Anda di halaman 1dari 27

KEBIJAKAN PENGELOLAAN VAKSIN TERPADU

ONE GATE POLICY (OGP)

Direktorat Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian

5 Juni 2023
▪ Program Kemenkes RI
▪ Effective Vaccine Management (EVM)
OUTLINE sebagai dasar Management Logistik
Vaksinasi
▪ Pengelolaan Vaksin Terpadu sebagai
Implementasi One Gate Policy
▪ Tantangan dan Tindak Lanjut
▪ Penutup

22
Kemenkes berkomitmen untuk melakukan transformasi sistem kesehatan

3
Transformasi diharapkan dapat menjawab permasalahan yang
dialami oleh masyarakat dalam mengakses layanan primer

Keluhan Masyarakat Keluhan Petugas Kesehatan Keluhan Pemegang Program


(Survey GTZ dan Bappenas ) (Survey cepat ke 5 Puskesmas tentang sarana, prasarana, alkes, (Wawancara pemegang program Unirt Utama)
obat-obatan dan manajemen Puskesmas oleh Tim Pokja)

• Keterbatasan akses, jarak • Keterbatasan sarpras, obat, dan SDM • Adanya ego program sehingga
terlalu (terutama di DTPK) serta pelaksanaan kurang optimal
sarana prasarana, obat, • Rendahnya pemahaman manajemen dilapangan

• Sistem rujukan yang sulit • Pembiayaan yang dirasa kurang dan • Rendahnya kemampuan
tidak fleksibel manajerial, analisis data, dan
• Dokter jaga tidak ada koordinasi lintas program pada
• Keterbatasan pembinaan dari Dinas SDM kesehatan
• Jam layanan tidak tepat waktu Kesehatan
• Anggaran yang kaku
• Waktu tunggu yang lama

4
Program utama penguatan upaya
preventif di layanan primer

Imunisasi rutin: Peningkatan kesehatan ibu


Perluasan deteksi dini
dari 11 menjadi 14 jenis vaksin dan anak
Screening penyakit penyebab kematian
BCG, DPT-Hib, Hep B, MMR/MR, tertinggi di setiap sasaran usia: Pemantauan tumbuh kembang anak di
Polio (OPV-IPV), TT/DT/td, JE, HPV, Posyandu dengan alat antropometri
• Hipotiroid kongenital terstandar
PCV, Rotavirus • Thalasemia
Kanker Serviks merupakan satu- • Anemia
• Stroke
satunya kanker yang bisa dicegah Pemeriksaan kehamilan (ANC) dari 4
• Serangan jantung
dengan imunisasi Human • Hipertensi kali menjadi 6 kali, termasuk 2 kali USG
Papillomavirus (HPV) • Penyakit paru obstruksi kronik dengan dokter pada trimester 1 dan 3
• Tuberkulosis
Pneumonia dan diare merupakan • Kanker paru
2 dari 5 penyebab tertinggi kematian • Hepatitis
balita di Indonesia yang dapat dicegah • Diabetes
dengan imunisasi (PCV dan • Kanker payudara
Rotavirus) • Kanker serviks
• Kanker usus

Diperlukan sistem pengelolaan vaksin yang baik →EVM 5


Effective Vaccine Management
EVM adalah konsep global untuk meningkatkan kualitas rantai pasok dingin vaksin di suatu negara.

Terdapat 9 kriteria global yang digunakan sebagai parameter kualitas rantai pasok dingin vaksin,
❖ E1. Kedatangan vaksin
❖ E2. Manajemen Suhu
❖ E3. Kapasitas penyimpanan dan Transportasi
❖ E4. Storage of vaccines and dry goods
❖ E5. Perawatan
❖ E6. Manajemen Stok
❖ E7. Distribusi vaksin dan dry goods
❖ E8. Manajemen Vaksin
❖ E9. Manajemen Limbah – parameter terbaru dalam Effective Vaccine Management (EVM)

❖ Forecasting kebutuhan tahunan


4 parameter manajemen fasilitas ❖ Rencana kerja tahunan
sebagai standard global dalam ❖ Supportive supervision
rantai proses pengadaan vaksin ❖ Supply Chain performance monitoring –
(ketersediaan vaksin, potensi vaksin, efisiensi system)
Pentingnya Pengelolaan Vaksin dalam Cold Chain

Vaksin rusak oleh paparan panas,


01 dingin (beku) dan cahaya yang
berlebihan
Vaksin merupakan kebutuhan pokok
pelaksanaan imunisasi

• Harus selalu tersedia sampai ke tingkat Kualitas harus tetap terjaga


pelayanan
• Kelebihan menyebabkan pemborosan • Disimpan pada suhu yang
sesuai
• Kekurangan menyebabkan
terhambatnya pelaksanaan program • Ketersediaan coldchain
disetiap level
• Perencanaan harus tepat.

