pasal 30
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 31
45
b. kawasan peruntukan perkebunan Kelapa, terdapat diseluruh
kecamatan dengan luas kurang lebih 6.361 ha;
c. kawasan peruntukan perkebunan Kopi, terdapat di Kecamatan Pekat,
kecamatan Kilo dan kecamatan Dompu dengan luas dengan luas
kurang lebih 1.661,62 ha;
d. kawasan peruntukan perkebunan Jarak Pagar, terdapat di seluruh
Kecamatan dengan luas kurang lebih 5.859,89 ha; dan
e. kawasan peruntukan perkebunan Kakao terdapat di kecamatan Pekat
dan Kempo dengan luas kurang lebih 1.060,35 ha.
(5) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, terdapat di kecamatan Pajo dengan luas kurang lebih 330 ha,
kecamatan Hu’u dengan luas kurang lebih 471 ha, Manggelewa dengan
luas kurang lebih 750 ha, Kempo dengan luas kurang lebih 1.000 ha, Kilo
dengan luas kurang lebih 850 ha, dan pekat dengan luas kurang lebih
4.995 ha.
(6) Kawasan peruntukan tanaman pangan di seluruh kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sebagai kawasan
pertanian pangan berkelanjutan, dengan luas kurang lebih 15.985 ha.
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 32
46
c. sebaran pengembangan kegiatan perikanan tangkap diperairan laut,
sebagaimana dimaksud pada huruf b, meliputi:
1. pengembangan dan pemberdayaan perikanan laut skala kecil
meliputi kawasan yang memiliki kelompok nelayan terdapat di
kecamatan kempo, Hu’u dan pajo;
2. pengembangan perikanan laut skala menengah meliputi kawasan
pendaratan ikan (PPI) /Tempat pelelangan ikan (TPI) di PPI Soro
Kempo, PPI-PPP Soroadu dan PPI Kramat; dan
3. pemasangan rumpon perairan dangkal 37.240 ha dan rumpon
lepas pantai 28.420 ha.
d. Pemantapan prasarana pendukung kegiatan perikanan tangkap di
perairan laut, sebagaimana dimaksud huruf b meliputi:
1. pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Soro kempo, PPI-PPP Soriadu
dan PPI Kramat (lokasi rencana); dan
2. pangkalan Perahu/Jukung Nelayan tradisional tersebar di
pantai-pantai desa nelayan.
47
(4) Kawasan pengolahan hasil perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, meliputi:
a. sentra-sentra industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang
mengolah hasil perikanan terdapat di Kecamatan Kempo dan
kecamatan Pajo; dan
b. kawasan industri perikanan tersebar di kawasan pelabuhan Soroadu
kecamatan Hu’u, pelabuhan Soro kecamatan Kempo dan pelabuhan
Kramat Kecamatan Kilo.
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 33
48
(3) Kawasan peruntukan potensi minyak dan gas bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di kecamatan Hu’u, Kilo dan
Pekat.
(4) Kawasan peruntukan potensi panas bumi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c terdapat di kecamatan Hu’u.
(5) Kawasan potensi air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi: Cekungan Air Tanah (CAT), Air Tanah Bebas, Air Tanah
Tertekan dan Semi Tertekan terdapat di seluruh wilayah kabupaten
Dompu.
(6) Eksisting pertambangan mineral dan batubara terdapat di kecamatan
Dompu, Pajo, Hu’u, Woja, dan Pekat.
(7) Eksisting pertambangan panas bumi terdapat di kecamatan Hu’u.
(8) Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dilaksanakan setelah ditetapkannya Wilayah Pertambangan (WP)
berdasarkan usulan penetapan WP.
(9) Usulan penetapan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
disampaikan oleh Bupati kepada Menteri melalui Gubernur berdasarkan
pertimbangan BKPRD Provinsi dan BKPRD Kabupaten.
(10) Usulan penetapan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (7) untuk
mineral logam dan bukan logam disusun melalui kajian dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan dan harus berada
diluar kawasan lindung, kawasan permukiman, kawasan lahan
pertanian berkelanjutan, dan kawasan pariwisata sampai batas tidak
adanya dampak negatif secara teknik, ekonomi, dan lingkungan yang
ditimbulkan akibat usaha pertambangan
(11) Izin pertambangan mineral logam dan bukan logam yang telah
diterbitkan dan masih berlaku masa izinnya, tetap diakui sampai masa
berlakunya habis dan perpanjangannya menyesuaikan dengan
ketentuan peraturan daerah.
(12) Tatacara dan mekanisme penyusunan usulan WP sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) diatur dengan Peraturan Bupati.
(13) Potensi dan eksisting pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), tercantum pada Lampiran II yang tidak
terpisahkan dari peraturan daerah ini.
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 34
49
a. kawasan peruntukan sedang; dan
b. kawasan peruntukan Industri rumah tangga.
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 35
Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 36
Paragraf 9
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 37
(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
huruf g terdiri atas:
a. kawasan perdagangan dan jasa;
b. kawasan pusat pemerintahan;
c. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
d. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan.
(2) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdapat di Kecamatan Dompu dan Kecamatan Woja.
(3) Kawasan pusat pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b terdapat di Kecamatan Dompu dan kecamatan Woja.
(4) Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c meliputi :
a. Pulau Balere, Bajo Lama, Bajo Baru, Na’e, Kubur, Wadu, Kondo,
Wadumposo, Torobero, Cangkir, Sipenuh, Wadu Udu, Saroko, Santigi,
Maja, Lara dan Sawo di Kecamatan Manggelewa;
b. Pulau Pu’du Na’e, Pu’du To’i dan Rate di Kecamatan Kempo;
c. Pulau Wadurange di Kecamatan Woja; dan
51
d. Pulau Felo Janga di Kecamatan Pajo.
(5) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, meliputi:
a. Markas Komando Distrik Militer (Kodim) 1614/Dompu di kecamatan
Dompu;
b. Markas Komando Rayon Militer (Koramil) yang terdapat di tiap
kecamatan; dan
c. kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pemerintah di bidang
pertahanan dan keamanan wilayah darat, laut dan udara.
Pasal 38
BAB VI
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Pasal 39
52
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
53
(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas :
a. Kawasan Kempo, Pekat, dan sekitarnya dengan sektor unggulan
pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan pertambangan;
b. Kawasan teluk Cempi dan sekitarnya dengan sektor pariwisata,
perikanan dan pertambangan energi;
c. Kawasan industri terpadu Manggelewa dengan sektor unggulan
industri pengolahan; dan
d. Kawasan Dompu Mandiri dan sekitarnya dengan sektor unggulan
perdagangan dan jasa serta sebagai pusat pemerintahan.
BAB VII
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN DOMPU
Pasal 43
54
Pasal 44
BAB VIII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 45
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 46
55
d. peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
(2) Peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala
provinsi dan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dapat
di bangun dan di kembangkan di wilayah Kecamatan Dompu.
Paragraf 1
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 47
56
(2) Peraturan zonasi untuk jaringan jalan arteri primer sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan arteri primer dengan
tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang kecenderungan
pengembangan ruangnya dibatasi; dan
b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di
sepanjang sisi jalan.
Paragraf 2
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Transportasi Laut
Pasal 48
(1) Peraturan zonasi untuk pelabuhan laut harus disusun dengan mematuhi
ketentuan mengenai :
a. pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan pengembangan
kawasan pelabuhan;
b. ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air
yang berdampak pada keberadaan jalur transportasi laut;
c. pemanfaatan ruang di dalam Daerah Lingkungan Kerja
Pelabuhan/Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKr/DLKp)
57
harus mendapatkan izin sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
d. pemanfaatan ruang di luar Daerah Lingkungan Kerja
Pelabuhan/Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKr/DLKp)
berdasarkan rencana rinci ruang kawasan pelabuhan.
(2) Peraturan zonasi untuk alur pelayaran harus disusun dengan mematuhi
ketentuan mengenai :
a. pemanfaatan ruang pada badan air di sepanjang alur pelayaran harus
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di
sekitar badan air di sepanjang alur pelayaran dilakukan dengan tidak
mengganggu aktivitas pelayaran.
Paragraf 3
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Energi
Pasal 49
(2) Peraturan zonasi untuk gardu diatur sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a disusun dengan memperhatikan :
a. zona gardu meliputi zona manfaat dan zona bebas; dan
b. zona manfaat adalah untuk instalasi Gardu Induk (GI) dan fasilitas
pendukungnya.
58
Paragraf 4
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 50
59
lokasi, tinggi, tahun pembuatan/pemasangan, kontraktor, dan beban
maksimum menara;
e. dilarang membangun menara telekomunikasi pada bangunan
bertingkat yang menyediakan fasilitas helipad;
f. untuk efisiensi dan efektifitas penggunaan ruang, maka menara harus
digunakan secara bersama dengan tetap memperhatikan
kesinambungan pertumbuhan industri telekomunikasi; dan
g. Peraturan zonasi mengenai jarak antara BTS, menara telekomunikasi
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 5
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 51
Ketentuan peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air pada
wilayah sungai disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan dan dilarang
untuk membuang sampah, limbah padat dan atau cair dan mendirikan
bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha;
b. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi pemanfaatan ruang di sekitar
wilayah sungai lintas kabupaten secara selaras dengan pemanfaatan ruang
pada wilayah sungai di kabupaten yang berbatasan;
c. garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan adalah
sekurang-kurangnya 5 meter dan di dalam kawasan perkotaan adalah
sekurang-kurangnya 3 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
d. garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan untuk
sungai besar, yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai
seluas 500 km2 atau lebih, dilakukan ruas per ruas dengan
mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang
bersangkutan sekurang-kurangnya 100 meter dan sungai kecil yaitu
sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500
km2 sekurang-kurangnya 50 meter dihitung dari tepi sungai; dan
e. garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan adalah
sekurang-kurangnya 10 meter untuk sungai yang mempunyai kedalaman
tidak lebih dari 3 meter, dan 15 meter untuk sungai yang mempunyai
kedalaman antara 3 meter sampai dengan 20 meter, serta 30 meter untuk
sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 meter adalah
dari tepi sungai.
60
Paragraf 6
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Air Minum
Pasal 52
61
Paragraf 7
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Drainase
Pasal 53
Paragraf 8
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Pengelolaan Limbah
Pasal 54
(1) Peraturan zonasi untuk sistem pembuangan air limbah meliputi sistem
jaringan limbah domestik, limbah industri, dan limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3).
(2) Peraturan zonasi untuk sistem jaringan limbah dan Limbah B3 diatur
sebagai berikut :
a. zona limbah domestik terpusat terdiri atas zona ruang manfaat dan
zona ruang penyangga;
b. zona ruang manfaat adalah untuk bangunan atau instalasi
pengolahan limbah;
c. zona ruang penyangga dilarang untuk kegiatan yang mengganggu
fungsi pengolahan limbah hingga jarak 10 meter sekeliling ruang
manfaat;
d. persentase luas lahan terbangun maksimal sebesar 10 %;
e. pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit
pengolahan kotoran manusia/tinja dilakukan dengan menggunakan
sistem setempat atau sistem terpusat agar tidak mencemari daerah
tangkapan air/ resapan air baku;
f. perumahan dengan kepadatan rendah hingga sedang, setiap rumah
wajib dilengkapi dengan system pembuangan air limbah setempat
atau individual yang berjarak minimal 10 meter dari sumur;
g. perumahan dengan kepadatan tinggi, wajib dilengkapi dengan system
pembuangan air limbah terpusat atau komunal, dengan skala
62
pelayanan satu lingkungan, hingga satu kelurahan serta
memperhatikan kondisi daya dukung lahan dan Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM) serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat; dan
h. sistem pengolahan limbah domestic pada kawasan dapat berupa
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sistem konvensional atau
alamiah dan pada bangunan tinggi berupa IPAL dengan teknologi
modern.
Paragraf 9
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Pengelolaan Sampah
Pasal 55
(1) Peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahan terdiri atas TPS,
TPST, dan TPA.
(2) Peraturan zonasi untuk TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
sebagai berikut:
a. zona TPS terdiri atas zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;
b. zona ruang manfaat adalah untuk penampungan sampah dan tempat
peralatan angkutan sampah;
c. zona ruang penyangga dilarang untuk kegiatan yang mengganggu
penampungan dan pengangkutan sampah sampai sejarak 10 meter
dari sekeliling zona ruang manfaat;
d. persentase luas lahan terbangun sebesar 10 %;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa ruang
pemilahan, gudang, tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan
landasan container dan pagar tembok keliling; dan
f. luas lahan minimal 100 meter persegi untuk melayani penduduk
pendukung 2.500 jiwa (1 RW).
