Anda di halaman 1dari 11

109

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA SMA


TERINTEGRASI PENANGGULANGAN BENCANA TANAH LONGSOR
Widya Wati
Program Studi Pendidikan Fisika, FTK IAIN Raden Intan Lampung; e-mail: widya.fis57@gmail.com

Abstrak: Wilayah Indonesia secara geologis dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan
Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur menyebabkan Indonesia banyak
memiliki gunung api yang aktif dan rawan terjadi bencana. Oleh sebab itu diperlukan edukasi mitigasi bencana
alam sejak dini. Edukasi mitigasi bencana alam dapat dilakukan dengan menintegrasikannya dalam
pembelajaran. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul pembelajaran fisika yang terintegrasi
penanggulangan bencana alam. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan model 4D.
Tahapan yang dilakukan adalah define, design, dan develop. Pada tahap define dilakukan analisis kurikulum,
analisis konsep dan analisis mitigasi bencana alam. Pada tahap design dilakukan perancangan modul
pembelajaran fisika. Tahap develop dilakukan pengembangan modul pembelajaran fisika SMA yang terintegrasi
penanggulangan bencana alam tanah longsor. Hasil penelitian menghasilkan modul pembelajaran fisika yang
dirancang untuk penanggulangan benaca alam tanah longsor.

Kata Kunci: modul pembelajaran fisika, penanggulangan bencana, tanah longsor

PENDAHULUAN mengintegrasikan pembelajaran fisika


Wilayah Indonesia secara geologis dengan penanggulangan bencana tanah
dilalui oleh dua jalur pegunungan muda longsor. Pengintegrasian ini salah satunya
dunia yaitu Pegunungan Mediterania di dapat dilakukan dalam pembuatan bahan
sebelah barat dan Pegunungan Sirkum ajar. Salah satu bahan ajar yang dapat yang
Pasifik di sebelah timur menyebabkan digunakan disekolah adalah modul
Indonesia banyak memiliki gunung api pembelajaran. Penintegrasian
yang aktif dan rawan terjadi bencana. penanggulangan bencana tanah longsor
Bencana alam yang sering terjadi di pada modul pembelajaran fisika dilakukan
wilayah Indonesia antara lain: banjir, dengan menganalisis kejadian tanah longsor
kemarau panjang, tsunami, gempa bumi, dengan analisis fisika.
gunung berapi dan tanah longsor. Adapun tujuan penelitan ini adalah
Secara garis besar, Indonesia terdiri untuk menghasilkan produl berupa model
dari 2 musim yakni musim kemarau dan pembelajaran fisika SMA yang terintegrasi
musim hujan. Musim kemarau terjadi dalam penanggulangan bencana tanah longsor.
rentang bulan april sampai oktober,
sedangkan musim hujan terjadi pada bulan LANDASAN TEORI
oktober hingga april. Memasuki awal bulan Modul Pembelajaran Fisika
oktober, Indonesia akan mulai memasuki Modul adalah salah satu jenis dari
musim penghujan. Bencana alam yang bahan ajar. Bahan ajar adalah substansi
harus diantisipasi memasuki musim hujan yang akan disampaikan dalam proses
adalah bencana tanah longsor. Diperlukan belajar mengajar (Djamarah, 2006). Tanpa
edukasi mitigasi terhadap bencana tanah bahan pelajaran proses belajar mengajar
longsor lebih awal agar dapat tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang
mengantisipasi korban-korban dari bencana akan mengajar pasti memiliki dan
tanah longsor. menguasai bahan pelajaran yang akan
Edukasi mitigasi bencana tanah longsor disampaikannya pada anak didik. Bahan
juga dapat dimulai dari sekolah dengan ajar merupakan salah satu sumber belajar
110

siswa. Puskur (2007) menegaskan bahwa keluar lereng. Secara umum kejadian
bahan ajar adalah seperangkat materi yang longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu
disusun secara sistematis baik tertulis faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor
maupun tidak sehingga tercipta pendorong adalah faktor-faktor yang
lingkungan/suasana yang memungkinkan mempengaruhi kondisi material sendiri,
siswa untuk belajar. sedangkan faktor pemicu adalah faktor
yang menyebabkan bergeraknya material
Tanah Longsor tersebut.
Tanah longsor adalah perpindahan Tanah longsor terjadi pada permukaan
material pembentuk lereng berupa batuan, bumi berupa lereng atau secara fisisnya
bahan rombakan, tanah, atau material berupa wilayah yang berbentuk bidang
campuran tersebut, bergerak ke bawah atau miring seperti gambar 1 berikut:

