Anda di halaman 1dari 154

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU

NOMOR 2 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH


KABUPATEN DOMPU
TAHUN 2011 – 2031
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU
NOMOR TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DOMPU


TAHUN 2011 - 2031

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DOMPU,

Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26


:
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, dan Peraturan Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tahun 2009-2029, maka kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah nasional perlu dijabarkan ke
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah;
b. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten
Dompu dengan memanfaatkan ruang wilayah secara
berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan
berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, perlu disusun rencana tata ruang wilayah;
c. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan
pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka
rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi
investasi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah,
masyarakat, dan/atau dunia usaha;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Dompu Tahun 2011-2031;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah
Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 105, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3209);
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3274);
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3419);
7. Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda
Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3470);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3478);
9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas dari
Korupsi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3881);

2
11. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan undang-
undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4412);
12. Undang–Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang pertahanan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4169);
13. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
14. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber
Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
15. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
16. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
17. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
132, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4444);
18. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

3
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4700);
19. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
20. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4724);
21. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725;
22. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
69, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 4727);
23. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4746);
24. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4849);
25. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4851);
26. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4956);
27. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
28. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4966);

4
29. Undang–Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalulintas
dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5025);
30. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5052);
31. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059);
32. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5068);
33. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
1548, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4433);
34. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5188);
35. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang
Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1991
Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3445);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1997 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan

5
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1997 Nomor
22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
2831);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor
132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2831);
39. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang
Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang
Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3934);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
153);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Penatagunaan Lahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4385;
43. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang
Perencanaan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4452);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4453);
45. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4490);
46. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

6
47. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang
Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4624);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4655);
49. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta
Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4696), sebagaimana telah
dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun
2008 Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun
2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4814);
50. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
51. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang
Tatacara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761);
52. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4828);
53. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
54. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4858);

7
55. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air
Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4859);
56. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Tatacara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan
Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5097);
57. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
58. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta
Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah
di Wilayah Propinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5107);
59. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang
Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5110);
60. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5111);
61. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2010 tentang
Tatacara Penetapan Kawasan Khusus (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5125);
62. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tatacara Peran Masyarakat dalam Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2010
Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5160);
63. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1990 tentang
Penggunaan Tanah bagi Kawasan Industri;
64. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
65. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan
Koordinasi Penataan Ruang Nasional;

8
66. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998
tentang Penyelenggaraan Ruang di Daerah;
67. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan
Perkotaan;
68. Peraturan Menteri Dalam Negari Nomor 1 Tahun 2008
tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan;
69. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008
tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
70. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009
tentang Penyelenggaraaan Penataan Ruang di Daerah;
71. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009
tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
72. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 tahun 2011
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
73. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi
dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Kota, beserta Rencana Rincinya;
74. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
75. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.50/Menhut-II/2009
tentang Penegasan Status dan Fungsi Kawasan Hutan;
76. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 9
Tahun 1989 tentang Pembangunan Kawasan Pariwisata di
Daerah Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 1989 Nomor 3);
77. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 5
Tahun 2007 tentang Perlindungan Hutan, Flora dan Fauna
Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 2007 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 26);
78. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 2
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-pulau Kecil (Lembaran Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat Tahun 2008 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 31);
79. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3
Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Barat Tahun 2009-2029 (Lembaran Daerah

9
Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 Nomor 26,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
Nomor 56);
80. Peraturan Daerah Kabupaten Dompu Nomor 13 Tahun
2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten
Dompu Tahun 2006 Nomor 13).

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DOMPU


dan
BUPATI DOMPU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG


WILAYAH KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011- 2031.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Kabupaten adalah Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara Barat.
2. Bupati adalah Bupati Dompu.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara daerah.
4. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
5. Daerah otonom selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang
udara termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan kehidupannya.

10
7. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
8. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
9. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki
hubungan fungsional.
10. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya.
11. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
12. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.
13. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan
ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
14. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
15. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
16. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
17. Wilayah Pertambangan selanjutnya disebut WP adalah wilayah yang
memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan
batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari rencana
tata ruang nasional.
18. Wilayah sungai selanjutnya disebut WS adalah kesatuan wilayah
pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai
dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan
2.000 km2.
19. Daerah aliran sungai selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air
yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
20. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya
yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan,
pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi.
21. Cekungan Air Tanah yang selanjutnya disebut CAT adalah suatu wilayah
yang dibatasi oleh hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrogeologis

11
seperti proses penimbunan, pengaliran, dan pelepasan air tanah
berlangsung.
22. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya
alam dan sumberdaya buatan.
23. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,
sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan.
24. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
25. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
26. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan
negara,ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah
yang ditetapkan sebagai warisan dunia.
27. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
28. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
29. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun sengaja ditanam.
30. Kawasan Rawan Bencana adalah Kawasan yang pernah atau berpotensi
tinggi mengalami bencana, seperti tanah longsor, banjir, gelombang
tsunami, abrasi, letusan gunung berapi yang perlu dikelola agar dapat
menghindarkan dari ancaman bencana.
31. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
32. Kawasan Peruntukan Pariwisata adalah kawasan dengan luasan tertentu
yang dibangun atau disediaka untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
33. Kawasan peruntukan Peternakan meliputi kawasan yang dikembangkan
dengan fungsi untuk kegiatan peternakan ternak besar, peternakan
teknak kecil, dan peternakan unggas.

12
34. Kawasan peruntukan Perkebunan adalah kawasan yang dikembangkan
dengan fungsi tanaman komoditi skala besar yang meliputi tanaman
tahunan, atau perkebunan tanaman musiman.
35. Kawasan peruntukan Industri adalah kawasan tempat pemusatan
kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan Kawasan
Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri.
36. Kawasan peruntukan Pertambangan adalah wilayah yang memiliki
potensi sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas
berdasarkan peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi
penelitian, penyelidikan umum, eksplorasi, operasi produksi/eksploitasi
dan pasca tambang, baik di wilayah daratan maupun perairan, serta tidak
dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budidaya maupun
kawasan lindung.
37. Kawasan peruntukan Perikanan adalah kawasan Budidaya sumberdaya
perikanan air tawar.
38. Kawasan peruntukan Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup
diluar kawasan lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun
kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
39. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara
nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan;
40. Daerah Tujuan Wisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata,
adalah Kawasan Geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan
41. Kawasan Perlindungan Setempat mencakup kawasan sempadan sungai
dan kawasan sekitar mata air.
42. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau
ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai
tetap hutan.
43. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000
km2 beserta kesatuan ekosistimnya
44. Kawasan Pesisir adalah kawasan yang merupakan peralihan antara darat
dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
45. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
46. Kawasan Hutan Pelestarian Alam adalah Hutan dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi Pokok perlindungan sistem penyangga,

13
sistem kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa serta pemanfaatannya secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
47. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani
hak atas tanah.
48. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan.
49. Hutan Produksi Tetap adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas
lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan
dengan angka penimbang mempunyai nilai di bawah 125, diluar kawasan
hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan taman
buru.
50. Hutan Produksi terbatas adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor
kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan masing-masing dikalikan
dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai 125-174, diluar
kawasan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam, dan
taman buru.
51. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang
mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya.
52. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan,
mencakup kegiatan pengelompokkan sumberdaya hutan sesuai dengan
tipe ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya dengan tujuan
untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat
secara lestari.
53. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan
hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu
dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu
secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap
menjaga kelestariannya.
54. Pemanfaatan kawasan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang
tumbuh sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan
manfaat ekonomi secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi
utamanya.
55. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan
potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan
mengurangi fungsi utamanya.
56. Hutan Tanaman Industri selanjutnya disingkat HTI adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri
kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi
dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan
bahan baku industri hasil hutan.

14
57. Hutan Tanaman Rakyat selanjutnya disingkat HTR adalah hutan tanaman
pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk
meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan
silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumberdaya hutan.
58. Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi selanjutnya disingkat HTHR adalah
hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun melalui kegiatan
merehabilitasi lahan dan hutan pada kawasan hutan produksi untuk
memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi lahan dan
hutan dalam rangka mempertahankan daya dukung, produktivitas dan
peranannya sebagai sistem penyangga kehidupan.
59. Kawasan Suaka Alam adalah kawasan yang mewakili ekosistem khas
yang merupakan habitat alami yang memberikan perlindungan bagi
perkembangan flora dan fauna yang khas dan beranekararagam.
60. Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam darat
maupun perairan yan terutama dimanfaatkan untuk pariwisata.
61. Kawasan Pengelola Hutan Lindung selanjutnya disingkat KPHL adalah
kesatuan pengelolaan hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau
didominasi oleh kawasan hutan lindung.
62. Kesatuan Pengelola Hutan Produksi disingkat KPHP adalah kesatuan
pengelolaan hutan yang luas wilayahnya seluruhnya atau didominasi oleh
kawasan hutan produksi.
63. Kesatuan Pengelola Hutan Konservasi disingkat KPHK adalah kesatuan
pengelolaan hutan yang luas wilayahnya atau didominasi oleh kawasan
hutan konservasi.
64. Perubahan fungsi kawasan hutan adalah Perubahan sebagian atau
seluruh fungsi hutan dalam atau beberapa kelompok hutan menjadi
fungsi kawasan hutan lain.
65. Taman Buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat
wisata buru.
66. Tukar menukar kawasan hutan adalah Perubahan kawasan hutan
produksi tetap dan /atau hutan produksi terbatas menjadi bukan
kawasan hutan diimbangi dengan memasukkan lahan pengganti dari
bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan.
67. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata
air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah instrusi air laut dan
memelihara kesuburan tanah.
68. Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disebut KLHS
adalah rangkaian analisa yang sistematis menyeluruh dan partisipatif
untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan serta status wilayah
atau kebijakan, rencana dan program.

15
69. Ketentuan Umum Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur
pemanfaatan ruang/pemanfaatan kabupaten dan unsur-unsur
pengendalian pemanfaatan ruang yang disusun untuk setiap klasifikasi
peruntukan/fungsi ruang sesuai dengan RTRW Kabupaten.
70. Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
71. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional,
nasional, atau beberapa provinsi.
72. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dompu yang selanjutnya
disingkat RTRW Kabupaten Dompu adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah daerah yang menjadi pedoman bagi penataan
wilayah yang merupakan dasar dalam penyusunan program
pembangunan.
73. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau
beberapa kabupaten/kota.
74. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau
beberapa kecamatan.
75. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLp adalah
kawasan perkotaan yang dipromosikan untuk menjadi PKL.
76. Pusat Kegiatan Strategis Nasional yang selanjutnya disebut PKSN adalah
kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan
kawasan perbatasan negara.
77. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
beberapa desa.
78. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
79. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalulintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di
atas permukaan air kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
80. Sistem Jaringan Jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah
yang berada dalam pegnaruh pelayanannya dalam satu hubungan
hierarkis.
81. Jalan Arteri Primer adalah Jalan yang menghubungkan secara berdaya
guna antar pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan wilayah.

16
82. Jalan Kolektor Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya
guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan
pusat kegiatan lokal.
83. Jalan Lokal Primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya
guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat
kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan
lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta
antarpusat kegiatan lingkungan.
84. Jalan Arteri Sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
primer dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua.
85. Jalan Kolektor Sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
86. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk
setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana
rinci tata ruang.
87. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya di sebut TPS Tempat
Penampungan Sementara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan,
dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu.
88. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang selanjutnya disebut TPST
adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir
sampah.
89. Tempat Pemrosesan Akhir yang selanjutnya disebut TPA adalah tempat
untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan
secara aman bagi manusia dan lingkungan.
90. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya KDB adalah angka
perbandingan jumlah luas lantai dasar terhadap luas tanah perpetakan
yang sesuai dengan rencana kota.
91. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disebut KLB adalah angka
perbandingan jumlah luas seluruh lantai terhadap luas tanah perpetakan
yang sesuai dengan rencana kota.
92. Masyarakat adalah orang, perseorangan, kelompok orang termasuk
masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan
non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.
93. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

17
94. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut
BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang di Kabupaten Dompu dan mempunyai fungsi membantu tugas
Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

BAB II
RUANG LINGKUP

Bagian Kesatu
Luas dan Batas Wilayah

Pasal 2

(1) Secara geografis, Kabupaten ini berada diantara 11742 sampai 11830
Bujur Timur dan 806 sampai 905 Lintang Selatan, dengan luas daratan
232.455 Ha dan luas perairan 239.296 Ha terdiri atas :
a. Kecamatan Dompu;
b. Kecamatan Woja;
c. Kecamatan Pajo;
d. Kecamatan Hu’u;
e. Kecamatan Manggelewa;
f. Kecamatan Kempo;
g. Kecamatan Pekat; dan
h. Kecamatan Kilo.

(2) Batas wilayah kabupaten meliputi:


a. Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa
b. Sebelah Timur : Kabupaten Bima
c. Sebelah Utara : Laut Flores dan Sebagian Kabupaten Bima
d. Sebelah Selatan : Samudera Hindia

Bagian Kedua
Fungsi

Pasal 3

Rencana tata ruang wilayah Kabupaten Dompu menjadi pedoman untuk:


a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;

18
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
kabupaten;
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan
f. penataan ruang kawasan strategis Kabupaten.

BAB III
TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang

Pasal 4

Penataan ruang wilayah Kabupaten Dompu bertujuan untuk mewujudkan


ruang wilayah Kabupaten Dompu yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan yang bertumpu pada sektor pertanian sebagai basis ekonomi
yang didukung oleh sektor industri pengolahan, perikanan dan kelautan,
perdagangan dan jasa, pariwisata serta pertambangan dengan memperhatikan
kelestarian lingkungan hidup dan pengurangan resiko bencana.

Bagian Kedua
Kebijakan Penataan Ruang

Pasal 5

(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4, disusun kebijakan penataan ruang wilayah.

(2) Kebijakan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pengembangan wilayah pertanian tanaman pangan dan hortikultura;
b. mempertahankan kawasan lindung, terutama area-area hutan
lindung, kawasan konservasi, sungai dan mata air, serta Ruang
Terbuka Hijau;
c. pengelolaan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana alam;
d. pengelolaan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek
keberlanjutan dan kelestarian lingkungan hidup.;
e. pemantapan sistem permukiman perkotaan yang berperan sebagai
pusat pelayanan regional dan lokal, yang terintegrasi dengan pusat-

19
pusat pelayanan yang berperan sebagai simpul pelayanan produksi
ekonomi perdesaan;
f. pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung kegiatan
pariwisata, industri pengolahan, perdagangan dan jasa;
g. pengembangan kawasan strategis; dan
h. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara.

Bagian Ketiga
Strategi Penataan Ruang

Pasal 6

(1) Strategi pengembangan wilayah pertanian tanaman pangan dan


hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a,
terdiri atas:
a. mengembangkan wilayah dengan potensi unggulan pertanian
tanaman pangan dan hortikultura sebagai daerah produksi;
b. meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana
penunjang produksi;
c. merencanakan dan mengembangkan teknologi pengolahan hasil
pertanian;
d. merencanakan dan mengembangkan pertanian terpadu;
e. merencanakan lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan
f. mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering.

(2) Strategi mempertahankan kawasan lindung sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b, terdiri atas :
a. memantapkan fungsi kawasan lindung, baik untuk melindungi
kawasan bawahannya (fungsi hidrologis), kawasan perlindungan
setempat, maupun kawasan rawan bencana;
b. memelihara dan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup
dalam rangka mempertahankan daya dukung lingkungan;
c. memberi perlindungan terhadap keanekaragaman flora, fauna dan
ekosistemnya;
d. mendelineasi kawasan lindung sesuai dengan kriteria kawasan
lindung yang diterapkan bagi Kabupaten Dompu dan hasil analisis
tumpang tindih (overlay);
e. memantapkan kawasan perlindungan setempat terutama sempadan
pantai dan sempadan sungai;
f. menjaga dan memelihara terumbu karang, dan hutan mangrove
(bakau); dan

20
g. mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung agar sesuai
dengan fungsi lindung yang telah ditetapkan dalam mengupayakan
tercapainya kelestarian dan keseimbangan lingkungan dengan tetap
mempertimbangkan kebutuhan pembangunan.

(3) Strategi pengelolaan mitigasi dan adaptasi kawasan rawan bencana alam
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c, terdiri atas:
a. menata kawasan bencana alam;
b. merencanakan aksi pengelolaan kawasan rawan bencana alam;
c. memanfaatkan kawasan rawan bencana alam sesuai dengan kaedah-
kaedah yang berlaku dengan berpegang pada prinsip-prinsip
pelestarian lingkungan hidup;
d. mencegah kegiatan budidaya yang berdampak terhadap kerusakan
lingkungan hidup pada kawasan rawan bencana alam;
e. mendorong kerjasama antar komponen dalam rangka pengurangan
risiko bencana;
f. memotivasi dan melibatkan masyarakat di semua aspek
pengurangan risiko bencana;
g. memanfaatkan teknologi ramah lingkungan untuk meminimalisasi
dampak kerusakan lingkungan hidup pada kawasan rawan bencana
alam;
h. memanfaatkan teknologi tanggap dini kejadian bencana alam; dan
i. meningkatkan upaya sosialisasi dan kesadaran kepada pemerintah,
swasta dan masyarakat tentang bahaya serta upaya antisipasi
terjadinya bencana alam.

(4) Strategi pengelolaan kawasan budidaya dengan memperhatikan aspek


keberlanjutan dan kelestarian lingkungan hidup, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) huruf d, terdiri atas:
a. memanfaatkan ruang untuk kegiatan budidaya, baik produksi
maupun permukiman secara optimal sesuai dengan kemampuan daya
dukung lingkungan;
b. mendelineasi kawasan budidaya didasarkan pada hasil analisis
kesesuaian lahan untuk berbagai kegiatan budidaya dengan
memperhatikan adanya produk-produk rencana sektoral serta
penggunaan lahan yang ada;
c. mengembangkan kawasan budidaya untuk mengakomodir kegiatan
sektor pertanian (perkebunan, pertanian tanaman pangan, perikanan,
kehutanan), permukiman serta pariwisata;
d. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan;
e. mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan
kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;

21
f. mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya agar
tidak terjadi konflik antar kegiatan dan /atau sektor, daerah produksi
dan daerah pemasaran;
g. mendukung kebijakan moratorium logging dalam kawasan hutan
serta mendorong berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang
diawali dengan kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan;
h. membatasi perkembangan kawasan terbangun pada kawasan
perkotaan dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara
vertikal dan tidak sporadis untuk mengefektifkan tingkat pelayanan
infrastruktur dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan
fungsi kawasan perdesaan; dan
i. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang
terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan
tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya.

(5) Strategi pemantapan sistem permukiman perkotaan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf e, terdiri atas :
a. memantapkan pusat pertumbuhan utama kota Dompu;
b. memantapkan pusat pertumbuhan sekunder untuk menciptakan
sistem pusat-pusat pertumbuhan yang hirarkis;
c. membagi wilayah pelayanan yang proporsional untuk tiap pusat-pusat
pelayanan (central places); dan
d. meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan baik secara
fungsional dengan mengembangkan fungsi pelayanan yang
terintegrasi; dan
e. merencanakan pemantapan kawasan lindung dilakukan dengan
melibatkan masyarakat agar berperan aktif dalam pengawasan dan
pengendalian kawasan lindung.

(6) Strategi pengembangan sistem prasarana wilayah yang mendukung


kegiatan pariwisata, industri pengolahan, perdagangan dan jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf f, terdiri atas:
a. mengembangkan sistem transportasi dilakukan untuk
mengintegrasikan sistem kota-kota secara internal maupun dengan
wilayah eksternal dan mengembangkan kawasan-kawasan produktif;
b. mengembangkan sistem jaringan infrastruktur dalam
mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan
udara untuk mendukung pariwisata, industri pengolahan,
perdagangan dan jasa;
c. mengembangkan akses jaringan jalan menuju kawasan pariwisata,
industri pertanian, perikanan dan daerah terisolir;

22
d. mengembangkan dan meningkatkan jalan lingkar perkotaan dan jalan
lingkar utara-selatan wilayah Kabupaten Dompu;
e. mengembangkan jaringan prasarana energi dan listrik, telekomunikasi
serta pengairan dilakukan untuk mendukung sistem kegiatan;
f. meningkatkan jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan
sistem jaringan pengelolaan lingkungan; dan
g. mengembangkan sarana dan prasarana sosial ekonomi dilakukan
untuk memantapkan sistem pusat-pusat permukiman wilayah (sistem
kota).

(7) Strategi pengembangan kawasan strategis sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 5 ayat (2) huruf g, terdiri atas :
a. mendorong pengembangan kawasan-kawasan potensial yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik pada kawasannya maupun
kawasan sekitarnya untuk mendukung perkembangan wilayah
kabupaten Dompu;
b. mendukung kebijakan peningkatan sarana dan prasarana sehingga
perkembangannya mampu mempercepat pembangunan wilayah
kabupaten untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
c. menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan
dan wilayah di sekitarnya; dan
d. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum
terlayani oleh pusat pertumbuhan.

(8) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan


negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf h terdiri
atas :
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi
khusus pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan sekitar
kawasan khusus pertahanan dan keamanan;
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
terbangun disekitar kawasan khusus pertahanan dan kemanan; dan
d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan
keamanan negara.

23
BAB IV
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN DOMPU

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 7

(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Dompu meliputi :


a. pusat-pusat kegiatan;
b. sistem jaringan prasarana utama; dan
c. sistem jaringan prasarana lainnya.

(2) Rencana struktur ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV, yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Pusat-pusat Kegiatan

Pasal 8

(1) Pusat-pusat kegiatan yang ada di Kabupaten Dompu sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, terdiri atas :
a. PKWp di Kota Dompu;
b. PKL Pekat, Kempo, Hu’u dan Kilo;
c. PKLp Pajo, Manggelewa dan Woja; dan
d. PPK meliputi Hu’u, Sawe, O’o, Kadindi, Doropeti, Soriutu, Kwangko,
Soro, Dorokobo, Malaju, Mbuju, Jambu dan Ranggo.
e. PPL meliputi Nangasia, Madawa, Mangge Asi, Nangamiro, Sorinomo,
Riwo, Nowa, Lanci Jaya, Banggo, Napa, kesi, Ta’a, Karamat, Lasi,
Lepadi, dan Soro Adu.

(2) PKWp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berfungsi sebagai:
a. pusat pelayanan pemerintahan skala kabupaten;
b. pusat perdagangan, bisnis, keuangan, dan jasa skala kabupaten dan
hinterlandnya;
c. simpul transportasi skala wilayah;
d. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan; dan
e. pusat pelayanan umum dan sosial skala regional.

24
(3) PKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, berfungsi sebagai:
a. pusat perdagangan, bisnis, keuangan, dan jasa skala lokal dan/atau
regional;
b. simpul transportasi skala lokal; dan
c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan skala lokal dan/atau
regional.

(4) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berfungsi sebagai:
a. pusat perdagangan, bisnis, keuangan, dan jasa skala lokal dan/atau
regional;
b. simpul transportasi skala lokal; dan
c. pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan skala lokal dan/atau
regional.

(5) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, berfungsi sebagai :
a. pusat pelayanan umum dan sosial skala kawasan;
b. simpul transportasi skala kawasan;
c. pusat perdagangan, bisnis, keuangan, dan jasa skala kawasan dan
atau lokal;
d. pusat pelayanan dan pengembangan sektor unggulan; dan
e. pusat pendidikan dan jasa skala kawasan.

(6) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, berfungsi sebagai:
a. simpul transportasi skala lingkungan;
b. pusat perdagangan, bisnis, keuangan, dan jasa skala lingkungan dan
atau kawasan; dan
c. pusat pelayanan umum dan sosial skala lingkungan.

Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Utama

Pasal 9

(1) Sistem jaringan prasarana utama yang ada di Kabupaten Dompu


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut; dan
c. sistem jaringan transportasi udara.

(2) Sistem jaringan transportasi dan pusat-pusat kegiatan digambarkan


dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum

25
dalam Lampiran IV, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat

Pasal 10

(1) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9


ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. jaringan jalan;
b. jaringan prasarana lalu lintas;
c. jaringan layanan lalu lintas; dan
d. jaringan penyeberangan.

(2) Sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
tercantum dalam lampiran I.1 yang tidak terpisahkan dari peraturan
daerah ini.

(3) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, terdiri atas:
a. pengembangan terminal penumpang tipe B di kecamatan Woja; dan
b. pengembangan terminal penumpang tipe C di kecamatan Manggelewa,
Calabai, Kempo, Rasabou dan Kilo.

(4) Jaringan layanan lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
terdiri atas :
a. jaringan layanan lalulintas angkutan barang; dan
b. jaringan layanan lalulintas trayek angkutan penumpang.

(5) Jaringan lalulintas angkutan barang dan trayek penumpang sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

(6) Jaringan penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,


terdiri atas:
a. pelabuhan Calabai-P. Moyo (Kab. Sumbawa)
b. pelabuhan Soro- Calabai ; dan
c. pelabuhan Kilo-Pelabuhan Bima.

26
Paragraf 2
Sistem Jaringan Transportasi Laut

Pasal 11

(1) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9


ayat (1) huruf b, meliputi :
a. tatanan kepelabuhanan; dan
b. alur pelayaran.

(2) Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Dompu sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. pelabuhan pengumpan regional Calabai Kecamatan Pekat;
b. pelabuhan pengumpan regional Teluk Cempi;
c. pelabuhan pengumpan lokal Kempo Kecamatan Kempo; dan
d. pelabuhan pengumpan regional Kilo Kecamatan Kilo.

(3) Rencana pengembangan alur pelayaran sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf b, terdiri atas :
a. alur pelayaran Cempi-Labangka ( Kab. Sumbawa);
b. alur pelayaran Calabai- Bima (Kota Bima);
c. alur pelayaran Cempi-Waworada (Kab. Bima);
d. alur pelayaran Kempo-Labuan Badas (Kab. Sumbawa); dan
e. alur pelayaran Kempo-Calabai.

Paragraf 3
Sistem Jaringan Transportasi Udara

Pasal 12

(1) Sistem jaringan transportasi udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9


ayat (1) huruf c, terdiri atas:
a. tatanan kebandarudaraan; dan
b. ruang udara untuk penerbangan.

(2) Tatanan kebandarudaraan di Kabupaten Dompu sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) yakni rencana pembangunan bandar udara khusus.

(3) Rencana pembangunan bandar udara khusus sebagaimana dimaksud


ayat (2), dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

27
(4) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, adalah kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) yang
meliputi:
a. Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas;
b. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan;
c. Kawasan dibawah permukaan transisi;
d. Kawasan dibawah permukaan horizontal dalam;
e. Kawasan dibawah permukaan kerucut; dan
f. Kawasan dibawah permukaan horizontal luar.

(5) Ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b di atur lebih lanjut dalam rencana induk bandar udara.

Bagian Keempat
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 13

(1) Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7


ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. sistem jaringan energi dan Kelistrikan;
b. sistem jaringan telekomunikasi;
c. sistem jaringan sumber daya air; dan
d. sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

(2) Sistem jaringan prasarana lainnya digambarkan dalam peta dengan


tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV,
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 1
Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan

Pasal 14

(1) Sistem jaringan energi dan kelistrikan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 13 ayat (1) huruf a meliputi:
a. pembangkit tenaga listrik; dan
b. jaringan prasarana energi.

28
(2) Rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Dompu, Kempo, Kwangko,
dan Pekat;
b. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Doropeti, P. Bajo dan
Soriutu;
c. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Dompu, Woja,
Hu’u dan Pekat;
d. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Kilo, Pekat, Hu’u dan Woja;
e. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) di Hu’u;
f. Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) di Ria Woja; dan
g. Pembangkit Listrik Tenaga Bio Energi (PLTBE) diseluruh Kecamatan.

(3) Jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
terdiri atas:
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi; dan
b. jaringan transmisi tenaga listrik.

(4) Jaringan pipa minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a, terdiri atas:
a. depo minyak dan gas di Kabupaten Dompu di Kempo, Pekat,
Manggelewa dan Woja;
b. depo gas terdapat di Kecamatan Kempo, Pekat, Manggelewa dan Woja;
c. pengembangan pengolahan migas (kilang) terdapat di Kecamatan
Kempo, Kilo dan Pekat; dan
d. wilayah penunjang migas terdapat di Kecamatan Kempo dan Pekat.

(5) Jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b, terdiri atas:
a. gardu induk terdapat di Kecamatan Dompu;
b. jaringan distribusi diarahkan pada seluruh Wilayah Kabupaten
Dompu; dan
c. jaringan transmisi tegangan tinggi Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) Dompu- Labuan dan Saluran Tegangan Tinggi Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (SUTT PLTP) Hu’u di Dompu.

(6) Rencana pengembangan sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk Peta Rencana Pengembangan
Sistem Jaringan Energi dan Tabel Sistem Jaringan Energi sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV dan Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

29
Paragraf 2
Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 15

(1) Rencana sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 13 ayat (1) huruf b, terdiri atas:
a. sistem jaringan terestrial; dan
b. sistem jaringan Satelit.