(3) Peraturan zonasi untuk TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
sebagai berikut:
a. zona TPST terdiri atas zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;
b. zona ruang manfaat adalah untuk kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan
akhir sampah;
c. zona ruang penyangga dilarang untuk kegiatan yang mengganggu
pemrosesan sampah sampai sejarak 10 meter;
d. persentase luas lahan terbangun sebesar 10 %;
63
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa ruang
pemilahan (30 m2), pengomposan sampah organik (200 m2), gudang
(100 m2), tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan
container (60 m2) dan pagar tembok keliling; dan
f. luas lahan minimal 300 m2 untuk melayani penduduk pendukung
30.000 jiwa (1 kelurahan).
(4) Peraturan zonasi untuk TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
sebagai berikut:
a. zona TPA terdiri atas zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;
b. zona ruang manfaat adalah untuk pengurugan dan pemrosesan akhir
sampah;
c. zona ruang penyangga dilarang untuk kegiatan yang mengganggu
pemrosesan sampah sampai sejarak 300 meter untuk perumahan, 3
km untuk penerbangan, dan 90 meter untuk sumber air bersih dari
sekeliling zona ruang manfaat;
d. persentase luas lahan terbangun sebesar 20 %;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa lahan
penampungan, sarana dan peralatan pemrosesan sampah, jalan
khusus kendaraan sampah, kantor pengelola, tempat parkir
kendaraan, tempat ibadah, tempat olahraga dan pagar tembok
keliling;
f. menggunakan metode lahan urug terkendali;
g. tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk mengembalikan
sampah ke media lingkungan secara aman; dan
h. lokasi TPA dilarang di tengah permukiman.
Paragraf 10
Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung
Pasal 56
64
8. peraturan zonasi untuk kawasan lindung geologi.
65
2. persentase luas lahan terbangun maksimum 10 % (sepuluh persen);
3. luas kawasan resapan air adalah bagian dari keseluruhan luas hutan
yang telah ditetapkan dengan luas minimum sebesar 30% (tiga puluh
persen); dan
4. dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang sumur resapan
dan/atau waduk.
d. peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat meliputi
sempadan sungai, sempadan waduk/danau dan mata air adalah sebagai
berikut:
1. peraturan zonasi untuk sempadan sungai diarahkan sebagai berikut:
a) pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam,mengganggu
kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi dan hidraulis,
kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian fungsi lingkungan
hidup;
b) pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau
c) kegiatan yang merusak kualitas air sungai, kondisi fisik tepi sungai
dan dasar sungai, serta mengganggu aliran air.
2. peraturan zonasi untuk sempadan danau/waduk diarahkan sebagai
berikut:
a) pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam, mengganggu
kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora
dan fauna, serta kelestarian fungsi lingkungan hidup;
b) pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau
c) kegiatan yang merusak kualitas air, kondisi fisik kawasan
sekitarnya, dan daerah tangkapan air kawasan yang bersangkutan.
3. peraturan zonasi untuk sempadan sekitar mata air diarahkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dan huruf b.
66
2. zona inti adalah untuk lahan situs; dan dilarang melakukan kegiatan
yang mengurangi, menambah, mengubah, memindahkan, dan
mencemari benda cagar budaya;
3. zona penyangga di sekitar situs adalah untuk kegiatan yang
mendukung dan sesuai dengan bagi kelestarian situs; serta dilarang
untuk kegiatan yang dapat mengganggu fungsi cagar budaya;
4. zona pengembangan adalah untuk kegiatan untuk sarana sosial,
ekonomi, dan budaya, serta dilarang untuk kegiatan yang
bertentangan dengan prinsip pelestarian benda cagar budaya dan
situsnya;
5. kawasan cagar budaya dilarang untuk menyelenggarakan:
a) kegiatan yang merusak kekayaan budaya bangsa yang berupa
peninggalan sejarah, bangunan arkeologi;
b) pemanfaatan ruang dan kegiatan yang mengubah bentukan geologi
tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan
ilmu pengetahuan;
c) pemanfaatan ruang yang mengganggu kelestarian lingkungan di
sekitar peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, serta wilayah
dengan bentukan geologi tertentu; dan/atau
d) pemanfaatan ruang yang mengganggu upaya pelestarian budaya
masyarakat setempat.
6. persentase luas lahan terbangun untuk zona inti dan penyangga
maksimum 40 % (empat puluh persen), dan untuk zona pengembang
maksimum 50 % (lima puluh persen).
g. peraturan zonasi kawasan cagar alam diarahkan sebagai berikut :
1. pemanfaatan jasa lingkungan yang terdapat pada kawasan Taman
Wisata Alam di Pulau Satonda sesuai ketentuan yang berlaku; dan
2. pemanfaatan satwa liar yang dilindungi Undang-Undang di Taman
Buru Tambora dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.
h. peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam tanah longsor diarahkan
sebagai berikut:
1. zona kawasan rawan bencana alam tanah longsor terdiri atas zona
tingkat kerawanan tinggi, zona tingkat kerawanan menengah/sedang,
dan zona tingkat kerawanan rendah;
2. zona tingkat kerawanan tinggi untuk tipologi A (lereng bukit dan
gunung) adalah untuk kawasan lindung, untuk tipologi B dan C (kaki
bukit dan gunung, tebing/lembah sungai) adalah untuk kegiatan
pertanian, kegiatan pariwisata terbatas; dilarang untuk budidaya dan
kegiatan yang dapat mengurangi gaya penahan gerakan tanah;
3. zona tingkat kerawanan menengah untuk tipologi A, B, C adalah untuk
kegiatan perumahan, transportasi, pariwisata, pertanian, perkebunan,
perikanan, hutan kota/rakyat/produksi, dan dilarang untuk kegiatan
industri.
67
4. zona tingkat kerawanan rendah tipologi A, B, dan C adalah untuk
kegiatan budidaya, dilarang untuk kegiatan industri;
5. persentase luas lahan terbangun untuk zona tingkat kerawanan tinggi
untuk tipologi A maksimum 5 % (lima persen); dan untuk tipologi B
maksimum 10 % (sepuluh persen);
6. persentase luas lahan terbangun untuk zona tingkat kerawanan
menengah untuk tipologi A, B, C maksimum 40 % (empat puluh
persen); dan
7. persentase luas lahan terbangun untuk zona tingkat kerawanan rendah
untuk tipologi A, B, C maksimum 60 % (enam puluh persen).
Penerapan prinsip terhadap setiap kegiatan budidaya terbangun yang
diajukan izinnya.
i. peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam tsunami diarahkan sebagai
berikut :
1. zona rawan tsunami kegiatan yang diperbolehkan adalah hutan bakau
disesuaikan peraturan sempadan pantai;
2. zona penyangga rawan tsunami kegiatan yang diperbolehkan adalah
tambak dan perkebunan; dan
3. peraturan zonasi pemanfaatan ruang pada kawasan rawan bencana
tsunami diatur dalam peraturan daerah tentang tata ruang pesisir.
j. peraturan zonasi kawasan lindung geologi harus disusun dengan
mematuhi ketentuan mengenai :
1. pemanfaatan untuk pariwisata, penelitian dan pendidikan,
perlindungan flora dan fauna serta pelestarian air tanpa mengubah
bentang alam;
2. ketentuan pelarangan kegiatan pemanfaatan batuan;
3. kegiatan penggalian dibatasi hanya untuk arkeologi geologi; dan
4. memperhatikan persyaratan pendirian bangunan yang menunjang
kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata.
Paragraf 11
Peraturan Zonasi untuk Kawasan Budidaya
Pasal 57
68
g. peraturan zonasi kawasan industri;
h. peraturan zonasi kawasan pariwisata;
i. peraturan zonasi kawasan pertahanan dan keamanan; dan
j. peraturan zonasi kawasan peruntukan lain terdiri atas : perdagangan
dan jasa, kawasan pusat pemerintahan, kawasan pesisir dan pulau
pulau kecil.
69
a. mengelola lahan pertanian pangan berkelanjutan sesuai dengan
ketentuan perundangundangan;
b. lahan-lahan produktif dilarang dialihfungsikan kecuali untuk
kepentingan umum;
c. mengamankan dan memelihara asset nasional dan provinsi;
d. menetapkan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan dengan
peraturan;
e. pengawasan yang dilakukan agar tidak terjadi perubahan fungsi lahan
pada lahan-lahan yang produktif;
f. diizinkan untuk kegiatan terbangun yang menunjang kegiatan
pertanian; dan
g. pada lahan kurang produktif dapat dialih fungsikan dengan tetap
mempertahankan tingkat produktifitas lahan.
70
d. wajib menyediakan zona penyangga dengan kegiatan permukiman
sampai batas tidak ada dampak negatif secara teknis, ekonomis dan
lingkungan yang ditimbulkan akibat usaha pertambangan; dan
e. pengaturan bangunan lain disekitar instalasi dan peralatan kegiatan
pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya, dengan
memperhatikan kepentingan daerah.
71
4. industri rumah tangga yang menyatu dengan tempat tinggal,
diwajibkan mendapat persetujuan perumahan disekitarnya.
c. pada kawasan industri diizinkan untuk kegiatan lain yang berupa
hunian, rekreasi, serta perdagangan dan jasa dengan luas total tidak
melebihi 10% (sepuluh persen) total luas lantai;
d. pengembangan kawasan industri memperhatikan konsep eco
industrial park;
e. kegiatan lain yang tidak sesuai dan memiliki izin yang berada pada
kawasan industri harus menyesuaikan pada akhir masa berlaku izin
dan kegiatan lain yang tidak memiliki izin direlokasi paling lambat 3
tahun;
f. bangunan industri rumah tangga harus bersifat tunggal, kecuali pada
industri yang mengelompok diperkenankan bentuk deret;
g. pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar kawasan
peruntukan industri; dan
h. intensitas ruang zona industri diatur lebih lanjut dengan peraturan
bupati.
72
h. pembangunan daya tarik wisata alam hutan dapat memanfaatkan
zona hutan lindung dengan memperhatikan arahan peraturan
zonasinya;
i. kegiatan lain yang tidak sesuai dan memiliki izin yang berada pada
kawasan pariwisata, harus menyesuaikan pada akhir masa berlaku
izin dan kegiatan lain yang tidak memiliki izin direlokasi paling lambat
3 (tiga) tahun; dan
j. intensitas ruang zona kawasan pariwisata diatur lebih lanjut dengan
peraturan bupati.
(11) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan lain perdagangan dan jasa,
kawasan pusat pemerintahan, kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j antara lain :
a. zonasi kawasan perdagangan dan jasa terdiri atas zona perdagangan
dan jasa regional, serta zona perdagangan dan jasa lokal;
b. zona perdagangan dan jasa regional adalah untuk kegiatan
perdagangan besar dan eceran, jasa keuangan, jasa perkantoran
usaha dan profesional, jasa hiburan dan rekreasi serta jasa
kemasyarakatan;
c. zona perdagangan dan jasa lokal adalah untuk kegiatan perdagangan
eceran, jasa keuangan, jasa perkantoran usaha dan profesional, jasa
hiburan dan rekreasi serta jasa kemasyarakatan dan perumahan
kepadatan menengah dan tinggi;
d. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti
sarana pejalan kaki yang menerus, sarana peribadatan dan sarana
perparkiran, sarana kuliner, sarana transportasi umum, ruang
terbuka; serta jaringan utilitas;
e. memiliki aksesibilitas bagi penyandang cacat;
f. kegiatan hunian kepadatan menengah dan tinggi diizinkan di kawasan
ini maksimum 10 % (sepuluh persen) dari total luas lantai;
g. wajib menyediakan zona penyangga berupa RTH apabila berbatasan
langsung dengan kawasan lindung;
h. sarana media ruang luar komersial harus memperhatikan tata
bangunan dan tata lingkungan, kestabilan struktur serta
keselamatan;
i. kawasan perdagangan dan jasa wajib dilengkapi dengan RTBL;
73
j. kegiatan industri yang kawasan memiliki izin dan berada pada
kawasan perdagangan dan jasa, harus menyesuaikan pada akhir
masa berlaku izin.
k. jalan arteri primer pada kawasan perkotaan tersebut, harus dilengkapi
oleh jalur pemisah; dan
l. intensitas ruang untuk perdagangan, jasa regional, dan jasa lokal
diatur dengan peraturan bupati.