Gambar 1. Lereng gunung yang berbentuk miring

Proses terjadinya tanah longsor dapat 1. Gaya gravitasi


diterangkan secara ringkas yaitu: air yang Pada lereng berupa bidang miring, gaya
meresap ke dalam tanah akan menambah gravitasi / gaya berat dapat diuraikan
bobot tanah. Jika air tersebut menembus menjadi komponen gaya gravitasi pada arah
sampai tanah kedap air yang berperan sumbu y (wy) dan arah sumbu x (wx) seperti
sebagai bidang gelincir, maka tanah pada gambar 2.
menjadi licin dan tanah pelapukan di
atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan
keluar lereng.
Dari proses singkat di atas, maka
longsor dapat terjadi jika kestabilan lereng
terganggu. Berikut ini akan dijelaskan
faktor-faktor yang mengganggu kestabilan
lereng tersebut.

Gambar 2. Sebaran gaya pada bidang miring


111

Pada gambar 2, wy menahan material kering akan bertambah jika terjadi


agar tetap berada pada posisinya di atas penambahan ukuran butiran, tetapi
permukaan lereng disebut dengan gaya biasanya berkisar antara 30° dan 37°.
pendicular, sedangkan wx menyebabkan
material terlepas dan tertarik sehingga
bergerak turun sejajar lereng disebut
dengan tegangan pelepas.
Jika lereng makin curam artinya sudut
kemiringan lereng bertambah (θ >>), maka
wx juga makin besar sedangkan wy
berkurang, dengan persamaan :

wx = w. sin θ
θ >>, sin θ >> dan cos θ <<
wy = w. cos θ
Gambar 3. Butir pasar yang kering
Jika wx > wy, maka material akan bergerak
menuruni lereng
Sebagian material basah
Jika wx > gaya kohesi antara material mengakibatkan sudut repose yang sangat
penyusun permukaan lereng (sep : tanah, besar karena air menyebabkan gaya kohesi
tanah liat, pasir, dll), maka material tersebut antara butiran tanah meningkat sehingga
akan bergerak menuruni lereng butiran tetap pada posisinya.

Peranan air
Meskipun air tidak selalu terlibat
langsung sebagai medium pengantar pada
proses longsor, air memegang peranan
penting. Penambahan air akibat hujan atau
lelehan salju menyebabkan penambahan
berat material lereng. Air meresap ke dalam
tanah atau batuan sehingga menggantikan
udara yang mengisi pori-pori antar partikel Gambar 4. Gaya kohesi butiran tanah
atau rongga patahan. Jika air lebih berat
dari udara, maka terjadi penambahan berat Saat material dipenuhi oleh air, sudut
material. Karena berat adalah gaya repose semakin berkurang menuju nilai
gravitasi, maka air akan menambah yang sangat kecil dan material cenderung
tegangan pelepas material sehingga material mengalir seperti cairan. Hal ini terjadi
pun akan bergerak menuruni lereng dengan karena adanya lapisan air antara butiran-
mudahnya. butiran dan memisahkan butiran tersebut
a. Air memiliki kemampuan mengubah dari ikatan antara butirannya.
sudut repose (sudut kestabilan lereng).
Sudut repose ini merupakan sudut
tercuram dari onggokan butiran
sejumlah material yang tidak stabil dan
dikontrol oleh hubungan pergeseran
antara butiran seperti gambar 3. Secara
umum, sudut repose untuk material
112