(2) Sistem jaringan terestrial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
teraplikasi dalam bentuk jaringan teknologi selular yang tersebar
diseluruh kecamatan terdiri atas :
a. pengembangan Sentra Telpon Otomat (STO) tersebar diseluruh
kecamatan;
b. rencana Rencana Pengembangan sistem Jaringan Telekomunikasi
berupa Microdigital dan Serat Optik dilakukan dalam rangka
memperlancar arus komunikasi dan mendukung kelancaran kegiatan
ekonomi di Kabupaten Dompu meliputi:
1. Dompu-Ambalawi (  40 km);
2. Kempo-Kesi (  24 km);
3. Kempo-So Nggaja ( 38 km); dan
4. Kempo-Tolokalo ( 29 km).
5. Kilo-Karama ( 21 km);
6. Kilo-Kiwu ( 28 km);
7. Kilo-Manggelewa-Nangatumpu ( 30 km);
8. Pajo-UPT Woko ( 20 km);
9. Pekat-Pancasila ( 15 km); dan
10. Pekat-Tambora ( 20 km).
c. rencana pembangunan stasiun-stasiun komunikasi nirkabel di
wilayah-wilayah tertinggal/terisolasi.
d. penambahan jaringan telepon rumah di wilayah yang termasuk
kawasan perkotaan.
(3) Sistem jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
teraplikasi dalam bentuk pengembangan jaringan internet yang ada di
Kabupaten Dompu.

(4) Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) diwujudkan dalam bentuk Peta Rencana
Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi sebagaimana tercantum
dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

30
Paragraf 3
Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 16

(1) Sistem jaringan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13


ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. Wilayah Sungai (WS);
b. Cekungan Air Tanah (CAT);
c. Daerah Irigasi (DI);
d. prasarana air baku untuk air bersih;
e. jaringan air bersih ke kelompok pengguna; dan
f. sistem pengendalian banjir.

(2) Rencana pengembangan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) meliputi aspek konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air secara
terpadu (integrated) dengan memperhatikan arahan pola dan rencana
pengelolaan sumber daya air WS Sumbawa.

(3) WS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a yaitu WS strategis


nasional Sumbawa serta daerah aliran sungai yang tercantum dalam
lampiran I.5 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Daerah ini.

(4) CAT yang berada pada Kabupaten Dompu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b adalah CAT Dompu seluas kurang lebih 375 km2 dan
CAT Pekat seluas kurang lebih 977 km2.

(5) DI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:


a. DI kewenangan Pemerintah Provinsi, meliputi:
1. D.I. Baka seluas 1.810 Ha;
2. D.I. DaHa I, II seluas 1.273 Ha;
3. D.I. Kadindi seluas 1.200 Ha;
4. D.I. Katua seluas 1.403 Ha;
5. D.I. Laju seluas 1.050 Ha; dan
6. D.I Latonda Pekat seluas 1.217 Ha.
b. DI kewenangan Pemerintah Kabupaten, meliputi:
1. DI E. Jambu seluas 700 Ha;
2. DI. E. Tonda Selatan seluas 460 Ha;
3. DI. E. Kempo seluas 200 Ha;
4. D.I. E. Kesi seluas 318 Ha;
5. D.I. E. Lanangga seluas 705 Ha;

31
6. D.I. E. Soncolopi seluas 600 Ha;
7. D.I. E. Soneo seluas 300 Ha;
8. D.I. Kwangko seluas 400 Ha;
9. D.I. lae Ranggo seluas 600 Ha,
10. D.I., Monggolenggo seluas 800 Ha;
11. D.I. Nae Kempo seluas 510 Ha;
12. D.I. Patula seluas 356 Ha;
13. D.I. RaHalayu seluas 441 Ha;
14. D.I Roju seluas 70 Ha;
15. D.I. Sakolo seluas 330 Ha;
16. D.I. Sambana 441 Ha;
17. D.I. Songgo Pasante seluas 400 Ha; dan
18. D.I Ta’a seluas 125 Ha.

c. Rencana pengembangan jaringan saluran irigasi di kabupaten Dompu


meliputi:
1. saluran induk sepanjang 850.645 m1;
2. saluran sekunder sepanjang 1.557.917 m1;
3. saluran pembuangan sepanjang 132.072 m1;
4. suplesi sepanjang 98.360 m1; dan
5. bendung seluas 46.852 m2.

d. Rehabilitasi, pemeliharaan, dan peningkatan jaringan irigasi yang ada;


e. Pengembangan Daerah Irigasi (DI) pada seluruh daerah potensial yang
memiliki lahan pertanian yang ditujukan untuk mendukung
ketahanan pangan dan pengelolaan lahan pertanian berkelanjutan;
dan
f. Membatasi konversi alih fungsi lahan sawah irigasi teknis dan
setengah teknis menjadi kegiatan budidaya.

(6) Rencana pengembangan prasarana air baku untuk air bersih


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas :
a. Rencana pengembangan sumber air baku meliputi :
1. bendung Rababaka; dan
2. sungai Hoddo di kecamatan Kempo dan Sungai Banggo di
Kecamatan Manggelewa
b. Rencana pengembangan jaringan sumber air baku mengutamakan air
permukaan dengan prinsip keterpaduan air tanah;
c. SPAM di Kabupaten di padukan dengan sistem jaringan sumberdaya
air untuk menjamin ketersediaan air.
d. Pengembangan jaringan perpipaan air baku dan air minum diseluruh
kecamatan; dan

32
e. Instalasi air minum terdapat diseluruh lokasi kecamatan yang
memiliki sumber air baku.

(7) Rencana jaringan air bersih ke kelompok pengguna sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf e, yaitu pengembangan sistem instalasi
pengolahan air bersih (IPA) diseluruh kecamatan yang mempunyai potensi
air baku untuk sumber air.

(8) Rencana sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f, meliputi:
a. penetapan batas luasan genangan banjir;
b. ketersediaan lokasi dan jalur evakuasi dari pemukiman penduduk;
c. pengaturan daerah sempadan sungai, danau dan waduk;
d. kesesuaian struktur bangunan dengan kondisi fisik wilayah; dan
e. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi permukiman dan
fasilitas lainnya.

Paragraf 4
Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

Pasal 17

(1) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 13 ayat (1) huruf d, terdiri atas :
a. sistem jaringan persampahan;
b. sistem jaringan drainase;
c. Sistem jaringan air minum;
d. sistem jaringan pengolahan air limbah dan limbah B3; dan
e. jalur evakuasi bencana.

(2) Rencana pengembangan sistem jaringan persampahan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. TPST direncanakan di kecamatan Hu’u, Pajo, Manggelewa, Calabai,
dan Pekat
b. pengelolaan persampahan meliputi penempatan sementara atau
disebut TPS yang berlokasi diseluruh kecamatan dan beberapa sub
kegiatan kawasan perkotaan dan pemrosesan akhir atau disebut TPA
berlokasi di Kecamatan Woja;
c. meningkatkan jumlah sarana pengangkutan sampah dan
pendistribusian secara proporsional disetiap wilayah;
d. mengembangkan sistem pengelolaan sampah terpadu pada wilayah
permukiman, khususnya kawasan permukiman kawasan perkotaan;

33
e. mengembangkan sistem pengolahan sampah dengan prinsip 3R yaitu
ReDuce, ReUse dan ReCycle;
f. penentuan sebaran lokasi dan kriteria TPS, TPST dan /atau TPA
sebagaimana dimaksud pada huruf a ditetapkan dengan Peraturan
Bupati; dan
g. penyelenggaraan pengelolaan sampah lebih lanjut diatur dalam
Peraturan Bupati.

(3) Rencana pengembangan sistem jaringan drainase sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. normalisasi aliran sungai-sungai yang berada pada wilayah
permukiman penduduk antara lain sungai Bou, sungai Talatoi, sungai
Donggo, sungai Labunae, sungai Doro dan sungai Kempo;
b. peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam
penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan drainase;
c. penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas bagi aparat
pengelola;
d. peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas sistem pelayanan;
e. pengembangan alternatif pembiayaan;
f. drainase primer adalah pengumpul dari drainase sekunder dan dapat
dialirkan ke sungai;
g. drainase sekunder dilakukan pembangunan sistem drainase pada
wilayah permukiman perkotaan dan perdesaan yang rawan bencana
banjir dan genangan air limbah menuju drainase primer; dan
h. drainase tersier dilakukan pembangunan sistem drainase pada
lingkungan permukiman perkotaan dan perdesaan menuju drainase
sekunder.

(4) Rencana pengembangan sistem jaringan air minum sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. meningkatkan usaha pelestarian sumber-sumber air baku untuk air
minum di seluruh wilayah kabupaten;
b. penyediaan sistem air minum perpipaan dan non perpipaan untuk
memenuhi kebutuhan air minum;
c. peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam
penyelenggaraan pengembangan sistem air minum;
d. peningkatan kapasitas dan kualitas pengelolaan air minum;
e. penguatan kelembagaan dan peningkatan kapasitas bagi aparat
pengelola air minum;
f. pengembangan alternatif pembiayaan;
g. pendistribusian air minum dengan sistem gravitasi;

34
h. pengembangan jaringan perpipaan air baku dan air minum terdapat di
beberapa kecamatan antara lain kecamatan Dompu, Calabai, Kempo,
Hu’u dan Kilo; dan
i. instalasi air minum terdapat diseluruh lokasi kecamatan yang
memiliki sumber air baku.

(5) Rencana pengembangan sistem jaringan pengolahan air limbah dan


Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi:
a. sistem pengolahan air limbah dan Limbah B3 terpusat dilakukan
secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah secara terpusat
pada kawasan pusat pemerintahan, kawasan pariwisata, kawasan
industri, kawasan pertambangan, kawasan perdagangan dan jasa,
kawasan perumahan dan kawasan permukiman padat di Kabupaten;
b. pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan terpadu baik on site
maupun off site yang memungkinkan adanya pengurangan,
pengolahan dan pemanfaatan limbah;
c. mengelola limbah buangan rumah tangga secara terpadu dengan
sistem riol (tertutup) pada kawasan padat penduduk, sedangkan pada
permukiman perdesaan menggalakkan program pemanfaatan septic
tank;
d. penyediaan sarana pendukung yakni truk tinja untuk membantu
masyarakat mengatasi masalah limbah rumah tangga;
e. sistem pembuangan air limbah setempat dilakukan secara individual
melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat pada
kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat di Kabupaten;
f. lokasi instalasi pengolahan air limbah dan Limbah B3 harus
memperhatikan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya masyarakat
setempat, serta dilengkapi dengan zona penyangga, berlokasi di
kecamatan Dompu; dan
g. pengelolaan Limbah B3 harus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(6) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e,
meliputi:
a. jalur evakuasi bencana tanah longsor meliputi desa Kadindi
kecamatan Pekat, desa Jambu kecamatan Pajo, kelurahan Dorotangga
Kecamatan Dompu, desa Mangge Asi Kecamatan Dompu dan desa
Soriutu Kecamatan Manggelewa;
b. jalur evakuasi bencana banjir meliputi kelurahan Potu kecamatan
Dompu, kelurahan Simpasai kecamatan Woja, desa Serakapi
kecamatan Dompu dan desa Nowa kecamatan Woja;

35
c. jalur evakuasi bencana gelombang pasang meliputi desa Pekat
kecamatan Pekat, desa Malaju dan Lasi kecamatan Kilo, desa Kempo
kecamatan Kempo, desa Rasabou dan Daha kecamatan Hu’u;
d. jalur evakuasi bencana gunung berapi meliputi desa Tolokalo
kecamatan Kempo; dan
e. jalur evakuasi bencana tsunami meliputi desa Pekat dan Kadindi
kecamatan Pekat, Desa Malaju dan Salasi Kecamatan Kilo, desa Daha
kecamatan Hu’u.

BAB V
RENCANA POLA RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 18

(1) Rencana pola ruang wilayah meliputi rencana kawasan lindung dan
kawasan budidaya.

(2) Rencana pola ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua
Kawasan Lindung

Pasal 19

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) terdiri atas :
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
d. kawasan rawan bencana alam;
e. kawasan lindung geologi; dan
f. kawasan lindung lainnya.

36
Paragraf 1
Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya

Pasal 20

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a terdiri atas :
a. Kawasan hutan lindung seluas 51.482,59 ha meliputi :
1. kelompok hutan Riwo (RTK 43) dengan luas 16.497,65 ha meliputi
kecamatan Woja, Kempo dan Manggelewa;
2. kelompok hutan Tambora (RTK 53) dengan luas 3.305,70 ha meliputi
kecamatan Kempo dan kecamatan Manggelewa;
3. kelompok hutan Soromandi (RTK 55) dengan luas 19.365,94 ha meliputi
kecamatan Dompu, kecamatan Woja, kecamatan Manggelewa dan
kecamatan Kilo; dan
4. kelompok hutan Toffo Rompu (RTK 65) dengan luas 12.313,30 ha
meliputi kecamatan Dompu, kecamatan Pajo, dan Kecamatan Hu’u.
b. Kawasan resapan air yang diarahkan pada lokasi Gunung Tambora,
kawasan Karamabura dan kawasan Woko.

Pasal 21

(1) Rencana pengelolaan kawasan hutan lindung meliputi semua upaya


perlindungan, konservasi, dan pelestarian fungsi sumber daya alam dan
lingkungannya guna mendukung kehidupan secara serasi yang
berkelanjutan dan tidak dapat dikonversi, antara lain:
a. perencanaan rehabilitasi dan pemulihan hutan termasuk dalam
kriteria kawasan lindung dengan melakukan penanaman pohon
lindung yang dapat digunakan sebagai perlindungan kawasan
bawahannya yang dapat diambil hasil hutan bukan kayu;
b. membuka jalur wisata jelajah/pendakian untuk menanamkan rasa
cinta terhadap alam, serta pemanfaatan kawasan lindung untuk
sarana pendidikan penelitian dan pengembangan kecintaan terhadap
alam;
c. percepatan rehabilitasi dan pemulihan hutan padan fungsi hutan
lindung dengan tanaman endemik dan/atau tanaman unggulan lokal
sesuai dengan fungsi lindung;
d. pelestarian ekosistem yang merupakan ciri khas kawasan melalui
tindakan pencegahan perusakan dan upaya pengembalian pada rona
awal sesuai ekosistem yang pernah ada;

37
e. peningkatan kualitas lingkungan sekitar taman wisata alam laut
melalui upaya pencegahan kegiatan yang berpotensi menimbulkan
pencemaran;
f. pemanfaatan kawasan pada hutan lindung antara lain melalui
kegiatan usaha budidaya tanaman obat, budidaya tanaman hias,
budidaya jamur, budidaya lebah, penangkaran satwa liar, rehabilitasi
satwa dan/atau budidaya hijauan makanan ternak; dan
g. pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan lindung melalui kegiatan
pemanfaatan jasa aliran air, pemanfaatan air, wisata alam,
perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan
perlindungan lingkungan atau penyerapan dan/atau penyimpanan
karbon.

(2) Penggunaan kawasan hutan lindung untuk tujuan pembangunan diluar


sektor kehutanan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Paragraf 2
Kawasan Perlindungan Setempat

Pasal 22

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19


huruf b, terdiri atas :
a. kawasan sempadan pantai;
b. kawasan sempadan sungai;
c. kawasan sekitar danau/waduk; dan
d. kawasan ruang terbuka hijau.

(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dengan luas kurang lebih 3.276 ha, diarahkan pada kawasan sepanjang
tepian pantai sejauh minimal 100 meter dari garis pasang tertinggi secara
proporsional sesuai dengan bentuk, letak dan kondisi fisik pantai.

(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
seluas kurang lebih 7.635 ha terdapat di sepanjang aliran sungai di
kabupaten Dompu dengan ketentuan pengelolaannya :
a. kegiatan pinggir sungai mampu melindungi dan memperkuat
pengaturan air, dengan tanaman keras dan rib pengendali saluran air;
b. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul diluar
kawasan permukiman dengan lebar 100 (seratus) meter dari tepi
sungai;

38
c. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul diluar
kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh)
meter dari tepi sungai;
d. garis sempadan sungai bertanggul yaitu daratan sepanjang tepian
sungai bertanggul dengan lebar minimal 5 (lima) meter dari kaki
tanggul sebelah luar; dan
e. untuk sungai dikawasan permukiman berupa sempadan sungai yang
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10-15
meter.
(4) Kawasan sekitar danau/waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c ditetapkan dengan kriteria, diarahkan ke seluruh kawasan sekitar
danau dan waduk yang tersebar di kabupaten Dompu yang terdapat di
Danau Rababaka dengan ketentuan lebarnya secara proporsional dengan
bentuk dan kondisi fisik danau antara 50-100 meter dari titik pasang
tertinggi kearah darat sesuai dengan aturan yang berlaku.

(5) Kawasan Ruang terbuka Hijau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d, pengembangannya diarahkan pada Pusat Kegiatan Wilayah promosi
(PKWp) Di kecamatan Dompu dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan
luas 28,2 ha.

Paragraf 3
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

Pasal 23

(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 huruf c, terdiri atas :
a. kawasan Suaka Margasatwa (SM);
b. kawasan Cagar Alam (CA);
c. kawasan Taman Wisata Alam (TWA); dan
d. kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.

(2) Kawasan suaka margasatwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, yaitu kelompok hutan Tambora (RTK 53) dengan luas 3.988,60 ha,
terdapat di Kecamatan Pekat;
(3) Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu
kelompok hutan Tambora (RTK 53) dengan luas 13.572,34 ha terdapat di
Gunung Tambora Selatan Kecamatan Pekat;

39
(4) Kawasan Taman Wisata Alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, terdapat di Pulau Satonda kecamatan Pekat dengan luas 2.600 ha,
meliputi :
a. Kawasan taman wisata alam laut seluas 2.146,30 ha; dan
b. Kawasan taman wisata alam seluas 453,70 ha.
(5) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf d, meliputi :
a. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan situs Nangasia di
kecamatan Hu’u; dan
b. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan situs Doro Bata di
kecamatan Dompu.

(6) Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) pulau satonda mengacu pada
kawasan Strategis Kabupaten dari sudut lingkungan.

(7) Rencana pengelolaan kawasan suaka margasatwa, kawasan cagar alam,


kawasan taman wisata alam, cagar budaya ilmu pengetahuan dan taman
buru dilaksanakan secara kolaborasi melalui:
a. penataan kawasan dalam rangka pemeliharaan batas;
b. penataan zonasi;
c. penyusunan rencana pengelolaan kawasan suaka margasatwa,
kawasan cagar alam;
d. pembinaan daya dukung kawasan antara lain inventarisasi flora dan
fauna serta ekosistem, pembinaan dan monitoring populasi
habitatnya;
e. rehabilitasi kawasan diluar areal kawasan cagar alam;
f. pemanfaatan kawasan sebagai kawasan pariwisata alam dan jasa
lingkungan, serta pendidikan bina cinta alam.
g. penelitian dan pengembangan flora, fauna dan ekosistemnya serta
identifikasi dan/ atau inventarisasi sosial budaya masyarakat
h. perlindungan dan pengamanan kawasan meliputi pemantauan titik-
titik rawan kebakaran dan pencegahan serta penanggulangan
kebakaran hutan.
i. pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung pengelolaan
KSA dan KPA, meliputi pendidikan dan pelatihan terhadap petugas
dan masyarakat setempat;
j. pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan dan pemanfaatan
untuk menunjang pelaksanaan kolaborasi; dan
k. pembinaan partisipasi masyarakat dengan program peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan kesadaran masyarakat.

40
Paragraf 4
Kawasan Rawan Bencana Alam

Pasal 24

(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19


huruf d, terdiri atas :
a. kawasan rawan tanah longsor;
b. kawasan rawan gelombang pasang;
c. kawasan rawan banjir;
d. kawasan rawan kekeringan;
e. kawasan rawan gunung berapi;
f. kawasan rawan tsunami;
g. kawasan rawan angin topan;dan
h. kawasan rawan gempa bumi.

(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a, terdapat disekitar Tambora, Ranggo, sepanjang jalur jalan O’o-Katua,
Manggenae sampai perbatasan kabupaten Bima serta jalur jalan Banggo-
Napa-Kwangko sampai perbatasan Kabupaten Sumbawa.

(3) Kawasan rawan gelombang pasang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdapat di Pantai Barat yakni Calabai, Nangamiro dan Kilo, serta
pantai Hu’u di pesisir bagian selatan.

(4) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
terdapat di sepanjang wilayah sungai di Kabupaten.

(5) Kawasan rawan kekeringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g,
terdapat di Kempo, Hu’u, Kilo dan Mbawi.

Paragraf 5
Kawasan Lindung Geologi

Pasal 25

Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf e,


terdiri atas :
a. kawasan rawan bencana alam geologi; dan
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.

41
Pasal 26

(1) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 25 huruf a terdiri atas:
a. kawasan rawan letusan gunung berapi, terdapat pada daerah bahaya
sekitar kaldera dengan luas kurang lebih 58,7 km2 di Kecamatan
Pekat;
b. kawasan rawan gempa bumi, terdapat di seluruh Kecamatan;
c. kawasan rawan tsunami, terdapat dikawasan pesisir bagian barat dan
selatan Kabupaten Dompu yakni Calabai, Nangamiro dan Kilo, serta
pantai Hu’u bagian selatan;
d. kawasan rawan abrasi pantai, terdapat di kecamatan Manggelewa
desa Kwangko, kecamatan Kempo di desa Soro dan wilayah pantai
selatan kecamatan Hu’u; dan
e. kawasan rawan sedimentasi terdapat di perairan Teluk Saleh.

(2) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah


sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 huruf b yaitu kawasan sekitar
mata air ditetapkan sekurang-kurangnya 200 m disekitar mata air dan
tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Dompu untuk dimanfaatkan
sebagai pemenuhan kebutuhan air minum maupun irigasi.

Paragraf 6
Kawasan Lindung Lainnya

Pasal 27

(1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf f,


terdiri atas :
a. kawasan terumbu karang;
b. kawasan mangrove;
c. kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi; dan
d. kawasan taman buru.

(2) Kawasan terumbu karang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
terdapat diperairan Pulau Satonda, Teluk Cempi, Teluk Saleh dan Teluk
Sanggar.

(3) Kawasan mangrove sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,


terdapat di sepanjang pesisir teluk cempi, teluk saleh dan teluk sanggar
dengan luas kurang lebih 4.710 ha.

42
(4) Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi perairan
sebagaimana ayat (1) huruf c, terdapat di perairan pulau Satonda, teluk
Cempi, teluk Saleh dan teluk Sanggar.

(5) Kawasan taman buru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
terdapat pada kawasan taman buru gunung Tambora selatan di
kecamatan Pekat dengan luas 9.543,56 ha.

Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya

Pasal 28

Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1), terdiri


atas :
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. kawasan peruntukan pertambangan;
f. kawasan peruntukan domestic;
g. kawasan peruntukan pariwisata;
h. kawasan peruntukan permukiman; dan
i. kawasan peruntukan lainnya.

Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Pasal 29

(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal


28 huruf a, terdiri atas :
a. kawasan hutan produksi terbatas; dan
b. kawasan hutan produksi tetap.

(2) Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dengan luas 32.586,78 ha terdiri atas :
a. Kelompok hutan Pajo (RTK 42) seluas 1.079,19 ha terdapat di
kecamatan Pajo dan Dompu;
b. Kelompok hutan Riwo (RTK 43) seluas 8.480,61 ha terdapat di
kecamatan Woja;

43
c. Kelompok hutan Tambora (RTK 53) seluas 8.066, 64 ha terdapat di
kecamatan Pekat;
d. Kelompok hutan Soromandi (RTK 55) seluas 4.516,42 ha terdapat di
kecamatan Dompu;
e. Kelompok hutan Toffo Rompu (RTK 65) seluas 10.044,92 ha terdapat di
kecamatan Dompu, kecamatan Pajo dan kecamatan Hu’u; dan
f. Kelompok hutan Ampang Kampaja (RTK 70) seluas 400 ha terdapat di
kecamatan Manggelewa.

(3) Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dengan luas 26.119,11 ha terdiri atas:
a. Kelompok hutan Pajo (RTK 42) seluas 2.749,71 ha terdapat di
kecamatan Pajo dan Dompu;
b. Kelompok hutan Tambora (RTK 53) seluas 19.417,37 ha terdapat di
kecamatan Pekat;
c. Kelompok hutan Soromandi (RTK 55) seluas 3.917,64 ha terdapat di
kecamatan Dompu, Woja dan dan Kilo; dan
d. Kelompok hutan Pulau Rai Rakit Kwangko (RTK 70) seluas 34,39 ha
terdapat di kecamatan Manggelewa.

(4) Rencana pemanfaatan dan pengelolaan hutan produksi, antara lain :


a. pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan kayu dan hasil hutan
bukan kayu;
b. pemanfaatan jasa lingkungan;
c. pengelolaan budidaya hutan, hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan
kayu serta jasa lingkungan yang ditujukan untuk kesinambungan
produksi dengan memperhatikan kualitas lingkungan melalui
pencegahan kerusakan tanah dan penurunan kesuburan tanah,
mempertahankan bentang alam serta menjaga ketersediaan air;
d. pengembangan kegiatan budidaya hutan yang dapat mendorong
terwujudnya kegiatan industri pengolahan hasil hutan, dengan
pengembangan jenis tanaman hutan industri melalui pembangunan
Hutan Tanaman Industri (HTI), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan
Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi (HTHR),
Restorasi Ekosistem (RE) dan program lainnya;
e. penggunaan kawasan hutan untuk budidaya tanaman obat, budidaya
tanaman hias, jamur, lebah, penangkaran satwa, budidaya sarang
burung walet serta silvo pasture;
f. penggunaan kawasan hutan produksi untuk kegiatan di luar budidaya
hutan dan hasil hutan yang penggunaannya untuk kepentingan
umum dan bersifat strategis, dilakukan dengan memperhatikan asas
konservasi tanah dan air serta mempertimbangkan luas dan jangka
waktu; dan

44
g. kemampuan rehabilitasi kawasan hutan produksi yang mempunyai
tingkat kerapatan tegakan rendah.

(5) Tukar menukar kawasan hutan dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku.

(6) Penggunaan kawasan hutan produksi untuk tujuan pembangunan diluar


sektor kehutanan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

Pasal 30

Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28


huruf b terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 14.000 ha.

Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Pertanian

Pasal 31

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28


huruf c, terdiri atas :
a. kawasan peruntukan tanaman pangan;
b. kawasan peruntukan hortikultura;
c. kawasan peruntukan perkebunan; dan
d. kawasan peruntukan peternakan.

(2) Kawasan peruntukan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf a, terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih
19.194 ha.
(3) Kawasan peruntukan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 11.500
ha.
(4) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, terdiri atas :
a. kawasan peruntukan perkebunan Jambu Mente, terdapat di seluruh
kecamatan dengan luas kurang lebih 18.895,90 ha;

45
b. kawasan peruntukan perkebunan Kelapa, terdapat diseluruh
kecamatan dengan luas kurang lebih 6.361 ha;
c. kawasan peruntukan perkebunan Kopi, terdapat di Kecamatan Pekat,
kecamatan Kilo dan kecamatan Dompu dengan luas dengan luas
kurang lebih 1.661,62 ha;
d. kawasan peruntukan perkebunan Jarak Pagar, terdapat di seluruh
Kecamatan dengan luas kurang lebih 5.859,89 ha; dan
e. kawasan peruntukan perkebunan Kakao terdapat di kecamatan Pekat
dan Kempo dengan luas kurang lebih 1.060,35 ha.
(5) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, terdapat di kecamatan Pajo dengan luas kurang lebih 330 ha,
kecamatan Hu’u dengan luas kurang lebih 471 ha, Manggelewa dengan
luas kurang lebih 750 ha, Kempo dengan luas kurang lebih 1.000 ha, Kilo
dengan luas kurang lebih 850 ha, dan pekat dengan luas kurang lebih
4.995 ha.
(6) Kawasan peruntukan tanaman pangan di seluruh kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan sebagai kawasan
pertanian pangan berkelanjutan, dengan luas kurang lebih 15.985 ha.

Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Perikanan

Pasal 32

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28


huruf d, terdiri atas :
a. kawasan peruntukan perikanan tangkap;
b. kawasan peruntukan budidaya perikanan; dan
c. kawasan pengolahan hasil perikanan.

(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud ayat (1)


huruf a, terdiri atas:
a. perikanan tangkap perairan umum, selanjutnya disebut perikanan
perairan umum meliputi kawasan perikanan tangkap di perairan
danau, sungai dan waduk;
b. perikanan tangkap diperairan laut, selanjutnya perikanan laut
meliputi jalur pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan di
wilayah penangkapan terdapat di kecamatan Kempo, Hu’u dan Pajo;

46
c. sebaran pengembangan kegiatan perikanan tangkap diperairan laut,
sebagaimana dimaksud pada huruf b, meliputi:
1. pengembangan dan pemberdayaan perikanan laut skala kecil
meliputi kawasan yang memiliki kelompok nelayan terdapat di
kecamatan kempo, Hu’u dan pajo;
2. pengembangan perikanan laut skala menengah meliputi kawasan
pendaratan ikan (PPI) /Tempat pelelangan ikan (TPI) di PPI Soro
Kempo, PPI-PPP Soroadu dan PPI Kramat; dan
3. pemasangan rumpon perairan dangkal 37.240 ha dan rumpon
lepas pantai 28.420 ha.
d. Pemantapan prasarana pendukung kegiatan perikanan tangkap di
perairan laut, sebagaimana dimaksud huruf b meliputi:
1. pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Soro kempo, PPI-PPP Soriadu
dan PPI Kramat (lokasi rencana); dan
2. pangkalan Perahu/Jukung Nelayan tradisional tersebar di
pantai-pantai desa nelayan.