Cold Chain terdiri dari serangkaian


kegiatan yang dirancang untuk Memastikan penggunaan produk
menjaga vaksin dalam rentang suhu Menghindari resiko 02
03 penurunan khasiat dan yang efektif
yang disarankan WHO, dari awal
pembuatan sampai digunakan oleh keamanannya
konsumen
MANAJEMEN LOGISTIK VAKSINASI
Merupakan bagian dari implementasi standar pelayanan kefarmasian

MONITORING DAN EVALUASI

PEMILIHAN/SELEKSI

Jenis & jumlah vaksin untuk program vaksinasi


ditetapkan berdasarkan target sasaran

PENGGUNAAN : PELAYANAN KEFARMASIAN


⚫ Good Pharmacy Practice

PERENCANAAN
DISTRIBUSI Rencana kebutuhan berdasarkan target/sasaran
Sumber anggaran: APBN, APBD, dan sumber lain
Good Distribution Practice sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
Sistem Manajemen Distribusi
Vaksin (SMDV)

PENYIMPANAN PENGADAAN
Pengadaan vaksin dan logistik dilakukan sesuai
Berdasarkan jenisnya, Berdasarkan suhu penyimpanan
dengan Perpres Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
pada label → memerlukan Good Storage Practice
❑ Pemilihan / Seleksi Vaksin
➢ Jenis & jumlah vaksin untuk program vaksinasi ditetapkan berdasarkan target sasaran
➢ Jenis imunisasi berdasarkan PERMENKES No. 12 Tahun 2017 adalah :
Transformasi layanan primer melalui
perluasan 14 antigen → National Wide

Imunisasi Program Imunisasi Pilihan

Imunisasi Rutin Imunisasi Imunisasi • Pneumonia dan Meningitis


akibat pneumokokus
Tambahan Khusus
Dasar Lanjutan • Diare (rotavirus)
Imunisasi yang di berikan Imunisasi bagi orang • Kanker serviks (HPV)
Imunisasi pada bayi, Anak bawah dua yang akan dan dari • Influenza
sesuai kajian epidemiologi di
yaitu: tahun: tempat endemis jenis • Gondongan (Mumps)
suatu daerah, Backlog
• Hepatitis B ✓ DPT-HB-Hib • Rubella
fighting PD3I tertentu
• BCG ✓ Campak/MR • Tifoid
• Crash program • Imunisasi
• Polio Tetes (OPV) • Hepatitis A
• PIN Meningitis
• IPV Anak Sekolah (BIAS): • Japanese Encephalitis
• Catch Up Campaign Meningokokus
• DPT-HB-Hib ✓ Campak/MR • Herpes Zoster
(kampanye) • Imunisasi Yellow
• Campak/MR ✓ DT • DBD
• Sub PIN
✓ Td Fever (Demam
• Imunisasi dalam
• WUS yaitu Td Kuning)
penanggulangan KLB
(Outbreak Response • Imunisasi Rabies
Immunization/ ORI) • Imunisasi Polio
Proses Perencanaan dan Pengadaan Vaksin Program

1 Perencanaan Kebutuhan
Usulan kebutuhan Vaksin dari Program Pusat &
Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi
2 Perencanaan Pengadaan
Evaluasi terhadap : NIE, ketersediaan anggaran,
spesifikasi teknis, kesiapan industri

3 Proses Pengadaan
a. Proses pengadaan: e-katalog atau cara lain
sesuai Perpres Pengadaan Barang/Jasa
b. Pendistribusian

10
PENYIMPANAN (1)

Vaksin adalah produk biologis yang Potensi vaksin dapat berkurang seiring
berjalannya waktu, vaksin yang sudah
peka dan sensitif terhadap kehilangan potensinya >> tidak dapat
panas dan beku. digunakan lagi.

Vaksin harus selalu disimpan pada


suhu yang tepat setiap waktu sejak
dalam proses produksi hingga proses
penyuntikan.

Potensi vaksin dapat berkurang


dengan cepat ketika terpapar Mayoritas vaksin dalam bentuk cair,
akan rusak bila terpapar suhu beku.
suhu > 80C.