Peristiwa pemicu
a. Peristiwa tiba-tiba
Misalnya: gempa bumi, pohon tertiup
angin, guncangan truk di jalan, ledakan
yang dibuat manusia

b. Modifikasi lereng
Modifikasi lerenag baik yang
disebabkan oleh manusia atau oleh alam
Gambar 5. Aliran air yang memisahkan butir tanah dapat menyebabkan perubahan pada sudut
kemiringan lereng
a. Air mampu melepaskan mineral pada
tanah. Jika penyerapan terjadi, maka c. Pengikisian air pada tebing
ikatan sentuh pada permukaan antara
butiran mineral menjadi hilang sehingga d. Perubahan karakteristik hidrologi
menyebabkan butiran kehilangan gaya Perubahan kareteristik hidrologi akibat
kohesi, dengan demikian tanah akan hujan dapat menjenuhkan batu dan
kehilangan ketahanannya. meningkatkan berat. Perubahan dalam
sistem air tanah dapat meningkatkan atau
b. Air mempunyai kemampuan untuk menurunkan tekanan fluida di batuan
melarutkan mineral-mineral perekat sehingga memicu terjadinya longsor.
yang mengikat seluruh butiran material.
Air yang meresap ke dalam tanah akan Pencegahan Terjadinya Bencana Tanah
merembeskan perekat butiran tersebut Longsor
sehingga juga akan mengurangi gaya Cara mencegahan bencana tanah
kohesi antara butiran tanah. longsor daat dilihat pada gambar dan
penjelasannya berikut.
c. Kuantitas air dapat menyebabkan
pergantian massa padat menjadi massa
cair pada onggokan tanah sehingga
butiran-butiran tanah akan merembes
dengan sendirinya.

Material pengganggu
Seperti air yang menyerap dan mengisi
pori-pori butiran tanah, air dan material Gambar 6. Sawah di lereng gunung
pengganggu secara bersamaan bisa
merembes ke dalam mineral-mineral tanah Jangan mencetak sawah dan membuat
lempung. kolam pada lereng bagian atas di dekat
pemukiman (gb. Kiri) Buatlah terasering
Struktur dan material yang lemah (sengkedan) [ada lereng yang terjal bila
Jika terdapat batuan atau tanah lemah membangun permukiman (gb. kanan)
di antara batuan atau tanah lemah
a. Jalan raya di pegunungan
b. Lapisan yang lemah
113

Jangan mendirikan permukiman di tepi


lereng yang terjal (gb.kiri) Pembangunan
rumah yang benar di lereng bukit.
(gb.kanan)

Gambar 7. Rumah di lereng gunung

Segera menutup retakan tanah dan


dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam
tanah melalui retakan. (gb. kiri) Jangan Gambar 10. Pendirian rumah di bawah tebing
melakukan penggalian di bawah lereng
Jangan mendirikan bangunan di bawah
terjal. (gb. kanan)
tebing yang terjal. (gb.kiri) Pembangunan
rumah yang salah di lereng bukit.
(gb.kanan)

Gambar 8. Penebangan pohon di lereng gunung

Jangan menebang pohon di lereng (gb. Gambar 11. Jalan di lereng Gunung
kiri) Jangan membangun rumah di bawah
tebing. (gb. kanan) Jangan memotong tebing jalan menjadi
tegak. (gb.kiri) Jangan mendirikan rumah di
tepi sungai yang rawan erosi. (gb.kanan).

Tahapan Mitigasi Bencana Tanah


Longsor
1. Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang
tingkat kerawanan bencana alam geologi di
suatu wilayah, sebagai masukan kepada
masyarakat dan atau pemerintah
kabupaten/kota dan provinsi sebagai data
Gambar 9. Pembangunan rumah di lereng gunung dasar untuk melakukan pembangunan
wilayah agar terhindar dari bencana.
114