(13) Rencana peraturan zonasi untuk wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j antara lain :
a. rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau pulau kecil meliputi daerah–
daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah
74
administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil
laut diukur dari garis pantai;
b. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang berada pada zona rawan
bencana, cagar alam dan budaya pembangunannya dibatasi dan
dikendalikan;
c. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang berada pada zona rawan
bencana, harus dipasang alat peringatan dini;
d. penetapan kegiatan budidaya secara selektif di dalam kawasan pesisir
dan pulau pulau kecil untuk menjaga pelestarian lingkungan hidup;
e. pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di
sekitar badan air di sepanjang alur pelayaran dilakukan dengan tidak
mengganggu aktivitas pelayaran; dan
f. penetapan intensitas ruang disekitar kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil diatur lebih lanjut dengan peraturan bupati.
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 58
(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan kewenangannya.
Pasal 59
(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Dompu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) terdiri atas :
a. izin prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. izin mendirikan bangunan; dan
e. izin lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
75
(2) Izin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, bertujuan
untuk:
a. persetujuan yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk
memulai kegiatan menanamkan modal atau mengembangkan kegiatan
atau pembangunan diwilayah kabupaten, yang sesuai dengan arahan
kebijakan dan alokasi penataan ruang; dan
b. persyaratan untuk permohonan izin lokasi, izin penggunaan
pemanfaatan tanah, izin mendirikan bangunan dan izin lainnya.
(3) Izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah izin yang
diberikan kepada orang atau badan hukum untuk memperoleh
tanah/pemindahan hak atas tanah/menggunakan tanah yang diperlukan
dalam rangka penanaman modal.
(4) Izin penggunaan pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, adalah izin yang diberikan kepada pengusaha untuk kegiatan
pemanfaatan ruang dengan batasan luasan tanah lebih dari 5.000 m2
(lima ribu meter persegi).
(5) Izin mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
adalah izin yang diberikan kepada pemilik bangunan untuk membangun
baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan
sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis.
(6) Izin lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e merupakan
ketentuan izin usaha pertambangan, perkebunan, pariwisata, industri,
perdagangan dan pengembangan sektoral lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-perundangan.
(7) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf
b, huruf c, huruf d dan huruf e diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Pasal 60
76
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana
struktur ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan
zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 61
Pasal 62
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif diatur
dengan Peraturan Bupati.
77
Pasal 63
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan disinsentif diatur
dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 64
(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf d
merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pengenaan sanksi
administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang.
78
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang
tidak benar.
Pasal 65
Pasal 66
Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang
telah ditetapkan dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.
79
BAB IX
KELEMBAGAAN
Pasal 67
(1) Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama antar wilayah,
dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.
(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan
Ruang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Keputusan Bupati.
BAB X
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
DALAM PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 68
80
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 69
Pasal 70
(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan masyarakat secara
turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor
daya dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi, dan struktur
pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang
serasi, selaras, dan seimbang.
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 71
81
Pasal 72
Pasal 73
Pasal 74
Pasal 75
(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat
disampaikan melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.
Pasal 76
Pasal 77
83
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 78
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 79
84
c. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan
bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan
ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah
ini, agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 80
(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dompu adalah 20
(dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan
apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang
mempengaruhi pemanfaatan ruang kabupaten dan/atau dinamika
internal wilayah.
(4) Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan
terhadap bagian wilayah kabupaten yang kawasan hutannya belum
disepakati pada saat Peraturan Daerah ini ditetapkan, rencana dan album
peta sebagaimana dimaksud pada lampiran IV disesuaikan dengan
peruntukan kawasan hutan berdasarkan hasil kesepakatan Menteri
Kehutanan.
(5) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai teknis pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.
85
Pasal 81
Ditetapkan di Dompu
pada tanggal 2012.
BUPATI DOMPU,
H. BAMBANG M. YASIN
Diundangkan di Dompu
pada tanggal 2012
Plt. SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN DOMPU,
H. AGUS BUKHARI
86
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DOMPU
TAHUN 2011-2031
I. UMUM
Ruang pada dasarnya merupakan wadah atau tempat bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya untuk hidup dan melakukan kegiatannya, akan
tetapi jika ruang dikaitkan dengan pengaturannya, haruslah mengenal
batas dan sistemnya. Dalam kaitan tersebut, ruang wilayah Kabupaten
Dompu terdiri atas ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara.
1. Ruang wilayah Kabupaten Dompu sebagai unsur lingkungan hidup,
terdiri atas berbagai ruang wilayah yang masing-masing sebagai sub
sistem yang meliputi aspek alamiah (fisik), ekonomi, sosial budaya
dengan corak ragam dan daya dukung yang berbeda satu dengan
lainnya. Pengaturan pemanfaatan ruang wilayah yang didasarkan pada
corak dan daya dukungnya akan meningkatkan keselarasan,
keseimbangan sub sistem, yang berarti juga meningkatkan daya
tampungnya. Oleh karena itu, rencana tata ruang wilayah yang
disusun, haruslah dapat menampung segala kemungkinan
perkembangan selama kurun waktu tertentu.
2. Kabupaten Dompu secara umum dapat dikatakan mengalami
perkembangan yang cukup pesat, berbagai program pembangunan dan
kebijakan yang diambil juga menyesuaikan dengan dinamika dan
kebutuhan pembangunan, sehingga secara keseluruhan rencana tata
ruang yang ada dan telah disusun sebelumnya memerlukan beberapa
penyesuaian. Perubahan dalam skala nasional juga terjadi dengan
terbitnya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang yang menyebutkan bahwa dimensi waktu perencanaan adalah
20 tahun, dan setiap wilayah harus memiliki kawasan strategis.
Disamping itu, dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat, telah melahirkan kebijakan
pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang baru.
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dompu atau disebut RTRW
Kabupaten Dompu merupakan penjabaran strategi dan arahan
kebijakan pemanfaatan ruang wilayah Nasional dan Provinsi Nusa
Tenggara Barat dalam strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah
Kabupaten Dompu. Untuk mewujudkan RTRW Kabupaten Dompu,
selain menyusun konsep dan strategi pembangunan, RTRW Kabupaten
87
Dompu disusun berdasarkan kebijakan yang tertuang dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
4. Sistematika RTRW Kabupaten Dompu, memuat ketentuan sebagai
berikut :
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem
hirarki pusat pelayanan wilayah kota dan sistem jaringan prasarana
wilayah Kabupaten Dompu;
c. rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan
lindung wilayah kabupaten dan kawasan budidaya wilayah
kabupaten;
d. penetapan kawasan strategis Kabupaten Dompu;
e. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi
program utama tahunan dan lima tahunan; dan
f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan,
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
5. Secara khusus produk RTRW Kabupaten Dompu diharapkan mampu
menjadi bagian yang memberikan pemihakan kepada kebutuhan
masyarakat kabupaten untuk dapat mengakses peluang pembangunan
sosial, budaya dan ekonomi Kabupaten Dompu secara berkelanjutan
dan menggairahkan minat investasi.
6. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dompu disusun berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku Undang-Undang Nomor
26 tahun 2007 tentang penataan ruang khususnya terkait substansi
yang mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten, sebagai persyaratan teknis untuk dapat disahkan
sebagai Peraturan Daerah. Melalui penetapan Peraturan Daerah RTRW
Kabupaten Dompu, seluruh program pembangunan diharapkan dapat
mengacu payung hukum yang dimaksud sehingga tercipta tertib tata
ruang yang menjamin keberlanjutan Kabupaten Dompu kedepan.
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
88
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Yang dimaksud dengan “rencana struktur ruang” dalam ketentuan ini
adalah gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada
akhir tahun rencana, yang mencakup struktur ruang yang ada dan yang
akan dikembangkan.
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Bandar Udara Khusus dimaksud dalam Peraturan Daerah ini
adalah bandar udara yang hanya digunakan untuk melayani
kepentingan sendiri untuk menunjang kegiatan usaha
pokoknya.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
89
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan Microdigital adalah digunakan
untuk menggambarkan proses transfer berkas
pemindahan data elektronik antara dua computer atau
system serupa lainnya. Sedangkan serat optic adalah
saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari
kaca atau plastic yang sangat halus dan lebih kecil dari
sehelai rambut dan dapat digunakan untuk
mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke
tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya
adalah laser.
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Sebaran lokasi dan kriteria TPST, dan/atau TPA ditentukan
berdasarkan persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan pemerintah melalui SNI Nomor 03-3241-1994
tentang Tatacara Pemilihan Lokasi TPA sampah, dan peraturan
perundang-undangan terkait lainnya.
Yang dimaksud dengan Reduse (mengurangi) adalah kegiatan
mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya
sampah. Contoh: ketika belanja membawa kantong
plastik/keranjang dari rumah, mengurangi kemasan yang tidak
perlu menggunakan kemasan yang bisa didaur ulang.
90
Yang dimaksud dengan Reuse (pemanfaatan ulang) adalah
kegiatan menggunakan kembali sampah yang masih dapat
digunakan baik untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya.
Yang dimaksud dengan Recycle (mendaur ulang) adalah
mengolah sampah menjadi produk baru.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Pengolahan air limbah dalam ketentuan ini adalah
bertujuan untuk pengurangan, pemanfaatan kembali dan
pengolahan bagi limbah dari kegiatan permukiman,
perkantoran dan kegiatan ekonomi dengan
memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku.
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
RTH di Kabupaten Dompu mengacu pada UU No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang Wilayah Pasal 29
diperuntukan seluas 30% dari luas wilayah Kota terbagi atas
Ruang Terbuka Hijau Publik 20% dan Ruang Terbuka Hijau
Private 10%. Tujuan RTH di kawasan perkotaan yakni untuk:
a. menjaga ketersediaan lahan resapan air;
91
b. menciptakan aspek planologis perkotaan melalui
keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan
binaan yang bermanfaat untuk masyarakat;
c. meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai
sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman,
nyaman, segar, indah dan bersih.
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan potensi pertambangan adalah data
tentang keberadaan sumberdaya baik mineral logam, mineral
bukan logam dan batuan yang tersebar di wilayah
perencanaan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan eksisting pertambangan adalah
Badan Usaha (Swasta, BUMN, BUMD), Koperasi atau
92
perorangan (perusahaan Perseorangan, Perusahaan Firma,
atau Perusahaan Comanditier) yang telah diberikan izin
usaha oleh pemerintah, baik pada tahap eksploitasi maupun
pada tahap operasi produksi.
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Ayat (9)
Cukup jelas
Ayat (10)
Cukup jelas
Ayat (11)
Cukup jelas
Ayat (12)
Cukup Jelas
Ayat (13)
Cukup Jelas
Pasal 34
Ayat (1)
Huruf a
Kriteria Industri dimaksud disini mengacu pada SK
Dir. BI. No. 30/45/Dir/UK tanggal 5 Januari 1997,
bahwa industri sedang asetnya lebih kecil dari
Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) untuk
sektor industri. Asset lebih kecil dari Rp. 600 Juta
untuk sektor non-industri Manufacturing. Omzet
tahunan lebih kecil dari Rp 3 Milyar.
Departemen Perindustrian menyebutkan bahwa
industri sedang omzet penjualan antara
Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) sampai
Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Industri rumah tangga yang lazim dikenal dengan
Industri Mikro adalah Kelompok industri yang tumbuh
ditengah masyarakat secara informal dengan
menggunakan sumberdaya yang mereka miliki.
Huruf b
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 35
93
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Ayat (1)
Huruf a
Kawasan perdagangan & Jasa yang direncanakan
dikembangkan di Kecamatan Dompu adalah skala
lokal dan regional.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Huruf a
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) dalam
ketentuan ini adalah merupakan Wilayah Kawasan
Pengembangan Terpadu (KAPET) Bima. KAPET Bima meliputi
3 (tiga) daerah otonom yaitu Kabupaten Bima, Kota Bima dan
Kabupaten Dompu.
Huruf b
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
94
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) dalam ketentuan ini
adalah kawasan konservasi laut yang berada diwilayah
kabupaten dan/atau lintas desa yang memiliki kepentingan
konservasi. KKLD di Kabupaten Dompu ditetapkan dengan
Peraturan Bupati Nomor 34 Tahun 2010.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Indikasi program dalam ketentuan
ini menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan
untuk mewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang
wilayah provinsi. Selain itu, juga terdapat kegiatan lain, baik
yang dilaksanakan sebelumnya, bersamaan dengan, maupun
sesudahnya, yang tidak disebutkan dalam Peraturan Daerah
ini.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKR) adalah
Wilayah Perairan dan Daratan pada pelabuhan yang
95
dipergunakan secara langsung untuk kegiatan
Pelabuhan.