(3) Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b, meliputi:
a. kawasan pengembangan budidaya air tawar terdiri atas:
1. perikanan budidaya di bendungan Rababaka;
2. kawasan budidaya kolam;
3. kawasan budidaya ikan bersama tanaman padi sawah (minapadi);
4. kawasan budidaya saluran irigasi;
5. kawasan budidaya bidang pembenihan; dan
6. kawasan prasarana pendukung penyediaan benih kegiatan
budidaya perikanan mencakup Balai Benih Ikan (BBI) di
kecamatan Hu’u.
b. kawasan pengembangan perikanan budidaya air payau (tambak)
tersebar di kecamatan Dompu, Kecamatan Woja dan kecamatan Poja;
dan
c. kawasan bagi pengembangan perikanan budidaya laut terdiri atas:
1. potensi untuk tumbuh rumput laut seluas lebih kurang 1.298 ha
tersebar di 6 (enam) kecamatan yaitu kecamatan Woja, kecamatan
Manggelewa, kecamatan Kempo, kecamatan Pekat dan kecamatan
Hu’u;
2. budidaya kelompok ikan seluas 387 ha, terdapat di kecamatan
Kempo desa Soro dan Konte, kecamatan Manggelewa desa Pulau
Bajo; dan
3. kawasan potensi budidaya mutiara seluas 1.967 ha, terdapat di
teluk Saleh, teluk Sanggar bagian utara dan teluk Cempi.

47
(4) Kawasan pengolahan hasil perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, meliputi:
a. sentra-sentra industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang
mengolah hasil perikanan terdapat di Kecamatan Kempo dan
kecamatan Pajo; dan
b. kawasan industri perikanan tersebar di kawasan pelabuhan Soroadu
kecamatan Hu’u, pelabuhan Soro kecamatan Kempo dan pelabuhan
Kramat Kecamatan Kilo.

Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Pertambangan

Pasal 33

(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


28 huruf e terdiri atas :
a. kawasan peruntukan potensi pertambangan mineral dan batubara;
b. kawasan peruntukan potensi minyak dan gas bumi;
c. kawasan peruntukan potensi panas bumi; dan
d. kawasan peruntukan potensi air tanah.

(2) Kawasan peruntukan potensi pertambangan mineral dan batubara


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
a. potensi sirtu, pasir, batu dan tanah urug terdapat disemua
kecamatan;
b. potensi emas, perak dan tembaga terdapat kecamatan Hu’u,
Manggelewa dan Pajo;
c. potensi pasir besi terdapat di kecamatan Kempo dan Pekat;
d. potensi belerang terdapat di kecamatan Hu’u;
e. potensi mangan terdapat di kecamatan Pajo, Woja dan Hu’u;
f. potensi timah hitam terdapat di Kecamatan Pajo;
g. potensi marmer terdapat di kecamatan Dompu;
h. potensi andesit terdapat di kecamatan Manggelewa dan Hu’u;
i. potensi dasit terdapat di kecamatan Pajo;
j. potensi diorit terdapat di kecamatan Pajo, Manggelewa dan Dompu;
k. potensi lempung terdapat di kecamatan Kempo dan Dompu;
l. potensi batu gamping terdapat di kecamatan Dompu, Woja, Pajo dan
Hu’u;
m. potensi kalsedon terdapat di kecamatan Pajo; dan
n. potensi oker terdapat di kecamatan Kempo;

48
(3) Kawasan peruntukan potensi minyak dan gas bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdapat di kecamatan Hu’u, Kilo dan
Pekat.
(4) Kawasan peruntukan potensi panas bumi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c terdapat di kecamatan Hu’u.
(5) Kawasan potensi air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi: Cekungan Air Tanah (CAT), Air Tanah Bebas, Air Tanah
Tertekan dan Semi Tertekan terdapat di seluruh wilayah kabupaten
Dompu.
(6) Eksisting pertambangan mineral dan batubara terdapat di kecamatan
Dompu, Pajo, Hu’u, Woja, dan Pekat.
(7) Eksisting pertambangan panas bumi terdapat di kecamatan Hu’u.
(8) Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dilaksanakan setelah ditetapkannya Wilayah Pertambangan (WP)
berdasarkan usulan penetapan WP.
(9) Usulan penetapan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
disampaikan oleh Bupati kepada Menteri melalui Gubernur berdasarkan
pertimbangan BKPRD Provinsi dan BKPRD Kabupaten.
(10) Usulan penetapan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (7) untuk
mineral logam dan bukan logam disusun melalui kajian dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan dan harus berada
diluar kawasan lindung, kawasan permukiman, kawasan lahan
pertanian berkelanjutan, dan kawasan pariwisata sampai batas tidak
adanya dampak negatif secara teknik, ekonomi, dan lingkungan yang
ditimbulkan akibat usaha pertambangan
(11) Izin pertambangan mineral logam dan bukan logam yang telah
diterbitkan dan masih berlaku masa izinnya, tetap diakui sampai masa
berlakunya habis dan perpanjangannya menyesuaikan dengan
ketentuan peraturan daerah.
(12) Tatacara dan mekanisme penyusunan usulan WP sebagaimana
dimaksud pada ayat (8) diatur dengan Peraturan Bupati.
(13) Potensi dan eksisting pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5), tercantum pada Lampiran II yang tidak
terpisahkan dari peraturan daerah ini.

Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Industri

Pasal 34

(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28


huruf f, terdiri atas :

49
a. kawasan peruntukan sedang; dan
b. kawasan peruntukan Industri rumah tangga.

(2) Rencana kawasan peruntukan industri sedang sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a dipusatkan Manggelewa.

(3) Rencana kawasan peruntukan industri rumah tangga sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b terdapat di kecamatan Dompu, Kempo,
Hu’u, Woja, Pajo, Pekat, dan Kilo.

Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pasal 35

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27


huruf g, terdiri atas :
a. kawasan peruntukan pariwisata alam;
b. kawasan peruntukan pariwisata budaya; dan
c. kawasan peruntukan pariwisata buatan.

(2) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf a, meliputi kawasan pantai Lakey, kawasan pulau Satonda,
kawasan gunung Tambora selatan, kawasan pantai Ria, pantai Soro,
pantai Lasi, Madaprama, pantai Nanga Tumpu dan pantai Nangadoro.

(3) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b, meliputi konservasi Situs Nangasia di kecamatan Hu’u.
Situs Dorobata di Kecamatan Dompu, dan kawasan desa budaya di desa
Ranggo Kecamatan Pajo.

(4) Kawasan peruntukan pariwisata buatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf c yakni kawasan Lepadi sebagai kawasan Pacuan Kuda
Tradisional dan Kolam renang Madaprama.

Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Permukiman

Pasal 36

(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal


28 huruf h, seluas 1.830,56 ha meliputi :
50
a. kawasan peruntukan permukiman perkotaan; dan
b. kawasan peruntukan permukiman perdesaan.

(2) Kawasan peruntukan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a, terdapat di kecamatan Dompu, kecamatan Woja
dan seluruh ibu kota kecamatan.

(3) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b, adalah kawasan untuk permukiman yang pada
lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan dan
perkebunan terdapat di kecamatan Hu’u, kecamatan Pajo, kecamatan
Manggelewa kecamatan Kempo, kecamatan Kilo dan Pekat.

(4) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dan ayat (3), tercantum dalam Lampiran II yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.

Paragraf 9
Kawasan Peruntukan Lainnya

Pasal 37
(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
huruf g terdiri atas:
a. kawasan perdagangan dan jasa;
b. kawasan pusat pemerintahan;
c. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan
d. kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan.

(2) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, terdapat di Kecamatan Dompu dan Kecamatan Woja.

(3) Kawasan pusat pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b terdapat di Kecamatan Dompu dan kecamatan Woja.

(4) Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c meliputi :
a. Pulau Balere, Bajo Lama, Bajo Baru, Na’e, Kubur, Wadu, Kondo,
Wadumposo, Torobero, Cangkir, Sipenuh, Wadu Udu, Saroko, Santigi,
Maja, Lara dan Sawo di Kecamatan Manggelewa;
b. Pulau Pu’du Na’e, Pu’du To’i dan Rate di Kecamatan Kempo;
c. Pulau Wadurange di Kecamatan Woja; dan

51
d. Pulau Felo Janga di Kecamatan Pajo.

(5) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, meliputi:
a. Markas Komando Distrik Militer (Kodim) 1614/Dompu di kecamatan
Dompu;
b. Markas Komando Rayon Militer (Koramil) yang terdapat di tiap
kecamatan; dan
c. kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pemerintah di bidang
pertahanan dan keamanan wilayah darat, laut dan udara.

Pasal 38

(1) Pemanfaatan kawasan untuk peruntukan lain selain sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 37 tentang penetapan kawasan budidaya dapat
dilaksanakan apabila tidak mengganggu fungsi kawasan yang
bersangkutan dan tidak melanggar ketentuan umum peraturan zonasi
sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


dilaksanakan setelah adanya kajian komprehensif dan setelah mendapat
rekomendasi dari badan atau pejabat yang tugasnya mengkoordinasikan
penataan ruang di Kabupaten Dompu.

BAB VI
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Pasal 39

(1) Kawasan strategis yang ada di Kabupaten Dompu, terdiri atas :


a. kawasan strategis nasional;
b. kawasan strategis provinsi; dan
c. kawasan strategis kabupaten.

(2) Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat


ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

52
Pasal 40

Kawasan strategis nasional yang ada di Kabupaten Dompu sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1) huruf a, terdiri atas :
a. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bima yang
merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi ; dan
b. Kawasan yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan
lingkungan hidup meliputi:
1. suaka margasatwa Tambora Selatan;
2. cagar alam gunung Tambora Selatan;
3. taman wisata alam laut Pulau Satonda; dan
4. taman buru gunung Tambora Selatan.

Pasal 41

Kawasan strategis provinsi yang ada di Kabupaten Dompu sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b, terdiri atas :
a. kawasan yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan
ekonomi meliputi:
1. kawasan Teluk Saleh dan Sekitarnya dengan sektor unggulan
perikanan, pariwisata, pertanian, peternakan dan industri;
2. kawasan Agropolitan Manggelewa dengan sektor unggulan pertanian,
perkebunan dan industri di kecamatan Manggelewa; dan
3. kawasan Hu’u dan sekitarnya dengan sektor unggulan pariwisata,
industri, pertanian dan perikanan.
b. Kawasan ekosistem gunung Tambora dan kawasan ekosistem hutan
Parado yang merupakan kawasan strategis dari sudut Kepentingan
lingkungan hidup.

Pasal 42

(1) Kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat


(1) huruf c, terdiri atas :
a. kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;
b. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya; dan
c. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup.
d. Kawasan straregis dari sudut pertahanan dan keamanan

53
(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas :
a. Kawasan Kempo, Pekat, dan sekitarnya dengan sektor unggulan
pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan pertambangan;
b. Kawasan teluk Cempi dan sekitarnya dengan sektor pariwisata,
perikanan dan pertambangan energi;
c. Kawasan industri terpadu Manggelewa dengan sektor unggulan
industri pengolahan; dan
d. Kawasan Dompu Mandiri dan sekitarnya dengan sektor unggulan
perdagangan dan jasa serta sebagai pusat pemerintahan.

(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi situs Nangasia, desa budaya
Ranggo, situs Dorobata dan arena pacuan kuda tradisional Lepadi.
(4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c yaitu Kawasan Konservasi Laut Daerah
(KKLD) Pulau Satonda.
(5) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, terdapat di seluruh wilayah
kecamatan.
(6) Rencana rinci tata ruang untuk kawasan strategis Kabupaten dituangkan
dalam Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten yang diatur tersendiri dalam
Peraturan Daerah.

BAB VII
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN DOMPU

Pasal 43

(1) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten berpedoman pada rencana


struktur ruang dan pola ruang.

(2) Pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten dilaksanakan melalui penyusunan


dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan
pendanaannya.

(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.

54
Pasal 44

(1) Program pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat


(2) disusun berdasarkan indikasi program utama lima tahunan yang
ditetapkan dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Daerah ini.

(2) Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, investasi swasta dan kerja sama pendanaan.

(3) Kerja sama pendanaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

BAB VIII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 45

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas :


a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.

(2) Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah.

Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 46

(1) Peraturan zonasi untuk sistem perkotaan meliputi :


a. peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp);
b. peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL);
c. peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan

55
d. peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
(2) Peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala
provinsi dan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dapat
di bangun dan di kembangkan di wilayah Kecamatan Dompu.

(3) Peraturan zonasi untuk Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan memperhatikan
pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala kabupaten yang
didukung dengan pembangunan fasilitas dan infrastruktur perkotaan
dilaksanakan di wilayah Pekat, Kempo, Hu’u dan Kilo serta Pajo,
Manggelewa dan Woja (PKLp).

(4) Peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c disusun dengan memperhatikan
pemanfaatan ruang untuk melayani kegiatan berskala kecamatan atau
beberapa desa yang didukung dengan pembangunan fasilitas dan
infrastruktur kecamatan yang di laksanakan di wilayah Hu’u, Sawe, O’o,
Kadindi, Doropeti, Soriutu, Kwangko, Soro, Dorokobo, Malaju, Mbuju,
Jambu dan Ranggo.

(5) Peraturan zonasi untuk Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf d disusun dengan memperhatikan
pemanfaatan ruang untuk melayani kegiatan berskala desa atau beberapa
lingkungan yang didukung dengan pembangunan fasilitas dan
infrastruktur lingkungan yang di laksanakan di wilayah Nangasia,
Madawa, Mangge Asi, Nangamiro, Sorinomo, Riwo, Nowa, Lanci Jaya,
Banggo, Napa, Kesi, Ta’a, karamat, Lasi, Lepadi, dan Soro Adu.

Paragraf 1
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Transportasi Darat

Pasal 47

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi


darat meliputi :
a. peraturan zonasi untuk jaringan jalan arteri primer;
b. peraturan zonasi untuk jaringan jalan kolektor primer; dan
c. peraturan zonasi untuk jaringan jalan kolektor sekunder dan lokal
primer.

56
(2) Peraturan zonasi untuk jaringan jalan arteri primer sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan arteri primer dengan
tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang kecenderungan
pengembangan ruangnya dibatasi; dan
b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di
sepanjang sisi jalan.

(3) Peraturan zonasi untuk jaringan jalan kolektor primer sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b, disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan kolektor primer dengan
tingkat intensitas sedang hingga menengah yang kecenderungan
pengembangan ruangnya dibatasi; dan
b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di
sepanjang sisi jalan.

(4) Peraturan zonasi untuk jaringan jalan kolektor sekunder sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c, disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan kolektor sekunder dengan
tingkat intensitas rendah hingga sedang yang kecenderungan
pengembangan ruangnya dibatasi; dan
b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di
sepanjang sisi jalan kolektor sekunder.

(5) Pengaturan tata bangunan berupa Garis Sempadan Bangunan (GSB),


Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB) pada
ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 2
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Transportasi Laut

Pasal 48

(1) Peraturan zonasi untuk pelabuhan laut harus disusun dengan mematuhi
ketentuan mengenai :
a. pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan pengembangan
kawasan pelabuhan;
b. ketentuan pelarangan kegiatan di ruang udara bebas di atas badan air
yang berdampak pada keberadaan jalur transportasi laut;
c. pemanfaatan ruang di dalam Daerah Lingkungan Kerja
Pelabuhan/Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKr/DLKp)

57
harus mendapatkan izin sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
d. pemanfaatan ruang di luar Daerah Lingkungan Kerja
Pelabuhan/Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKr/DLKp)
berdasarkan rencana rinci ruang kawasan pelabuhan.

(2) Peraturan zonasi untuk alur pelayaran harus disusun dengan mematuhi
ketentuan mengenai :
a. pemanfaatan ruang pada badan air di sepanjang alur pelayaran harus
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di
sekitar badan air di sepanjang alur pelayaran dilakukan dengan tidak
mengganggu aktivitas pelayaran.

Paragraf 3
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Energi

Pasal 49

(1) Ketentuan peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi meliputi :


a. peraturan zonasi untuk gardu induk dan gardu pembagi; dan
b. peraturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik.

(2) Peraturan zonasi untuk gardu diatur sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a disusun dengan memperhatikan :
a. zona gardu meliputi zona manfaat dan zona bebas; dan
b. zona manfaat adalah untuk instalasi Gardu Induk (GI) dan fasilitas
pendukungnya.

(3) Peraturan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik diatur


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan
memperhatikan :
a. zona jaringan transmisi meliputi ruang bebas dan ruang aman;
b. zona ruang bebas harus dibebaskan baik dari orang, maupun benda
apapun demi keselamatan orang, makhluk hidup, dan benda lainnya;
c. zona ruang aman adalah untuk kegiatan apapun dengan mengikuti
jarak bebas minimum vertikal dan horizontal; dan
d. ketinggian serta jarak bangunan, pohon, pada zona ruang aman
mengikuti ketentuan minimum terhadap konduktur dan AS menara
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT).

58
Paragraf 4
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 50

(1) Peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi meliputi:


a. peraturan zonasi untuk jaringan tetap dan sentral telekomunikasi;
dan
b. peraturan zonasi untuk jaringan bergerak selular.

(2) Peraturan zonasi untuk jaringan tetap adalah sebagai berikut :


a. zonasi jaringan tetap meliputi zona ruang manfaat dan zona ruang
bebas;
b. zona ruang manfaat adalah untuk tiang dan kabel-kabel dan dapat
diletakkan pada zona manfaat jalan; dan
c. zona ruang bebas dibebaskan dari bangunan dan pohon yang dapat
mengganggu fungsi jaringan.

(3) Peraturan zonasi untuk sentral telekomunikasi adalah sebagai berikut :


a. zonasi sentral telekomunikasi meliputi zona fasilitas utama dan zona
fasilitas penunjang;
b. zona fasilitas utama adalah untuk instalasi peralatan telekomunikasi;
c. zona fasilitas penunjang adalah untuk bangunan kantor pegawai, dan
pelayanan publik;
d. persentase luas lahan terbangun maksimal sebesar 50 %; dan
e. prasarana dan sarana penunjang terdiri atas parkir kendaraan,
sarana kesehatan, ibadah, gudang peralatan, papan informasi, dan
loket pembayaran.

(4) Peraturan zonasi untuk jaringan bergerak selular (menara


telekomunikasi) diatur sebagai berikut :
a. zona menara telekomunikasi terdiri atas zona manfaat dan zona
aman;
b. zona manfaat adalah untuk instalasi menara baik di atas tanah atau
di atas bangunan;
c. zona aman dilarang untuk kegiatan yang mengganggu sejauh radius
sesuai tinggi menara;
d. menara harus dilengkapi dengan sarana pendukung dan identitas
hukum yang jelas. sarana pendukung antara lain pentanahan
(grounding), penangkal petir, catu daya, lampu halangan penerbangan
(aviation obstruction light), dan marka halangan penerbangan (aviation
obstruction marking), identitas hukum antara lain nama pemilik,

59
lokasi, tinggi, tahun pembuatan/pemasangan, kontraktor, dan beban
maksimum menara;
e. dilarang membangun menara telekomunikasi pada bangunan
bertingkat yang menyediakan fasilitas helipad;
f. untuk efisiensi dan efektifitas penggunaan ruang, maka menara harus
digunakan secara bersama dengan tetap memperhatikan
kesinambungan pertumbuhan industri telekomunikasi; dan
g. Peraturan zonasi mengenai jarak antara BTS, menara telekomunikasi
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 5
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 51

Ketentuan peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air pada
wilayah sungai disusun dengan memperhatikan:
a. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan dan dilarang
untuk membuang sampah, limbah padat dan atau cair dan mendirikan
bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha;
b. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi pemanfaatan ruang di sekitar
wilayah sungai lintas kabupaten secara selaras dengan pemanfaatan ruang
pada wilayah sungai di kabupaten yang berbatasan;
c. garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan adalah
sekurang-kurangnya 5 meter dan di dalam kawasan perkotaan adalah
sekurang-kurangnya 3 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul;
d. garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan untuk
sungai besar, yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai
seluas 500 km2 atau lebih, dilakukan ruas per ruas dengan
mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang
bersangkutan sekurang-kurangnya 100 meter dan sungai kecil yaitu
sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500
km2 sekurang-kurangnya 50 meter dihitung dari tepi sungai; dan
e. garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan adalah
sekurang-kurangnya 10 meter untuk sungai yang mempunyai kedalaman
tidak lebih dari 3 meter, dan 15 meter untuk sungai yang mempunyai
kedalaman antara 3 meter sampai dengan 20 meter, serta 30 meter untuk
sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 meter adalah
dari tepi sungai.

60
Paragraf 6
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Air Minum

Pasal 52

Peraturan zonasi untuk sistem penyediaan air minum diatur :


a. zonasi penyediaan air minum terdiri atas zona unit air baku; zona unit
produksi; zona unit distribusi; zona unit pelayanan dan zona unit
pengelolaan;
b. zona unit air baku adalah untuk bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan,
sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta
perlengkapannya;
c. zona unit produksi adalah untuk prasarana dan sarana pengolahan air
baku menjadi air minum;
d. zona unit distribusi adalah untuk sistem perpompaan, jaringan distribusi,
bangunan penampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan;
e. zona unit pelayanan adalah untuk sambungan rumah, hidran umum, dan
hidran kebakaran;
f. zona unit pengelolaan adalah untuk pengelolaan teknis yang meliputi
kegiatan operasional, pemeliharaan dan pemantauan dari unit air baku,
unit produksi dan unit distribusi dan pengelolaan nonteknis yang meliputi
administrasi dan pelayanan;
g. persentase luas lahan terbangun pada zona unit air baku maksimal
sebesar 20 %;
h. persentase luas lahan terbangun pada zona unit produksi maksimal
sebesar 40 %;
i. persentase luas lahan terbangun pada zona unit distribusi maksimal
sebesar 20 %;
j. unit produksi terdiri atas bangunan pengolahan dan perlengkapannya,
perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta
bangunan penampungan air minum;
k. limbah akhir dari proses pengolahan air baku menjadi air minum wajib
diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sumber air baku dan daerah
terbuka;
l. unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas air, dan
jaminan kontinuitas pengaliran 24 jam per hari; dan
m. untuk mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran
umum harus dipasang alat ukur berupa meter air yang wajib ditera secara
berkala oleh instansi yang berwenang.

61
Paragraf 7
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Drainase

Pasal 53

Peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase diatur sebagai berikut :


a. zona jaringan drainase terdiri atas zona manfaat dan zona bebas;
b. zona manfaat adalah untuk penyaluran air dan dapat diletakkan pada
zona manfaat jalan;
c. zona bebas di sekitar jaringan drainase dibebaskan dari kegiatan yang
dapat mengganggu kelancaran penyaluran air; dan
d. pemeliharan dan pengembangan jaringan drainase dilakukan selaras
dengan pemeliharaan dan pengembangan atas ruang milik jalan.

Paragraf 8
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Pengelolaan Limbah

Pasal 54

(1) Peraturan zonasi untuk sistem pembuangan air limbah meliputi sistem
jaringan limbah domestik, limbah industri, dan limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3).

(2) Peraturan zonasi untuk sistem jaringan limbah dan Limbah B3 diatur
sebagai berikut :
a. zona limbah domestik terpusat terdiri atas zona ruang manfaat dan
zona ruang penyangga;
b. zona ruang manfaat adalah untuk bangunan atau instalasi
pengolahan limbah;
c. zona ruang penyangga dilarang untuk kegiatan yang mengganggu
fungsi pengolahan limbah hingga jarak 10 meter sekeliling ruang
manfaat;
d. persentase luas lahan terbangun maksimal sebesar 10 %;
e. pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit
pengolahan kotoran manusia/tinja dilakukan dengan menggunakan
sistem setempat atau sistem terpusat agar tidak mencemari daerah
tangkapan air/ resapan air baku;
f. perumahan dengan kepadatan rendah hingga sedang, setiap rumah
wajib dilengkapi dengan system pembuangan air limbah setempat
atau individual yang berjarak minimal 10 meter dari sumur;
g. perumahan dengan kepadatan tinggi, wajib dilengkapi dengan system
pembuangan air limbah terpusat atau komunal, dengan skala

62
pelayanan satu lingkungan, hingga satu kelurahan serta
memperhatikan kondisi daya dukung lahan dan Sistem Penyediaan
Air Minum (SPAM) serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi
masyarakat; dan
h. sistem pengolahan limbah domestic pada kawasan dapat berupa
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sistem konvensional atau
alamiah dan pada bangunan tinggi berupa IPAL dengan teknologi
modern.

Paragraf 9
Peraturan Zonasi Untuk Sistem Pengelolaan Sampah

Pasal 55

(1) Peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahan terdiri atas TPS,
TPST, dan TPA.

(2) Peraturan zonasi untuk TPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
sebagai berikut:
a. zona TPS terdiri atas zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;
b. zona ruang manfaat adalah untuk penampungan sampah dan tempat
peralatan angkutan sampah;
c. zona ruang penyangga dilarang untuk kegiatan yang mengganggu
penampungan dan pengangkutan sampah sampai sejarak 10 meter
dari sekeliling zona ruang manfaat;
d. persentase luas lahan terbangun sebesar 10 %;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa ruang
pemilahan, gudang, tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan
landasan container dan pagar tembok keliling; dan
f. luas lahan minimal 100 meter persegi untuk melayani penduduk
pendukung 2.500 jiwa (1 RW).

(3) Peraturan zonasi untuk TPST sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
sebagai berikut:
a. zona TPST terdiri atas zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;
b. zona ruang manfaat adalah untuk kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan
akhir sampah;
c. zona ruang penyangga dilarang untuk kegiatan yang mengganggu
pemrosesan sampah sampai sejarak 10 meter;
d. persentase luas lahan terbangun sebesar 10 %;

63
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa ruang
pemilahan (30 m2), pengomposan sampah organik (200 m2), gudang
(100 m2), tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan
container (60 m2) dan pagar tembok keliling; dan
f. luas lahan minimal 300 m2 untuk melayani penduduk pendukung
30.000 jiwa (1 kelurahan).

(4) Peraturan zonasi untuk TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
sebagai berikut:
a. zona TPA terdiri atas zona ruang manfaat dan zona ruang penyangga;
b. zona ruang manfaat adalah untuk pengurugan dan pemrosesan akhir
sampah;
c. zona ruang penyangga dilarang untuk kegiatan yang mengganggu
pemrosesan sampah sampai sejarak 300 meter untuk perumahan, 3
km untuk penerbangan, dan 90 meter untuk sumber air bersih dari
sekeliling zona ruang manfaat;
d. persentase luas lahan terbangun sebesar 20 %;
e. dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa lahan
penampungan, sarana dan peralatan pemrosesan sampah, jalan
khusus kendaraan sampah, kantor pengelola, tempat parkir
kendaraan, tempat ibadah, tempat olahraga dan pagar tembok
keliling;
f. menggunakan metode lahan urug terkendali;
g. tempat pemrosesan akhir adalah tempat untuk mengembalikan
sampah ke media lingkungan secara aman; dan
h. lokasi TPA dilarang di tengah permukiman.