Sebagian besar vaksin imunisasi rutin disimpan pada suhu 2 sd 8 ⁰C,


terdapat vaksin rutin disimpan pada suhu -15 ⁰C sd -20 ⁰C.
PENYIMPANAN (2)

VAKSIN SUHU (⁰C) KELAS


BOPV, Rotavirus -15 s/d -25 A
CAMPAK, BCG, MR 2 s/d 8 B
TT, DT, Td, Hep-B, IPV, 2 s/d 8 C
Pentabio (DPT-HB-Hib),
PCV, HPV
Pelarut dan Penetes Suhu ruang (± 20-26) -
(Dropper) Gunakan VVM untuk memantau
vaksin terhadap paparan panas.
Distribusi dan Pengeluaran Logistik Imunisasi

Distribusi vaksin imunisasi rutin dilakukan pada:


Dinkes Provinsi >>> Dinkes Kab/Kota >>> Puskesmas

Pengeluaran vaksin: Setiap vaksin dan logistik yang


akan didistribusikan harus
FEFO, FIFO dan VVM dicatat pada kartu stok
Sistem
➢ Hindari mengisi cold boxes/ vaccine carriers
Manajemen
Distribusi
dengan kotak dingin beku.
Vaksin (SMDV)
➢ Vial vaksin tidak akan terlindungi dari pembekuan
bila dibungkus oleh kertas koran/karton.
Distribusi Vaksin
➢ Gunakan kotak dingin cair daripada kotak dingin
beku. Kotak dingin cair mampu mempertahankan
vaksin dalam keadaan dingin saat distribusi di
Disertai dokumen pengiriman hampir semua kondisi cuaca.
(SBBK) Menggunakan vaccine carrier ➢ Kotak dingin cair diisi oleh air dan didinginkan di
dalam lemari es.
❖ Penerimaan vaksin program dilakukan secara berjenjang mulai dari Dinkes
Provinsi, Dinkes Kab/Kota sampai dengan fasilitas pelayanan kesehatan

❖ Hal yang harus diperhatikan pada saat penerimaan :


a. Kesesuaian jumlah yang diterima dengan Berita Acara Serah Terima
b. Pencatatan penerimaan dilakukan pada aplikasi SMILE
Penerimaan
Vaksin
Program
❑ MONITORING DAN EVALUASI

➢ Monitoring dan evaluasi vaksin imunisasi


rutin dan covid melalui aplikasi SMILE
➢ Pencatatan dan pelaporan melalui Smile
dilakukan untuk data Vaksin dan logistik
vaksinasi yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di Provinsi,
Kabupaten/Kota dan fasyankes
➢ Kepatuhan pelaksanaan Stok Opname per
bulan dan Rekonsiliasi Data setiap
Pencatatan Hasil
triwulan oleh seluruh entitas pelaksanaan Pelayanan Vaksinasi
vaksinasi
▪ Program Kemenkes RI
▪ Effective Vaccine Management (EVM) sebagai
OUTLINE dasar Management Logistik Vaksinasi
▪ Pengelolaan Vaksin Terpadu sebagai
Implementasi One Gate Policy
▪ Tantangan dan Tindak Lanjut
▪ Penutup

16
16
Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009
DASAR HUKUM tentang Kesehatan
• Pemerintah menjamin ketersediaan, pemerataan dan
keterjangkauan perbekalan Kesehatan
• Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang
Undang-Undang RI No 23/2014 mengadakan, menyimpan, mengolah, mempromosikan, dan
mengedarkan obat dan bahan yang berkhasiat obat. (pasal 98 ayat 2)
tentang Pemerintahan Daerah

Penyediaan obat, vaksin, alat kesehatan dan Undang-Undang nomor 44/2009 tentang Rumah Sakit
suplemen kesehatan program nasional merupakan Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis
urusan pemerintah pusat pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi farmasi sistem
satu pintu (pasal 15 ayat 3)

Permenkes RI No 5/2019
tentang Perencanaan dan Pengadaan Obat PP Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Berdasarkan Katalog Elektronik Pekerjaan Kefarmasian
Fasyankes termasuk rumah sakit yang bekerjasama dengan Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
BPJS menyampaikan rencana kebutuhan obat (RKO) tahun mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
berikutnya melalui sistem e-monev obat dan diverifikasi pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan
secara berjenjang oleh Dinkes Kab/Kota, Provinsi dan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
Kemenkes. pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional →harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu

Permenkes no 12 Tahun 2017 tentang Imunisasi


Pemerintah Pusat bertanggungjawab terhadap
penyediaan dan pendistribusian logistik imunisasi
Hasil Pertemuan Akselerasi Capaian Indikator Program Pengelolaan Imunisasi
Tahun 2022