Huruf d
Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKP)
adalah Wilayah Perairan dan Daratan di sekeliling
daerah lingkungan kerja pelabuhan umum yang
dipergunakan untuk menjamin keselamatan
pelayaran.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Menara adalah bangunan khusus yang berfungsi sebagai
sarana penunjang untuk menempatkan peralatan
telekomunikasi yang di desain atau bentuk konstruksinya
disesuaikan dengan keperluan penyelenggaraan
telekomunikasi.
Pembangunan menara sesuai dengan Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor:
02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman
Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama
Telekomunikasi menyebutkan bahwa pembangunan menara
dapat dilaksanakan oleh penyelenggara telekomunikasi,
penyedia menara dan /atau kontraktor menara.
Pembangunan Menara harus sesuai dengan standar baku
tertentu untuk menjamin aspek keamanan dan keselamatan
aktivitas kawasan di sekitarnya dengan memperhitungkan
faktor-faktor yang menentukan kekuatan dan kestabilan
konstruksi Menara, antara lain :
a. tempat/space penempatan antena dan perangkat
telekomunikasi untuk penggunaan bersama;
b. ketinggian Menara;
c. struktur Menara;
d. rangka struktur Menara;
96
e. pondasi Menara;
f. kekuatan angin; dan
g. bahan strukur menara.
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
IPAL teknologi modern bangunan 4 (empat) lantai
adalah salah satu sistem pengolahan limbah melalui
saluran instalasi vertikal (SHAFT) dan disalurkan ke
lantai lain dengan mesin pompa atau dapat secara
gravitasi.
Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
Cukup Jelas
Pasal 57
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Produksi hasil hutan dari kegiatan budidaya tanaman dan
hutan alam dimaksudkan untuk mendukung kebijakan
97
moratorium logging dalam kawasan hutan serta mendorong
berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang di awali
dengan kegiatan penanaman (rehabilitasi hutan).
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Ayat (8)
Cukup Jelas
Ayat (9)
Cukup Jelas
Ayat (10)
Cukup Jelas
Ayat (11)
Cukup Jelas
Ayat (12)
Cukup Jelas
Ayat (13)
Cukup Jelas
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Ijin Pemanfaatan ruang berikan untuk:
a. Menjamin bahwa pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata
ruang, peraturan zonasi dan standar pelayanan minimal bidang
penataan ruang;
b. Mencegah dampak negatif dari pemanfaatan ruang;
c. Melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas.
Pasal 60
Yang dimaksud dengan insentif dalam ketentuan ini kemudahan
yang diberikan terhadap pemberian izin pemanfaatan ruang untuk
mendorong tercapainya perlindungan terhadap kawasan
perencanaan.
Yang dimaksud dengan disinsentif dalam ketentuan ini adalah
pengekangan yang dilakukan terhadap pemberian izin pemanfaatan
ruang untuk membatasi kecenderungan perubahan dalam
pemanfaatan ruang.
98
Pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang ditujukan
untuk:
a. Meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam
rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang;
b. Memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan
rencana tata ruang; dan
c. Meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam
rangka pemanfaatan ruang sejalan dengan rencana tata ruang.
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Keringanan retribusi yang dimaksud dalam
ketentuan ini adalah pemberian keringanan
pembayaran pajak dan atau retribusi terhadap
pemanfaatan ruang.
Huruf b
Pemberian kompensasi yang dimaksud dalam
ketentuan ini adalah pemberian imbalan pada
masyarakat yang tidak merubah pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan kebijakan operasional.
Huruf c
Pemberian imbalan yang dimaksud dalam ketentuan
ini adalah pemberian balas jasa pada masyarakat
yang mematuhi ketentuan pemanfaatan ruang.
Huruf d
Sewa ruang yang dimaksud dalam ketentuan ini
adalah masyarakat berhak mendapatkan sewa ruang
sebagai akibat dari pemanfaatan ruang yang sesuai
fungsi dan dilakukan oleh pihak lain, menurut
ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama
Huruf e
Urun saham yang dimaksud dalam ketentuan ini
adalah masyarakat berhak mendapatkan bagian
saham dari kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai
fungsi dan dilakukan oleh pihak lain, menurut
ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama.
Huruf f
Penyediaan sarana dan prasarana yang dimaksud
dalam ketentuan ini adalah penyediaan sarana dan
99
prasarana untuk mendukung pengembangan fungsi
ruang yang telah ditetapkan.
Huruf g
Kemudahan prosedur perizinan yang dimaksud
dalam ketentuan ini adalah kemudahan dalam
proses perizinan bagi pemanfaatan ruang yang
sesuai dengan fungsinya untuk mendukung
pengembangan fungsi ruang yang telah ditetapkan.
Huruf h
Penghargaan yang dimaksud pada ketentuan ini
adalah penghargaan yang diberikan kepada
masyarakat yang mematuhi ketentuan pemanfaatan
ruang.
Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Peraturan yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan
tentang penataan ruang.
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Bila dalam suatu pemanfaatan ruang terdapat hasil/
manfaat maka masyarakat dalam suatu wilayah berhak
untuk ikut menikmati hasil/manfaat ruang dan/atau
pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang
dalam bentuk yang diatur lebih lanjut dalam peraturan
perundang-undangan.
Huruf d
Bila dalam suatu pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
Rencana Tata Ruang menyebabkan masyarakat sekitar
mendapatkan kerugian, maka masyarakat berhak
memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang
dialaminya.
Huruf e
100
Cukup jelas
Huruf f
Cukup Jelas
Pasal 69
Cukup Jelas
Pasal 70
Cukup Jelas
Pasal 71
Cukup Jelas
Pasal 72
Cukup Jelas
Pasal 73
Cukup Jelas
Pasal 74
Cukup Jelas
Pasal 75
Cukup Jelas
Pasal 76
Cukup Jelas
Pasal 77
Cukup Jelas
Pasal 78
Cukup Jelas
Pasal 79
Cukup Jelas
Pasal 80
Cukup Jelas
Pasal 81
Cukup Jelas
101
LAMPIRAN I.1
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031
Fungsi
Panjang Arteri K-1
No Ruas Jalan Sistem Jaringan
(km)
(km) (km)
1 021 Km. 70.00 – Bts Dompu 60.652 60.652 Lintas Utama P.
Sumbawa
2 022 Bts Dompu – Banggo 38.234 38.234 Lintas Utama P.
Sumbawa
3 023 Banggo – Dompu 13.424 13.424 Lintas Utama P.
Sumbawa
4 023 11 K Jl Lintas Sumbawa (SP Tiga 6.360 6.36 Lintas Utama P.
Madaprama) Dompu 0 Sumbawa
5 023 12 K Jl Diponegoro (Bts Kota) 8.176 8.17 Lintas Utama P.
Dompu 6 Sumbawa
6 023 13 K Jl. Imam Bonjol (Dompu) 0.963 0.96 Lintas Utama P.
3 Sumbawa
7 023 14 K Jl Teuku Umar (Dompu) 1.164 1.16 Lintas Utama P.
4 Sumbawa
8 023.15 K Jl. Hasanudin (Dompu) 6.272 6.27 Lintas Utama P.
2 Sumbawa
9 023.16 K Jl. Sudirman (Dompu) 0.331 0.33 Lintas Utama P.
1 Sumbawa
10 023.17 Jl. Soekarno Hatta (Dompu) 0.586 0.8 0.58 Lintas Utama P.
6 Sumbawa
11 023.18 K Jl. Achmad Yani (Dompu) 2.541 2.54 Lintas Utama P.
1 Sumbawa
12 024 Kota Dompu – Sila 24.564 24.564 Lintas Utama P.
Sumbawa
13 024.11 K Jl Balibunga-Madaprama 8.900 8.90 Lintas Utama P.
0 Sumbawa
14 024.12 K Jl. Syeh Muhammad (Dompu) 3.302 3.30 Lintas Utama P.
2 Sumbawa
15 040 Dompu-Hu’u 35.1 Lintas Utama P.
Sumbawa
16 040.11 K Jl. Bayangkara (Dompu) 2.5 Lintas Utama P.
Sumbawa
17 Jl. Tekukur (Dompu) 2 2 Lintas Utama P.
Sumbawa
102
b. Jalan Provinsi di Kabupaten Dompu (sesuai dengan Kepmen Kimpraswil No.
376/KPTS/M/2004 A Tanggal 19 Oktober 2004)
Panjang
Nomor Fungsi
No. Ruas Jalan (km) Status
Ruas K-2 K-3
1 39 Sp. Banggo – Kempo 15.16 15.16 Lintas Utama P.
Sumbawa
2 40 Dompu – Hu’u 37.51 37.51 Lintas Utama P.
Sumbawa
3 040. 11. Jln. Gajah Mada 0.25 0.25 Lintas P. Sumbawa
K
4 040.12.K Jln. Bayangkara 2.50 2.50 Lintas P. Sumbawa
5 040. 13. Jln. Somokling 1.75 1.75 Lintas P. Sumbawa
K
6 055 SP. Kempo-Simpang 18.19 Lintas P. Sumbawa
Kore
7 65 Hu’u – Parado 16.00 16.00 18.19 Lintas Selatan P.
Sumbawa
8 068.3 Sekokat – Mbawi 40 40 Lintas Utama P.
Sumbawa
9 070.1 Kempo-Kesi-Hodo 25.80 25.80 Lintas Utama P.
Sumbawa
10 070.2 Hodo-Doropeti 33.10 33.10 Lintas Utara P.
Sumbawa
11 070.3 Doropeti – Lb. Kenanga 34.24 34.24 Lintas Utara P.
Sumbawa
12 070.7 SP. Kore-Kiwu 27.90 27.90 Lintas Utara P.
Sumbawa
13 065 Hu’u- Parado 20.14 20.14 4.96 Lintas Utama P.
Sumbawa
14 070.4 Lb. Kenanga–Kawinda 41.26 41.26 Lintas Utara P.
To’i Sumbawa
15 40.11 K Jln. Bayangkara 2.50 Lintas Utama P.
Sumbawa
16 40 Dompu-Hu’u 1.06 1.06 Lintas Utama P.