Paragraf 10
Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung

Pasal 56

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung antara lain :


a. peraturan zonasi untuk kawasan lindung terdiri atas :
1. peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung;
2. peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya;
3. peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat;
4. peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau kota;
5. peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya;
6. peraturan zonasi untuk kawasan cagar alam;
7. peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam; dan

64
8. peraturan zonasi untuk kawasan lindung geologi.

b. peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung adalah sebagai berikut :


1. zonasi hutan lindung terdiri atas zona perlindungan, dan zona
lainnya;
2. zona perlindungan adalah untuk pemanfaatan kawasan,
pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan
kayu yang tidak mengurangi fungsi utama kawasan dan tidak
merusak lingkungan;
3. zona pemanfaatan adalah untuk pemanfaatan kawasan meliputi
usaha budidaya tanaman obat (herbal), usaha budidaya tanaman
hias, usaha budidaya jamur, usaha budidaya perlebahan, usaha
budidaya penangkaran satwa liar atau usaha budidaya sarang
burung walet, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil
hutan bukan kayu.
4. pada kawasan hutan lindung dilarang :
a) menyelenggarakan pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang
alam, mengganggu kesuburan serta keawetan tanah, fungsi
hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian fungsi
lingkungan hidup; dan/atau; dan
b) kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan perusakan
terhadap keutuhan kawasan dan ekosistemnya sehingga
mengurangi/ menghilangkan fungsi dan luas kawasan seperti
perambahan hutan, pembukaan lahan, penebangan pohon, dan
perburuan satwa yang dilindungi.
5. zona lainnya adalah untuk kegiatan budidaya kehutanan :
a) luas zona inti perlindungan adalah bagian dari keseluruhan luas
hutan yang telah ditetapkan;
b) pemanfaatan kawasan adalah bentuk usaha seperti: budidaya
jamur, penangkaran satwa, dan budidaya tanaman obat dan
tanaman hias;
c) pemanfaatan jasa lingkungan adalah bentuk usaha jasa
lingkungan seperti: pemanfaatan untuk wisata alam, pemanfaatan
air, dan pemanfaatan keindahan dan kenyamanan; dan
d) pemungutan hasil hutan bukan kayu bentuk kegiatan seperti:
mengambil madu, dan mengambil buah.
c. peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan bawahannya meliputi kawasan resapan air adalah sebagai
berikut :
1. zona resapan air adalah untuk kegiatan budi daya terbangun secara
terbatas yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan
air hujan dan dilarang untuk menyelenggarakan kegiatan yang
mengurangi daya serap tanah terhadap air;

65
2. persentase luas lahan terbangun maksimum 10 % (sepuluh persen);
3. luas kawasan resapan air adalah bagian dari keseluruhan luas hutan
yang telah ditetapkan dengan luas minimum sebesar 30% (tiga puluh
persen); dan
4. dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang sumur resapan
dan/atau waduk.
d. peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat meliputi
sempadan sungai, sempadan waduk/danau dan mata air adalah sebagai
berikut:
1. peraturan zonasi untuk sempadan sungai diarahkan sebagai berikut:
a) pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam,mengganggu
kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi dan hidraulis,
kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian fungsi lingkungan
hidup;
b) pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau
c) kegiatan yang merusak kualitas air sungai, kondisi fisik tepi sungai
dan dasar sungai, serta mengganggu aliran air.
2. peraturan zonasi untuk sempadan danau/waduk diarahkan sebagai
berikut:
a) pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam, mengganggu
kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora
dan fauna, serta kelestarian fungsi lingkungan hidup;
b) pemanfaatan hasil tegakan; dan/atau
c) kegiatan yang merusak kualitas air, kondisi fisik kawasan
sekitarnya, dan daerah tangkapan air kawasan yang bersangkutan.
3. peraturan zonasi untuk sempadan sekitar mata air diarahkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dan huruf b.

e. peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau untuk kawasan perkotaan


adalah sebagai berikut :
1. zona ruang terbuka hijau adalah untuk RTH kawasan perlindungan
setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH pengamanan sumber air
baku/mata air, dan rekreasi, serta dilarang untuk kegiatan yang
mengakibatkan terganggunya fungsi ruang terbuka hijau;
2. proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30 %
(tiga puluh persen) yang terdiri atas 20 % (dua puluh persen) ruang
terbuka hijau publik dan 10 % (sepuluh persen) terdiri atas ruang
terbuka hijau privat; dan
3. pendirian bangunan dibatasi untuk bangunan penunjang kegiatan
rekreasi dan fasilitas umum lainnya, dan bukan bangunan permanen.
f. peraturan zonasi kawasan cagar budaya diarahkan sebagai berikut :
1. zona cagar budaya terdiri atas zona inti, zona penyangga, dan zona
pengembang;

66
2. zona inti adalah untuk lahan situs; dan dilarang melakukan kegiatan
yang mengurangi, menambah, mengubah, memindahkan, dan
mencemari benda cagar budaya;
3. zona penyangga di sekitar situs adalah untuk kegiatan yang
mendukung dan sesuai dengan bagi kelestarian situs; serta dilarang
untuk kegiatan yang dapat mengganggu fungsi cagar budaya;
4. zona pengembangan adalah untuk kegiatan untuk sarana sosial,
ekonomi, dan budaya, serta dilarang untuk kegiatan yang
bertentangan dengan prinsip pelestarian benda cagar budaya dan
situsnya;
5. kawasan cagar budaya dilarang untuk menyelenggarakan:
a) kegiatan yang merusak kekayaan budaya bangsa yang berupa
peninggalan sejarah, bangunan arkeologi;
b) pemanfaatan ruang dan kegiatan yang mengubah bentukan geologi
tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan
ilmu pengetahuan;
c) pemanfaatan ruang yang mengganggu kelestarian lingkungan di
sekitar peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, serta wilayah
dengan bentukan geologi tertentu; dan/atau
d) pemanfaatan ruang yang mengganggu upaya pelestarian budaya
masyarakat setempat.
6. persentase luas lahan terbangun untuk zona inti dan penyangga
maksimum 40 % (empat puluh persen), dan untuk zona pengembang
maksimum 50 % (lima puluh persen).
g. peraturan zonasi kawasan cagar alam diarahkan sebagai berikut :
1. pemanfaatan jasa lingkungan yang terdapat pada kawasan Taman
Wisata Alam di Pulau Satonda sesuai ketentuan yang berlaku; dan
2. pemanfaatan satwa liar yang dilindungi Undang-Undang di Taman
Buru Tambora dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku.
h. peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam tanah longsor diarahkan
sebagai berikut:
1. zona kawasan rawan bencana alam tanah longsor terdiri atas zona
tingkat kerawanan tinggi, zona tingkat kerawanan menengah/sedang,
dan zona tingkat kerawanan rendah;
2. zona tingkat kerawanan tinggi untuk tipologi A (lereng bukit dan
gunung) adalah untuk kawasan lindung, untuk tipologi B dan C (kaki
bukit dan gunung, tebing/lembah sungai) adalah untuk kegiatan
pertanian, kegiatan pariwisata terbatas; dilarang untuk budidaya dan
kegiatan yang dapat mengurangi gaya penahan gerakan tanah;
3. zona tingkat kerawanan menengah untuk tipologi A, B, C adalah untuk
kegiatan perumahan, transportasi, pariwisata, pertanian, perkebunan,
perikanan, hutan kota/rakyat/produksi, dan dilarang untuk kegiatan
industri.

67
4. zona tingkat kerawanan rendah tipologi A, B, dan C adalah untuk
kegiatan budidaya, dilarang untuk kegiatan industri;
5. persentase luas lahan terbangun untuk zona tingkat kerawanan tinggi
untuk tipologi A maksimum 5 % (lima persen); dan untuk tipologi B
maksimum 10 % (sepuluh persen);
6. persentase luas lahan terbangun untuk zona tingkat kerawanan
menengah untuk tipologi A, B, C maksimum 40 % (empat puluh
persen); dan
7. persentase luas lahan terbangun untuk zona tingkat kerawanan rendah
untuk tipologi A, B, C maksimum 60 % (enam puluh persen).
Penerapan prinsip terhadap setiap kegiatan budidaya terbangun yang
diajukan izinnya.
i. peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam tsunami diarahkan sebagai
berikut :
1. zona rawan tsunami kegiatan yang diperbolehkan adalah hutan bakau
disesuaikan peraturan sempadan pantai;
2. zona penyangga rawan tsunami kegiatan yang diperbolehkan adalah
tambak dan perkebunan; dan
3. peraturan zonasi pemanfaatan ruang pada kawasan rawan bencana
tsunami diatur dalam peraturan daerah tentang tata ruang pesisir.
j. peraturan zonasi kawasan lindung geologi harus disusun dengan
mematuhi ketentuan mengenai :
1. pemanfaatan untuk pariwisata, penelitian dan pendidikan,
perlindungan flora dan fauna serta pelestarian air tanpa mengubah
bentang alam;
2. ketentuan pelarangan kegiatan pemanfaatan batuan;
3. kegiatan penggalian dibatasi hanya untuk arkeologi geologi; dan
4. memperhatikan persyaratan pendirian bangunan yang menunjang
kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata.

Paragraf 11
Peraturan Zonasi untuk Kawasan Budidaya

Pasal 57

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya meliputi :


a. peraturan zonasi kawasan hutan produksi;
b. peraturan zonasi kawasan hutan rakyat;
c. peraturan zonasi kawasan pertanian;
d. peraturan zonasi kawasan perikanan
e. peraturan zonasi kawasan pertambangan;
f. peraturan zonasi kawasan permukiman;

68
g. peraturan zonasi kawasan industri;
h. peraturan zonasi kawasan pariwisata;
i. peraturan zonasi kawasan pertahanan dan keamanan; dan
j. peraturan zonasi kawasan peruntukan lain terdiri atas : perdagangan
dan jasa, kawasan pusat pemerintahan, kawasan pesisir dan pulau
pulau kecil.

(2) Peraturan zonasi untuk kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. produksi hasil hutan kayu hanya diperkenankan dari hasil kegiatan
budidaya tanaman hutan dalam kawasan hutan produksi;
b. produksi hutan kayu yang berasal dari hutan alam, hanya
dimungkinkan dari kegiatan penggunaan dan pemanfaatan kawasan
hutan dengan izin yang sah;
c. produksi hasil hutan non kayu pada hutan alam, dimungkinkan
untuk pemanfaatan dengan izin yang sah.
d. kegiatan yang diizinkan, meliputi :
1. kegiatan pengembangan/pembangunan hasil hutan kayu dan hasil
hutan bukan kayu serta jasa lingkungan;
2. rehabilitasi hutan produksi;
3. pengembangan fungsi penyangga pada kawasan hutan produksi
yang berbatasan dengan hutan lindung dan hutan konservasi;
4. kegiatan penataan sempadan sungai, danau dan mata air;
5. kegiatan pemanfaatan hutan produksi tetap dan hutan produksi
terbatas;
6. kegiatan pemanfaatan ruang lainnya yang dapat meningkatkan
fungsi hutan produksi.
e. kegiatan yang diizinkan terbatas, meliputi kegiatan pemungutan hasil
hutan kayu dan bukan kayu serta kegiatan pengembangan jasa
lingkungan;
f. kegiatan yang diizinkan bersyarat, meliputi kegiatan budidaya
peternakan, kegiatan transmisi, relay, distribusi listrik,
telekomunikasi dan energi; dan
g. kegiatan yang dilarang pada kawasan hutan produksi adalah semua
pemanfaatan dan penggunaan ruang kecuali yang dikategorikan
diizinkan, diizinkan terbatas dan diizinkan bersyarat.

(3) Peraturan zonasi untuk kawasan hutan rakyat sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b dikembangkan dan dikelola oleh Pemerintah
bersama masyarakat yang hasilnya dimanfaatkan oleh masyarakat.

(4) Peraturan zonasi untuk kawasan budidaya pertanian sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara:

69
a. mengelola lahan pertanian pangan berkelanjutan sesuai dengan
ketentuan perundangundangan;
b. lahan-lahan produktif dilarang dialihfungsikan kecuali untuk
kepentingan umum;
c. mengamankan dan memelihara asset nasional dan provinsi;
d. menetapkan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan dengan
peraturan;
e. pengawasan yang dilakukan agar tidak terjadi perubahan fungsi lahan
pada lahan-lahan yang produktif;
f. diizinkan untuk kegiatan terbangun yang menunjang kegiatan
pertanian; dan
g. pada lahan kurang produktif dapat dialih fungsikan dengan tetap
mempertahankan tingkat produktifitas lahan.

(5) Peraturan zonasi untuk kawasan budidaya perikanan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi :
a. budidaya perikanan tangkap dilakukan dengan cara; penataan
permukiman nelayan dan sandar perahu, penyediaan Tempat
Pelelangan Ikan, serta pengendalian dengan kegiatan lainnya dengan
zona pembatas;
b. budidaya ikan air tawar di kolam/sungai/danau dilakukan dengan
syarat; tidak mengganggu habitat hutan bakau atau sempadan pantai,
tersedianya sistem jaringan air, dan memenuhi ketentuan peraturan
yang berlaku;
c. budidaya rumput laut dilakukan dengan; penataan dan delinasi zona
rumput laut, pembentukan sentra rumput laut, tetap terjaganya
hutan bakau, dan tidak berada kawasan permukiman atau jalur
pelayaran; dan
d. budidaya ikan air tawar di kolam/sungai/danau dilakukan dengan
penataan keramba ikan, tidak mengurangi fungsi sungai/danau/air
tanah, dapat dikembangkan dengan wisata kuliner, rumah panggung.

(6) Peraturan zonasi untuk kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf e dilakukan dengan cara :
a. pengaturan kawasan tambang dengan memperhatikan keseimbangan
antara biaya dan manfaat serta keseimbangan antara risiko dan
manfaat;
b. pengembangan kawasan pertambangan harus melalui kajian
lingkungan hidup strategis;
c. setiap usaha pertambangan diharuskan melakukan rehabilitasi bekas
lahan tambang;

70
d. wajib menyediakan zona penyangga dengan kegiatan permukiman
sampai batas tidak ada dampak negatif secara teknis, ekonomis dan
lingkungan yang ditimbulkan akibat usaha pertambangan; dan
e. pengaturan bangunan lain disekitar instalasi dan peralatan kegiatan
pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya, dengan
memperhatikan kepentingan daerah.

(7) Peraturan zonasi untuk kawasan permukiman sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf f antara lain :
a. pemenuhan ketentuan persyaratan bangunan sesuai dengan rencana
rinci tata ruang;
b. untuk kawasan peruntukan permukiman perkotaan diizinkan
ketinggian bangunan tidak lebih dari 4 (empat) lantai, intensitas
bangunan berkepadatan sedang – tinggi penetapan amplop bangunan
dan penetapan tema arsitektur bangunan;
c. KDB permukiman perkotaan diizinkan maksimal sebesar 70% (tujuh
puluh persen) dan mengikuti rencana detail tata ruang yang ada;
d. KDB permukiman perdesaan diizinkan maksimal sebesar 50% (lima
puluh persen) dan mengikuti rencana detail tata ruang yang ada;
e. pembatasan fungsi dan peruntukkan lain yang menimbulkan dampak
tidak baik terhadap permukiman sesuai dengan rencana rinci tata
ruang;
f. pengaturan volume ruang terbuka hijau sesuai dengan rencana rinci
tata ruang;
g. diizinkan pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial sesuai
skalanya; dan
h. penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.

(8) Peraturan zonasi untuk kawasan industri sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf g antara lain :
a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan
kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia di wilayah sekitarnya;
b. zona industri terdiri atas bangunan pengolahan, gudang, ruang
bongkar muat, perkantoran, dan parkir kendaraan, meliputi:
1. setiap zona dan kawasan industri harus dilengkapi dengan
instalasi pengolahan limbah;
2. setiap pengembangan industri di dahului oleh kajian lingkungan
hidup strategis;
3. industri rumah tangga diarahkan mengelompok membentuk
sentra industri kecil; dan

71
4. industri rumah tangga yang menyatu dengan tempat tinggal,
diwajibkan mendapat persetujuan perumahan disekitarnya.
c. pada kawasan industri diizinkan untuk kegiatan lain yang berupa
hunian, rekreasi, serta perdagangan dan jasa dengan luas total tidak
melebihi 10% (sepuluh persen) total luas lantai;
d. pengembangan kawasan industri memperhatikan konsep eco
industrial park;
e. kegiatan lain yang tidak sesuai dan memiliki izin yang berada pada
kawasan industri harus menyesuaikan pada akhir masa berlaku izin
dan kegiatan lain yang tidak memiliki izin direlokasi paling lambat 3
tahun;
f. bangunan industri rumah tangga harus bersifat tunggal, kecuali pada
industri yang mengelompok diperkenankan bentuk deret;
g. pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar kawasan
peruntukan industri; dan
h. intensitas ruang zona industri diatur lebih lanjut dengan peraturan
bupati.

(9) Peraturan zonasi untuk kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf h antara lain :
a. pengawasan yang perlu dilaksanakan agar kegiatan pariwisata yang
dilakukan tidak membahayakan lingkungan dan tidak berada pada
lahan produktif;
b. zonasi kawasan pariwisata terdiri atas zona usaha jasa pariwisata,
zona daya tarik wisata dan zona usaha sarana pariwisata;
c. zona usaha jasa pariwisata adalah untuk jasa biro perjalanan wisata,
jasa agen perjalanan wisata, jasa pramuwisata, jasa konvensi,
perjalanan, insentif dan pameran, jasa konsultan pariwisata, jasa
informasi pariwisata dan jasa pertemuan;
d. zona daya tarik wisata adalah untuk zona daya tarik wisata alam,
daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan;
e. zona usaha sarana pariwisata adalah untuk penyediaan akomodasi,
makan dan minum, angkutan wisata, sarana wisata tirta, dan
kawasan pariwisata;
f. prasarana dan sarana minimal meliputi telekomunikasi, listrik, air
bersih, drainase, pembuangan limbah dan persampahan; WC umum,
parkir, lapangan terbuka, pusat perbelanjaan skala lokal, sarana
peribadatan dan sarana kesehatan; persewaan kendaraan, ticketing,
money changer;
g. Perubahan zona pariwisata dimungkinkan untuk tujuan perlindungan
lingkungan;

72
h. pembangunan daya tarik wisata alam hutan dapat memanfaatkan
zona hutan lindung dengan memperhatikan arahan peraturan
zonasinya;
i. kegiatan lain yang tidak sesuai dan memiliki izin yang berada pada
kawasan pariwisata, harus menyesuaikan pada akhir masa berlaku
izin dan kegiatan lain yang tidak memiliki izin direlokasi paling lambat
3 (tiga) tahun; dan
j. intensitas ruang zona kawasan pariwisata diatur lebih lanjut dengan
peraturan bupati.

(10) Peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) huruf i antara lain :
a. penetapan zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis
dengan kawasan budidaya terbangun; dan
b. penetapan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan strategis untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan.

(11) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan lain perdagangan dan jasa,
kawasan pusat pemerintahan, kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j antara lain :
a. zonasi kawasan perdagangan dan jasa terdiri atas zona perdagangan
dan jasa regional, serta zona perdagangan dan jasa lokal;
b. zona perdagangan dan jasa regional adalah untuk kegiatan
perdagangan besar dan eceran, jasa keuangan, jasa perkantoran
usaha dan profesional, jasa hiburan dan rekreasi serta jasa
kemasyarakatan;
c. zona perdagangan dan jasa lokal adalah untuk kegiatan perdagangan
eceran, jasa keuangan, jasa perkantoran usaha dan profesional, jasa
hiburan dan rekreasi serta jasa kemasyarakatan dan perumahan
kepadatan menengah dan tinggi;
d. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti
sarana pejalan kaki yang menerus, sarana peribadatan dan sarana
perparkiran, sarana kuliner, sarana transportasi umum, ruang
terbuka; serta jaringan utilitas;
e. memiliki aksesibilitas bagi penyandang cacat;
f. kegiatan hunian kepadatan menengah dan tinggi diizinkan di kawasan
ini maksimum 10 % (sepuluh persen) dari total luas lantai;
g. wajib menyediakan zona penyangga berupa RTH apabila berbatasan
langsung dengan kawasan lindung;
h. sarana media ruang luar komersial harus memperhatikan tata
bangunan dan tata lingkungan, kestabilan struktur serta
keselamatan;
i. kawasan perdagangan dan jasa wajib dilengkapi dengan RTBL;

73
j. kegiatan industri yang kawasan memiliki izin dan berada pada
kawasan perdagangan dan jasa, harus menyesuaikan pada akhir
masa berlaku izin.
k. jalan arteri primer pada kawasan perkotaan tersebut, harus dilengkapi
oleh jalur pemisah; dan
l. intensitas ruang untuk perdagangan, jasa regional, dan jasa lokal
diatur dengan peraturan bupati.

(12) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan lain kawasan pusat


pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j antara lain :
a. zonasi kawasan pemerintahan terdiri atas zona pemerintahan
regional, serta zona pemerintahan lokal;
b. zona pemerintahan regional adalah pusat pemerintahan Kabupaten;
c. zona pemerintahan lokal adalah pusat pemerintahan kecamatan dan
pemerintahan kelurahan atau desa;
d. dilengkapi dengan prasarana dan sarana umum pendukung seperti
sarana pedistrian, transportasi umum, sarana perparkiran, sarana
kuliner, sarana peribadatan dan sarana ruang terbuka hijau dan non
hijau serta jaringan utilitas;
e. wajib menyediakan zona penyangga berupa RTH apabila berbatasan
langsung dengan kawasan permukiman, perdagangan dan jasa;
f. sarana media ruang luar komersial tidak diperkenankan kecuali
media informasi pembangunan;
g. kelompok kegiatan yang berada pada kawasan pemerintahan regional
yang diperbolehkan seperti perkantoran pemerintahan diatasnya,
perwakilan negara, Badan Usaha Milik Negara dan Daerah,
perkantoran swasta, dan perkantoran jasa keuangan seperti
perbankan;
h. kawasan pemerintahan lokal dapat berada di pusat permukiman yang
mempunyai lebar milik jalan minimum 10 (sepuluh) meter;
i. kegiatan yang tidak diperbolehkan di dalam dan atau berbatasan
dengan kawasan permintahan adalah industri dan atau kegiatan yang
dapat menimbulkan polusi udara, polusi air, polusi tanah;
j. jalan arteri primer pada kawasan tersebut, harus dilengkapi dengan
jalur pemisah atau jalan penghubung; dan
k. intensitas ruang untuk kawasan pemerintahan regional dan kawasan
pemerintahan lokal diatur lebih lanjut dengan peraturan bupati

(13) Rencana peraturan zonasi untuk wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j antara lain :
a. rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau pulau kecil meliputi daerah–
daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah

74
administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil
laut diukur dari garis pantai;
b. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang berada pada zona rawan
bencana, cagar alam dan budaya pembangunannya dibatasi dan
dikendalikan;
c. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang berada pada zona rawan
bencana, harus dipasang alat peringatan dini;
d. penetapan kegiatan budidaya secara selektif di dalam kawasan pesisir
dan pulau pulau kecil untuk menjaga pelestarian lingkungan hidup;
e. pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di
sekitar badan air di sepanjang alur pelayaran dilakukan dengan tidak
mengganggu aktivitas pelayaran; dan
f. penetapan intensitas ruang disekitar kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil diatur lebih lanjut dengan peraturan bupati.

Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan

Pasal 58

(1) Ketentuan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang


dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur
dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai
dengan kewenangannya.

(3) Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 59

(1) Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Dompu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) terdiri atas :
a. izin prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. izin mendirikan bangunan; dan
e. izin lainnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

75
(2) Izin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, bertujuan
untuk:
a. persetujuan yang diberikan kepada orang atau badan hukum untuk
memulai kegiatan menanamkan modal atau mengembangkan kegiatan
atau pembangunan diwilayah kabupaten, yang sesuai dengan arahan
kebijakan dan alokasi penataan ruang; dan
b. persyaratan untuk permohonan izin lokasi, izin penggunaan
pemanfaatan tanah, izin mendirikan bangunan dan izin lainnya.

(3) Izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah izin yang
diberikan kepada orang atau badan hukum untuk memperoleh
tanah/pemindahan hak atas tanah/menggunakan tanah yang diperlukan
dalam rangka penanaman modal.

(4) Izin penggunaan pemanfaatan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, adalah izin yang diberikan kepada pengusaha untuk kegiatan
pemanfaatan ruang dengan batasan luasan tanah lebih dari 5.000 m2
(lima ribu meter persegi).

(5) Izin mendirikan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
adalah izin yang diberikan kepada pemilik bangunan untuk membangun
baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan
sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis.

(6) Izin lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e merupakan
ketentuan izin usaha pertambangan, perkebunan, pariwisata, industri,
perdagangan dan pengembangan sektoral lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-perundangan.

(7) Mekanisme perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf
b, huruf c, huruf d dan huruf e diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.

Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Pasal 60

(1) Ketentuan insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45


ayat (1) huruf c merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam
pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.

76
(2) Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana
struktur ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan
zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(3) Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah,


dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan Daerah ini.

Pasal 61

(1) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang


wilayah kabupaten dilakukan oleh pemerintah daerah kepada
masyarakat.

(2) Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi


berwenang sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 62

(1) Ketentuan insentif pemerintah daerah kepada pengembang kawasan,


diberikan dalam bentuk:
a. pemberian kompensasi;
b. urun saham;
c. subsidi silang;
d. kemudahan perizinan;
e. pembangunan serta pengadaan sarana dan prasarana;
f. penghargaan; dan/atau
g. publikasi atau promosi.

(2) Insentif kepada masyarakat, diberikan dalam bentuk :


a. pemberian keringanan pajak dan retribusi;
b. pemberian kompensasi;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun saham;
f. penyediaan sarana dan prasarana;
g. kemudahan prosedur perizinan; dan
h. penghargaan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif diatur
dengan Peraturan Bupati.

77
Pasal 63

(1) Ketentuan disinsentif Pemerintah Daerah kepada pengembang kawasan,


diberikan dalam bentuk :
a. pembatasan penyediaan infrastruktur;
b. pengenaan kompensasi;
c. penalti; dan
d. pembatasan administrasi pertanahan.

(2) Disinsentif dari Pemerintah Daerah kepada masyarakat, dikenakan dalam


bentuk:
a. pengenaan pajak;
b. pembatasan penyediaan infrastruktur;
c. pengenaan kompensasi;
d. penalti; dan
e. pembatasan administrasi pertanahan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan disinsentif diatur
dengan Peraturan Bupati.

Bagian Kelima
Arahan Sanksi

Pasal 64

(1) Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) huruf d
merupakan acuan bagi pemerintah daerah dalam pengenaan sanksi
administratif kepada pelanggar pemanfaatan ruang.

(2) Pengenaan sanksi dilakukan terhadap :


a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang
dan pola ruang;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan RTRW kabupaten;
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW kabupaten;

78
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum;
dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang
tidak benar.

Pasal 65

(1) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2)


huruf a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g dikenakan sanksi
administratif berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.

(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (2)


huruf c dikenakan sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pembongkaran bangunan;
f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. denda administratif.

Pasal 66

Setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang
telah ditetapkan dapat dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.

79
BAB IX
KELEMBAGAAN

Pasal 67

(1) Dalam rangka koordinasi penataan ruang dan kerjasama antar wilayah,
dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan
Ruang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Keputusan Bupati.

BAB X
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
DALAM PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu
Hak Masyarakat

Pasal 68

Dalam kegiatan mewujudkan penataan ruang wilayah, masyarakat berhak:


a. mengetahui rencana tata ruang;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata
ruang;
d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap
pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di
wilayahnya;
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang;
dan
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau
pemegang izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang menimbulkan kerugian.

80
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat

Pasal 69

Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:


a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat
yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundangundangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 70

(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 69 dilaksanakan dengan mematuhi dan
menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan
ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dilakukan masyarakat secara
turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor
daya dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi, dan struktur
pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang
serasi, selaras, dan seimbang.

Bagian Ketiga
Peran Masyarakat

Pasal 71

Peran masyarakat dalam penataan ruang di Daerah dilakukan antara lain


melalui:
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

81
Pasal 72

Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf a


pada tahap perencanaan tata ruang dapat berupa :
a. memberikan masukan mengenai :
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah wilayah atau kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.

b. melakukan kerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau


sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

Pasal 73

Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf b


dalam pemanfaatan ruang dapat berupa:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama
unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang; dan
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan
ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan
memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta
memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
sumber daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 74

Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf c


82
dalam pengendalian pemanfaatan ruang dapat berupa :
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi;
c. pelaksanaan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan
pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah
ditetapkan; dan
e. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang
terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata
ruang.

Pasal 75

(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan secara


langsung dan/atau tertulis.

(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat


disampaikan kepada Bupati.

(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat
disampaikan melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati.

Pasal 76

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah daerah


membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat
diakses dengan mudah oleh masyarakat.

Pasal 77

Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

83
BAB XI
KETENTUAN PIDANA

Pasal 78

Setiap orang yang melanggar ketentuan Undang-Undang Penataan Ruang


akan ditindak sesuai dengn peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 79

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan


pelaksanaan yang berkaitan dengan Penatan Ruang Daerah yang telah
ada dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan
Daerah ini.

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :


a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan
masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai
dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan :
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut
disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan
Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan
penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan
perundang-undangan; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi
kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah
diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul
sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan
penggantian yang layak;

84
c. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan
bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan
ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah
ini, agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 80

(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dompu adalah 20
(dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun.

(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan


bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah
yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan, Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Dompu dapat ditinjau kembali lebih dari 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan
apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang
mempengaruhi pemanfaatan ruang kabupaten dan/atau dinamika
internal wilayah.

(4) Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan
terhadap bagian wilayah kabupaten yang kawasan hutannya belum
disepakati pada saat Peraturan Daerah ini ditetapkan, rencana dan album
peta sebagaimana dimaksud pada lampiran IV disesuaikan dengan
peruntukan kawasan hutan berdasarkan hasil kesepakatan Menteri
Kehutanan.

(5) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang
mengenai teknis pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah, diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.

85
Pasal 81

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Dompu.

Ditetapkan di Dompu
pada tanggal 2012.