Pengelolaan Vaksin dan logistik vaksinasi di Instalasi Farmasi


tetap harus dilakukan secara terpadu dan terintegrasi
dengan unit kerja terkait
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ONE GATE POLICY (OGP)
Pada tahun 2022, dari total 34 Provinsi dan 514 Kab/Kota di Indonesia, sebanyak 21 IF Provinsi dan 291 IF Kab/Kota telah menerapkan
Kebijakan Pengelolaan 1 Pintu untuk Vaksin dan bertambah menjadi 25 IF Provinsi pada tahun 2023
600

514 505
500 Tindak lanjut Surat Hasil Pertemuan dari
P2P dan Koordinasi Internal dengan
400
Dinas Kesehatan Provinsi di Tahun 2022
291
300

200

100
Pada Tahun 2023 Pengelolaan Vaksin di
34 34 21 Provinsi Bengkulu, DI Yogyakarta ,
0 Sulawesi Utara dan Jawa Timur telah
IF Provinsi IF Kab/Kota dilakukan secara Terpadu 1 Pintu dengan
support dari Program dalam pengelolaan
Jumlah IF Obat Program Vaksin coldchain
IF : Instalasi Farmasi

Sumber data laporan survey Instalasi Farmasi Pemerintah, 2022


Rincian Provinsi dengan Pengelolaan Kebijakan OGP
PROVINSI KAB/KOTA
JUMLAH
NO PROVINSI
KAB/KOTA
VAKSIN
OBAT
PROGRAM
VAKSIN
OBAT
PROGRAM ❖ Sebanyak 34 Prov (100%) dan 505
1 ACEH 23 1 1 4 23
2 SUMATERA UTARA 33 1 1 13 29
Kab/Kota (98%) telah menerapkan
3
4
SUMATERA BARAT
RIAU
19
12
1
1
1
1
19
10
19
12
Kebijakan Pengelolaan 1 Pintu untuk
5 BENGKULU 10 1 1 2 10 Pengelolaan Obat Program
6 JAMBI 11 0 1 6 11
7 BANGKA BELITUNG 7 0 1 7 7
8 KEPULAUAN RIAU 7 1 1 5 7
9 SUMATERA SELATAN 17 1 1 4 15 ❖ Sebanyak 25 prov (74%) dan 291
10 LAMPUNG 15 1 1 15 15
11 BANTEN 8 1 1 5 8 Kab/Kota (54%) telah menerapkan
12 DKI JAKARTA 6 1 1 6 6
13 JAWA BARAT 27 1 1 23 27
Kebijakan Pengelolaan 1 Pintu untuk
14
15
JAWA TENGAH
DI. YOGYAKARTA
35
5
0
1
1
1
0
4
35
5
Pengelolaan Vaksin Program
16 JAWA TIMUR 38 1 1 16 36
17 KALIMANTAN BARAT 14 1 1 13 14
18 KALIMANTAN SELATAN 13 1 1 11 13
19 KALIMANTAN TENGAH 14 1 1 12 14
20 KALIMANTAN TIMUR 10 1 1 10 10
21 KALIMANTAN UTARA 5 1 1 5 5
22 SULAWESI BARAT 6 0 1 5 6
23 SULAWESI TENGAH 13 1 1 13 13
24 GORONTALO 6 1 1 6 6
25 SULAWESI UTARA 15 1 1 7 15
26 SULAWESI TENGGARA 17 0 1 5 17 Diperlukan Koordinasi dan Kolaborasi
27
28
SULAWESI SELATAN
BALI
24
9
0
1
1
1
17
4
24
9
antara Pengelola Farmasi dan
29
30
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
10
22
0
1
1
1
3
16
10
21
Program Imunisasi dalam
31 MALUKU 11 1 1 9 11 Implementasi Kebijakan OGP
32 MALUKU UTARA 10 0 1 6 10
33 PAPUA 29 0 1 8 29
34 PAPUA BARAT 13 1 1 2 13
JUMLAH 514 25 34 291 505

Sumber data laporan Survey Instalasi Farmasi Pemerintah 2022 dan update informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi 2023
PENGELOLAAN TERPADU
Sebagai Implementasi One Gate Policy