Sumbawa
17 Jln. Tekukur 2.20 2.20 Lintas Utama P.
Sumbawa
Total Kabupaten Dompu 319.36 295.61 26,41
103
c. Ruas Jalan Kabupaten di Kabupaten Dompu
Tipe Perkerasan
NO. Nama Nama Titik Titik Panjang
RUAS Pangkal Ujung Pengenal Pengenal Ruas Aspal Kerekil Tanah
pangkal Ujung (Km) (A) (K) (T)
104
Tipe Perkerasan
NO. Nama Nama Titik Titik Panjang
RUAS Pangkal Ujung Pengenal Pengenal Ruas Aspal Kerekil Tanah
pangkal Ujung (Km) (A) (K) (T)
105
Tipe Perkerasan
NO. Nama Nama Titik Titik Panjang
RUAS Pangkal Ujung Pengenal Pengenal Ruas Aspal Kerekil Tanah
pangkal Ujung (Km) (A) (K) (T)
106
Tipe Perkerasan
NO. Nama Nama Titik Titik Panjang
RUAS Pangkal Ujung Pengenal Pengenal Ruas Aspal Kerekil Tanah
pangkal Ujung (Km) (A) (K) (T)
107
Tipe Perkerasan
NO. Nama Nama Titik Titik Panjang
RUAS Pangkal Ujung Pengenal Pengenal Ruas Aspal Kerekil Tanah
pangkal Ujung (Km) (A) (K) (T)
108
Tipe Perkerasan
NO. Nama Nama Titik Titik Panjang
RUAS Pangkal Ujung Pengenal Pengenal Ruas Aspal Kerekil Tanah
pangkal Ujung (Km) (A) (K) (T)
BUPATI DOMPU,
H. BAMBANG M. YASIN
109
LAMPIRAN I.2
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031
BUPATI DOMPU,
H. BAMBANG M. YASIN
110
LAMPIRAN I.3
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031
a. Pembangkit Listrik
Potensi Jumlah %
Pembangkit Wilayah Layanan
Pelanggan Pelanggan Layanan
- PLTD Dompu Kec. Dompu, Woja, Pajo, Hu’u, 36.878 14.723 39,92%
dan Manggelewa
- PLTD Kempo Kec. Kempo 4.397 1.767 46,12%
- PLTD Kwangko Kec. Manggelewa (Desa 497 147 29,58%
Kwangko)
111
c. Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik Kabupaten Dompu Tahun 2020 – 2031
Jmlh
Tipe Rumah Kebutuhan Daya Terpasang
Kbutuhan Total
Jumlah Sarana Jalan
Listrik Kebutuhan
No Kecamatan Penduduk Type Type Type Type Type Type 25% 15%
untuk
(Jiwa) Besar Sedang Kecil Besar Sedang Kecil (KW) (KW)
Rumah
(unit) (unit) (unit) 1300 900 450 KW MW
(KW)
TA HU N 2 0 2 0
1. Hu’u 18,001 361 1,081 2,161 470 973 973 2,416 604 362 3,382 3.4
2. Pajo 13,288 266 798 1,595 346 719 718 1,783 446 267 2,496 2.5
3. Dompu 57,573 1,152 3,455 6,909 1,498 3,110 3,110 7,718 1,930 1,158 10,805 10.8
4. Woja 59,641 1,193 3,579 7,157 1,551 3,222 3,221 7,994 1,999 1,199 11,192 11.2
5. Kilo 14,072 282 845 1,689 367 761 761 1,889 472 283 2,645 2.6
6. Kempo 18,975 380 1,139 2,277 494 1,026 1,025 2,545 636 382 3,563 3.6
7. Manggelewa 32,045 641 1,923 3,846 834 1,731 1,731 4,296 1,074 644 6,014 6.0
8. Pekat 39,586 792 2,376 4,751 1,030 2,139 2,138 5,307 1,327 796 7,430 7.4
TA HU N 2 0 3 1
1. Hu’u 20,202 405 1,213 2,425 527 1,092 1,092 2,711 678 407 3,795 3.8
2. Pajo 14,037 281 843 1,685 366 759 759 1,884 471 283 2,638 2.6
3. Dompu 66,421 1,329 3,986 7,971 1,728 3,588 3,587 8,903 2,226 1,335 12,464 12.5
4. Woja 68,943 1,379 4,137 8,274 1,793 3,724 3,724 9,241 2,310 1,386 12,937 12.9
5. Kilo 16,412 329 985 1,970 428 887 887 2,202 551 330 3,083 3.1
6. Kempo 19,826 397 1,190 2,380 517 1,071 1,071 2,659 665 399 3,723 3.7
7. Manggelewa 36,970 740 2,219 4,437 962 1,998 1,997 4,957 1,239 744 6,940 6.9
8. Pekat 50,773 1,016 3,047 6,093 1,321 2,743 2,742 6,806 1,702 1,021 9,528 9.5
BUPATI DOMPU,
H. BAMBANG M. YASIN
112
LAMPIRAN I.4
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031
H. BAMBANG M. YASIN
113
LAMPIRAN I.5
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031
114
No. WS/GUGUS DAS Luas (km2) DAS/Sungai
60. S. Peto 1
61. S. Peto 2
62. S. Songotoi
63. S. Torahu
64. S. Tando
65. S. Nangawau
66. S Mango
67. S. Kelanggo
68. S. Ngguwupanca
69. S. Ndorombolo
70. S Inalamba 1
71. S Inalamba 2
72. S. Amamali
73. S. KEpanto
74. S. Nangawau
75. S. Ompusia
76. S. Penihi 1
77. S. Penihi 2
78. S. Gurusa 1
79. S. Gurusa 2
80. S. Gurusa 3
81. S. Kawinda 1
82. S. Kawinda 2
83. S. Kawinda 3
84. S. Kawinda 4
85. S. Kawinda 5
86. S. Mango
87. S. Panca 1
88. S. Panca 2
89. S. SOnae
90. S. Bura 1
91. S. Bura 2
92. S. Jati 1
93. S. Jati 2
94. S. Jati 3
95. S. Do 1
96. S. Do 2
97. S. Sumba
98. S. Nae 2
99. S. Fia 1
100. S Fia 1
101. S. Nangamiro 1.
102. S. Nangamiro 2
103. S. Ndano 1
104. S. Ndano 2
105. S. Karombo 1
106. S. Karombo 2
107. S. Dei 1
108. S. Dei 2
109. S. Dei 3
110. S. Dei 4
111. S. Dei 5
112. S. Dei 6
113. S. Karombolako 1
114. S. Karombolako 2
115. S. Karombolako 3
116. S. Karombolako 4
117. S. Karombolako 5
118. S. Pekat
119. S. Ngapi
120. S. Soga
121. S. Nomo Satu 1
122. S. Nomo Satu 2
123. S. Nomo Satu 3
124. S. Nomo Satu 4
125. S. Nomo Satu 5
126. S. Peto 1
127. S. Peto 2
128. S. Nomo Dua
129. S. Naa
130. S. Koncone
131. S. Empode 1
132. S. Empode 2
133. S. Umpujijah
134. S. Kasipahu
135. S. Tetanga
115
No. WS/GUGUS DAS Luas (km2) DAS/Sungai
136. S. Mange
137. S. Lahadui
138. S. Doromboha 1
139. S. Doromboha 2
140. S. Amahami
141. S. Ngguwudaro
142. S. Lempadi
143. S.Paranggadungga
144. S. Paranggapaku
145. S. Korremahaki
146. S. Sambi
147. S. Mango
148. S. Setingi
149. S. Laali 1
150. S. Laali 2
151. S. Laali 3
152. S. Benteng Dua
153. S. Ngguwurawa
154. S. Kesi
155. S. Sekolo
156. S. Korombouta 1
157. S. Korombouta 2
158. S. Korombouta 2 a
159. S. Korombouta 2 b
160. S. Korombouta 3
161. S. Wuwuranga 1
162. S. Wuwuranga 2
163. S. Karombo Utanase
164. S. Oifanda
165. S. Osofahu
166. S. Hodo
167. S. Sopinihi
168. Das Kawah Tambora
B. 02 Gugus DAS Banggo 879,05 1. S. Karama
2. S. Boro
3. S. Kalate
4. S. Diwukolo
5. S. Oimbay
6. S. Tololenti
7. Tolokalo
8. S. Bonto
9. S. Dumu
10. S. Setingi 1
11. S. Setingi 2
12. Soro 1
13. Soro 2
14. S. Kempo
15. Soro 3
16. Soro 4
17. Soro 5
18. S. Kambu
19. Tengker 1
20. Tengker 2
21. Tengker 3
22. Tengker 4
23. Tengker 5
24. S. Towan
25. Lenggo 1
26. Lenggo 2
27. Lenggo 3
28. S. Kalero
29. S. Balambon
30. S. Mbuju 1
31. S. Mbuju 2
32. S.Lo
33. Kilo
34. MalajuS. Enca
35. Sojambata 1
36. Sojambata 2
37. Sojambata 3
38. S. Talaga
39. S. Nae
40. S. Lasi
41. S.Wadume
42. S. Liku
43. S. Wai
116
No. WS/GUGUS DAS Luas (km2) DAS/Sungai
44. S. Kabamba
45. S. Kiwu
46. S. Ponco
47. S. Nasu
48. S. Pada
49. Pada
50. Donggo
51. Luwu dan Pelangga
52. Pelangga 1
53. Pelangga 2
54. Lambu
55. S. Lambu
56. Hinggi
57. Kawangge
58. S. Kawangge
59. S. Sakoa
60. S. Pupu
61. S. Saba
62. S. Sapungu
63. S. Sai
64. Kabando 1
65. Kabando 2
66. Kabando 3
67. Nggese
68. S. Nggese
69. S. Kejao
70. S. Luba
71. Luba 2
72. S. Kalo
73. Kalo 2
74. Kalo 3
75. S. Sengari
76. Sengari 1
77. Sengari 2
78. Toro Paropa
79. S. Lambe
80. Lambe 1
81. Lambe 2
82. Lambe 3
83. S. Jati
84. Wodi
85. S. Sai
86. Taweo
87. S. Lara
88. Riando
89. Busi 1
90. Busi 2
91. Busi 3
92. Wonto
93. S. Wonto
94. Petoborowuntu
95. Padupaa
96. Serenteh dan Diwurajah
B. 05 Gugus DAS Rimba 1.068,40 1. S. Tenawu
2. S. Lere
3. S. Nisa
4. Doro Piriplawu 1
5. Doro Piriplawu 2
6. Doro Rumu 1
7. Doro Rumu 2
8. Doro Rumu 3
9. Doro Rumu 4
10. Woro
11. Woro Totu
12. Doro Kelepe
13. Doro Kasa 1
14. Doro Oikatabe
15. Doro Bimbi 1
16. Doro Bimbi 2
17. Doro Bimbi 3
18. Toro Oiua
19. Doro Soroapu 1
20. Doro Soroapu 2
21. Doro Soroapu 3
22. S. Ati
23. Karawo
117
No. WS/GUGUS DAS Luas (km2) DAS/Sungai
24. S. Libi
25. Doro Soncopalawau
26. S, Namu
27. S. Mancabusi
28. Doro Poto;oi 1
29. Doro Poto;oi 2
30. Doro Ponae
31. Doro Bente 1
32. Doro Bente 2
33. Doro Bente 3
34. Doro Bente 4
35. Nanga Pusu
36. S. Pusu
37. S. Ndobo dan Oikonca
38. S. Nipa
39. S. Wau
40. Doro Rada
41. S. Rada
42. Doro Sambe 1
43. Doro Sambe 2
44. Doro Sambe 3
45. S. Miro
46. S. Kalongko
47. S. Sarume
48. S. Ompubiba
49. S. Ngonco
50. S. Oimumbu dan Oiuhni
51. S. Oimuhaju
52. S. Wangga
53. S. Waduruka
54. Doro Tawua
55. S. Mada
56. Pusu Bawah 1
57. Pusu Bawah 2
58. Toro Mila 1
59. Toro Mila 2
60. Doro Mua
61. Doro Sumbu
62. S. Tolotangga Baru
63. S. Jambu
64. S. Lere
65. Doro Katujara
66. Doro Oikafo
67. Doro Oikafo 2
68. Tolosido
69. Sido
70. Tenggani 1
71. Tenggani 2
72. Tenggani 3
73. Tenggani 4
74. Peranggajara 1
75. Peranggajara 2
76. Peranggajara 3
77. Soronocu
78. Soroafu
79. Oihuni
80. Doronaru
81. Mada 2
82. Toro Mabala
83. So Jati 1
84. So Jati 2
85. So Jati 3
86. So Oipai 1
87. So Oipai 2
88. Toro Manggelangko 1
89. Doro Kajura
90. Toro Manggelangko 12
91. So Mangelangko
92. So Mangelangko 2
93. So Batu Batu 1
94. So Batu Batu 2
95. So Batu Batu 3
96. So Batu Dua 1
97. So Batu Dua 2
98. So Laju
99. S. Lanjung
118
No. WS/GUGUS DAS Luas (km2) DAS/Sungai
100. So See
101. S. Pelo
102. So Seraengemo
103. So Rano
104. So Rano 2
105. Sori Sepi
106. So Rata 1
107. So Rata 2
108. Toro Rata
109. Toro Ta’a
110. Sori Gunung
111. Doro Rano To’I 1
112. Doro Rano To’I 2
113. Doro Umadesa 1
114. Doro Umadesa 2
115. Doro Umadesa 3
116. Doro Umadesa 4
117. Doro Deke
118. S. Ndata
119. S. Pana
120. S. Pataha 1
121. S. Pataha 2
122. S. Oiamba
123. S. Ngebaku
124. S. Naebaku
125. Toro Baku
126. S. Mala
127. Watu Baku 1
128. Watu Baku 2
129. Watu Baku 3
130. Watu Baku 4
131. Doro Mposisanggu 1
132. Doro Mposisanggu 2
133. Nanga Pamali
134. Toro Jampa
135. S. Maci 1
136. S. Maci 2
137. S. Maci 3
138. S. Konc a
139. S.Nggira
140. S. Oiawu
141. S. Seli
142. S. Diwumone\
143. S. oiua 1
144. S. oiua 2
145. S. oiua 3
146. S. Ncaisape
147. S. Rore 1
148. S. Rore 2
149. So Nanagano 1
150. So Nanagano 2
151. S. Rabakalo
152. S. Ompurama
153. Tanamkala
154. S. RImba
155. UPT Waworada
156. UPT Doro Oo
157. Sori Mali
158. S. Ntada
159. S. Lido
160. Doro Padunara
161. Pasir putih
162. S. Naebakui
163. Doro Lopi
164. TI Papa 1
165. TI Papa 2
166. TI Papa 2
167. TI Papa 3
168. TI Papa 4
169. TI Papa 5
170. Sr. Donggomasa
171. S. Naganae
172. S. Kepanca
173. S. Waitia
174. S. Lambu
175. S. Denga
119
No. WS/GUGUS DAS Luas (km2) DAS/Sungai
176. S. Rade
177. S. Menduha
178. S. Lanco
179. S. Mbora
180. So Lato 1
181. So Lato 2
182. So Lato 3
183. So Lato 4
184. So Lato 5
185. So Lato 6
186. So Lato 7
187. So Lato 8
188. Ndoro Gadu
189. Ndoko 1
190. Ndoko 2
191. Ndoko 3
192. Wakolembo 1
193. Wakolembo 2
194. Wakolembo 3
195. Wakolembo 4
B. 06 Gugus DAS Baka 902,50 1. S. Panda 1
2. S. Panda 2
3. Somalia
4. Ria
5. S. Ria
6. S. Nangangganti
7. S. Nangangganti 2
8. S. Nangangganti 3
9. Riwo 1
10. Riwo 2
11. Riwo 3
12. Riwo 4
13. Sori Woja
14. Sori Rababaka
15. Sori Laju
16. Sori Labalaju
17. Sori Lii
18. Sori Depa
19. Sorobura 1
20. Sorobura 2
21. Sori Waru
22. Kampung Bali
23. Sori Impi dan Nanggakepo
24. Sanggalari 1
25. Sanggalari 2
26. Soroadu 1
27. Soroadu 2
28. Soroadu 3
29. Rasabau 1
30. Rasabau 2
31. Rasabau 3
32. Rasabau 4
33. Rasabau 5
34. Rasabau 6
35. Rasabau 7
36. Rasabau 8
37. Rasabau 9
38. Rasabau 10
39. Rasabau 11
40. Rasabau 12
41. Rasabau 13
42. Rasabau 14
43. Sori Trolu 1
44. Sori Trolu 2
45. Sori Trolu 3
46. Sori Hu’u
47. Sori Sama
48. Kuta 1
49. Kuta 2
50. Sori Tolokuta 1
51. Sori Tolokuta 2
52. Sori Tolokuta 3
120
b. Rincian Pengembangan Daerah Irigasi (DI) Provinsi Utuh Kabupaten/Kota di
Kabupaten Dompu (sesuai lampiran keputusan Menteri PU No. 390 Tahun 2009).