2. Pemeriksaan b) Penyuluhan pencegahan dan


Melakukan penyelidikan pada saat dan penanggulangan bencana alam dengan
setelah terjadi bencana, sehingga dapat memberikan informasi mengenai
diketahui penyebab dan cara bagaimana dan mengapa tanah longsor.
penaggulangannya. c) Pemantauan daerah rawan longsor.
d) Perencanaan pengembangan sistem
3. Pemantauan peringatan dini di daerah rawan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana.
bencana, pada daerah strategis secara e) Menghindari bermukim atau
ekonomi dan jasa, agar diketahui secara mendirikan bangunan di tepi lembah
dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan sungai terjal.
masyarakat yang bertempat tinggal di f) Menghindari melakukan penggalian
daerah tersebut. pada daerah bawah lereng terjal yang
akan mengganggu kestabilan lereng
4. Sosialisasi sehingga mudah longsor.
Memberikan pemahaman kepada g) Menghindari membuat sawah baru dan
Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau kolam pada lereng yang terjang karena
Masyarakat umum, tentang bencana alam air yang digunakan akan memengaruhi
tanah longsor dan akibat yang sifat fisik lereng. Lereng menjadi
ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan lembek dan gembur sehingga tanah
dengan berbagai cara antara lain, mudah bergerak.
mengirimkan poster, booklet, dan leaflet h) Menyebarluaskan informasi bencana
atau dapat juga secara langsung kepada gerakan tanah melalui berbagai media
masyarakat dan aparat pemerintah sehingga masyarakat mengetahui.

5. Pemeriksaan bencana longsor 2. Tahap bencana


Bertujuan mempelajari penyebab, Usaha yang perlu dilakukan ketika
proses terjadinya, kondisi bencana dan tata suatu daerah terkena bencana tanah longsor
cara penanggulangan bencana di suatu antara lain berikut ini.
daerah yang terlanda bencana tanah a) Menyelamatkan warga yang tertimpa
longsor. musibah.
b) Pembentukan pusat pengendalian atau
crisis center.
Penanggulangan Bencana Tanah c) Evakuasi korban ke tempat yang lebih
Longsor aman.
Usaha mitigasi bencana tanah longsor d) Pendirian dapur umum, pos-pos
berarti segala usaha untuk meminimalkan kesehatan, dan penyediaan air bersih.
akibat terjadinya tanah longsor. Langkah- e) Pencegahan berjangkitnya wabah
langkah yang dilakukan untuk menekan penyakit.
bahaya tanah longsor dibagi menjadi tiga, f) Evaluasi, konsultasi, dan penyuluhan.
yaitu:
3. Tahap pascabencana
1. Tahap awal atau tahap preventif Setelah bencana tanah longsor terjadi,
Tahap awal dalam upaya bukan berarti permasalahan selesai, tetapi
meminimalkan kerugian akibat bencana masih ada tahapan yang perlu dilakukan
tanah longsor adalah sebagai berikut. untuk mengurangi jumlah kerugian, yaitu:
a) Mengidentifikasi daerah rawan dan
melakukan pemetaan.
115

a) Mengupayakan mengembalikan fungsi Integrasi Bencana Tanah Longsor pada


hutan lindung seperti sediakala. Materi Fisika
b) Mengevaluasi dan memperketat studi Bencana tanah longsor dapat
Amdal pada kawasan vital yang diintegrasikan pada pembelajaran fisika
berpotensi menyebabkan bencana. pada bahasan hukum Newton. Material
c) Penyediaan lahan relokasi penduduk tanah longsor yang berada pada lereng
yang bermukim di daerah bencana, dan gunung dapat dianalisis dengan hukum
di sepanjang bantaran sungai. newton pada bidang miring.
d) Normalisasi area penyebab bencana. Pada lereng berupa bidang miring, gaya
e) Rehabilitasi sarana dan prasarana gravitasi / gaya berat dapat diuraikan
pendukung kehidupan masyarakat yang menjadi komponen gaya gravitasi pada arah
terkena bencana alam secara permanen. sumbu y (wy) dan arah sumbu x (wx) seperti
f) Menyelenggarakan forum kerja sama pada gambar 11.
antardaerah dalam penanggulangan
bencana.