BUPATI DOMPU,

H. BAMBANG M. YASIN

Diundangkan di Dompu
pada tanggal 2012
Plt. SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN DOMPU,

H. AGUS BUKHARI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DOMPU TAHUN 2012 NOMOR

86
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DOMPU
TAHUN 2011-2031

I. UMUM
Ruang pada dasarnya merupakan wadah atau tempat bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya untuk hidup dan melakukan kegiatannya, akan
tetapi jika ruang dikaitkan dengan pengaturannya, haruslah mengenal
batas dan sistemnya. Dalam kaitan tersebut, ruang wilayah Kabupaten
Dompu terdiri atas ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara.
1. Ruang wilayah Kabupaten Dompu sebagai unsur lingkungan hidup,
terdiri atas berbagai ruang wilayah yang masing-masing sebagai sub
sistem yang meliputi aspek alamiah (fisik), ekonomi, sosial budaya
dengan corak ragam dan daya dukung yang berbeda satu dengan
lainnya. Pengaturan pemanfaatan ruang wilayah yang didasarkan pada
corak dan daya dukungnya akan meningkatkan keselarasan,
keseimbangan sub sistem, yang berarti juga meningkatkan daya
tampungnya. Oleh karena itu, rencana tata ruang wilayah yang
disusun, haruslah dapat menampung segala kemungkinan
perkembangan selama kurun waktu tertentu.
2. Kabupaten Dompu secara umum dapat dikatakan mengalami
perkembangan yang cukup pesat, berbagai program pembangunan dan
kebijakan yang diambil juga menyesuaikan dengan dinamika dan
kebutuhan pembangunan, sehingga secara keseluruhan rencana tata
ruang yang ada dan telah disusun sebelumnya memerlukan beberapa
penyesuaian. Perubahan dalam skala nasional juga terjadi dengan
terbitnya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang yang menyebutkan bahwa dimensi waktu perencanaan adalah
20 tahun, dan setiap wilayah harus memiliki kawasan strategis.
Disamping itu, dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Provinsi Nusa
Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat, telah melahirkan kebijakan
pemanfaatan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang baru.
3. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dompu atau disebut RTRW
Kabupaten Dompu merupakan penjabaran strategi dan arahan
kebijakan pemanfaatan ruang wilayah Nasional dan Provinsi Nusa
Tenggara Barat dalam strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah
Kabupaten Dompu. Untuk mewujudkan RTRW Kabupaten Dompu,
selain menyusun konsep dan strategi pembangunan, RTRW Kabupaten

87
Dompu disusun berdasarkan kebijakan yang tertuang dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
4. Sistematika RTRW Kabupaten Dompu, memuat ketentuan sebagai
berikut :
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem
hirarki pusat pelayanan wilayah kota dan sistem jaringan prasarana
wilayah Kabupaten Dompu;
c. rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan
lindung wilayah kabupaten dan kawasan budidaya wilayah
kabupaten;
d. penetapan kawasan strategis Kabupaten Dompu;
e. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi
program utama tahunan dan lima tahunan; dan
f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan,
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
5. Secara khusus produk RTRW Kabupaten Dompu diharapkan mampu
menjadi bagian yang memberikan pemihakan kepada kebutuhan
masyarakat kabupaten untuk dapat mengakses peluang pembangunan
sosial, budaya dan ekonomi Kabupaten Dompu secara berkelanjutan
dan menggairahkan minat investasi.
6. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dompu disusun berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku Undang-Undang Nomor
26 tahun 2007 tentang penataan ruang khususnya terkait substansi
yang mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten, sebagai persyaratan teknis untuk dapat disahkan
sebagai Peraturan Daerah. Melalui penetapan Peraturan Daerah RTRW
Kabupaten Dompu, seluruh program pembangunan diharapkan dapat
mengacu payung hukum yang dimaksud sehingga tercipta tertib tata
ruang yang menjamin keberlanjutan Kabupaten Dompu kedepan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas

88
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Yang dimaksud dengan “rencana struktur ruang” dalam ketentuan ini
adalah gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada
akhir tahun rencana, yang mencakup struktur ruang yang ada dan yang
akan dikembangkan.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan arahan


perwujudan sistem perkotaan dalam wilayah kabupaten dan jaringan
prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan
skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem
jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan
sistem jaringan sumberdaya air.

Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Bandar Udara Khusus dimaksud dalam Peraturan Daerah ini
adalah bandar udara yang hanya digunakan untuk melayani
kepentingan sendiri untuk menunjang kegiatan usaha
pokoknya.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas

89
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan Microdigital adalah digunakan
untuk menggambarkan proses transfer berkas
pemindahan data elektronik antara dua computer atau
system serupa lainnya. Sedangkan serat optic adalah
saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari
kaca atau plastic yang sangat halus dan lebih kecil dari
sehelai rambut dan dapat digunakan untuk
mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke
tempat lain. Sumber cahaya yang digunakan biasanya
adalah laser.
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Sebaran lokasi dan kriteria TPST, dan/atau TPA ditentukan
berdasarkan persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan pemerintah melalui SNI Nomor 03-3241-1994
tentang Tatacara Pemilihan Lokasi TPA sampah, dan peraturan
perundang-undangan terkait lainnya.
Yang dimaksud dengan Reduse (mengurangi) adalah kegiatan
mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya
sampah. Contoh: ketika belanja membawa kantong
plastik/keranjang dari rumah, mengurangi kemasan yang tidak
perlu menggunakan kemasan yang bisa didaur ulang.

90
Yang dimaksud dengan Reuse (pemanfaatan ulang) adalah
kegiatan menggunakan kembali sampah yang masih dapat
digunakan baik untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya.
Yang dimaksud dengan Recycle (mendaur ulang) adalah
mengolah sampah menjadi produk baru.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Pengolahan air limbah dalam ketentuan ini adalah
bertujuan untuk pengurangan, pemanfaatan kembali dan
pengolahan bagi limbah dari kegiatan permukiman,
perkantoran dan kegiatan ekonomi dengan
memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku.
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
RTH di Kabupaten Dompu mengacu pada UU No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang Wilayah Pasal 29
diperuntukan seluas 30% dari luas wilayah Kota terbagi atas
Ruang Terbuka Hijau Publik 20% dan Ruang Terbuka Hijau
Private 10%. Tujuan RTH di kawasan perkotaan yakni untuk:
a. menjaga ketersediaan lahan resapan air;

91
b. menciptakan aspek planologis perkotaan melalui
keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan
binaan yang bermanfaat untuk masyarakat;
c. meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai
sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman,
nyaman, segar, indah dan bersih.
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan potensi pertambangan adalah data
tentang keberadaan sumberdaya baik mineral logam, mineral
bukan logam dan batuan yang tersebar di wilayah
perencanaan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan eksisting pertambangan adalah
Badan Usaha (Swasta, BUMN, BUMD), Koperasi atau

92
perorangan (perusahaan Perseorangan, Perusahaan Firma,
atau Perusahaan Comanditier) yang telah diberikan izin
usaha oleh pemerintah, baik pada tahap eksploitasi maupun
pada tahap operasi produksi.
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Ayat (9)
Cukup jelas
Ayat (10)
Cukup jelas
Ayat (11)
Cukup jelas
Ayat (12)
Cukup Jelas
Ayat (13)
Cukup Jelas
Pasal 34
Ayat (1)
Huruf a
Kriteria Industri dimaksud disini mengacu pada SK
Dir. BI. No. 30/45/Dir/UK tanggal 5 Januari 1997,
bahwa industri sedang asetnya lebih kecil dari
Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) untuk
sektor industri. Asset lebih kecil dari Rp. 600 Juta
untuk sektor non-industri Manufacturing. Omzet
tahunan lebih kecil dari Rp 3 Milyar.
Departemen Perindustrian menyebutkan bahwa
industri sedang omzet penjualan antara
Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) sampai
Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Industri rumah tangga yang lazim dikenal dengan
Industri Mikro adalah Kelompok industri yang tumbuh
ditengah masyarakat secara informal dengan
menggunakan sumberdaya yang mereka miliki.
Huruf b
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 35

93
Cukup jelas

Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Ayat (1)
Huruf a
Kawasan perdagangan & Jasa yang direncanakan
dikembangkan di Kecamatan Dompu adalah skala
lokal dan regional.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Huruf a
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) dalam
ketentuan ini adalah merupakan Wilayah Kawasan
Pengembangan Terpadu (KAPET) Bima. KAPET Bima meliputi
3 (tiga) daerah otonom yaitu Kabupaten Bima, Kota Bima dan
Kabupaten Dompu.
Huruf b
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)

94
Cukup jelas

Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) dalam ketentuan ini
adalah kawasan konservasi laut yang berada diwilayah
kabupaten dan/atau lintas desa yang memiliki kepentingan
konservasi. KKLD di Kabupaten Dompu ditetapkan dengan
Peraturan Bupati Nomor 34 Tahun 2010.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Indikasi program dalam ketentuan
ini menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan
untuk mewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang
wilayah provinsi. Selain itu, juga terdapat kegiatan lain, baik
yang dilaksanakan sebelumnya, bersamaan dengan, maupun
sesudahnya, yang tidak disebutkan dalam Peraturan Daerah
ini.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Cukup jelas
Pasal 48
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKR) adalah
Wilayah Perairan dan Daratan pada pelabuhan yang

95
dipergunakan secara langsung untuk kegiatan
Pelabuhan.

Huruf d
Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKP)
adalah Wilayah Perairan dan Daratan di sekeliling
daerah lingkungan kerja pelabuhan umum yang
dipergunakan untuk menjamin keselamatan
pelayaran.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Menara adalah bangunan khusus yang berfungsi sebagai
sarana penunjang untuk menempatkan peralatan
telekomunikasi yang di desain atau bentuk konstruksinya
disesuaikan dengan keperluan penyelenggaraan
telekomunikasi.
Pembangunan menara sesuai dengan Peraturan Menteri
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor:
02/PER/M.KOMINFO/3/2008 tentang Pedoman
Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama
Telekomunikasi menyebutkan bahwa pembangunan menara
dapat dilaksanakan oleh penyelenggara telekomunikasi,
penyedia menara dan /atau kontraktor menara.
Pembangunan Menara harus sesuai dengan standar baku
tertentu untuk menjamin aspek keamanan dan keselamatan
aktivitas kawasan di sekitarnya dengan memperhitungkan
faktor-faktor yang menentukan kekuatan dan kestabilan
konstruksi Menara, antara lain :
a. tempat/space penempatan antena dan perangkat
telekomunikasi untuk penggunaan bersama;
b. ketinggian Menara;
c. struktur Menara;
d. rangka struktur Menara;

96
e. pondasi Menara;
f. kekuatan angin; dan
g. bahan strukur menara.
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
IPAL teknologi modern bangunan 4 (empat) lantai
adalah salah satu sistem pengolahan limbah melalui
saluran instalasi vertikal (SHAFT) dan disalurkan ke
lantai lain dengan mesin pompa atau dapat secara
gravitasi.
Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
Cukup Jelas
Pasal 57
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Produksi hasil hutan dari kegiatan budidaya tanaman dan
hutan alam dimaksudkan untuk mendukung kebijakan

97
moratorium logging dalam kawasan hutan serta mendorong
berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang di awali
dengan kegiatan penanaman (rehabilitasi hutan).
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Ayat (8)
Cukup Jelas
Ayat (9)
Cukup Jelas
Ayat (10)
Cukup Jelas
Ayat (11)
Cukup Jelas
Ayat (12)
Cukup Jelas
Ayat (13)
Cukup Jelas
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Ijin Pemanfaatan ruang berikan untuk:
a. Menjamin bahwa pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata
ruang, peraturan zonasi dan standar pelayanan minimal bidang
penataan ruang;
b. Mencegah dampak negatif dari pemanfaatan ruang;
c. Melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas.
Pasal 60
Yang dimaksud dengan insentif dalam ketentuan ini kemudahan
yang diberikan terhadap pemberian izin pemanfaatan ruang untuk
mendorong tercapainya perlindungan terhadap kawasan
perencanaan.
Yang dimaksud dengan disinsentif dalam ketentuan ini adalah
pengekangan yang dilakukan terhadap pemberian izin pemanfaatan
ruang untuk membatasi kecenderungan perubahan dalam
pemanfaatan ruang.

98
Pemberian insentif dan disinsentif dalam penataan ruang ditujukan
untuk:
a. Meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam
rangka mewujudkan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang;
b. Memfasilitasi kegiatan pemanfaatan ruang agar sejalan dengan
rencana tata ruang; dan
c. Meningkatkan kemitraan semua pemangku kepentingan dalam
rangka pemanfaatan ruang sejalan dengan rencana tata ruang.
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a
Keringanan retribusi yang dimaksud dalam
ketentuan ini adalah pemberian keringanan
pembayaran pajak dan atau retribusi terhadap
pemanfaatan ruang.
Huruf b
Pemberian kompensasi yang dimaksud dalam
ketentuan ini adalah pemberian imbalan pada
masyarakat yang tidak merubah pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan kebijakan operasional.
Huruf c
Pemberian imbalan yang dimaksud dalam ketentuan
ini adalah pemberian balas jasa pada masyarakat
yang mematuhi ketentuan pemanfaatan ruang.
Huruf d
Sewa ruang yang dimaksud dalam ketentuan ini
adalah masyarakat berhak mendapatkan sewa ruang
sebagai akibat dari pemanfaatan ruang yang sesuai
fungsi dan dilakukan oleh pihak lain, menurut
ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama
Huruf e
Urun saham yang dimaksud dalam ketentuan ini
adalah masyarakat berhak mendapatkan bagian
saham dari kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai
fungsi dan dilakukan oleh pihak lain, menurut
ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama.
Huruf f
Penyediaan sarana dan prasarana yang dimaksud
dalam ketentuan ini adalah penyediaan sarana dan

99
prasarana untuk mendukung pengembangan fungsi
ruang yang telah ditetapkan.
Huruf g
Kemudahan prosedur perizinan yang dimaksud
dalam ketentuan ini adalah kemudahan dalam
proses perizinan bagi pemanfaatan ruang yang
sesuai dengan fungsinya untuk mendukung
pengembangan fungsi ruang yang telah ditetapkan.
Huruf h
Penghargaan yang dimaksud pada ketentuan ini
adalah penghargaan yang diberikan kepada
masyarakat yang mematuhi ketentuan pemanfaatan
ruang.
Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Peraturan yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan
tentang penataan ruang.
Pasal 67
Cukup jelas
Pasal 68
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Bila dalam suatu pemanfaatan ruang terdapat hasil/
manfaat maka masyarakat dalam suatu wilayah berhak
untuk ikut menikmati hasil/manfaat ruang dan/atau
pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang
dalam bentuk yang diatur lebih lanjut dalam peraturan
perundang-undangan.
Huruf d
Bila dalam suatu pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
Rencana Tata Ruang menyebabkan masyarakat sekitar
mendapatkan kerugian, maka masyarakat berhak
memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang
dialaminya.
Huruf e

100
Cukup jelas

Huruf f
Cukup Jelas
Pasal 69
Cukup Jelas
Pasal 70
Cukup Jelas
Pasal 71
Cukup Jelas
Pasal 72
Cukup Jelas
Pasal 73
Cukup Jelas
Pasal 74
Cukup Jelas
Pasal 75
Cukup Jelas
Pasal 76
Cukup Jelas
Pasal 77
Cukup Jelas
Pasal 78
Cukup Jelas
Pasal 79
Cukup Jelas
Pasal 80
Cukup Jelas
Pasal 81
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR

101
LAMPIRAN I.1
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031

RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN DOMPU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

a. Jalan Nasional (sesuai lampiran SK Menteri PU Nomor 630/Kpts/M/2009)

Fungsi
Panjang Arteri K-1
No Ruas Jalan Sistem Jaringan
(km)
(km) (km)
1 021 Km. 70.00 – Bts Dompu 60.652 60.652 Lintas Utama P.
Sumbawa
2 022 Bts Dompu – Banggo 38.234 38.234 Lintas Utama P.
Sumbawa
3 023 Banggo – Dompu 13.424 13.424 Lintas Utama P.
Sumbawa
4 023 11 K Jl Lintas Sumbawa (SP Tiga 6.360 6.36 Lintas Utama P.
Madaprama) Dompu 0 Sumbawa
5 023 12 K Jl Diponegoro (Bts Kota) 8.176 8.17 Lintas Utama P.
Dompu 6 Sumbawa
6 023 13 K Jl. Imam Bonjol (Dompu) 0.963 0.96 Lintas Utama P.
3 Sumbawa
7 023 14 K Jl Teuku Umar (Dompu) 1.164 1.16 Lintas Utama P.
4 Sumbawa
8 023.15 K Jl. Hasanudin (Dompu) 6.272 6.27 Lintas Utama P.
2 Sumbawa
9 023.16 K Jl. Sudirman (Dompu) 0.331 0.33 Lintas Utama P.
1 Sumbawa
10 023.17 Jl. Soekarno Hatta (Dompu) 0.586 0.8 0.58 Lintas Utama P.
6 Sumbawa
11 023.18 K Jl. Achmad Yani (Dompu) 2.541 2.54 Lintas Utama P.
1 Sumbawa
12 024 Kota Dompu – Sila 24.564 24.564 Lintas Utama P.
Sumbawa
13 024.11 K Jl Balibunga-Madaprama 8.900 8.90 Lintas Utama P.
0 Sumbawa
14 024.12 K Jl. Syeh Muhammad (Dompu) 3.302 3.30 Lintas Utama P.
2 Sumbawa
15 040 Dompu-Hu’u 35.1 Lintas Utama P.
Sumbawa
16 040.11 K Jl. Bayangkara (Dompu) 2.5 Lintas Utama P.
Sumbawa
17 Jl. Tekukur (Dompu) 2 2 Lintas Utama P.
Sumbawa

102
b. Jalan Provinsi di Kabupaten Dompu (sesuai dengan Kepmen Kimpraswil No.
376/KPTS/M/2004 A Tanggal 19 Oktober 2004)

Panjang
Nomor Fungsi
No. Ruas Jalan (km) Status
Ruas K-2 K-3
1 39 Sp. Banggo – Kempo 15.16 15.16 Lintas Utama P.
Sumbawa
2 40 Dompu – Hu’u 37.51 37.51 Lintas Utama P.
Sumbawa
3 040. 11. Jln. Gajah Mada 0.25 0.25 Lintas P. Sumbawa
K
4 040.12.K Jln. Bayangkara 2.50 2.50 Lintas P. Sumbawa
5 040. 13. Jln. Somokling 1.75 1.75 Lintas P. Sumbawa
K
6 055 SP. Kempo-Simpang 18.19 Lintas P. Sumbawa
Kore
7 65 Hu’u – Parado 16.00 16.00 18.19 Lintas Selatan P.
Sumbawa
8 068.3 Sekokat – Mbawi 40 40 Lintas Utama P.
Sumbawa
9 070.1 Kempo-Kesi-Hodo 25.80 25.80 Lintas Utama P.
Sumbawa
10 070.2 Hodo-Doropeti 33.10 33.10 Lintas Utara P.
Sumbawa
11 070.3 Doropeti – Lb. Kenanga 34.24 34.24 Lintas Utara P.
Sumbawa
12 070.7 SP. Kore-Kiwu 27.90 27.90 Lintas Utara P.
Sumbawa
13 065 Hu’u- Parado 20.14 20.14 4.96 Lintas Utama P.
Sumbawa
14 070.4 Lb. Kenanga–Kawinda 41.26 41.26 Lintas Utara P.
To’i Sumbawa
15 40.11 K Jln. Bayangkara 2.50 Lintas Utama P.
Sumbawa
16 40 Dompu-Hu’u 1.06 1.06 Lintas Utama P.
Sumbawa
17 Jln. Tekukur 2.20 2.20 Lintas Utama P.
Sumbawa
Total Kabupaten Dompu 319.36 295.61 26,41

103
c. Ruas Jalan Kabupaten di Kabupaten Dompu

Tipe Perkerasan
NO. Nama Nama Titik Titik Panjang
RUAS Pangkal Ujung Pengenal Pengenal Ruas Aspal Kerekil Tanah
pangkal Ujung (Km) (A) (K) (T)

1 2 3 4 5 6 7,1 7,2 7,3


01 O'O KARAMABURA JL.KM.62.85 RB HUTAN 10,00 6,00 4,00
02 SAKOLO SANEO 401/401/404 SUMBER/AIR SANEO 8,60 8,60
03 RASANGGARO RABABAKA JL.KM.71.20 RB BENDUNG BAKA 3,90 3,90
04 SORIUTU TANJU JL.KM.85.5 RB SD.TANJU/64/65 7,00 7,00
09 BARA WOJA JL.KM.75.0 RB MUARA S. WOJA 12,73 12,43 0,30
10 ADU RASABOU JL.KM.89.23 RB JP.KM.91.02 RB 7,50 7,50
12 SIMPANG JAMBU SIMPANG WAWOROI 13/13/21 10/10 7,00 6,60 0,40
13 RANGGO JAMBU JP.KM.73.77 RB LAUT/52 10,00 10,00
14 RABALAJU MBAWI JL.KM.66.50 RB TPI/LAUT 9,30 9,30
15 MONTA MBAWI JL.KM.69.91 RB 14/14 5,50 5,50
20 BUNA MADAPRAMA JL.KM.79.90 RB PMDN MADAPRAMA 0,80 0,80
21 MBAWI JAMBU 14/14 13/13/12 10,00 10,00
22 BANGGO DOROKOBO JL.KM.92.00 RB JP.KM.91.00 RB 4,10 1,00 3,10
23 KWANGKO LABUHAN BAJO JN.KM.117 RB LAUT 3,00 3,00
25 KAMBU TAROPO 06/06/JP KM. RB SD TAROPO 7,00 7,00
27 KAROMBO KADINDI JP.KM.169.6 RB 31/UT JBT 4,60 4,60
28 DOROKOBO LANCI JP.KM.90.68 RB 05/05/JP 7,63 0,63 7,00
29 SORIUTU LANCI JP.KM.86.10 RB 05/05/JP 5,80 5,80
30 SAKA RASANGGARO JN.KM.63.86 RB 418/418 2,00 2,00
31 KADINDI PANCASILA 27/UT JBT SD. PANCASILA 5,60 1,50 4,10
32 TA'A NCIHU JP.KM.95.50 RB LAUT/61 3,80 0,50 3,30
34 DEPA WOKO JP.KM.79.86 RB SD MASJID WOKO 4,00 4,00
35 KEMPO SAMBI JP.KM.96.22 RB 11/11 2,60 0,50 2,10

104
Tipe Perkerasan
NO. Nama Nama Titik Titik Panjang
RUAS Pangkal Ujung Pengenal Pengenal Ruas Aspal Kerekil Tanah
pangkal Ujung (Km) (A) (K) (T)

1 2 3 4 5 6 7,1 7,2 7,3


36 RASABOU WAWOROI 10/10 10/10 3,50 3,50
37 SIMPANG LATONDA SIMPANG KADINDI 26/26 27/27/JP KM.RB 7,20 1,50 5,70
38 SIMPANG PEKAT DORO TAMBORA 26/26 HUTAN 20,20 20,20
39 KADINDI GARUDA 26/26 MASJID GARUDA 4,50 0,50 4,00
40 SIMPANG TONDA RASANAE 27/27 MASJID RASANAE 0,70 0,70
41 SIMPANG TONDA MBUNCU 09/09 MB TONDA SELATAN 2,55 2,55
42 O'O LEPADI 09-Sep JP KM71 RB 10,20 10,20
44 LAKEY NANGA DORO 10/10 JP KM110 RB 6,00 6,00
45 TANJU TAROPO O4/04/54 25/25 8,50 8,50
46 DORO CUMPA RAGI 418/418 15/15 4,00 4,00
47 JAMBU TOA 13/13 12/12 4,50 4,50
48 DEPA TOA JP.KM.79 RB 47/47 5,00 5,00
49 LASI WAE JP.KM.130.RB EMBUNG WAE 2,00 2,00
50 KWANGKO MATA JP.KM.115.5 RB BATAS SUMBAWA 6,00 3,50 2,50
51 MONTA WAWOBAKA JP.KM.71.7.RB PANTAI 7,00 3,50 3,50
52 PANDAI JAMBU 21/21 13/13 3,00 3,00
53 LANCI I TANJU 29/29 O4/DS. TANJU 6,00 6,00
54 SP. RASA BOU JALA JP.KM.91.5.RB 10/10 2,50 2,50
55 DORO PETI KASI PAHU JP.KM.160.RB 57/DAM KASI PAHU 5,00 5,00
56 SP SORINOMO SORI NOMO I 65/65 57/57 2,90 2,90
57 KASI PAHU DORO TAMBORA DAM KASIPAHU 38/38 15,00 15,00
58 PANCASILA DORO TAMBORA 31/69 38/57 15,00 15,00
59 BUNCU RASA NAE 40 41 1,00 1,00
60 WOJA RIA 09/09 LAUT 6,00 6,00
62 LANCI / SPA SUKA DAMAI JP.KM.43.6.RB S. SUKA DAMAI 2,70 2,70
63 LANCI / SPB NUSA JAYA 05/05 64/64 3,30 3,30
64 LANCI / SPC LANCI III JP.KM.97.5 53/53 4,00 4,00

105
Tipe Perkerasan
NO. Nama Nama Titik Titik Panjang
RUAS Pangkal Ujung Pengenal Pengenal Ruas Aspal Kerekil Tanah
pangkal Ujung (Km) (A) (K) (T)

1 2 3 4 5 6 7,1 7,2 7,3


65 SORI NOMO I SORI NOMO II 24/24/JP 24/24/JP 10,00 10,00
67 RASANGGARO MADA PRAMA 03-Mar 20 7,00 7,00
68 SORO KESI JN.KM.98.RB JP KM 106.5RB 6,00 1,50 4,50
69 PANCASILA KANANGA 31 SP.JL. PROV. 10,00 10,00
70 SANEO KARAMABURA 02/02 01/01 7,20 7,20
71 SP SIMPASAI SANEO JN.KM. 68 RB SP. SANOE/02/70/66 9,00 5,60 3,40
72 BALI BUNGA RASANGGARO JN.JL TEKUKUR 03/03 3,00 3,00
73 PELITA DOROTANGGA JP.JL.NUSANTARA JN.KM. 64.5 RB 2,00 2,00
74 NOWA MATUA JN.KM.73 RB JN.KM.71.5 RB 5,00 0,70 1,70 2,60
75 PANCASILA GARUDA 31/31 39/39 3,00 3,00
76 BARA SELAPARANG JN .KM. 75 RB 03/03 5,00 1,50 3,50
77 TA,A DAM KEMPO JP.KM. 96.2 RB DAM KEMPO 4,70 4,70
78 KADINDI NANGANMIRO JP.KM 193.6 RB 69/69 4,00 4,00
79 KARANG JULI SORI KALATE 39/39 37/37 3,50 3,50
80 BARA KABUNTU JP.KM.71.4 RB SD. KABUNTU 1,80 1,80
81 UMASILE KABUNTU 09//09 80/80 1,30 1,30
82 KARAMA BURA DS. KARAMABURA 01/01 DS. KARAMABURA 1,50 1,50
83 KARAMA BURA RORA 01/01 BEN. RORA 1,20 1,20
84 LAKEY I LAKEY II JP.KM.104.8 RB PANTAI LAKEY 0,85 0,85
85 LASI MALAJU JP.KM. 134.2 RB JP. KM.129.7 RB 2,00 2,00 -
86 LASI KIWU JP. KM.132.6 RB HUTAN ROTAN 6,50 2,00 4,50
87 KESI TOLOKALO JP.KM. 101.1 RB PANTAI TOLOKALO 0,75 0,75
88 CALABAI VENEER JP.KM. 158 RB DERMAGA CALABAI 1,20 1,20
89 NANGAMIRO I NANGAMIRO II JP.KM. 194.4 RB PANTAI NANGAMIRO 2,06 2,06
90 SORI UTU ANAMINA JP. KM 84.2 RB JN.KM.88.85 RB 3,00 1,00 2,00
91 TA,A DARMASARI JP.KM 90.5 RB KP. DARMASARI 1,60 1,60
92 TA,A DS. TA'A JP. KM. 93.8 RB DS. TA'A 1,10 1,10
93 MERPATI KUNCI MOKA JP. KM.69.1 RB 71/71 3,00 1,50 1,50
94 BOLONDURU SORATO 15/15 69/69 3,50 3,50

106
Tipe Perkerasan
NO. Nama Nama Titik Titik Panjang
RUAS Pangkal Ujung Pengenal Pengenal Ruas Aspal Kerekil Tanah
pangkal Ujung (Km) (A) (K) (T)