Volume Debit
Luas
No Sub SWS / Kompleks Tahunan
(Km2)
(Juta/m3)
I Sub SWS Hodo 1,771.65 1,523.59
121
Volume Debit
Luas
No Sub SWS / Kompleks Tahunan
(Km2)
(Juta/m3)
1 Nanga Miro 418.61 434.71
2 Lembah Tambora Selatan 459.61 422.90
3 Tompo 104.31 64.22
4 Lembah Tambora Utara 552.78 440.61
5 Piong 236.34 161.15
II Sub SWS Banggo 1,761.70 358.39
1 Kempo 1,298.59 87.63
2 Soriutu 323.47 199.36
3 Malaju 139.64 71.40
III Sub SWS Ampang 121.66 88.57
1 Kwangko 121.66 88.57
IV Sub SWS Baka 902.50 526.96
1 Katua 660.98 391.65
2 Daha 241.52 135.31
122
f. Rincian Pengembangan Daerah Irigasi (DI) Kabupaten Dompu
I Woja
Embung
1 Saneo 800 300 24 93 75 25 80 20 80 20 65 35
Saneo
2 Baka Matua 1,089 1,810 74 95 85 15 85 15 60 40 70 80
Embung
3 Mumbu 460 480 22 92 80 20 63 17 60 40 60 40
Tonda selatan
II Dompu
IV Hu'u
123
1. Umum 3. Kerusakan / Penurunan Fungsi
Luas
2. Itensitas
Kecamatan / Areal 2) Umur
Kelurahan Tanam Padi 1) Bendung/titik 2) Saluran 3) Saluran 4) Saluran Tersier
N0 Nama Daerah Lahan 1) Luas Jaringan
/Desa (saat ini) Pengairan (%) Potensial (%) Sekunder (%) (%)
Irigasi Irigasi Potensial (Tahun)
(%)
(Ha) Lahan
Irigasi (Ha) (Baik) (Rusak) (Baik) (Rusak) (Baik) (Rusak) (Baik) (Rusak)
V Manggelewa
E. Sanggopa
1 Doro Melo 400 400 26 96 80 20 85 15 70 30 70 30
Sante
2 Kwangko Kwangko 400 400 15 93 85 15 80 20 90 10 65 35
VI KEMPO
3 Roju Konte 70 70 30 93 83 17 80 20 80 20 65 35
VII KILO
VIII PEKAT
124
g. Rencana Kebutuhan Air Minum Kabupaten Dompu 2021-2031
H. BAMBANG M. YASIN
125
LAMPIRAN II.1
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031
a. Arah Pengelolaan Dan Pemanfaatan Hutan Lindung
Hutan Fungsi Pemanfaatan hutan Prioritas Penangan
No Kel. Hutan Kecamatan RTK
Lindung (Ha) Hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
HKM 2. Rehabilitasi hutan dan
Hutan Pemanfaatan jasa peningkatan daya dukung DAS
1 Riwo Woja, Manggelewa,Kempo 43 16,497.65 Lindung lingkungan dan hasil 3. Pengamanan hutan dan
hutan non. Kayu pengendalian kebakaran hutan
4. Pemberdayaan msyarakat di
sekitar hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
HKM 2. Rehabilitasi hutan dan
Pemanfaatan jasa peningkatan daya dukung DAS
Hutan
2 Tambora Kempo, Manggelewa 53 3,305.70 lingkungan dan hasil 3. Pengamanan hutan dan
Lindung
hutan non. Kayu pengendalian kebakaran hutan
4. Pemberdayaan msyarakat di
sekitar hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
HKM 2. Rehabilitasi hutan dan
Pemanfaatan jasa peningkatan daya dukung DAS
Dompu, Woja, Manggelewa, Hutan
3 Soromandi 55 19,365.94 lingkungan dan hasil 3. Pengamanan hutan dan
Kilo Lindung
hutan non. Kayu pengendalian kebakaran hutan
4. Pemberdayaan msyarakat di
sekitar hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
HKM 2. Rehabilitasi hutan dan
Pemanfaatan jasa peningkatan daya dukung DAS
Hutan
4 Toffo Rompu Dompu, Pajo, dan Hu’u 65 12,313.30 lingkungan dan hasil 3. Pengamanan hutan dan
Lindung
hutan non. Kayu pengendalian kebakaran hutan
4. Pemberdayaan msyarakat di
sekitar hutan
126
Hutan Fungsi Pemanfaatan hutan Prioritas Penangan
No Kel. Hutan Kecamatan RTK
Lindung (Ha) Hutan
Jumlah 51,482.59
127
Hutan Hutan Produksi
Lokasi di ARAH PEMANFAATAN
No Kel. Hutan RTK Produksi Tetap PRIORITAS PENANGANAN
Kecamatan HUTAN
Terbatas
hutan
Dompu, 1. Pemantapan kawasan hutan
Woja,Kilo 2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan
dan daya dukung DAS
Manggelewa 3. Pengamanan hutan dan pengendalian
HKM,HTI,HTR, HHBK, dan kebakaran hutan
4 Soromandi 55 4,516.42 3,917.64
ijin pemanfaatan lainnya 4. Konservasi keanekaragaman hayati.
5. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan
industri kehutanan
6. Pemberdayaan masyarakat di sekitar
hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan
daya dukung DAS
3. Pengamanan hutan dan pengendalian
Dompu, Pajo, HKM,HTI,HTR, HHBK, dan kebakaran hutan
5 Toffo Rompu 65 10,044.92 -
Hu'u ijin pemanfaatan lainnya 4. Konservasi keanekaragaman hayati.
5. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan
industri kehutanan
6. Pemberdayaan masyarakat di sekitar
hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan
daya dukung DAS
3. Pengamanan hutan dan pengendalian
Ampang HKM,HTI,HTR, HHBK, dan kebakaran hutan
6 70 400.00 - Manggelewa
Kampaja ijin pemanfaatan lainnya 4. Konservasi keanekaragaman hayati.
5. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan
industri kehutanan
6. Pemberdayaan masyarakat di sekitar
hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan
P. Rai Rakit HKM,HTI,HTR, HHBK, dan
7 80 - 34.39 Manggelewa daya dukung DAS
Kwangko ijin pemanfaatan lainnya
3. Pengamanan hutan dan pengendalian
kebakaran hutan
128
Hutan Hutan Produksi
Lokasi di ARAH PEMANFAATAN
No Kel. Hutan RTK Produksi Tetap PRIORITAS PENANGANAN
Kecamatan HUTAN
Terbatas
4. Konservasi keanekaragaman hayati.
5. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan
industri kehutanan
6. Pemberdayaan masyarakat di sekitar
hutan
Jumlah 32.586.70 26,119.11
BUPATI DOMPU,
H. BAMBANG M. YASIN
129
c. SEBARAN KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM DI KABUPATEN DOMPU
BUPATI DOMPU,
H. BAMBANG M. YASIN
130
LAMPIRAN II.2
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031
1 Dompu 3.531
2 Woja 2.864
3 Kempo 1.313
4 Manggelewa 1.582
5 Kilo 340
6 Pekat 1.818
7 Hu’u 2.422
8 Pajo 2.115
Jumlah 15.985
Sumber: Hasil Rencana, 2011.