Gambar 12. Analisis gaya pada bidang miring

Pada gambar 11, wy menahan material


agar tetap berada pada posisinya di atas wx = w. sin θ
permukaan lereng disebut dengan gaya wy = w. cos θ θ >>, sin θ >> dan
pendicular, sedangkan wx menyebabkan cos θ <<
material terlepas dan tertarik sehingga Jika wx > wy, maka material akan bergerak
bergerak turun sejajar lereng disebut menuruni lereng
dengan tegangan pelepas.
Jika lereng makin curam artinya sudut Jika wx > gaya kohesi antara material
kemiringan lereng bertambah (θ >>), maka penyusun permukaan lereng (sep : tanah,
wx juga makin besar sedangkan wy tanah liat, pasir, dll), maka material tersebut
berkurang, dengan persamaan : akan bergerak menuruni lereng
116

METODE PENELITIAN untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan


Kegiatan yang dilakukan pada tertentu dengan spesifikasi yang detail.
penelitian ini adalah mengembangkan Dalam hal ini peneliti akan
modul pembelajaran yang terintegrasi mengembangakan suatu modul
penanggulangan bencana tanah longsor. pembelajaran fisika terintegrasi
Berdasarkan kegiatan penelitian yang penanggulangan bencana tanah longsor.
dilakukan, jenis penelitian ini adalah Modul pembelajaran ini dikembangkan
penelitian pengembangan. Hal ini sesuai dengan model 4-D (four-D models), yang
dengan yang dikemukakan oleh Emzir terdiri dari empat tahap. Menurut
(2007) bahwa penelitian pengembangan Thiagajaran (1974), keempat tahap itu
adalah penelitian yang bertujuan untuk adalah pendifinisian (define), perancangan
menghasilkan produk baru. Lebih lanjut (design), pengembangan (develop) dan
Emzir (2007) menyatakan bahwa dalam penyebaran (disseminate). Mengingat
bidang pendidikan tujuan utama penelitian keterbatasan waktu dan biaya, penelitian ini
dan pengembangan bukan untuk dilakukan sampai tahap develop atau
merumuskan atau menguji teori, tetapi pengembagan saja. Langkah-langkah
untuk mengembangkan produk-produk pengembangan perangkat pembelajaran ini
yang efektif untuk digunakan di sekolah- dapat dilihat pada gambar 12.
sekolah. Produk-produk dikembangkan

• Analisis Kurikulum
• Analisis konsep
Define • Analisis Bencana alam

• Prototype Modul Pembelajaran Fisika


Design

• Modul Pembelajaran Fisika terintegrasi


penanggulangan bencana tanah longsor
Develop

Gambar 13. Langkah-langkah 3-D Models Pengembangan Perangkat Pembelajaran (Dimodifikasi dari
Thiagarajan, 1974)
117

1. Tahap Pendifinisian sistematis memuat kriteria-kriteri modul


Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pembelajaran yang baik.
tahap define. Pada tahap define ini 3. Tahap Pengembangan
dilakukan penetapan syarat-syarat Tujuan tahap ini adalah untuk
pembelajaran dengan menganalisis standar menghasilkan modul pembelajaran fisika
kompetensi dan batasan materi yang terintegrasi penanggulangan bencana
pembelajaran yang akan diajarkan oleh tanah longsor.
guru berdasarkan isi kurikulum. Pada tahap
ini dilakukan kurikulum, analisis konsep HASIL DAN PEMBAHASAN
dan analisis mitigasi bencana alam. Hasil Setelah melakukan serangkaian
analisis kurikulum, analisis konsep, analisis langkah penelitian mengenai
mitigasi bencana alam dideskripsikan pengembangan modul pembelajaran fisika
berikut ini. terintegrasi penanggulangan bencana tanah
longsor maka dapat dideskripsikan hasil
a. Analisis Kurikulum penelitian sebagai berikut.
Berdasarkan panduan KTSP, materi
hukum newton dibahas pada konsep gerak Hasil Tahap Pendefinisian
dengan standar kompetensi menerapkan Hasil Tahap Analisis Kurikulum
konsep dan prinsip dasar kinematika dan Dalam KTSP tidak semua komponen
dinamika benda titik. Kompetensi dasar kurikulum dikembangkan oleh sekolah.
pada materi gerak ini adalah 1) Standar kompetensi lulusan, standar
Menganalisis besaran fisika pada gerak kompetensi, kompetensi dasar, kerangka
dengan kecepatan dan percepatan konstan dasar dan struktur kurikulum disusun secara
2) Menganalisis besaran fisika pada gerak terpusat oleh Badan Standar Nasional
melingkar dengan laju konstan 3) Pendidikan (BNSP).
Menerapkan Hukum Newton sebagai Dalam kurikulum yang dibuat oleh
prinsip dasar dinamika untuk gerak lurus, BNSP, standar kompetensi untuk kelas XI
gerak vertikal, dan gerak melingkar semester pertama, Mendeskripsikan gejala
beraturan alam dalam cakupan mekanika klasik
sistem diskret (partikel). Kompetensi
b. Analisis Konsep dasarnya adalah Menginterpretasikan
Pada langkah ini dilakukan kegiatan hukum-hukum Newton dan penerapannya
yaitu mengidentifikasi, merinci dan pada gerak benda
menyusun secara sistematis materi-materi Berdasarkan standar kompetensi dan
utama yang akan dipelajari oleh siswa, kompetensi dasar yang sudah dibuat oleh
selanjutnya materi tesebut disusun secara BSNP ini dikembangkan bahan ajar berupa
hirarkis. modul pembelajaran fisika. Dalam
penelitian ini modul yang dikembangkan
c. Analisis Mitigasi Bencana Alam adalah modul pembelajaran fisika
Pada langkah ini dilakukan kegiatan terintegrasi penanggulangan bencana tanah
mengidentifikasi langkah-langkah mitigasi longsor.
bencana tanah longsor.
Hasil Tahap Analisis Konsep
2. Tahap Perencanaan Sebagaimana telah dijabarkan pada
Tahap ini bertujuan untuk merancang analisis kurikulum bahwa untuk standar
modul pembelajaran fisika. Modul kompetensi standar kompetensi untuk kelas
pembelajaran fisika dirancang secara XI semester pertama, Mendeskripsikan
gejala alam dalam cakupan mekanika klasik
118