1 2 3 4 5 6 7,1 7,2 7,3


95 BUNCU SELAPARANG JN. KM. 72 RB 76/76 1,90 1,90
96 NOWA SO NOWA JLN. KM. 74 RB 95/95 2,30 2,30
97 RIA MATA DS. RIA 50/50 10,00 10,00
98 SORO NAPA JP.KM. 91 RB JN.KM 112 RB 10,00 10,00
SP. JL. SYEK
401 SP.JL. KARIJAWA 413/413 JL. SYEK MUHAMMAD 1,10 1,10
MUHAMMAD
402 JALAN MAHONI JN.KM. 65.50 RB JBT. SORISILO I 1,30 1,30
404 JALAN LELE SP. JL. MUJAIR SP. JL. UDANG 1,10 1,10
406 JALAN MUJAIR SP. JL. UDANG JBT. SORI SILO I 0,40 0,40
407 JALAN CEMARA SP. JL. MAHONI SP. MAHONI 0,75 0,75
408 JALAN ASAM SP. JL. MAHONI JL. SONOKLING 0,40 0,40
409 JALAN BERINGIN JP. KM. 65.80 RB SP. JL. SONOKLING 0,20 0,20
410 JALAN WIRA BHAKTI SP. MAHONI SP.JL.SOEKARNO HATA 0,10 0,10
411 JALAN KUPU-KUPU SP. SOEKARNO HATA SP.JL. NUSANTARA 0,30 0,30
412 JALAN KARTINI JP.KM. 66.26 RB SP.MANURU BATA 0,80 0,80
413 JLN. LINGKAR KARIJAWA JN.KM.67.30 RB JN.KM.67.30 RB 0,50 0,50
414 JALAN PANJAITAN 412/412 412/412 1,00 1,00
415 JALAN MERPATI SP. JL. TEKUKUR SP. JL.TEKUKUR 0,60 0,60
416 JALAN RAJAWALI SP. JL. TEKUKUR SP. JL.TEKUKUR 0,70 0,70
417 JALAN KAKATUA SP.JL. RAJAWALI SP. JL. RAJAWALI 1,20 1,20
418 KANDAI II KANDAI I 14/14 14/14 5,75 5,75
419 POTU KANDAI I 418/418 418/418 0,50 0,50
420 KAREKE JERO JERO/42 JERO/42 5,00 5,00
421 BALI I SP. JL.UDANG SP.JL. RAJAWALI 3,00 3,00
421 KARIJAWA KANDAI I 418 418 3,00 3,00
422 JALAN BANDENG SP.JL. MAHONI SP.JL. MAHONI 0,30 0,30
423 JALAN PASAR SP. JL. KARTINI SP.JLN.KARTINI 0,10 0,10
424 JALAN MANURU BATA SP. SUDIRMAN SP.SUDIRMAN 0,25 0,25
425 JL. SYEK ABDUL GANI SP. NUSANTARA KP. MAGENDA 0,30 0,30

107
Tipe Perkerasan
NO. Nama Nama Titik Titik Panjang
RUAS Pangkal Ujung Pengenal Pengenal Ruas Aspal Kerekil Tanah
pangkal Ujung (Km) (A) (K) (T)

1 2 3 4 5 6 7,1 7,2 7,3


426 JALAN MELATI SP.JL. SUDIRMAN SP.KH.AHMAD DAHLAN 0,15 0,15
427 SP. JL UDANG SP.JL SYEH MUHAMMAD 0,30 0,25 0,05
428 KANDAI II SP.JL.HASANUDDIN SP.JL.TEKUKUR 1,00 1,00
429 KANDAI I 418/418 JL. LINTAS SUMBAWA 2,00 2,00
430 KARIJAWA 413/413 SP.JL. HASANUDDIN 2,00 2,00
431 JALAN UDANG SP.JL.HASANUDDIN SP. JL. LELE 1,00 1,00
432 JALAN KEMIRI SP.JL. LELE SP. MAHONI 0,50 0,50
433 JL. SOEKARNO HATTA JL. JEND. SUDIRMAN SP.JL.GAJAH MADA 0,20 0,20
434 JL. JEND. SUDIRMAN JL. HASANUDDIN 433 0,23 0,23
435 JALAN HANUDDIN 434 SP. JL. TEKUKUR 3,05 3,05
436 JL. PENDIDIKAN KANDAI II JN.KM. 417 0,30 0,30
437 JALAN PINUS 432/469 402 0,24 0,24
438 JALAN PURE SEGARE 401 0,67 0,67
439 JALAN KELELAWAR 0,85 0,85
901 OWO DORO CUMPA 14/14 418/418 3,10 3,10
902 KATUA DORO KORE 2,30 2,30
903 RANGGO SOMADU NATA JP KM74.4 RB SO MADU NTANA 1,00 1,00
904 SO PIRILEMBO SO EMPUNGGALA JP.KM. 75/3 RB DS. SO EMPUNGGA 1,00 1,00
905 LODO PAJAKSI JP KM92.7 RB 907/907 1,10 1,10
906 LODO SO JALA JP KM 90.2 RB 10/10 2,30 2,30
907 JALA NANGASIA JP KM 93.8 RB 10/10 3,30 3,30
908 DAHA SO MANGGENAE JP KM 94.8 RB DS. SO MANGGENAE 2,70 2,70
909 DONGGO RASA WADU BURA 09/09 DS. SO WADUBURA 3,60 3,60
910 MONTA BARU BOLO JN KM 80.8 RB DS. BOLO 3,50 3,50
911 LANCI 1 LANCI II JP KM 84.3 RB 29/29 3,18 3,18
912 LANCI II SO LANCI II JP KM 83.7 RB DS SO LANCI II 1,00 1,00
913 SO LANCI II LANCI II 911/911 DS SO LANCI II 0,50 0,50
914 K A D U S II KADUS III 28/28 DS. KADUS III 1,25 1,25
915 CAKRA BARU SO TA,A JP KM 83.2 RB DS. SO TA.A 0,95 0,95

108
Tipe Perkerasan
NO. Nama Nama Titik Titik Panjang
RUAS Pangkal Ujung Pengenal Pengenal Ruas Aspal Kerekil Tanah
pangkal Ujung (Km) (A) (K) (T)

1 2 3 4 5 6 7,1 7,2 7,3


916 SUKA DAMAI SO TA,A 62/62 915/915 0,95 0,95
917 KATUA DORO KORE JN.KM58.RB DS. DORO KORE 2,30 2,30
918 RANGGO SO MPUNGGA 8,00 8,00
919 DAHA SO SORI NA'E DAHA 7,20 7,20
920 SORI NA'E DAHA NANGA SIA 3,00 3,00
921 DAHA SO MANGGENA'E 1,30 1,30
TOTAL 530,34 201,13 149,16 180,05

BUPATI DOMPU,

H. BAMBANG M. YASIN

109
LAMPIRAN I.2
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031

Rencana Hirarki Simpul Transportasi Kabupaten Dompu


No. Jenis Simpul Hirarkhi Tujuan
Eksternal
1. Rencana Pembangunan
Bandar Udara
Bandar Udara Khusus
2 Pelabuhan Penyeberangan
Calabai Pelabuhan Penyeberangan Padangbai, Ende
Kempo Pelabuhan Penyeberangan Bajo, Ende
Soro Adu Pelabuhan Penyeberangan Lembar, Waingapu, Ende dan
Kupang
Kilo Pelabuhan Penyeberangan Badas, Lembar, dan Bima
3 Pelabuhan laut
Calabai Pelabuhan Utama Tersier Lb. Badas, Benete, Lembar
Kempo Pelabuhan Tersier Lb. Badas
Cempi Pelabuhan Tersier Lb. Lembar, Lb. Wai-ngapu, Lb.
Ende Lb. Kupang
Kilo Pelabuhan Tersier Lb. Badas, Lb. Lembar, Lb. Bima
4 Terminal
Ke daerah lain yang memiliki
Ginte Terminal B
hubungan perdagangan.
Internal
1 Pelabuhan Penyeberangan
Kempo Pelabuhan Penyeberangan Calabai
Calabai Pelabuhan Penyeberangan Kempo
2 Terminal
Manggelewa Terminal C Terminal Ginte
Kempo Terminal C Terminal Ginte
Calabai Terminal C Terminal Ginte
Kilo Terminal C Terminal Ginte
Hu’u Terminal C Terminal Ginte
Pajo Terminal C Terminal Ginte

BUPATI DOMPU,

H. BAMBANG M. YASIN

110
LAMPIRAN I.3
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031

SISTEM JARINGAN ENERGI DAN KELISTRIKAN

a. Pembangkit Listrik

Potensi Jumlah %
Pembangkit Wilayah Layanan
Pelanggan Pelanggan Layanan
- PLTD Dompu Kec. Dompu, Woja, Pajo, Hu’u, 36.878 14.723 39,92%
dan Manggelewa
- PLTD Kempo Kec. Kempo 4.397 1.767 46,12%
- PLTD Kwangko Kec. Manggelewa (Desa 497 147 29,58%
Kwangko)

- PLTD Pekat Kec. Pekat 8.160 1.938 23,75%


- PLTD Sanggar Kec. Kilo 2.841 900 31,68%

b. Rencana pengembangan Ketenagalistrikan diKabupaten Dompu


No. Jenis Pembangkit Keterangan
1 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) - PLTD Dompu
- PLTD Kempo
- PLTD Kwangko
- PLTD Pekat
- PLTD Sanggar
2 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Doropeti, P. Bajo, Soriutu
3 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Dompu, Woja, Hu’u, Pekat
(PLTMH)
4 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Kilo, Pekat, Hu’u, Woja
5 Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Pusat Listrik Tenaga Panasbumi
(PLTP) Hu’u
6 Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) Ria-Woja
7 Pembangkit Listrik Tenaga Bio Energi (PLTBE) Seluruh wilayah Kabupaten
Dompu

111
c. Perkiraan Kebutuhan Energi Listrik Kabupaten Dompu Tahun 2020 – 2031
Jmlh
Tipe Rumah Kebutuhan Daya Terpasang
Kbutuhan Total
Jumlah Sarana Jalan
Listrik Kebutuhan
No Kecamatan Penduduk Type Type Type Type Type Type 25% 15%
untuk
(Jiwa) Besar Sedang Kecil Besar Sedang Kecil (KW) (KW)
Rumah
(unit) (unit) (unit) 1300 900 450 KW MW
(KW)
TA HU N 2 0 2 0
1. Hu’u 18,001 361 1,081 2,161 470 973 973 2,416 604 362 3,382 3.4
2. Pajo 13,288 266 798 1,595 346 719 718 1,783 446 267 2,496 2.5
3. Dompu 57,573 1,152 3,455 6,909 1,498 3,110 3,110 7,718 1,930 1,158 10,805 10.8
4. Woja 59,641 1,193 3,579 7,157 1,551 3,222 3,221 7,994 1,999 1,199 11,192 11.2
5. Kilo 14,072 282 845 1,689 367 761 761 1,889 472 283 2,645 2.6
6. Kempo 18,975 380 1,139 2,277 494 1,026 1,025 2,545 636 382 3,563 3.6
7. Manggelewa 32,045 641 1,923 3,846 834 1,731 1,731 4,296 1,074 644 6,014 6.0
8. Pekat 39,586 792 2,376 4,751 1,030 2,139 2,138 5,307 1,327 796 7,430 7.4
TA HU N 2 0 3 1
1. Hu’u 20,202 405 1,213 2,425 527 1,092 1,092 2,711 678 407 3,795 3.8
2. Pajo 14,037 281 843 1,685 366 759 759 1,884 471 283 2,638 2.6
3. Dompu 66,421 1,329 3,986 7,971 1,728 3,588 3,587 8,903 2,226 1,335 12,464 12.5
4. Woja 68,943 1,379 4,137 8,274 1,793 3,724 3,724 9,241 2,310 1,386 12,937 12.9
5. Kilo 16,412 329 985 1,970 428 887 887 2,202 551 330 3,083 3.1
6. Kempo 19,826 397 1,190 2,380 517 1,071 1,071 2,659 665 399 3,723 3.7
7. Manggelewa 36,970 740 2,219 4,437 962 1,998 1,997 4,957 1,239 744 6,940 6.9
8. Pekat 50,773 1,016 3,047 6,093 1,321 2,743 2,742 6,806 1,702 1,021 9,528 9.5

BUPATI DOMPU,

H. BAMBANG M. YASIN

112
LAMPIRAN I.4
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031

RENCANA PENGEMBANGAN TELEKOMUNIKASI

a. Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi di Kabupaten Dompu

Jenis Jaringan Lokasi


 Dompu-Ambalawi sepanjang 40 km.
 Kempo ke masing-masing: Kesi (24 km), So Nggaja
(38 km) dan Tolokalo (29 km).
Jaringan Mikro Digital  Kilo ke masing-masing Karama (21 km) dan Kiwu
Perkotaan di Kabupaten (28 km)
Dompu  Manggalewa-Nangatumpu sepanjang 30 km
 Pajo-UPT Woko sepanjang 20 km
 Pekat ke masing-masing: Pancasila (15 km) dan
Tambora (20 km).

b. Rencana Kebutuhan Telekomunikasi Kabupaten Dompu

Rencana Kebutuhan Telekomunikasi


Jumlah
No Kecamatan Penduduk Rumah Sarana Telpon Total
(Jiwa) Sosial & Wartel Warnet RK STO
Tangga Umum Kebutuhan
Umum
TA HUN 2020
1. Hu’u 18,001 721 22 7 7 2 759 13 1
2. Pajo 13,288 532 16 5 5 2 560 9 1
3. Dompu 57,573 2,303 70 20 20 5 2,418 39 3
4. Woja 59,641 2,386 72 20 20 5 2,503 40 3
5. Kilo 14,072 563 17 5 5 2 592 10 1
6. Kempo 18,975 759 23 7 7 2 798 13 1
7. Manggelewa 32,045 1,282 39 11 11 3 1,346 22 2
8. Pekat 39,586 1,584 48 14 14 4 1,664 27 2
Jumlah 10,130 307 89 89 25 10,640 173 14
TA HUN 2030
1.Hu’u 20,202 809 25 7 7 2 850 14 2
2.Pajo 14,037 562 17 5 5 2 591 10 1
3.Dompu 66,421 2,657 80 23 23 6 2,789 45 4
4.Woja 68,943 2,758 83 23 23 6 2,893 46 4
5.Kilo 16,412 657 20 6 6 2 691 11 1
6.Kempo 19,826 794 24 7 7 2 834 14 1
7.Manggelewa 36,970 1,479 45 13 13 4 1,554 25 2
8.Pekat 50,773 2,031 61 17 17 5 2,131 34 3
Jumlah 11,747 355 101 101 29 12,333 199 18
Sumber: Hasil Rencana
BUPATI DOMPU,

H. BAMBANG M. YASIN

113
LAMPIRAN I.5
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031

SISTEM JARINGAN PRASARANA SUMBERDAYA AIR


a. Rincian Sungaimasing-masing Das Di Kabupaten Dompu
No. WS/GUGUS DAS Luas (km2) DAS/Sungai
B. 01 Gugus DAS Hoddo 1.654,91 1. S. Karama
2. S. Tumbang
3. S. Mandar
4. S. Bou
5. S. Tengatebe
6. S. Mango
7. S. Parangge
8. S. Nare
9. S. Tulatoi 1
10. S. Tulatoi 2
11. S. Labudue 1
12. S. Labudue 2
13. S. Labudue 3
14. S. Labudue 4
15. S. Donggo 1
16. S. Donggo 2
17. S. Donggo 3
18. S. Donggo 4
19. S. Donggo 5
20. S. Oina’a 1
21. S. Oina’a 2
22. S. Oina’a 3
23. S. Labunae 1
24. S. Labunae 2
25. S. Labunae 3
26. S. Benga
27. S. Katupa
28. S. Kalibuda
29. S. Kara 1
30. S. Kara 2
31. S. Karlua
32. S. Due
33. S. Londe
34. S. Manggo
35. S. Jala
36. S. Rao
37. S. Penihi 1
38. S. Penihi 2
39. S. Penihi 3
40. S. Lahami 1
41. S. Lahami 2
42. S. Dangga
43. S. Kala
44. S. Nanga 1
45. S. Nanga 2
46. S. Nanga 3
47. S. Wau
48. S. Nae
49. S. Tularasa
50. S. Mengi
51. S. Ompidimu
52. S. Panda
53. S. Soga
54. S. Laju
55. S. Oicaba 1
56. S. Oicaba 2
57. S. Amajawa
58. S. Empurejo
59. S. Oimarai

114
No. WS/GUGUS DAS Luas (km2) DAS/Sungai
60. S. Peto 1
61. S. Peto 2
62. S. Songotoi
63. S. Torahu
64. S. Tando
65. S. Nangawau
66. S Mango
67. S. Kelanggo
68. S. Ngguwupanca
69. S. Ndorombolo
70. S Inalamba 1
71. S Inalamba 2
72. S. Amamali
73. S. KEpanto
74. S. Nangawau
75. S. Ompusia
76. S. Penihi 1
77. S. Penihi 2
78. S. Gurusa 1
79. S. Gurusa 2
80. S. Gurusa 3
81. S. Kawinda 1
82. S. Kawinda 2
83. S. Kawinda 3
84. S. Kawinda 4
85. S. Kawinda 5
86. S. Mango
87. S. Panca 1
88. S. Panca 2
89. S. SOnae
90. S. Bura 1
91. S. Bura 2
92. S. Jati 1
93. S. Jati 2
94. S. Jati 3
95. S. Do 1
96. S. Do 2
97. S. Sumba
98. S. Nae 2
99. S. Fia 1
100. S Fia 1
101. S. Nangamiro 1.
102. S. Nangamiro 2
103. S. Ndano 1
104. S. Ndano 2
105. S. Karombo 1
106. S. Karombo 2
107. S. Dei 1
108. S. Dei 2
109. S. Dei 3
110. S. Dei 4
111. S. Dei 5
112. S. Dei 6
113. S. Karombolako 1
114. S. Karombolako 2
115. S. Karombolako 3
116. S. Karombolako 4
117. S. Karombolako 5
118. S. Pekat
119. S. Ngapi
120. S. Soga
121. S. Nomo Satu 1
122. S. Nomo Satu 2
123. S. Nomo Satu 3
124. S. Nomo Satu 4
125. S. Nomo Satu 5
126. S. Peto 1
127. S. Peto 2
128. S. Nomo Dua
129. S. Naa
130. S. Koncone
131. S. Empode 1
132. S. Empode 2
133. S. Umpujijah
134. S. Kasipahu
135. S. Tetanga
115
No. WS/GUGUS DAS Luas (km2) DAS/Sungai
136. S. Mange
137. S. Lahadui
138. S. Doromboha 1
139. S. Doromboha 2
140. S. Amahami
141. S. Ngguwudaro
142. S. Lempadi
143. S.Paranggadungga
144. S. Paranggapaku
145. S. Korremahaki
146. S. Sambi
147. S. Mango
148. S. Setingi
149. S. Laali 1
150. S. Laali 2
151. S. Laali 3
152. S. Benteng Dua
153. S. Ngguwurawa
154. S. Kesi
155. S. Sekolo
156. S. Korombouta 1
157. S. Korombouta 2
158. S. Korombouta 2 a
159. S. Korombouta 2 b
160. S. Korombouta 3
161. S. Wuwuranga 1
162. S. Wuwuranga 2
163. S. Karombo Utanase
164. S. Oifanda
165. S. Osofahu
166. S. Hodo
167. S. Sopinihi
168. Das Kawah Tambora
B. 02 Gugus DAS Banggo 879,05 1. S. Karama
2. S. Boro
3. S. Kalate
4. S. Diwukolo
5. S. Oimbay
6. S. Tololenti
7. Tolokalo
8. S. Bonto
9. S. Dumu
10. S. Setingi 1
11. S. Setingi 2
12. Soro 1
13. Soro 2
14. S. Kempo
15. Soro 3
16. Soro 4
17. Soro 5
18. S. Kambu
19. Tengker 1
20. Tengker 2
21. Tengker 3
22. Tengker 4
23. Tengker 5
24. S. Towan
25. Lenggo 1
26. Lenggo 2
27. Lenggo 3
28. S. Kalero
29. S. Balambon
30. S. Mbuju 1
31. S. Mbuju 2
32. S.Lo
33. Kilo
34. MalajuS. Enca
35. Sojambata 1
36. Sojambata 2
37. Sojambata 3
38. S. Talaga
39. S. Nae
40. S. Lasi
41. S.Wadume
42. S. Liku
43. S. Wai
116
No. WS/GUGUS DAS Luas (km2) DAS/Sungai
44. S. Kabamba
45. S. Kiwu
46. S. Ponco
47. S. Nasu
48. S. Pada
49. Pada
50. Donggo
51. Luwu dan Pelangga
52. Pelangga 1
53. Pelangga 2
54. Lambu
55. S. Lambu
56. Hinggi
57. Kawangge
58. S. Kawangge
59. S. Sakoa
60. S. Pupu
61. S. Saba
62. S. Sapungu
63. S. Sai
64. Kabando 1
65. Kabando 2
66. Kabando 3
67. Nggese
68. S. Nggese
69. S. Kejao
70. S. Luba
71. Luba 2
72. S. Kalo
73. Kalo 2
74. Kalo 3
75. S. Sengari
76. Sengari 1
77. Sengari 2
78. Toro Paropa
79. S. Lambe
80. Lambe 1
81. Lambe 2
82. Lambe 3
83. S. Jati
84. Wodi
85. S. Sai
86. Taweo
87. S. Lara
88. Riando
89. Busi 1
90. Busi 2
91. Busi 3
92. Wonto
93. S. Wonto
94. Petoborowuntu
95. Padupaa
96. Serenteh dan Diwurajah
B. 05 Gugus DAS Rimba 1.068,40 1. S. Tenawu
2. S. Lere
3. S. Nisa
4. Doro Piriplawu 1
5. Doro Piriplawu 2
6. Doro Rumu 1
7. Doro Rumu 2
8. Doro Rumu 3
9. Doro Rumu 4
10. Woro
11. Woro Totu
12. Doro Kelepe
13. Doro Kasa 1
14. Doro Oikatabe
15. Doro Bimbi 1
16. Doro Bimbi 2
17. Doro Bimbi 3
18. Toro Oiua
19. Doro Soroapu 1
20. Doro Soroapu 2
21. Doro Soroapu 3
22. S. Ati
23. Karawo
117
No. WS/GUGUS DAS Luas (km2) DAS/Sungai
24. S. Libi
25. Doro Soncopalawau
26. S, Namu
27. S. Mancabusi
28. Doro Poto;oi 1
29. Doro Poto;oi 2
30. Doro Ponae
31. Doro Bente 1
32. Doro Bente 2
33. Doro Bente 3
34. Doro Bente 4
35. Nanga Pusu
36. S. Pusu
37. S. Ndobo dan Oikonca
38. S. Nipa
39. S. Wau
40. Doro Rada
41. S. Rada
42. Doro Sambe 1
43. Doro Sambe 2
44. Doro Sambe 3
45. S. Miro
46. S. Kalongko
47. S. Sarume
48. S. Ompubiba
49. S. Ngonco
50. S. Oimumbu dan Oiuhni
51. S. Oimuhaju
52. S. Wangga
53. S. Waduruka
54. Doro Tawua
55. S. Mada
56. Pusu Bawah 1
57. Pusu Bawah 2
58. Toro Mila 1
59. Toro Mila 2
60. Doro Mua
61. Doro Sumbu
62. S. Tolotangga Baru
63. S. Jambu
64. S. Lere
65. Doro Katujara
66. Doro Oikafo
67. Doro Oikafo 2
68. Tolosido
69. Sido
70. Tenggani 1
71. Tenggani 2
72. Tenggani 3
73. Tenggani 4
74. Peranggajara 1
75. Peranggajara 2
76. Peranggajara 3
77. Soronocu
78. Soroafu
79. Oihuni
80. Doronaru
81. Mada 2
82. Toro Mabala
83. So Jati 1
84. So Jati 2
85. So Jati 3
86. So Oipai 1
87. So Oipai 2
88. Toro Manggelangko 1
89. Doro Kajura
90. Toro Manggelangko 12
91. So Mangelangko
92. So Mangelangko 2
93. So Batu Batu 1
94. So Batu Batu 2
95. So Batu Batu 3
96. So Batu Dua 1
97. So Batu Dua 2
98. So Laju
99. S. Lanjung
118
No. WS/GUGUS DAS Luas (km2) DAS/Sungai
100. So See
101. S. Pelo
102. So Seraengemo
103. So Rano
104. So Rano 2
105. Sori Sepi
106. So Rata 1
107. So Rata 2
108. Toro Rata
109. Toro Ta’a
110. Sori Gunung
111. Doro Rano To’I 1
112. Doro Rano To’I 2
113. Doro Umadesa 1
114. Doro Umadesa 2
115. Doro Umadesa 3
116. Doro Umadesa 4
117. Doro Deke
118. S. Ndata
119. S. Pana
120. S. Pataha 1
121. S. Pataha 2
122. S. Oiamba
123. S. Ngebaku
124. S. Naebaku
125. Toro Baku
126. S. Mala
127. Watu Baku 1
128. Watu Baku 2
129. Watu Baku 3
130. Watu Baku 4
131. Doro Mposisanggu 1
132. Doro Mposisanggu 2
133. Nanga Pamali
134. Toro Jampa
135. S. Maci 1
136. S. Maci 2
137. S. Maci 3
138. S. Konc a
139. S.Nggira
140. S. Oiawu
141. S. Seli
142. S. Diwumone\
143. S. oiua 1
144. S. oiua 2
145. S. oiua 3
146. S. Ncaisape
147. S. Rore 1
148. S. Rore 2
149. So Nanagano 1
150. So Nanagano 2
151. S. Rabakalo
152. S. Ompurama
153. Tanamkala
154. S. RImba
155. UPT Waworada
156. UPT Doro Oo
157. Sori Mali
158. S. Ntada
159. S. Lido
160. Doro Padunara
161. Pasir putih
162. S. Naebakui
163. Doro Lopi
164. TI Papa 1
165. TI Papa 2
166. TI Papa 2
167. TI Papa 3
168. TI Papa 4
169. TI Papa 5
170. Sr. Donggomasa
171. S. Naganae
172. S. Kepanca
173. S. Waitia
174. S. Lambu
175. S. Denga
119
No. WS/GUGUS DAS Luas (km2) DAS/Sungai
176. S. Rade
177. S. Menduha
178. S. Lanco
179. S. Mbora
180. So Lato 1
181. So Lato 2
182. So Lato 3
183. So Lato 4
184. So Lato 5
185. So Lato 6
186. So Lato 7
187. So Lato 8
188. Ndoro Gadu
189. Ndoko 1
190. Ndoko 2
191. Ndoko 3
192. Wakolembo 1
193. Wakolembo 2
194. Wakolembo 3
195. Wakolembo 4
B. 06 Gugus DAS Baka 902,50 1. S. Panda 1
2. S. Panda 2
3. Somalia
4. Ria
5. S. Ria
6. S. Nangangganti
7. S. Nangangganti 2
8. S. Nangangganti 3
9. Riwo 1
10. Riwo 2
11. Riwo 3
12. Riwo 4
13. Sori Woja
14. Sori Rababaka
15. Sori Laju
16. Sori Labalaju
17. Sori Lii
18. Sori Depa
19. Sorobura 1
20. Sorobura 2
21. Sori Waru
22. Kampung Bali
23. Sori Impi dan Nanggakepo
24. Sanggalari 1
25. Sanggalari 2
26. Soroadu 1
27. Soroadu 2
28. Soroadu 3
29. Rasabau 1
30. Rasabau 2
31. Rasabau 3
32. Rasabau 4
33. Rasabau 5
34. Rasabau 6
35. Rasabau 7
36. Rasabau 8
37. Rasabau 9
38. Rasabau 10
39. Rasabau 11
40. Rasabau 12
41. Rasabau 13
42. Rasabau 14
43. Sori Trolu 1
44. Sori Trolu 2
45. Sori Trolu 3
46. Sori Hu’u
47. Sori Sama
48. Kuta 1
49. Kuta 2
50. Sori Tolokuta 1
51. Sori Tolokuta 2
52. Sori Tolokuta 3

120
b. Rincian Pengembangan Daerah Irigasi (DI) Provinsi Utuh Kabupaten/Kota di
Kabupaten Dompu (sesuai lampiran keputusan Menteri PU No. 390 Tahun 2009).