131
c. Potensi Dan Lokasi Pertambangan dan Energi Kabupaten Dompu
Bahan Galian
No Pertambangan, Energi & Keterdapatan (Kecamatan) Perkiraan Potensi
Airtanah
Potensi Bahan Galian Non Logam
1 Pasir & Batu (Sirtu) Semua Kecamatan Tereka 1.079.168 m3
2 Andesit Manggelewa & Hu’u Hipotetik 11.167.832 m3
3 Dasit Kec. Pajo Tereka 198.357 m3
4 Diorit Pajo, Manggelewa, Dompu Tereka 4.578.390 m3
5 Lempung Kempo & Dompu Terunjuk 330.867 m3
6 Batu Gamping Dompu, Woja, Pajo, Hu’u Tereka 37.097.000 m3
7 Marmer Dompu Hipotetik 908.720.000 ton
8 Kalsedon Dompu, Pajo Tereka 28.000 m3
9 Toseki Pajo Hipotetik <10 m3
10 Oker Kempo Tereka 2.500 m3
Potensi Bahan Galian Logam
11 Emas, Perak, Tembaga Hu’u, Manggelewa, Pajo Tertunjuk
12 Pasir Besi Kempo, Pekat Terukur 21 juta ton
13 Belerang Hu’u Hipotetik 183,9 m3
14 Mangan Pajo, Woja dan Hu’u Terukur 76.500 ton
15 Timah Hitam Pajo
Potensi Energi
16 Energi Surya Kilo, Pekat, Hu’u, Woja 4,8 kwh/m2
17 Energi Angin Doropeti, P. Bajo, Soriutu Kec. Rata-rata 3,67 m/dt
18 Energi Mikrohidro Dompu, Woja, Hu’u, Pekat 282,20 KW
19 Energi Biomassa Seluruh Kec. 88.276,40 ton/tahun
Tanaman
20 Energi Biomassa Hewan Seluruh Kec. 67.088 m3/tahun
21 Energi Panasbumi Hu’u 65 MWe
22 Energi Gelombang Laut Ria-Woja 0,10 MW untuk 250 KK
Potensi Air Tanah
23 Cekungan air tanah (CAT) Kab dompu 375 km2
24 Air Tanah Bebas Kab dompu 63 juta km3
25 Air Tanah Tertekan Kab dompu 6 juta km3
26 Air Tanah Semi Tertekan Kab dompu 4 juta km3
Memiliki danau air asin pada tengah pulau yang sebelum melutus gunung
Pulau Satonda,
tambora air danau adalah air tawar
Pantai Lasi
Pantai Ria, Pantai Memiliki taman bawah laut yang memiliki terumbu karang yang sangat
Soro
indah untuk olahraga diving
Kolam RenangMada Rumah bagi para satwa dan fauna lainnya, di tunjang dengan adanya
Prama kolam renang
Nanga Doro Sumber mata air panas yang bisa digunakan untuk berendam
133
f. Jumlah Kebutuhan Rumah & Kebutuhan Lahan Permukiman Kabupaten
Dompu
Estimasi
Proyeksi
Proyeksi Kebutuhan
Jumlah Jumlah
Luas Jumlah Lahan Untuk
Penduduk Kebutuhan
No. Kecamatan Wilayah Penduduk Perumahan&
(Jiwa) Rumah
(Jiwa) Fasilitas Umum
(Unit)
(Ha)
(Km2) 2010 2031 2031 2031
1 Dompu 223.27 49,903 67,378 16,845 413,868
2 Woja 301.16 51,594 69,951 17,488 429,676
3 Manggelewa 176.46 27,776 37,503 9,376 230,36
4 Kempo 191.67 18,160 19,914 4,978 122,317
5 Kilo 235.00 12,066 16,666 4,167 102,375
6 Hu’u 186.50 16,041 20,437 5,109 125,528
7 Pajo 135.32 12,579 14,115 3,529 86,697
8 Pekat 875.17 30,865 52,053 13,013 319,735
Jumlah 2.324,55 218.984 300.048 74.504 1.830,56
BUPATI DOMPU,
H. BAMBANG M. YASIN
134
LAMPIRAN III
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG
PROVINSI
Pengembangan Pusat Kegiatan
A
Wilayah promosi (PKWp)
A1 PKWp Wilayah Dompu
Pengembangan kawasan Terpadu,
APBN &/ Kem, PU,
1 Pergudangan, Industri dan Dompu
APBDP,APBDK Disperindag, Dis PU
Perdagangan bahan pokok
APBN &/ Dep PU, Dephub,
2 Pembangunan terminal Tipe B Dompu
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
Pembangunan Fasilitas Kesehatan
3 Dompu APBDP,APBDK Depkes, RSU
(RSU Type B)
APBN &
4 Pengembangan Perbankan Nasional Dompu Depkeu, Swasta
APBDP Swasta
Pengembangan prasarana sumber daya PDAM KSDA,PDAM,Dinas
5 Dompu
air &/Swasta PU
APBN &/
Pengembangan prasarana sumber daya DESDM,Distamben,
6 Dompu APBDP,
energy Swasta, PLN
Swasta
Pengembangan Hotel dan Pertemuan APBN &/ Dinas PU,
7 Dompu
Skala Provinsi APBDP, swasta Disbudpar
APBN &/
8 Pengembangan TPA Dompu Dep. PU, Dis PU
APBDP,
135
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Swasta
APBDP,
Pengembangan Jaringan
9 Dompu APBDK & Dinas PU
telekomunikasi
Swasta
Pengembangan sarana olahraga APBDP &/
10 Dompu Dis PU, Dikpora
skala Provinsi APBDK Swasta
Pengembangan SMA/SMK,
11 Dompu APBN/APBD Dis PU, Dikpora
Perguruan Tinggi
Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal
B
(PKL)
B1 Pengembangan PKL Calabai
Pengembangan kKawasan Terpadu, Kemhub, Kem
APBN &
1 Pergudangan, Industri dan Calabai Dishub,
APBDK
Perdagangan bahan pokok Disperindag, Dis PU
APBN & DKP, Diskanlut, Dis
2 Pengembangan Pelabuhan Pengumpan Calabai
APBDK PU
APBDK Kemkeu, Pemprov,
3 Pengembangan Perbankan Nasional Calabai
&/Swasta Swasta
APBN &/ Dep PU, Dephub,
4 Pengembangan Transportasi Darat Calabai
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
5 Pengembangan Terminal Type C Calabai
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/
Pengembangan Sarana dan Prasarana
6 Calabai APBDP,APBDK Dep PU, Dis Pu
Pendidikan
, swasta
Pengembangan Sarana dan Prasarana APBN &
7 Calabai Dis PU, Swasta
Peribadatan Skala Kabupaten APBDK swasta
Pengembangan Prasarana Sumber APBDK
8 Calabai PDAM,Dinas PU
Daya Air &/Swasta
APBN &/
DESDM,Distamben,
9 Pengembangan Prasarana Energi Calabai APBDP,
Swasta, PLN
Swasta
Pembangunan Sistem Mitigasi Bencana APBN &
10 Calabai Dis PU, BLH, BMG
(Tsunami) APBDK
Pembangunan Puskesmas Rawat APBDP &/
11 Calabai Dikes, Dis. PU
Inap/RSU Tipe C APBDK
Pengembangan sarana olahraga skala APBN & Dis PU, Dikpora,
12 Calabai
Kabupaten APBDK Swasta
B2 Pengembangan PKL Kempo
Pengembangan kKawasan Terpadu, Kemhub, Kem
APBN &
1 Pergudangan, Industri dan Kempo Dishub,
APBDK
Perdagangan bahan pokok Disperindag, Dis PU
136
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
APBN & DKP, Diskanlut, Dis
2 Pengembangan Pelabuhan Pengumpan Kempo
APBDK PU
APBDK Kemkeu, Pemprov,
3 Pengembangan Perbankan Nasional Kempo
&/Swasta Swasta
APBN & DKP, Diskanlut, Dis
4 Pengembangan TPI Kempo
APBDK PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
5 Pengembangan Transportasi Darat Kempo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
6 Pengembangan Terminal Type C Kempo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/
Pengembangan sarana dan prasarana
7 Kempo APBDP,APBDK Dep PU, Dis Pu
Pendidikan
, swasta
Pengembangan sarana dan prasarana APBN &
8 Kempo Dis PU, Swasta
Peribadatan skala Kabupaten APBDK swasta
Pengembangan Prasarana Sumber APBDK
9 Kempo PDAM,Dinas PU
Daya Air &/Swasta
APBN &/
DESDM,Distamben,
10 Pengembangan Prasarana Energi Kempo APBDP,
Swasta, PLN
Swasta
Pembangunan sistem mitigasi bencana APBN &
11 Kempo Dis PU, BLH, BMG
(tsunami) APBDK
Pembangunan Puskesmas Rawat APBDP &/
12 Kempo Dikes, Dis. PU
inap/RSU Tipe C APBDK
Pengembangan Sarana Olahraga Skala APBN & Dis PU, Dikpora,
13 Kempo
Kabupaten APBDK Swasta
B3 Pengembangan PKL Kilo
Pengembangan kKawasan Terpadu, Kemhub, Kem
APBN &
1 Pergudangan, Industri dan Kilo Dishub,
APBDK
Perdagangan bahan pokok Disperindag, Dis PU
APBN & DKP, Diskanlut, Dis
2 Pengembangan Pelabuhan Pengumpan Kilo
APBDK PU
APBDK Kemkeu, Pemprov,
3 Pengembangan Perbankan Nasional Kilo
&/Swasta Swasta
APBN &/ Dep PU, Dephub,
4 Pengembangan Transportasi Darat Kilo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
5 Pengembangan Terminal Type C Kilo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/
Pengembangan sarana dan prasarana
6 Kilo APBDP,APBDK Dep PU, Dis Pu
Pendidikan
, swasta
137
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Pengembangan sarana dan prasarana APBN &
7 Kilo Dis PU, Swasta
Peribadatan skala Kabupaten APBDK swasta
Pengembangan prasarana sumber daya APBDK
8 Kilo PDAM,Dinas PU
air &/Swasta
APBN &/
DESDM,Distamben,
9 Pengembangan Prasarana Energi Kilo APBDP,
Swasta, PLN
Swasta
APBN &
10 Pembangunan Sistem Mitigasi Bencana Kilo Dis PU, BLH, BMG
APBDK
Pembangunan Puskesmas Rawat APBDP &/
11 Kilo Dikes, Dis. PU
Inap/RSU Tipe C APBDK
Pengembangan sarana olahraga skala APBN & Dis PU, Dikpora,
12 Kilo
Kabupaten APBDK Swasta
B4 Pengembangan PKL Hu’u
Pengembangan kKawasan Terpadu, Kemhub, Kem
APBN &
1 Pergudangan, Industri dan Hu’u Dishub,
APBDK
Perdagangan bahan pokok Disperindag, Dis PU
APBN & DKP, Diskanlut, Dis
2 Pengembangan TPI Hu’u
APBDK PU
APBDK Kemkeu, Pemprov,
3 Pengembangan Perbankan Nasional Hu’u
&/Swasta Swasta
APBN &/ Dep PU, Dephub,
4 Pengembangan Transportasi Darat Hu’u
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
5 Pengembangan Terminal Type C Hu’u
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/
Pengembangan sarana dan prasarana
6 Hu’u APBDP,APBDK Dep PU, Dis Pu
Pendidikan
, swasta
Pengembangan sarana dan prasarana APBN &
7 Hu’u Dis PU, Swasta
Peribadatan skala Kabupaten APBDK swasta
Pengembangan prasarana sumber daya APBDK
8 Hu’u PDAM,Dinas PU
air &/Swasta
APBN &/
DESDM,Distamben,
9 Pengembangan Prasarana Energi Hu’u APBDP,
Swasta, PLN
Swasta
APBN &
10 Pembangunan Sistem Mitigasi Bencana Hu’u Dis PU, BLH, BMG
APBDK
Pembangunan Puskesmas Rawat APBDP &/
11 Hu’u Dikes, Dis. PU
Inap/RSU Tipe C APBDK
Pengembangan sarana olahraga skala APBN & Dis PU, Dikpora,
12 Hu’u
Kabupaten APBDK Swasta
138
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal
C
Promosi(PKLp)
C1 Pengembangan PKLp Pajo
Pengembangan Kawasan Terpadu, Kemhub, Kem
APBN &
1 Pergudangan, Industri dan Pajo Dishub,
APBDK
Perdagangan bahan pokok Disperindag, Dis PU
APBDK Kemkeu, Pemprov,
2 Pengembangan Perbankan Nasional Pajo
&/Swasta Swasta
APBN &/ Dep PU, Dephub,
3 Pengembangan Transportasi Darat Pajo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
4 Pengembangan Terminal Type C Pajo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/
Pengembangan Sarana dan Prasarana
5 Pajo APBDP,APBDK Dep PU, Dis Pu
Pendidikan
, swasta
Pengembangan sarana dan Prasarana APBN &
6 Pajo Dis PU, Swasta
Peribadatan Skala Kabupaten APBDK swasta
Pengembangan prasarana Sumber APBDK
7 Pajo PDAM,Dinas PU
Daya Air &/Swasta
APBN &/
DESDM,Distamben,
8 Pengembangan Prasarana Energi Pajo APBDP,
Swasta, PLN
Swasta
APBN &
9 Pembangunan Sistem Mitigasi Bencana Pajo Dis PU, BLH, BMG
APBDK
Pembangunan Puskesmas Rawat APBDP &/
10 Pajo Dikes, Dis. PU
Inap/RSU Tipe C APBDK
Pengembangan sarana olahraga skala APBN & Dis PU, Dikpora,
11 Pajo
Kabupaten APBDK Swasta
C2 Pengembangan PKLp Woja
Pengembangan Kawasan Terpadu, Kemhub, Kem
APBN &
1 Pergudangan, Industri dan Wajo Dishub,
APBDK
perdagangan bahan pokok Disperindag, Dis PU
APBDK Kemkeu, Pemprov,
2 Pengembangan Perbankan Nasional Wajo
&/Swasta Swasta
APBN &/ Dep PU, Dephub,
3 Pengembangan Transportasi Darat Wajo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
4 Pengembangan Terminal Type C Wajo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
Pengembangan sarana dan prasarana APBN &/
5 Wajo Dep PU, Dis Pu