sistem diskret (partikel). Kompetensi pada gerak benda. Untuk itu analisis konsep
dasarnya adalah Menginterpretasikan untuk penelitian ini adalah gerak dalam
hukum-hukum Newton dan penerapannya mekanika dilihat pada Gambar 14.

Gerak

Hk Hk Hk
Newton I Newton II Newton III

Gambar 14. Peta Konsep gerak dalam mekanika

Berdasarkan analisis konsep, maka


diperoleh gambaran umum tentang gerak Hasil tahap Pengembangan
dengan hukum newton I, II, III Setelah menyelesaikan tahap
perancangan yang menghasilkan prototype
Hasil Tahap Analisis Penanggulangan modul pembelajaran, maka langkah
Bencana Tanah Longsor selanjutnya adalah memulai tahap
Tanah longsor adalah perpindahan pengembangan. Tahap pengembangan ini
material pembentuk lereng berupa batuan, diawali dengan merapikan prototype modul
bahan rombakan, tanah, atau material pembelajaran fisika dan mengintegrasikan
campuran tersebut, bergerak ke bawah atau modul pembelajaran fisika dengan
keluar lereng. Secara umum kejadian penanggulangan bencana tanah longsor
longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu
faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor SIMPULAN
pendorong adalah faktor-faktor yang Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
mempengaruhi kondisi material sendiri, modul pembelajaran fisika terintegrasi
sedangkan faktor pemicu adalah faktor penanggulangan bencana tanah longsor
yang menyebabkan bergeraknya material
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hasil Tahap Perancangan
Setelah melihat analisa dari tahap Dhamarah, Bahri Syaiful dan Zain, Aswan.
pendefenisian, penelitian dilanjutkan ke 2006. Strategi Belajar Mengajar.
tahap peancangan. Pada tahap perancangan Jakarta: Rineka Cipta
ini dilakukan untuk merancang modul Emzir,2011. Metodologi Penelitian
pembelajaran. Adapun modul pembelajaran Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
yang dirancang adalah modul pembelajaran Jakarta: Raja Grafindo Persada
fisika terintegrasi penanggulangan bencana
tanah longsor.
119

Nelson, Stephen. 2009. Natural Disaster :


Slope Stability, Triggering Events,
Mass Wasting Events. Tulane
University :
(http://www.tulane.edu/~sanelson/geo
l204/slopestability.htm.)
Pusat Kurikulum (Puskur). 2007.
Sosialisasi Materi Dan Pelatihan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Depdiknas

Anda mungkin juga menyukai