No Nama Daerah Irigasai (DI) Luas (Ha)


1 Baka 1.810
2 Daha I dan II 1.273
3 Kadindi 1.200
4 Katua 1.403
5 Laju 1.050
6 Latonda Pekat 1.217
Jumlah 65.984

c. Rincian Pengembangan Daerah Irigasi (DI) Kewenangan Kabupaten


(sesuai lampiran keputusan Menteri PU No. 390 Tahun 2009

No Nama Daerah Irigasi(DI) Luas (Ha)


1 D.I. E. Jambu 700
2 D.I. E. Tonda Selatan 460
3 D.I. E. Kempo 200
4 D.I. Kesi 318
5 D.I. E. Lanangga 705
6 D.I. E. Soncolopi 600
7 D.I. E. Soneo 300
8 D.I. Kwangko 400
9 D.I. Lae Ranggo 600
10 D.I. Monggolenggo 800
11 D.I. Nae Kempo 510
12 D.I. Patula 356
13 D.I. Rahalayu 441
14 D.I. Roju 70
15 D.I. Sakolo 330
16 D.I. Sambana 441
17 D.I. Songgo Pasante 400
18 D.I. Ta’a 125
Jumlah 7.756

d. Wilayah Sungai Kewenangan Provinsi di Kabupaten Dompu

Volume Debit
Luas
No Sub SWS / Kompleks Tahunan
(Km2)
(Juta/m3)
I Sub SWS Hodo 1,771.65 1,523.59

121
Volume Debit
Luas
No Sub SWS / Kompleks Tahunan
(Km2)
(Juta/m3)
1 Nanga Miro 418.61 434.71
2 Lembah Tambora Selatan 459.61 422.90
3 Tompo 104.31 64.22
4 Lembah Tambora Utara 552.78 440.61
5 Piong 236.34 161.15
II Sub SWS Banggo 1,761.70 358.39
1 Kempo 1,298.59 87.63
2 Soriutu 323.47 199.36
3 Malaju 139.64 71.40
III Sub SWS Ampang 121.66 88.57
1 Kwangko 121.66 88.57
IV Sub SWS Baka 902.50 526.96
1 Katua 660.98 391.65
2 Daha 241.52 135.31

e. Jenis Irigasi di Kabupaten Dompu

Panjang Jaringan (M)


Luas (Ha)
No Jenis PRIMER SEKUNDER TERSIER
Baku Potensial Permanen Tanah Permanen Tanah Permanen Tanah
IRIGASI
1 17,010 13,304 24,824 2,550 150,533 48,152 22,595 205,971
PU
IRIGASI
2 13,697 11,515 14,499 11,239 50,586 118,500 4,350 122,627
DESA
JUMLAH 30,707 24,819 39,323 13,789 201,119 166,652 26,945 328,598

% 80.83 35.07 82.86 1,219.51

122
f. Rincian Pengembangan Daerah Irigasi (DI) Kabupaten Dompu

1. Umum 3. Kerusakan / Penurunan Fungsi


Luas
2. Itensitas
Kecamatan / Areal 2) Umur
Kelurahan Tanam Padi 1) Bendung/titik 2) Saluran 3) Saluran 4) Saluran Tersier
N0 Nama Daerah Lahan 1) Luas Jaringan
/Desa (saat ini) Pengairan (%) Potensial (%) Sekunder (%) (%)
Irigasi Irigasi Potensial (Tahun)
(%)
(Ha) Lahan
Irigasi (Ha) (Baik) (Rusak) (Baik) (Rusak) (Baik) (Rusak) (Baik) (Rusak)

I Woja
Embung
1 Saneo 800 300 24 93 75 25 80 20 80 20 65 35
Saneo
2 Baka Matua 1,089 1,810 74 95 85 15 85 15 60 40 70 80
Embung
3 Mumbu 460 480 22 92 80 20 63 17 60 40 60 40
Tonda selatan
II Dompu

1 Katua Katua 1,027 1,403 33 97 80 20 80 20 60 40 65 35

2 Raha Layu O'o 441 441 28 96 85 15 85 15 75 25 75 25

3 Sakolo Bali I 189 330 27 95 86 14 83 17 85 15 80 40

4 Laju Potu 1,002 1,050 75 96 80 20 85 15 65 35 70 30


Monggo Karamab
5 660 800 18 93 75 25 80 20 60 40 55 45
Lenggo ura
III Pajo

1 Lae Ranggo Ranggo 523 630 40 95 80 20 75 25 65 35 60 40


Embung
2 Jambu 700 700 25 96 75 25 80 20 65 35 65 35
Jambu
3 E.La Nangga Ranggo 705 705 21 95 80 20 85 15 80 20 70 30

IV Hu'u

1 Daha I, II Daha 1,144 1,273 39 93 75 25 80 20 60 40 65 35

2 Sambana Hu'u 441 441 25 96 85 15 85 15 80 20 70 30

123
1. Umum 3. Kerusakan / Penurunan Fungsi
Luas
2. Itensitas
Kecamatan / Areal 2) Umur
Kelurahan Tanam Padi 1) Bendung/titik 2) Saluran 3) Saluran 4) Saluran Tersier
N0 Nama Daerah Lahan 1) Luas Jaringan
/Desa (saat ini) Pengairan (%) Potensial (%) Sekunder (%) (%)
Irigasi Irigasi Potensial (Tahun)
(%)
(Ha) Lahan
Irigasi (Ha) (Baik) (Rusak) (Baik) (Rusak) (Baik) (Rusak) (Baik) (Rusak)

3 E. Sonco Lopi Adu 460 600 23 95 80 20 85 15 60 40 55 45

V Manggelewa
E. Sanggopa
1 Doro Melo 400 400 26 96 80 20 85 15 70 30 70 30
Sante
2 Kwangko Kwangko 400 400 15 93 85 15 80 20 90 10 65 35

VI KEMPO

1 Nae Kempo Kempo 510 510 37 97 80 20 75 25 80 20 65 35

2 Ta'a Ta'a 125 125 11 95 85 15 80 20 70 30 70 30

3 Roju Konte 70 70 30 93 83 17 80 20 80 20 65 35

4 E. Kempo Kempo 200 200 17 96 85 15 80 20 80 20 70 30

5 E. Kesi Kesi 318 318 16 95 80 20 75 25 70 30 65 35

VII KILO

1 Patula Malaju 215 356 24 96 85 15 80 20 70 30 55 45

VIII PEKAT

1 Kadindi Kandindi 1,050 1,200 34 95 80 20 75 25 60 40 65 35

2 Latonda Pekat Pekat 1,217 1,217 25 96 85 15 80 20 60 40 70 30

124
g. Rencana Kebutuhan Air Minum Kabupaten Dompu 2021-2031

Kebutuhan Air Bersih


Jumlah
Jumlah Domestik Khilangan
Penduduk Non Perpipaan
No Kecamatan Penduduk Total Air
yg terlayani Kebutuhan Domestik (lt/hr)
(Jiwa) SR SKU Total (lt/hr) (lt/hr)
(Jiwa) Air minum (lt/hr)
(lt/hr) (lt/hr) (lt/hr)
Lt/org/hr
Ta h u n 2 0 2 1
1. Hu’u 18,001 60% 10,801 236,542 237 47.4 236,826 378,922 75,784 454,707
2. Pajo 13,288 60% 7,973 174,609 175 35 174,819 279,710 55,942 335,653
3. Dompu 57,573 60% 34,544 756,514 757 151.4 757,422 1,211,876 242,375 1,454,252
4. Woja 59,641 60% 35,785 783,692 784 156.8 784,633 1,255,412 251,082 1,506,495
5. Kilo 14,072 60% 8,443 184,902 185 37 185,124 296,198 59,240 355,439
6. Kempo 18,975 60% 11,385 249,332 249 49.8 249,631 399,409 79,882 479,292
7. Manggelewa 32,045 60% 19,227 421,071 421 84.2 421,576 674,522 134,904 809,427
8. Pekat 39,586 60% 23,752 520,169 520 104 520,793 833,269 166,654 999,923
Ta h u n 2 0 3 1
1. Hu’u 20,202 60% 12,121 265,450 265 53 265,768 425,229 85,046 510,275
2. Pajo 14,037 60% 8,422 184,442 184 36.8 184,663 295,460 59,092 354,553
3. Dompu 66,421 60% 39,853 872,781 873 174.6 873,829 1,398,126 279,625 1,677,751
4. Woja 68,943 60% 41,366 905,915 906 181.2 907,002 1,451,204 290,241 1,741,445
5. Kilo 16,412 60% 9,847 215,649 216 43.2 215,908 345,453 69,091 414,544
6. Kempo 19,826 60% 11,896 260,522 261 52.2 260,835 417,336 83,467 500,804
7. Manggelewa 36,970 60% 22,182 485,786 486 97.2 486,369 778,191 155,638 933,829
8. Pekat 50,773 60% 30,464 667,162 667 133.4 667,962 1,068,740 213,748 1,282,488
Sumber : Hasil Rencana: 2011
BUPATI DOMPU,

H. BAMBANG M. YASIN

125
LAMPIRAN II.1
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031
a. Arah Pengelolaan Dan Pemanfaatan Hutan Lindung
Hutan Fungsi Pemanfaatan hutan Prioritas Penangan
No Kel. Hutan Kecamatan RTK
Lindung (Ha) Hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
HKM 2. Rehabilitasi hutan dan
Hutan Pemanfaatan jasa peningkatan daya dukung DAS
1 Riwo Woja, Manggelewa,Kempo 43 16,497.65 Lindung lingkungan dan hasil 3. Pengamanan hutan dan
hutan non. Kayu pengendalian kebakaran hutan
4. Pemberdayaan msyarakat di
sekitar hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
HKM 2. Rehabilitasi hutan dan
Pemanfaatan jasa peningkatan daya dukung DAS
Hutan
2 Tambora Kempo, Manggelewa 53 3,305.70 lingkungan dan hasil 3. Pengamanan hutan dan
Lindung
hutan non. Kayu pengendalian kebakaran hutan
4. Pemberdayaan msyarakat di
sekitar hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
HKM 2. Rehabilitasi hutan dan
Pemanfaatan jasa peningkatan daya dukung DAS
Dompu, Woja, Manggelewa, Hutan
3 Soromandi 55 19,365.94 lingkungan dan hasil 3. Pengamanan hutan dan
Kilo Lindung
hutan non. Kayu pengendalian kebakaran hutan
4. Pemberdayaan msyarakat di
sekitar hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
HKM 2. Rehabilitasi hutan dan
Pemanfaatan jasa peningkatan daya dukung DAS
Hutan
4 Toffo Rompu Dompu, Pajo, dan Hu’u 65 12,313.30 lingkungan dan hasil 3. Pengamanan hutan dan
Lindung
hutan non. Kayu pengendalian kebakaran hutan
4. Pemberdayaan msyarakat di
sekitar hutan

126
Hutan Fungsi Pemanfaatan hutan Prioritas Penangan
No Kel. Hutan Kecamatan RTK
Lindung (Ha) Hutan
Jumlah 51,482.59

b. Arah Pengelolaan Dan Pemanfaatan Hutan Produksi


Hutan Hutan Produksi
Lokasi di ARAH PEMANFAATAN
No Kel. Hutan RTK Produksi Tetap PRIORITAS PENANGANAN
Kecamatan HUTAN
Terbatas
HKM,HTI,HTR 1. Pemantapan kawasan hutan
HTR, pemananfaatan hasil 2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan
hutan kayu daya dukung DAS
HTI, jenis tanaman 3. Pengamanan hutan dan pengendalian
Pajo dan industri kebakaran hutan
1 Pajo 42 1,078.19 2,749.71
Dompu HKM, Kayu non Kayu, 4. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan
Jasa Lingkungan industry kehutanan
5. Pemberdayaan msyarakat di sekitar
hutan
HKM,HTI,HTR 1. Pemantapan kawasan hutan
HTR, Pemananfaatan 2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan
Hasil Hutan Kayu daya dukung DAS
Hutan Tanaman Industri, 3. Pengamanan hutan dan pengendalian
Woja ,
2 Riwo 43 8,480.61 - jenis tanaman industry kebakaran hutan
Manggelewa.
HKM, Kayu non Kayu, 4. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan
Jasa Lingkungan industry kehutanan
5. Pemberdayaan msyarakat di sekitar
hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan
daya dukung DAS
3. Pengamanan hutan dan pengendalian
Pekat dan HKM,HTI,HTR, HHBK, dan
3 Tambora 53 8,066.64 19,417.37 kebakaran hutan
Kempo ijin pemanfaatan lainnya
4. Konservasi keanekaragaman hayati.
5. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan
industri kehutanan
6. Pemberdayaan masyarakat di sekitar

127
Hutan Hutan Produksi
Lokasi di ARAH PEMANFAATAN
No Kel. Hutan RTK Produksi Tetap PRIORITAS PENANGANAN
Kecamatan HUTAN
Terbatas
hutan
Dompu, 1. Pemantapan kawasan hutan
Woja,Kilo 2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan
dan daya dukung DAS
Manggelewa 3. Pengamanan hutan dan pengendalian
HKM,HTI,HTR, HHBK, dan kebakaran hutan
4 Soromandi 55 4,516.42 3,917.64
ijin pemanfaatan lainnya 4. Konservasi keanekaragaman hayati.
5. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan
industri kehutanan
6. Pemberdayaan masyarakat di sekitar
hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan
daya dukung DAS
3. Pengamanan hutan dan pengendalian
Dompu, Pajo, HKM,HTI,HTR, HHBK, dan kebakaran hutan
5 Toffo Rompu 65 10,044.92 -
Hu'u ijin pemanfaatan lainnya 4. Konservasi keanekaragaman hayati.
5. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan
industri kehutanan
6. Pemberdayaan masyarakat di sekitar
hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan
daya dukung DAS
3. Pengamanan hutan dan pengendalian
Ampang HKM,HTI,HTR, HHBK, dan kebakaran hutan
6 70 400.00 - Manggelewa
Kampaja ijin pemanfaatan lainnya 4. Konservasi keanekaragaman hayati.
5. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan
industri kehutanan
6. Pemberdayaan masyarakat di sekitar
hutan
1. Pemantapan kawasan hutan
2. Rehabilitasi hutan dan peningkatan
P. Rai Rakit HKM,HTI,HTR, HHBK, dan
7 80 - 34.39 Manggelewa daya dukung DAS
Kwangko ijin pemanfaatan lainnya
3. Pengamanan hutan dan pengendalian
kebakaran hutan

128
Hutan Hutan Produksi
Lokasi di ARAH PEMANFAATAN
No Kel. Hutan RTK Produksi Tetap PRIORITAS PENANGANAN
Kecamatan HUTAN
Terbatas
4. Konservasi keanekaragaman hayati.
5. Revitalisasi pemanfaatan hutan dan
industri kehutanan
6. Pemberdayaan masyarakat di sekitar
hutan
Jumlah 32.586.70 26,119.11

BUPATI DOMPU,

H. BAMBANG M. YASIN

129
c. SEBARAN KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM DI KABUPATEN DOMPU

No Jenis Bencana Kawasan

1 Rawan Tanah Longsor Kawasan Sekitar Tambora, Ranggo dan


Paradowane

2 Rawan Bencana Daerah Bahaya sekitar kaldera dengan luas lebih


Gunung Berapi kurang 58,7 km2

3 Rawan Banjir Daerah disepanjang aliran sungai di Kabupaten


Dompu

4 Rawan Tsunami Kawasan Pesisir bagian barat dan selatan yakni


Calabai, Nangamiro dan Kilo, serta Pantai Hu’u
di pesisir bagian selatan

5 Rawan Angin Topan hampir seluruh wilayah Kabupaten Dompu

6 Rawan Gelombang Pantai bagian Barat, yakni Calabai, Nangamiro


Pasang dan Kilo serta Pantai Hu’u di pesisir bagian
selatan

7 Rawan Gempa Bumi Seluruh Kabupaten Dompu

8 Kawasan Rawan Kecamatan Kempo, kecamatan Hu’u dan Mbawi


Kekeringan

BUPATI DOMPU,

H. BAMBANG M. YASIN

130
LAMPIRAN II.2
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031

SEBARAN POTENSI KAWASAN BUDIDAYA

a. Sebaran Potensi Lahan Pertanian Kabupaten Dompu

POTENSI LAHAN (HA)


KECAMATAN
NO JUMLAH
BUKAN SAWAH
SAWAH
TEGALAN LADANG STU LAIN JUM.
1 Dompu 2.841 1.237 1.108 0 0 2.345 5.186
2 Woja 5.067 550 2.029 0 680 3.259 8.326
3 Kempo 1.502 850 105 0 525 1.480 2.982
4 Manggelewa 2.121 5.141 0 0 216 5.357 7.478
5 Kilo 442 1.480 900 0 0 2.380 2.822
6 Pekat 2.238 4.295 750 0 5000 10.045 12.283
7 Hu’u 2.671 1.075 893 0 420 2.388 5.059
8 Pajo 2.312 564 804 0 275 1.643 3.955
JUMLAH 19.194 15.192 6.589 0 11.167 28.897 48.091

b. Rincian luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

No Kecamatan Luas (ha)

1 Dompu 3.531
2 Woja 2.864
3 Kempo 1.313
4 Manggelewa 1.582
5 Kilo 340
6 Pekat 1.818
7 Hu’u 2.422
8 Pajo 2.115
Jumlah 15.985
Sumber: Hasil Rencana, 2011.

131
c. Potensi Dan Lokasi Pertambangan dan Energi Kabupaten Dompu

Bahan Galian
No Pertambangan, Energi & Keterdapatan (Kecamatan) Perkiraan Potensi
Airtanah
Potensi Bahan Galian Non Logam
1 Pasir & Batu (Sirtu) Semua Kecamatan Tereka 1.079.168 m3
2 Andesit Manggelewa & Hu’u Hipotetik 11.167.832 m3
3 Dasit Kec. Pajo Tereka 198.357 m3
4 Diorit Pajo, Manggelewa, Dompu Tereka 4.578.390 m3
5 Lempung Kempo & Dompu Terunjuk 330.867 m3
6 Batu Gamping Dompu, Woja, Pajo, Hu’u Tereka 37.097.000 m3
7 Marmer Dompu Hipotetik 908.720.000 ton
8 Kalsedon Dompu, Pajo Tereka 28.000 m3
9 Toseki Pajo Hipotetik <10 m3
10 Oker Kempo Tereka 2.500 m3
Potensi Bahan Galian Logam
11 Emas, Perak, Tembaga Hu’u, Manggelewa, Pajo Tertunjuk
12 Pasir Besi Kempo, Pekat Terukur 21 juta ton
13 Belerang Hu’u Hipotetik 183,9 m3
14 Mangan Pajo, Woja dan Hu’u Terukur 76.500 ton
15 Timah Hitam Pajo
Potensi Energi
16 Energi Surya Kilo, Pekat, Hu’u, Woja 4,8 kwh/m2
17 Energi Angin Doropeti, P. Bajo, Soriutu Kec. Rata-rata 3,67 m/dt
18 Energi Mikrohidro Dompu, Woja, Hu’u, Pekat 282,20 KW
19 Energi Biomassa Seluruh Kec. 88.276,40 ton/tahun
Tanaman
20 Energi Biomassa Hewan Seluruh Kec. 67.088 m3/tahun
21 Energi Panasbumi Hu’u 65 MWe
22 Energi Gelombang Laut Ria-Woja 0,10 MW untuk 250 KK
Potensi Air Tanah
23 Cekungan air tanah (CAT) Kab dompu 375 km2
24 Air Tanah Bebas Kab dompu 63 juta km3
25 Air Tanah Tertekan Kab dompu 6 juta km3
26 Air Tanah Semi Tertekan Kab dompu 4 juta km3

d. Rencana Pengembangan Industri di Kabupaten Dompu

JENIS KOMODITI ARAHAN


NO BAHAN BAKU KETERANGAN
INDUSTRI INDUSTRI LOKASI
1. Industri Bahan setengah Kawasan Hasil Komoditi Industri yang bahan
Primer jadi dan bahan Pengembangan - Pertanian mentah diolah sehingga
jadi industri - Peternakan menghasilkan barang-
Manggelewa - Perkebunan barang untuk diolah
- Perikanan kembali,serta
- Dll ketersediaan jaringan
fasilitas dan prasarana
cukup memadai,
Topografi,Kondisi Lahan
maupun ketersediaan
lahan.
2. Industri Bahan setengah Kecamatan Hasil Komoditi Karena di kecamatan
Primer jadi dan bahan Pekat Tebu Pekat potensi lahan
jadi untuk produksi Tebu
sangat sesuai, mulai dari
ketersediaan lahan,
maupun ketersediaan
jaringan sarana dan
prasaran (harus Perlu
ditingkatkan)
3. Industri Baja Kecamatan Pasir Besi & Karena kecamatan Pekat
Logam Pekat Biji Besi mempunyai potensi
132
JENIS KOMODITI ARAHAN
NO BAHAN BAKU KETERANGAN
INDUSTRI INDUSTRI LOKASI
pertambangan pasir besi
yang potensi. Ditunjang
oleh potensi pasir besi di
sepanjang pesisir selatan
teluk saleh
4. Industri Telekomunikasi, Diarahkan Sarana dan Sebagai layanan jasa
Tersier Transportasi, diseluruh prasarana terhadap masyarakat
Perawatan, kecamatan atau yang
Kesehatan, dan membutuhkan..
lai-lain.
5. Industri Tenunan Diarahkan Hasil komoditi Sebagai pengolah atau
Rumah gedogan, diseluruh pertanian dan pembuat barang-barang
Tangga souvenir, kecamatan bahan setengah dengan memerlukan
Penjahit jadi, dan lain- tenaga kerja 1(satu)
pakaian, Tahu, lain. sampai 4(empat) orang.
Tempe dan lain-
lain

e. Sebaran Potensi dan Daya Tarik Pariwisata Kabupaten Dompu

Objek Wisata Daya Tarik


Wisata Alam
Memiliki 4 (empat) gelombang yang spesifik dan sangat ideal untuk kegiatan
Pantai Lakey
maupun kejuaraan selancar skala internasional dan menjadi

Memiliki danau air asin pada tengah pulau yang sebelum melutus gunung
Pulau Satonda,
tambora air danau adalah air tawar
Pantai Lasi
Pantai Ria, Pantai Memiliki taman bawah laut yang memiliki terumbu karang yang sangat
Soro
indah untuk olahraga diving
Kolam RenangMada Rumah bagi para satwa dan fauna lainnya, di tunjang dengan adanya
Prama kolam renang

Nanga Doro Sumber mata air panas yang bisa digunakan untuk berendam

Memiliki pemandangan kawah yang sangat indah dan diameter kawah + 10


Gunung Tambora
Km
Wisata Budaya
peninggalan bersejarah dimasa lampau berupa, manik-manik dan keramik.
Situs Nangasia Di Kawasan Situs ini juga ditemukan Batu Kursi (Wadu Kadera) yaitu batu
Situs Dorobata berupa kursi tempat penobatan para Ncuhi (Pemimpin), bekas Telapak Kaki
Ncuhi dan Kubur Duduk
Desa Budaya Sebagai salah satu desa Budaya yang memeliki beberapa Tradisi seperti
“Ranggo Kecamatan Tenun Gedogan, tradisi lokal dan laina sebagai kekayaan Budaya yang
Pajo perlu dikembangkan dan lestarikan
Wisata Buatan
Pacuan Kuda Tradisional, dimana para joki masih sangat muda yaitu rata -
Lepadi
rata berumur 8 tahun

133
f. Jumlah Kebutuhan Rumah & Kebutuhan Lahan Permukiman Kabupaten
Dompu

Estimasi
Proyeksi
Proyeksi Kebutuhan
Jumlah Jumlah
Luas Jumlah Lahan Untuk
Penduduk Kebutuhan
No. Kecamatan Wilayah Penduduk Perumahan&
(Jiwa) Rumah
(Jiwa) Fasilitas Umum
(Unit)
(Ha)
(Km2) 2010 2031 2031 2031
1 Dompu 223.27 49,903 67,378 16,845 413,868
2 Woja 301.16 51,594 69,951 17,488 429,676
3 Manggelewa 176.46 27,776 37,503 9,376 230,36
4 Kempo 191.67 18,160 19,914 4,978 122,317
5 Kilo 235.00 12,066 16,666 4,167 102,375
6 Hu’u 186.50 16,041 20,437 5,109 125,528
7 Pajo 135.32 12,579 14,115 3,529 86,697
8 Pekat 875.17 30,865 52,053 13,013 319,735
Jumlah 2.324,55 218.984 300.048 74.504 1.830,56

BUPATI DOMPU,

H. BAMBANG M. YASIN

134
LAMPIRAN III
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031

INDIKASI PROGRAM UTAMA


RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN DOMPU
TAHUN 2011-2031

TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG
PROVINSI
Pengembangan Pusat Kegiatan
A
Wilayah promosi (PKWp)
A1 PKWp Wilayah Dompu
Pengembangan kawasan Terpadu,
APBN &/ Kem, PU,
1 Pergudangan, Industri dan Dompu
APBDP,APBDK Disperindag, Dis PU
Perdagangan bahan pokok
APBN &/ Dep PU, Dephub,
2 Pembangunan terminal Tipe B Dompu
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
Pembangunan Fasilitas Kesehatan
3 Dompu APBDP,APBDK Depkes, RSU
(RSU Type B)
APBN &
4 Pengembangan Perbankan Nasional Dompu Depkeu, Swasta
APBDP Swasta
Pengembangan prasarana sumber daya PDAM KSDA,PDAM,Dinas
5 Dompu
air &/Swasta PU
APBN &/
Pengembangan prasarana sumber daya DESDM,Distamben,
6 Dompu APBDP,
energy Swasta, PLN
Swasta
Pengembangan Hotel dan Pertemuan APBN &/ Dinas PU,
7 Dompu
Skala Provinsi APBDP, swasta Disbudpar
APBN &/
8 Pengembangan TPA Dompu Dep. PU, Dis PU
APBDP,

135
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Swasta
APBDP,
Pengembangan Jaringan
9 Dompu APBDK & Dinas PU
telekomunikasi
Swasta
Pengembangan sarana olahraga APBDP &/
10 Dompu Dis PU, Dikpora
skala Provinsi APBDK Swasta
Pengembangan SMA/SMK,
11 Dompu APBN/APBD Dis PU, Dikpora
Perguruan Tinggi
Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal
B
(PKL)
B1 Pengembangan PKL Calabai
Pengembangan kKawasan Terpadu, Kemhub, Kem
APBN &
1 Pergudangan, Industri dan Calabai Dishub,
APBDK
Perdagangan bahan pokok Disperindag, Dis PU
APBN & DKP, Diskanlut, Dis
2 Pengembangan Pelabuhan Pengumpan Calabai
APBDK PU
APBDK Kemkeu, Pemprov,
3 Pengembangan Perbankan Nasional Calabai
&/Swasta Swasta
APBN &/ Dep PU, Dephub,
4 Pengembangan Transportasi Darat Calabai
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
5 Pengembangan Terminal Type C Calabai
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/
Pengembangan Sarana dan Prasarana
6 Calabai APBDP,APBDK Dep PU, Dis Pu
Pendidikan
, swasta
Pengembangan Sarana dan Prasarana APBN &
7 Calabai Dis PU, Swasta
Peribadatan Skala Kabupaten APBDK swasta
Pengembangan Prasarana Sumber APBDK
8 Calabai PDAM,Dinas PU
Daya Air &/Swasta
APBN &/
DESDM,Distamben,
9 Pengembangan Prasarana Energi Calabai APBDP,
Swasta, PLN
Swasta
Pembangunan Sistem Mitigasi Bencana APBN &
10 Calabai Dis PU, BLH, BMG
(Tsunami) APBDK
Pembangunan Puskesmas Rawat APBDP &/
11 Calabai Dikes, Dis. PU
Inap/RSU Tipe C APBDK
Pengembangan sarana olahraga skala APBN & Dis PU, Dikpora,
12 Calabai
Kabupaten APBDK Swasta
B2 Pengembangan PKL Kempo
Pengembangan kKawasan Terpadu, Kemhub, Kem
APBN &
1 Pergudangan, Industri dan Kempo Dishub,
APBDK
Perdagangan bahan pokok Disperindag, Dis PU

136
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
APBN & DKP, Diskanlut, Dis
2 Pengembangan Pelabuhan Pengumpan Kempo
APBDK PU
APBDK Kemkeu, Pemprov,
3 Pengembangan Perbankan Nasional Kempo
&/Swasta Swasta
APBN & DKP, Diskanlut, Dis
4 Pengembangan TPI Kempo
APBDK PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
5 Pengembangan Transportasi Darat Kempo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
6 Pengembangan Terminal Type C Kempo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/
Pengembangan sarana dan prasarana
7 Kempo APBDP,APBDK Dep PU, Dis Pu
Pendidikan
, swasta
Pengembangan sarana dan prasarana APBN &
8 Kempo Dis PU, Swasta
Peribadatan skala Kabupaten APBDK swasta
Pengembangan Prasarana Sumber APBDK
9 Kempo PDAM,Dinas PU
Daya Air &/Swasta
APBN &/
DESDM,Distamben,
10 Pengembangan Prasarana Energi Kempo APBDP,
Swasta, PLN
Swasta
Pembangunan sistem mitigasi bencana APBN &
11 Kempo Dis PU, BLH, BMG
(tsunami) APBDK
Pembangunan Puskesmas Rawat APBDP &/
12 Kempo Dikes, Dis. PU
inap/RSU Tipe C APBDK
Pengembangan Sarana Olahraga Skala APBN & Dis PU, Dikpora,
13 Kempo
Kabupaten APBDK Swasta
B3 Pengembangan PKL Kilo
Pengembangan kKawasan Terpadu, Kemhub, Kem
APBN &
1 Pergudangan, Industri dan Kilo Dishub,
APBDK
Perdagangan bahan pokok Disperindag, Dis PU
APBN & DKP, Diskanlut, Dis
2 Pengembangan Pelabuhan Pengumpan Kilo
APBDK PU
APBDK Kemkeu, Pemprov,
3 Pengembangan Perbankan Nasional Kilo
&/Swasta Swasta
APBN &/ Dep PU, Dephub,
4 Pengembangan Transportasi Darat Kilo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
5 Pengembangan Terminal Type C Kilo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/
Pengembangan sarana dan prasarana
6 Kilo APBDP,APBDK Dep PU, Dis Pu
Pendidikan
, swasta