Pendidikan APBDP,APBDK
139
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
, swasta
140
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Pengembangan sarana olahraga skala
kabupaten
APBN & Dis PU, Dikpora,
11 Manggelewa
APBDK Swasta
141
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Malaju, Mbuju,
Jambu dan
Ranggo
Hu’u, Sawe, O’o,
Kadindi, Doropeti,
Soriutu, Kwangko,
Pengembangan Prasarana Sumber APBDK
7 Soro, Dorokobo, PDAM,Dinas PU
Daya air &/Swasta
Malaju, Mbuju,
Jambu dan
Ranggo
Hu’u, Sawe, Desa
O’o, Kadindi,
Doropeti, Soriutu, APBN &/
DESDM,Distamben,
8 Pengembangan Prasarana Energi Kwangko, Soro, APBDP,
Swasta, PLN
Dorokobo, Malaju, Swasta
Mbuju, Jambu
dan Ranggo
Hu’u, Sawe, Desa
O’o, Kadindi,
Doropeti, Soriutu,
APBN &
9 Pembangunan Sistem Mitigasi Bencana Kwangko, Soro, Dis PU, BLH, BMG
APBDK
Dorokobo, Malaju,
Mbuju, Jambu
dan Ranggo
Hu’u, Sawe, O’o,
Kadindi, Doropeti,
Soriutu, Kwangko,
Pembangunan puskesmas rawat APBDP &/
10 Soro, Dorokobo, Dikes, Dis. PU
inap/RSU Tipe C APBDK
Malaju, Mbuju,
Jambu dan
Ranggo
Hu’u, Sawe, O’o,
Kadindi, Doropeti,
Soriutu, Kwangko,
Pengembangan sarana olahraga skala APBN & Dis PU, Dikpora,
11 Soro, Dorokobo,
kabupaten APBDK Swasta
Malaju, Mbuju,
Jambu dan
Ranggo
Hu’u, Sawe, O’o, Dep PU, Dephub,
Kadindi, Doropeti, Dishub, Dinas PU,
Soriutu, Kwangko, Dinas Pertanian,
APBN &/
12 Pengembangan Sektor unggulan Soro, Dorokobo, Perkebunan,
APBDP,APBDK
Malaju, Mbuju, Kelautan dan
Jambu dan Perikanan, Dinas
Ranggo Peternakan
142
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Pengembangan Pusat Pelayanan
E
Lingkungan (PPL)
Pengembangan PPL
Nangasia, Madawa, Mangge Asi,
E1 Nangamiro, Sorinomo, Riwo, Nowa,
Lanci Jaya, Banggo, Napa, kesi, Ta’a,
karamat, Lasi, Lepadi, dan Soro Adu
Nangasia,
Madawa, Mangge
Asi, Nangamiro,
Sorinomo, Riwo, APBN &/
Pengembangan Pertanian (Tanaman Nowa, Lanci Jaya, APBDP, Distan,Disbun /
1
Pangan, Hortikultura, Perkebunan); Banggo, Napa, APBDK dan Swasta
kesi, Ta’a, swasta
karamat, Lasi,
Lepadi, dan Soro
Adu
Nangasia,
Madawa, Mangge
Asi, Nangamiro,
Sorinomo, Riwo, APBN &/
Pengembangan Kawasan Peternakan Nowa, Lanci Jaya, APBDP,
2 Disnak / Swasta
(mitra usaha); Banggo, Napa, APBDK dan
kesi, Ta’a, swasta
karamat, Lasi,
Lepadi, dan Soro
Adu
Nangasia,
Madawa, Mangge
Asi, Nangamiro,
Sorinomo, Riwo, APBN &/
Nowa, Lanci Jaya, APBDP, Disperindagtamben
3 Pengembangan Pasar Lokal
Banggo, Napa, APBDK dan / Swasta
kesi, Ta’a, swasta
karamat, Lasi,
Lepadi, dan Soro
Adu
Nangasia,
Madawa, Mangge
APBN &/
Asi, Nangamiro,
Pengembangan Puskesmas, Klinik, dan APBDP,
4 Sorinomo, Riwo, Dinkes Swasta
Toko Obat. APBDK dan
Nowa, Lanci Jaya,
swasta
Banggo, Napa,
kesi, Ta’a,
143
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
karamat, Lasi,
Lepadi, dan Soro
Adu
Nangasia,
Madawa, Mangge
Asi, Nangamiro,
Sorinomo, Riwo, APBN &/
Nowa, Lanci Jaya, APBDP,
5 Pusat Pendidikan (SMP, SMK) Dikpora, Swasta
Banggo, Napa, APBDK dan
kesi, Ta’a, swasta
karamat, Lasi,
Lepadi, dan Soro
Adu
Nangasia,
Madawa, Mangge
Asi, Nangamiro,
Sorinomo, Riwo, APBN &/
Nowa, Lanci Jaya, APBDP,
6 Pengembangan Saprodi Distan / Swasta
Banggo, Napa, APBDK dan
kesi, Ta’a, swasta
karamat, Lasi,
Lepadi, dan Soro
Adu
F PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN
PERWUJUDAN SISTEM
F1
TRANSPORTASI KAB. DOMPU
Pengembangan Jaringan Jalan Seluruh wilayah APBN &/
1 Dep. PU, Dinas PU
Nasional & Provinsi Kab. Dompu APBDP
Pengembangan Jaringan Jalan Kab. Seluruh wilayah
2 APBD Kab. Dis PU
Dompu Kab. Dompu
APBN &/
Pengembangan Jaringan Jalan Lintas Seluruh wilayah
3 APBDP &/ Dep. PU, Dinas PU
Utara dan Lintas Selatan Kab. Dompu Kab. Dompu
APBDK
APBN &/ Dep. PU, Dinas. PU,
Seluruh wilayah
4 Pengembangan Prasarana Lainnya APBDP &/ Dep. Hub.,
Kab. Dompu
APBDK Dishubkominfo
APBN &/
Seluruh wilayah , Dep. Hub.,
5 Pengembangan Angkutan Umum APBDP &/
Kab. Dompu Dishubkominfo
APBDK
144
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Pembangunan Pelabuhan:
a. Survey Awal
APBN &/ Dep. PU, Dinas PU,
b. Study Kelayakan (FS) Cempi ( Kec. Huu)
APBDP &/ Dep. Hub.,
c. SurveyInvestigasi Design (SID) Kambu (Kec. Kilo),
APBDK Dishubkominfo
d. Penyusunan Master Plan
e. Detail Engineering Design (DED)
Kabupaten
7 Pembangunan Bandar Udara khusus Swasta Swasta
Dompu
145
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Wilayah APBN &/ Dep. Kominfo,
Pengembangan Jaringan
3 Kabupaten APBDP &/ Dishubkominfo,
Telekomunikasi Khusus
Dompu APBDK Swasta
Pengembangan Jaringan Stasiun Wilayah APBN &/ Dep. Kominfo,
4 Televisi Lokal adalah Pengembangan Kabupaten APBDP &/ Dishubkominfo,
jaringan televise hingga ke desa Dompu APBDK Swasta
Seluruh pelosok APBN &/ Dep. Kominfo,
Pengembangan Jaringan Stasiun Radio
5 pedesaan di Kab APBDP &/ Dishubkominfo,
Lokal
Dompu. APBDK Swasta
F4 JARINGAN SUMBERDAYA AIR
APBN &/
Pengembangan Wilayah Sungai (WS.) WS seluruh Kab
1 APBDP &/ Dep. PU, Dinas PU
Lintas Kecamatan/Desa Dompu
APBDK
Pengembangan Sistem Jaringan Irigasi
Kabupaten meliputi Rencana
Wilayah APBN &/
Pengembangan Bendungan
2 Kabupaten APBDP &/ Dep. PU, Dinas PU
(Dam/Embung/Cekdam), Rencana
Dompu APBDK
Pengembangan Jaringan Saluran
Irigasi, Pengembangan Daerah Irigasi.
Pengembangan Sistem Jaringan Air
minum Kabupaten meliputi Rencana Wilayah APBN &/
Dep. PU, Dinas PU
3 Pengembangan Jaringan Perpipaan Air Kabupaten APBDP &/
PDAM
Minum, Saluran Perpipaan Air Baku, Dompu APBDK
dan Instalasi Air Minum.
PERWUJUDAN POLA RUANG KAB.
DOMPU
146
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
APBN &/
4 Taman Buru Tambora Selatan Tambora APBDP &/ Dishut, BKSDA
APBDK
Perlindungan dan Rehabilitasi
A2
Kawasan Lindung
APBN &/
Kab. Dompu
5 Kawasan Hutan Lindung APBDP &/ Dishut
APBDK
APBN &/
6 Kawasan Resapan Air Tambora APBDP &/ Dishut
APBDK
APBN &/
Dishut, Dinas PU,
7 Kawasan Sempadan Sungai WS Dompu APBDP &/
BPDAS
APBDK
APBN &/
Pesisir Kab.
8 Kawasan Sempadan Pantai APBDP &/ Dinas PU, Diskalut
Dompu
APBDK
APBN &/
9 Ruang Terbuka Hijau Kab. Dompu APBDP &/ Dinas PU, BLH
APBDK
APBN &/
Kawasan Tanah Longsor
1 Tambora, Ranggo APBDP &/ BPBD, Dinas PU
APBDK
APBN &/
Kawasan Rawan Gunung Berapi
2 Tambora APBDP &/ BPBD, Dinas PU
APBDK
Sepanjang Aliran APBN &/
Kawasan Rawan Banjir
3 Sungai di Kab. APBDP &/ BPBD, Dinas PU
Dompu APBDK
Pesisir Calabai, APBN &/
Kawasan Rawan Tsunami
4 Nangamiro, Kilo APBDP &/ BPBD, Dinas PU
dan Hu’u APBDK
APBN &/
Kawasan Rawan Angin Topan Seluruh Wilayah
5 APBDP &/ BPBD, Dinas PU
Kab.Dompu
APBDK
Pantai Calabai, APBN &/
Kawasan Rawan Gelombang Pasang
6 Nangamiro, Kilo APBDP &/ BPBD, Dinas PU
dan Hu’u APBDK
147
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
APBN &/
Kempo, Hu’u, Kilo
7 Kawasan Rawan Kekeringan APBDP &/ BPBD, Dinas PU
dan Mbawi
APBDK
APBN &/
Seluruh Kab.
8 Kawasan Rawan Gempa Bumi APBDP &/ BPBD, Dinas PU
Dompu
APBDK
Perwujudan Pengembangan Kawasan
B
Budidaya
148
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
APBN
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A
2 Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan
Ruang PBDK&/Swast
a
Rehabilitasi dan Pengembangan
B4
Kawasan Pertambangan
APBN
1
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas
Rehabilitasi Kawasan Pertambangan
Ruang PBDK&/Swast Koperindagtamben
a
APBN
Pengaturan pengelolaan Kawasan Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas
2
Pertambangan Ruang PBDK&/Swast Koperindagtamben
a
Rehabilitasi dan Pengembangan
B5
Kawasan Industri Pengolahan
APBN
Pengembangan Kawasan Industri Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas
Pengolahan Ruang PBDK&/Swast Koperindagtamben
a
Rehabilitasi dan Pengembangan
B6
Kawasan Pariwisata
APBN
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas Pariwisata
1 Rehabilitasi Kawasan Pariwisata
Ruang PBDK&/Swast dan Kebudayaan
a
APBN
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas Pariwisata
2 Pengembangan Kawasan Pariwisata
Ruang PBDK&/Swast dan Kebudayaan
a
Rehabilitasi dan Pengembangan
B7 Kawasan Perikanan, Kelautan, dan
Pulau-pulau Kecil
APBN
Rehabilitasi Kawasan Perikanan, Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas Kelautan dan
1
Kelautan, dan Pulau-pulau Kecil Ruang PBDK&/Swast Perikanan
a
APBN
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas Kelautan dan
2 Pengembangan Kawasan Perikanan
Ruang PBDK&/Swast Perikanan
a
149
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
APBN
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas Kelautan dan
3 Pengembangan Kawasan Kelautan
Ruang PBDK&/Swast Perikanan
a
APBN
Pengembangan Kawasan Pulau-pulau Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas Kelautan dan
4
Kecil Ruang PBDK&/Swast Perikanan
a
Rehabilitasi dan Pengembangan
B8
Kawasan Kehutanan
APBN
Seluruh Kawasan &/APBDP&/A
1 Pemantapan Kawasan Hutan Dinas Kehutanan
Hutan PBDK&/Swast
a
APBN
Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan
Seluruh Kawasan &/APBDP&/A
2 Daya Dukung Daerah Aliran Sungai Dinas Kehutanan
Hutan PBDK&/Swast
(DAS)
a
APBN
Pengamanan Hutan dan Pengendalian Seluruh Kawasan &/APBDP&/A
3 Dinas Kehutanan
Kebakaran Hutan Hutan PBDK&/Swast
a
APBN
Kawasan Hutan
&/APBDP&/A
4 Konservasi Keanekaragaman Hayati Tambora& Klp. Dinas Kehutanan
PBDK&/Swast
Hutan P. Satonda
a
APBN
Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Kawasan Hutan &/APBDP&/A
5 Dinas Kehutanan
Industri Kehutanan Produksi PBDK&/Swast
a
APBN
Pemberdayaan Masyarakat disekitar Seluruh Kawasan &/APBDP&/A
6 Dinas Kehutanan
Hutan Hutan PBDK&/Swast
a
Perwujudan Pengembangan Kawasan
C
Strategis Kabupaten
150
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
&/Swasta
APBN &/
Dinas Kebudayaan
- Penyusunan RDTR APBDP &/
dan
pengembangankawasan Hu’u APBDK
Pariwisata,
&/Swasta
Diskanlut
APBN &/ Dinas Kebudayaan
- Promosi pariwisata APBDP &/ dan
Hu’u
APBDK Pariwisata,
&/Swasta Diskanlut
APBN &/
- Pembangunan kawasan
APBDP &/ Dinas Pariwisata
danprasarana pendukungnya Hu’u
APBDK & Diskanlut
&/Swasta
APBN &/
- Pengelolaan Kawasan
APBDP &/ Dinas Pariwisata
danPengendalian Tata Ruang Hu’u
APBDK Diskanlut
&/Swasta
APBN &/
- Pengembangan kerjasama APBDP &/ Bappeda, Dinas PU,
antardaerah Hu’u APBDK Biro
&/Swasta Kesda
151
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
&/Swasta
BUPATI DOMPU,
H. BAMBANG M. YASIN
152
LAMPIRAN IV
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031
153