PERAN &TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH PUSAT & DAERAH


Kebijakan One Gate Policy (OGP)
yaitu pengelolaan obat dan vaksin
yang dipusatkan pada Instalasi PUSAT DAERAH
Farmasi Pemerintah, dengan
fungsi yang dilaksanakan meliputi • Penyediaan logistik imunisasi • Penyediaan peralatan cold chain & pendukungnya
Seleksi obat, perencanaan, & peralatan cold chain • Penyediaan ruang untuk menyimpan cold chain & logistik
• Pendistribusian sampai ke imunisasi
pengadaan, penerimaan, • Pendistribusian dari Provinsi sampai ke Kab/Kota
Provinsi
penyimpanan, pendistribusian, • Pendistribusian dari Kab/Kota sampai ke Puskesmas
pemantauan mutu, evaluasi dan
pencatatan pelaporan,
pemusnahan yang terintegrasi
dengan program terkait. Pengelolaan mencakup seluruh obat, vaksin dan perbekalan kesehatan yang berasal dari semua
sumber anggaran dan menjadi tanggungjawab Dinas Kesehatan

Koordinasi dan kolaborasi antara Tim Farmasi dan Program


dalam pengelolaan dan pemanfaatannya
Tujuan Pengelolaan Vaksin Terpadu
Menghindari terjadinya kekosongan vaksin

Menghindari terjadinya penumpukan vaksin

Menghindari terjadinya duplikasi penyediaan vaksin

Menghindari terjadinya vaksin kedaluwarsa

Meningkatkan efisiensi pemanfaatan vaksin yang ada


Pengelolaan Vaksin dan Logistik Vaksinasi Program Imunisasi
yang Rusak dan/atau Kedaluwarsa

❖ Vaksin rutin merupakan Barang Milik Daerah (BMD), sehingga proses pemusnahan dilakukan pada masing-masing
entitas sebagai pemilik vaksin

❖ Tata cara pengelolaan vaksin dan logistik vaksinasi program imunisasi yang kedaluwarsa/ rusak dilakukan sesuai
dengan ketentuan pada PMK Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi

❖ Pencatatan vaksin dan logistik vaksinasi program imunisasi kedaluwarsa/ rusak dilakukan pada aplikasi SMILE

❖ Berbeda dengan Vaksin Program Imunisasi Rutin, Pengelolaan Vaksin COVID-19 rusak dan/atau kedaluwarsa dilakukan
oleh Pemerintah Pusat karena vaksin tersebut merupakan Barang Milik Negara – BMN Pusat
▪ Program Kemenkes RI
▪ Effective Vaccine Management (EVM) sebagai
OUTLINE dasar Management Logistik Vaksinasi
▪ Pengelolaan Vaksin Terpadu sebagai
Implementasi One Gate Policy
▪ Tantangan dan Tindak Lanjut
▪ Penutup

24 24
TANTANGAN TINDAK LANJUT
• Jaminan ketersediaan vaksin di daerah yang tepat waktu. • Diperlukan koordinasi antara Program Imunisasi dan Farmasi
Optimalisasi penerimaan vaksin di daerah → terdapat
dalam pengelolaan vaksin dan logistik penunjang vaksinasi
alokasi vaksin yang belum dapat diterima oleh daerah

• Pelaksanaan pencatatan/updating penerimaan/ • Adanya pembagian peran pencatatan dalam aplikasi SMILE untuk
pengeluaran vaksin-logistik secara riil time dan Stock menjamin akuntabilitas pelaksanaan pengelolaan vaksin
Opname dilakukan melalui aplikasi SMILE tepat waktu
• Penerapan Kebijakan OGP pada Pengelolaan Vaksin Program
• Pengelolaan vaksin masih belum terpadu
dilakukan secara Terpadu dan Terintegrasi

• Pengelolaan vaksin Covid-19 rusak dan/kedaluwarsa • Koordinasi pemanfaatan Vaksin Covid-19 untuk pencapaian target
dilaksanakan sesuai ketentuan tata kelola BMN Pusat vaksinasi dan pengelolaan vaksin Covid-19 rusak dan/
kedaluwarsa

25
PENUTUP

Optimalisasi koordinasi antara Farmasi dan Program baik di Pusat dan


Daerah dalam pengelolaan vaksin dan logistiknya termasuk pemenuhan
kebutuhan vaksin per-bulan sehingga pengaturan pendistribusian vaksin
dapat berjalan tepat waktu sesuai kebutuhan pelaksanaan vaksinasi

Kolaborasi antara Pengelola Kefarmasian dan Program melalui


Penerapan Kebijakan One Gate Policy (OGP) dalam upaya menjamin
ketersediaan, kualitas dan mutu vaksin dan logistik penunjang vaksinasi

Peningkatan kepatuhan dan keaktifan dalam pemanfaatan Aplikasi SMILE dan


ASIK dalam pengelolaan vaksin baik imunisasi rutin maupun COVID-19

26

Anda mungkin juga menyukai