137
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Pengembangan sarana dan prasarana APBN &
7 Kilo Dis PU, Swasta
Peribadatan skala Kabupaten APBDK swasta
Pengembangan prasarana sumber daya APBDK
8 Kilo PDAM,Dinas PU
air &/Swasta
APBN &/
DESDM,Distamben,
9 Pengembangan Prasarana Energi Kilo APBDP,
Swasta, PLN
Swasta
APBN &
10 Pembangunan Sistem Mitigasi Bencana Kilo Dis PU, BLH, BMG
APBDK
Pembangunan Puskesmas Rawat APBDP &/
11 Kilo Dikes, Dis. PU
Inap/RSU Tipe C APBDK
Pengembangan sarana olahraga skala APBN & Dis PU, Dikpora,
12 Kilo
Kabupaten APBDK Swasta
B4 Pengembangan PKL Hu’u
Pengembangan kKawasan Terpadu, Kemhub, Kem
APBN &
1 Pergudangan, Industri dan Hu’u Dishub,
APBDK
Perdagangan bahan pokok Disperindag, Dis PU
APBN & DKP, Diskanlut, Dis
2 Pengembangan TPI Hu’u
APBDK PU
APBDK Kemkeu, Pemprov,
3 Pengembangan Perbankan Nasional Hu’u
&/Swasta Swasta
APBN &/ Dep PU, Dephub,
4 Pengembangan Transportasi Darat Hu’u
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
5 Pengembangan Terminal Type C Hu’u
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/
Pengembangan sarana dan prasarana
6 Hu’u APBDP,APBDK Dep PU, Dis Pu
Pendidikan
, swasta
Pengembangan sarana dan prasarana APBN &
7 Hu’u Dis PU, Swasta
Peribadatan skala Kabupaten APBDK swasta
Pengembangan prasarana sumber daya APBDK
8 Hu’u PDAM,Dinas PU
air &/Swasta
APBN &/
DESDM,Distamben,
9 Pengembangan Prasarana Energi Hu’u APBDP,
Swasta, PLN
Swasta
APBN &
10 Pembangunan Sistem Mitigasi Bencana Hu’u Dis PU, BLH, BMG
APBDK
Pembangunan Puskesmas Rawat APBDP &/
11 Hu’u Dikes, Dis. PU
Inap/RSU Tipe C APBDK
Pengembangan sarana olahraga skala APBN & Dis PU, Dikpora,
12 Hu’u
Kabupaten APBDK Swasta

138
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal
C
Promosi(PKLp)
C1 Pengembangan PKLp Pajo
Pengembangan Kawasan Terpadu, Kemhub, Kem
APBN &
1 Pergudangan, Industri dan Pajo Dishub,
APBDK
Perdagangan bahan pokok Disperindag, Dis PU
APBDK Kemkeu, Pemprov,
2 Pengembangan Perbankan Nasional Pajo
&/Swasta Swasta
APBN &/ Dep PU, Dephub,
3 Pengembangan Transportasi Darat Pajo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
4 Pengembangan Terminal Type C Pajo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/
Pengembangan Sarana dan Prasarana
5 Pajo APBDP,APBDK Dep PU, Dis Pu
Pendidikan
, swasta
Pengembangan sarana dan Prasarana APBN &
6 Pajo Dis PU, Swasta
Peribadatan Skala Kabupaten APBDK swasta
Pengembangan prasarana Sumber APBDK
7 Pajo PDAM,Dinas PU
Daya Air &/Swasta
APBN &/
DESDM,Distamben,
8 Pengembangan Prasarana Energi Pajo APBDP,
Swasta, PLN
Swasta
APBN &
9 Pembangunan Sistem Mitigasi Bencana Pajo Dis PU, BLH, BMG
APBDK
Pembangunan Puskesmas Rawat APBDP &/
10 Pajo Dikes, Dis. PU
Inap/RSU Tipe C APBDK
Pengembangan sarana olahraga skala APBN & Dis PU, Dikpora,
11 Pajo
Kabupaten APBDK Swasta
C2 Pengembangan PKLp Woja
Pengembangan Kawasan Terpadu, Kemhub, Kem
APBN &
1 Pergudangan, Industri dan Wajo Dishub,
APBDK
perdagangan bahan pokok Disperindag, Dis PU
APBDK Kemkeu, Pemprov,
2 Pengembangan Perbankan Nasional Wajo
&/Swasta Swasta
APBN &/ Dep PU, Dephub,
3 Pengembangan Transportasi Darat Wajo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
4 Pengembangan Terminal Type C Wajo
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
Pengembangan sarana dan prasarana APBN &/
5 Wajo Dep PU, Dis Pu
Pendidikan APBDP,APBDK

139
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
, swasta

Pengembangan sarana dan prasarana APBN &


6 Wajo Dis PU, Swasta
Peribadatan skala Kabupaten APBDK swasta
Pengembangan Prasarana Sumber APBDK
7 Wajo PDAM,Dinas PU
Daya Air &/Swasta
APBN &/
DESDM,Distamb-
8 Pengembangan Prasarana Energi Wajo APBDP,
en, Swasta, PLN
Swasta
APBN &
9 Pembangunan Sistem Mitigasi Bencana Wajo Dis PU, BLH, BMG
APBDK
Pembangunan Puskesmas Rawat APBDP &/
10 Wajo Dikes, Dis. PU
Inap/RSU Tipe C APBDK
Pengembangan sarana olahraga skala APBN & Dis PU, Dikpora,
11 Wajo
Kabupaten APBDK Swasta
C3 Pengembangan PKLp Manggelewa
Pengembangan Kawasan Terpadu, Kemhub, Kem
APBN &
1 Pergudangan, Industri dan Manggelewa Dishub,
APBDK
perdagangan Bahan Pokok Disperindag, Dis PU
APBDK Kemkeu, Pemprov,
2 Pengembangan Perbankan Nasional Manggelewa
&/Swasta Swasta
APBN &/ Dep PU, Dephub,
3 Pengembangan Transportasi Darat Manggelewa
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/ Dep PU, Dephub,
4 Pengembangan Terminal Type C Manggelewa
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
APBN &/
Pengembangan sarana dan prasarana
5 Manggelewa APBDP,APBDK Dep PU, Dis Pu
Pendidikan
, swasta
Pengembangan Sarana dan Prasarana APBN &
6 Manggelewa Dis PU, Swasta
Peribadatan Skala Kabupaten APBDK swasta
Pengembangan Prasarana Sumber APBDK
7 Manggelewa PDAM,Dinas PU
Daya Air &/Swasta
APBN &/
DESDM,Distamben,
8 Pengembangan Prasarana Energi Manggelewa APBDP,
Swasta, PLN
Swasta
APBN &
9 Pembangunan Sistem Mitigasi Bencana Manggelewa Dis PU, BLH, BMG
APBDK
Pembangunan puskesmas rawat APBDP &/
10 Manggelewa Dikes, Dis. PU
inap/RSU Tipe C APBDK

140
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Pengembangan sarana olahraga skala
kabupaten
APBN & Dis PU, Dikpora,
11 Manggelewa
APBDK Swasta

Pengembangan Pusat Pelayanan


D
Kawasan (PPK)
Pengembangan PPK
Hu’u, Sawe, O’o, Kadindi, Desa
D1 Doropeti, Soriutu, Kwangko, Soro,
Dorokobo, Malaju, Mbuju, Jambu dan
Ranggo
Hu’u, Sawe, Desa
O’o, Kadindi,
Pengembangan kawasan Terpadu, Doropeti, Soriutu, Kemhub, Kem
APBN &
1 Pergudangan, Industri dan Kwangko, Soro, Dishub,
APBDK
Perdagangan bahan pokok Dorokobo, Malaju, Disperindag, Dis PU
Mbuju, Jambu
dan Ranggo
Hu’u, Sawe, Desa
O’o, Kadindi,
Doropeti, Soriutu,
APBDK Kemkeu, Pemprov,
2 Pengembangan Perbankan Lokal Kwangko, Soro,
&/Swasta Swasta
Dorokobo, Malaju,
Mbuju, Jambu
dan Ranggo
Hu’u, Sawe, O’o,
Kadindi, Doropeti,
Soriutu, Kwangko,
APBN &/ Dep PU, Dephub,
3 Pengembangan Transportasi Darat Soro, Dorokobo,
APBDP,APBDK Dishub, Dinas PU
Malaju, Mbuju,
Jambu dan
Ranggo
Hu’u, Sawe, O’o,
Kadindi, Doropeti,
Soriutu, Kwangko, APBN &/
Pengembangan Sarana dan Prasarana
5 Soro, Dorokobo, APBDP,APBDK Dep PU, Dis Pu
Pendidikan
Malaju, Mbuju, , swasta
Jambu dan
Ranggo
Hu’u, Sawe, O’o,
Pengembangan Sarana dan Prasarana Kadindi, Doropeti,
6
Peribadatan Skala Kabupaten Soriutu, Kwangko,
Soro, Dorokobo,

141
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Malaju, Mbuju,
Jambu dan
Ranggo
Hu’u, Sawe, O’o,
Kadindi, Doropeti,
Soriutu, Kwangko,
Pengembangan Prasarana Sumber APBDK
7 Soro, Dorokobo, PDAM,Dinas PU
Daya air &/Swasta
Malaju, Mbuju,
Jambu dan
Ranggo
Hu’u, Sawe, Desa
O’o, Kadindi,
Doropeti, Soriutu, APBN &/
DESDM,Distamben,
8 Pengembangan Prasarana Energi Kwangko, Soro, APBDP,
Swasta, PLN
Dorokobo, Malaju, Swasta
Mbuju, Jambu
dan Ranggo
Hu’u, Sawe, Desa
O’o, Kadindi,
Doropeti, Soriutu,
APBN &
9 Pembangunan Sistem Mitigasi Bencana Kwangko, Soro, Dis PU, BLH, BMG
APBDK
Dorokobo, Malaju,
Mbuju, Jambu
dan Ranggo
Hu’u, Sawe, O’o,
Kadindi, Doropeti,
Soriutu, Kwangko,
Pembangunan puskesmas rawat APBDP &/
10 Soro, Dorokobo, Dikes, Dis. PU
inap/RSU Tipe C APBDK
Malaju, Mbuju,
Jambu dan
Ranggo
Hu’u, Sawe, O’o,
Kadindi, Doropeti,
Soriutu, Kwangko,
Pengembangan sarana olahraga skala APBN & Dis PU, Dikpora,
11 Soro, Dorokobo,
kabupaten APBDK Swasta
Malaju, Mbuju,
Jambu dan
Ranggo
Hu’u, Sawe, O’o, Dep PU, Dephub,
Kadindi, Doropeti, Dishub, Dinas PU,
Soriutu, Kwangko, Dinas Pertanian,
APBN &/
12 Pengembangan Sektor unggulan Soro, Dorokobo, Perkebunan,
APBDP,APBDK
Malaju, Mbuju, Kelautan dan
Jambu dan Perikanan, Dinas
Ranggo Peternakan

142
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Pengembangan Pusat Pelayanan
E
Lingkungan (PPL)
Pengembangan PPL
Nangasia, Madawa, Mangge Asi,
E1 Nangamiro, Sorinomo, Riwo, Nowa,
Lanci Jaya, Banggo, Napa, kesi, Ta’a,
karamat, Lasi, Lepadi, dan Soro Adu
Nangasia,
Madawa, Mangge
Asi, Nangamiro,
Sorinomo, Riwo, APBN &/
Pengembangan Pertanian (Tanaman Nowa, Lanci Jaya, APBDP, Distan,Disbun /
1
Pangan, Hortikultura, Perkebunan); Banggo, Napa, APBDK dan Swasta
kesi, Ta’a, swasta
karamat, Lasi,
Lepadi, dan Soro
Adu
Nangasia,
Madawa, Mangge
Asi, Nangamiro,
Sorinomo, Riwo, APBN &/
Pengembangan Kawasan Peternakan Nowa, Lanci Jaya, APBDP,
2 Disnak / Swasta
(mitra usaha); Banggo, Napa, APBDK dan
kesi, Ta’a, swasta
karamat, Lasi,
Lepadi, dan Soro
Adu
Nangasia,
Madawa, Mangge
Asi, Nangamiro,
Sorinomo, Riwo, APBN &/
Nowa, Lanci Jaya, APBDP, Disperindagtamben
3 Pengembangan Pasar Lokal
Banggo, Napa, APBDK dan / Swasta
kesi, Ta’a, swasta
karamat, Lasi,
Lepadi, dan Soro
Adu
Nangasia,
Madawa, Mangge
APBN &/
Asi, Nangamiro,
Pengembangan Puskesmas, Klinik, dan APBDP,
4 Sorinomo, Riwo, Dinkes Swasta
Toko Obat. APBDK dan
Nowa, Lanci Jaya,
swasta
Banggo, Napa,
kesi, Ta’a,

143
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
karamat, Lasi,
Lepadi, dan Soro
Adu
Nangasia,
Madawa, Mangge
Asi, Nangamiro,
Sorinomo, Riwo, APBN &/
Nowa, Lanci Jaya, APBDP,
5 Pusat Pendidikan (SMP, SMK) Dikpora, Swasta
Banggo, Napa, APBDK dan
kesi, Ta’a, swasta
karamat, Lasi,
Lepadi, dan Soro
Adu
Nangasia,
Madawa, Mangge
Asi, Nangamiro,
Sorinomo, Riwo, APBN &/
Nowa, Lanci Jaya, APBDP,
6 Pengembangan Saprodi Distan / Swasta
Banggo, Napa, APBDK dan
kesi, Ta’a, swasta
karamat, Lasi,
Lepadi, dan Soro
Adu
F PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN
PERWUJUDAN SISTEM
F1
TRANSPORTASI KAB. DOMPU
Pengembangan Jaringan Jalan Seluruh wilayah APBN &/
1 Dep. PU, Dinas PU
Nasional & Provinsi Kab. Dompu APBDP
Pengembangan Jaringan Jalan Kab. Seluruh wilayah
2 APBD Kab. Dis PU
Dompu Kab. Dompu
APBN &/
Pengembangan Jaringan Jalan Lintas Seluruh wilayah
3 APBDP &/ Dep. PU, Dinas PU
Utara dan Lintas Selatan Kab. Dompu Kab. Dompu
APBDK
APBN &/ Dep. PU, Dinas. PU,
Seluruh wilayah
4 Pengembangan Prasarana Lainnya APBDP &/ Dep. Hub.,
Kab. Dompu
APBDK Dishubkominfo
APBN &/
Seluruh wilayah , Dep. Hub.,
5 Pengembangan Angkutan Umum APBDP &/
Kab. Dompu Dishubkominfo
APBDK

Calabai (Kec. APBN &/ Dep. PU, Dinas PU,


6 Pengembangan Pelabuhan Pekat) dan Kempo APBDP &/ Dep. Hub.,
(Kec. Kempo) APBDK Dishubkominfo

144
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Pembangunan Pelabuhan:

a. Survey Awal
APBN &/ Dep. PU, Dinas PU,
b. Study Kelayakan (FS) Cempi ( Kec. Huu)
APBDP &/ Dep. Hub.,
c. SurveyInvestigasi Design (SID) Kambu (Kec. Kilo),
APBDK Dishubkominfo
d. Penyusunan Master Plan
e. Detail Engineering Design (DED)

Kabupaten
7 Pembangunan Bandar Udara khusus Swasta Swasta
Dompu

APBN &/ Dep. PU, Dinas PU,


Kabupaten
a. Survey Awal APBDP &/ Dep. Hub.,
Dompu
APBDK Dishubkominfo
APBN &/ Dep. PU, Dinas PU,
b. Study Kelayakan Kabupaten
APBDP &/ Dep. Hub.,
Dompu
APBDK Dishubkominfo
Soro Adu (Kec.
Pajo) Kambu (Kec. APBN &/ Dep. PU, Dinas PU,
Pengembangan jalur Pelayaran
8 Kilo), Calabai (Kec. APBDP &/ Dep. Hub.,
Kabupaten dan Regional
Pekat) dan Soro APBDK Dishubkominfo
(Kec. Kempo)

Penyusunan Manajemen dan APBN &/


Kabupaten Dep. Hub.,
9 Rekayasa, Analisis Dampak, serta APBDP &/
Dompu Dishubkominfo
Manajemen Kebutuhan lalu lintas APBDK

JARINGAN ENERGI DAN


F2
KELISTRIKAN
Dompu, Kwangko, APBN &/
Pengemb angan jaringan PLTD, PLTB,
1 Kempo, Kwangko, APBDP &/ Dikes, Dinas PU
PLTMH, PLTS, PLTPB, PLTAL, PLTBE
Hu’u APBDK
F3 JARINGAN TELEKOMUNIKASI
Pengembangan Jaringan Saluran Tetap
Wilayah APBN &/ Dep. Kominfo
Telekomunikasi Kabupaten yang
1 Kabupaten APBDP &/ Dishubkominfo,
terpasang di pusat ibukota & Pusat
Dompu APBDK Swasta
Kota Kecamatan
Wilayah APBN &/ Dep. Kominfo,
2 Pengembangan STT dan STO Kabupaten APBDP &/ Dishubkominfo,
Dompu APBDK Swasta

145
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
Wilayah APBN &/ Dep. Kominfo,
Pengembangan Jaringan
3 Kabupaten APBDP &/ Dishubkominfo,
Telekomunikasi Khusus
Dompu APBDK Swasta
Pengembangan Jaringan Stasiun Wilayah APBN &/ Dep. Kominfo,
4 Televisi Lokal adalah Pengembangan Kabupaten APBDP &/ Dishubkominfo,
jaringan televise hingga ke desa Dompu APBDK Swasta
Seluruh pelosok APBN &/ Dep. Kominfo,
Pengembangan Jaringan Stasiun Radio
5 pedesaan di Kab APBDP &/ Dishubkominfo,
Lokal
Dompu. APBDK Swasta
F4 JARINGAN SUMBERDAYA AIR
APBN &/
Pengembangan Wilayah Sungai (WS.) WS seluruh Kab
1 APBDP &/ Dep. PU, Dinas PU
Lintas Kecamatan/Desa Dompu
APBDK
Pengembangan Sistem Jaringan Irigasi
Kabupaten meliputi Rencana
Wilayah APBN &/
Pengembangan Bendungan
2 Kabupaten APBDP &/ Dep. PU, Dinas PU
(Dam/Embung/Cekdam), Rencana
Dompu APBDK
Pengembangan Jaringan Saluran
Irigasi, Pengembangan Daerah Irigasi.
Pengembangan Sistem Jaringan Air
minum Kabupaten meliputi Rencana Wilayah APBN &/
Dep. PU, Dinas PU
3 Pengembangan Jaringan Perpipaan Air Kabupaten APBDP &/
PDAM
Minum, Saluran Perpipaan Air Baku, Dompu APBDK
dan Instalasi Air Minum.
PERWUJUDAN POLA RUANG KAB.
DOMPU

Perwujudan Kawasan Lindung di


A
Kabupaten Dompu

Pemantapan dan Perlindungan


A1
Kawasan Konservasi:
Taman Wisata Alam Laut Pulau
APBN &/
Satonda Pulau Dishut, Diskanlut,
1 APBDP &/
Satonda BKSDA
APBDK
APBN &/
2 Cagar Alam Tambora Selatan Tambora APBDP &/ Dishut, BKSDA
APBDK
APBN &/
3 Suaka Margasatwa Tambora Selatan Tambora APBDP &/ Dishut, BKSDA
APBDK

146
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
APBN &/
4 Taman Buru Tambora Selatan Tambora APBDP &/ Dishut, BKSDA
APBDK
Perlindungan dan Rehabilitasi
A2
Kawasan Lindung
APBN &/
Kab. Dompu
5 Kawasan Hutan Lindung APBDP &/ Dishut
APBDK
APBN &/
6 Kawasan Resapan Air Tambora APBDP &/ Dishut
APBDK
APBN &/
Dishut, Dinas PU,
7 Kawasan Sempadan Sungai WS Dompu APBDP &/
BPDAS
APBDK
APBN &/
Pesisir Kab.
8 Kawasan Sempadan Pantai APBDP &/ Dinas PU, Diskalut
Dompu
APBDK
APBN &/
9 Ruang Terbuka Hijau Kab. Dompu APBDP &/ Dinas PU, BLH
APBDK

A3 Pengolahan Kawasan Rawan Bencana

APBN &/
Kawasan Tanah Longsor
1 Tambora, Ranggo APBDP &/ BPBD, Dinas PU
APBDK
APBN &/
Kawasan Rawan Gunung Berapi
2 Tambora APBDP &/ BPBD, Dinas PU
APBDK
Sepanjang Aliran APBN &/
Kawasan Rawan Banjir
3 Sungai di Kab. APBDP &/ BPBD, Dinas PU
Dompu APBDK
Pesisir Calabai, APBN &/
Kawasan Rawan Tsunami
4 Nangamiro, Kilo APBDP &/ BPBD, Dinas PU
dan Hu’u APBDK
APBN &/
Kawasan Rawan Angin Topan Seluruh Wilayah
5 APBDP &/ BPBD, Dinas PU
Kab.Dompu
APBDK
Pantai Calabai, APBN &/
Kawasan Rawan Gelombang Pasang
6 Nangamiro, Kilo APBDP &/ BPBD, Dinas PU
dan Hu’u APBDK

147
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
APBN &/
Kempo, Hu’u, Kilo
7 Kawasan Rawan Kekeringan APBDP &/ BPBD, Dinas PU
dan Mbawi
APBDK
APBN &/
Seluruh Kab.
8 Kawasan Rawan Gempa Bumi APBDP &/ BPBD, Dinas PU
Dompu
APBDK
Perwujudan Pengembangan Kawasan
B
Budidaya

Pengembangan dan Pengendalian


B1
Kawasan Pertanian
APBN
Pengembangan dan Pengendalian Lihat Peta Pola &/APBDP&/A
1 Dinas Pertanian
Kawasan Persawahan Ruang PBDK&/Swast
a
APBN
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A
2 Pengembangan Kawasan Hortikultura Dinas Pertanian
Ruang PBDK&/Swast
a
APBN
Optimalisasi pemanfaatan lahan &/APBDP&/A
3 Kab.Dompu Dinas Pertanian
kering/lahan kritis PBDK&/Swast
a
Rehabilitasi dan Pengembangan
B2
Kawasan Perkebunan
APBN
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A
1 Rehabilitasi Kawasan Perkebunan Dinas Perkebunan
Ruang PBDK&/Swast
a
APBN
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A
2 Pengembangan Kawasan Perkebunan Dinas Perkebunan
Ruang PBDK&/Swast
a
Rehabilitasi dan Pengembangan
B3
Kawasan Peternakan
APBN
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A
1 Rehabilitasi Kawasan Peternakan Dinas Peternakan
Ruang PBDK&/Swast
a

148
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
APBN
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A
2 Pengembangan Kawasan Peternakan Dinas Peternakan
Ruang PBDK&/Swast
a
Rehabilitasi dan Pengembangan
B4
Kawasan Pertambangan
APBN
1
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas
Rehabilitasi Kawasan Pertambangan
Ruang PBDK&/Swast Koperindagtamben
a
APBN
Pengaturan pengelolaan Kawasan Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas
2
Pertambangan Ruang PBDK&/Swast Koperindagtamben
a
Rehabilitasi dan Pengembangan
B5
Kawasan Industri Pengolahan
APBN
Pengembangan Kawasan Industri Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas
Pengolahan Ruang PBDK&/Swast Koperindagtamben
a
Rehabilitasi dan Pengembangan
B6
Kawasan Pariwisata
APBN
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas Pariwisata
1 Rehabilitasi Kawasan Pariwisata
Ruang PBDK&/Swast dan Kebudayaan
a
APBN
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas Pariwisata
2 Pengembangan Kawasan Pariwisata
Ruang PBDK&/Swast dan Kebudayaan
a
Rehabilitasi dan Pengembangan
B7 Kawasan Perikanan, Kelautan, dan
Pulau-pulau Kecil
APBN
Rehabilitasi Kawasan Perikanan, Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas Kelautan dan
1
Kelautan, dan Pulau-pulau Kecil Ruang PBDK&/Swast Perikanan
a
APBN
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas Kelautan dan
2 Pengembangan Kawasan Perikanan
Ruang PBDK&/Swast Perikanan
a

149
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
APBN
Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas Kelautan dan
3 Pengembangan Kawasan Kelautan
Ruang PBDK&/Swast Perikanan
a
APBN
Pengembangan Kawasan Pulau-pulau Lihat Peta Pola &/APBDP&/A Dinas Kelautan dan
4
Kecil Ruang PBDK&/Swast Perikanan
a
Rehabilitasi dan Pengembangan
B8
Kawasan Kehutanan
APBN
Seluruh Kawasan &/APBDP&/A
1 Pemantapan Kawasan Hutan Dinas Kehutanan
Hutan PBDK&/Swast
a
APBN
Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan
Seluruh Kawasan &/APBDP&/A
2 Daya Dukung Daerah Aliran Sungai Dinas Kehutanan
Hutan PBDK&/Swast
(DAS)
a
APBN
Pengamanan Hutan dan Pengendalian Seluruh Kawasan &/APBDP&/A
3 Dinas Kehutanan
Kebakaran Hutan Hutan PBDK&/Swast
a
APBN
Kawasan Hutan
&/APBDP&/A
4 Konservasi Keanekaragaman Hayati Tambora& Klp. Dinas Kehutanan
PBDK&/Swast
Hutan P. Satonda
a
APBN
Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Kawasan Hutan &/APBDP&/A
5 Dinas Kehutanan
Industri Kehutanan Produksi PBDK&/Swast
a
APBN
Pemberdayaan Masyarakat disekitar Seluruh Kawasan &/APBDP&/A
6 Dinas Kehutanan
Hutan Hutan PBDK&/Swast
a
Perwujudan Pengembangan Kawasan
C
Strategis Kabupaten

Pengelolaan Kawasan Strategis


C1 Kabupaten Dompu dari Sudut
Pandang Kepentingan Ekonomi
APBN &/ Dinas PU,
Kempo, dan Pekat
1 Pengembangan Kawasan Kempo Pekat APBDP &/ Pariwisata,Diskanlu
Hu’u
APBDK t

150
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
&/Swasta

APBN &/
Dinas Kebudayaan
- Penyusunan RDTR APBDP &/
dan
pengembangankawasan Hu’u APBDK
Pariwisata,
&/Swasta
Diskanlut
APBN &/ Dinas Kebudayaan
- Promosi pariwisata APBDP &/ dan
Hu’u
APBDK Pariwisata,
&/Swasta Diskanlut
APBN &/
- Pembangunan kawasan
APBDP &/ Dinas Pariwisata
danprasarana pendukungnya Hu’u
APBDK & Diskanlut
&/Swasta
APBN &/
- Pengelolaan Kawasan
APBDP &/ Dinas Pariwisata
danPengendalian Tata Ruang Hu’u
APBDK Diskanlut
&/Swasta
APBN &/
- Pengembangan kerjasama APBDP &/ Bappeda, Dinas PU,
antardaerah Hu’u APBDK Biro
&/Swasta Kesda

Dis Pertanian, Dis


APBN &/
Peternkn,
Woja, Hu’u APBDP &/
2 Pengembangan kawasan Teluk Cempi Diskanlut,
Dompu, pajo APBDK
Diskoperindagtambe
&/Swasta
n
APBN &/
APBDP &/ Bappeda, Dinas PU,
Pengembangan Kawasan“Dompu
3 Dompu, dan Woja APBDK Diskoperindagtambe
Mandiri”
&/Swasta n

APBN &/ Bappeda, Dinas PU,


Pengembangan Kawasan “Industri APBDP &/ Diskoperindagtambe
4 Manggelewa
Terpadu” APBDK n, Dis
&/Swasta Hubtelkominfo
Pengelolaan Kawasan Strategis
C2 Kabupaten Dompu dari Sudut
Pandang Kepentingan sosial budaya
Pelestarian Situs Nangasia, Dorobatam APBN &/
Kabupaten Dinas Kebudayaan
Desa Budaya Ranggo dan Arena APBDP &/
Dompu dan Pariwisata
Pacuan Kuda Tradisiona; APBDK

151
TAHUN RENCANA
SUMBER INSTANSI I II III IV
USULAN PROGRAM UTAMA LOKASI
PENDANAAN PELAKSANA
2011 2012 2014 2013 2014 2015-2020 2021-2026 2027-2031
&/Swasta

Pengelolaan Kawasan Strategis


Kabupaten Dompu dari Sudut
C3
Pandang Kepentingan Fungsi dan
Daya Dukung Lingkungan
Pengembangan dan Perlindungan Kec.Pekat, Kec. APBN &/ KLH, Dishut, Dinas
Konservasi Laut Pulau Satonda Pajo, Kec. Huu, APBDP &/ Pariwisata,
dan Kec. Woja APBDK Diskalut.
&/Swasta

Pengelolaan Kawasan Strategis


C4 Kabupaten Dompu dari Sudut
Pandang Pertahanan dan Kemanan
Dompu, Pekat, APBN &/
Manggelewa, Kilo, APBDP &/ Hankam, Bappeda,
1 Pengembangan Kawasan Hankam
Woja ,Dompu dan APBDK Dis PU
Huu. &/Swasta

BUPATI DOMPU,

H. BAMBANG M. YASIN

152
LAMPIRAN IV
PERATURAN DAERAH KABUPATEN
DOMPU
NOMOR TAHUN 2012
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN DOMPU TAHUN 2011-2031

a. PETA STRUKTUR RUANG KABUPATEN DOMPU

b. PETA POLA RUANG KABUPATEN DOMPU

c. PETA KAWASAAN STRATEGIS KABUPATEN DOMPU

153

Anda mungkin juga menyukai