Rio Putra Pratama, Afsani Van Kuncoro, Ardiansyah Yudha Prasetya, Jauhari
Afandi, Rif’an Zuhdi Rabbani, Mohammad Dafid Farhan S., Muhamad Tabroni
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jember
Jln. Kalimantan No. 37, Sumbersari, Jember 68121
E-mail: oriopp1403@gmail.com
Abstract
Reconciliation is very important in life. Both harmony in the world of education and
in social life. This paper is a literature review that discusses inter-religious
harmony at the University of Jember in the religious sphere. The University of
Jember which claims to be a national campus is considered to still have inequality
in terms of religious harmony in the context of places of worship. At the University
of Jember, where the majority of students are Muslim, it is considered that they
have a high level of tolerance towards other religions. However, in the context of
houses of worship, the form of student tolerance at the University of Jember, which
is predominantly Muslim, is still not clearly visible. Especially tolerance related to
the ease of access to houses of worship in the campus environment. In this article,
we will discuss the opinions of Muslim students about the importance of holding
houses of worship for other religions at the University of Jember.
Keywords: Harmony, Religious Harmony, Tolerance, House Of Worship.
Abstrak
Kerukunan sangat penting dalam kehidupan. Baik kerukunan di dalam dunia
pendidikan maupun di dalam kehidupan bermasyarakat. Tulisan ini merupakan
kajian pustaka yang membahas tentang kerukunan antar umat beragama di
Universitas Jember dalam lingkup keagamaan. Universitas Jember yang mengaku
menjadi kampus kebangsaan dianggap masih memiliki ketimpangan dalam hal
kerukunan beragama dalam konteks rumah ibadah. Di Universitas Jember yang
mahasiswanya mayoritas beragama islam dinilai memiliki tingkat toleransi yang
tinggi terhadap agama lain. Namun dalam konteks rumah ibadah masih belum
terlihat secara jelas bentuk toleransi mahasiswa di Universitas Jember yang
mayoritas beragama Islam. Terutama toleransi terkait dengan kemudahan akses
rumah ibadah yang ada di lingkungan kampus. Pada tulisan kali ini akan dibahas
mengenai pendapat mahasiswa muslim tentang pentingnya diadakannya rumah
ibadah agama lain di lingkungan Universitas Jember.
Kata Kunci: Kerukunan, Kerukunan Beragama, Toleransi, Rumah Ibadah.
1
Pendahuluan
2
Terhadap Pentingnya Pembangunan Tempat Ibadah Agama Lain. Peneliti ingin
mengetahui bagaimana tanggapan dari setiap mahasiswa di Universitas Jember
tentang pentingnya pembangunan tempat ibadah agama lain di lingkungan
universitas.
Tinjauan Pustaka
Pengertian Kerukunan
Kerukunan berasal dari kata rukun. Dalam Kamus Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Cetakan Ketiga tahun 1990, artinya rukun
adalah perihal keadaan hidup rukun atau perkumpulan yang berdasarkan tolong
menolong dan persahabatan.1 Kata kerukunan berasal dari kata dasar rukun, berasal
dari bahasa Arab ruknun (rukun) jamaknya arkan berarti asas atau dasar, misalnya:
rukun Islam, asas Islam atau dasar agama Islam.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti rukun adalah sebagai berikut:
Rukun (nomina):
1. Sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya pekerjaan, seperti: tidak sah
sembahyang yang tidak cukup syarat dan rukunnya;
2. Asas, berarti: dasar, sendi: semuanya terlaksana dengan baik, tidak menyimpang
dari rukunnya; rukun Islam: tiang utama dalam agama Islam; rukun iman: dasar
kepercayaan dalam agama Islam.
3
ada kecurigaan, dimana tumbuh sikap saling menghormati dan kesediaan bekerja
sama demi kepentingan bersama.
Pengertian Beragama
Agama merupakan sebuah sistem kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
selaku pencipta segala sesuatu didunia ini dan sifatnya harus ditaati. Agama
merupakan suatu pedoman atau petunjuk bagi setiap manusia dan sering dianggap
sebagai sesuatu yang suci bagi setiap penganutnya. Dalam hal ini agama merupakan
suatu jalan hidup yang harus dilalui oleh seorang manusia atau sebagai pedoman
yang harus dipatuhi oleh umat manusia. Sejalan dengan hal tersebut dalam makna
kata Arab syariah yang berarti jalan menuju sumber mata air, yang merupakan
sumber kehidupan manusia. Jika dikaitkan dengan kehidupan manusia, agama
merupakan jalan hidup bagi seorang manusia.
Dalam konteks Islam, ada beberapa istilah yang sesuai dengan kata agama,
yaitu: al-Din, al-Millah dan al-Syari'at. Ahmad Daudy menghubungkan makna al-
Din dengan kata al-Huda (petunjuk). Hal ini menunjukkan bahwa agama
merupakan seperangkat petunjuk atau pedoman bagi setiap pemeluknya.
Muhammad Abdullah Darraz mendefinisikan agama (din) sebagai: “keyakinan
terhadap eksistensi (wujud) suatu dzat –atau beberapa dzat- ghaib yang maha tinggi,
ia memiliki perasaan dan kehendak, ia memiliki wewenang untuk mengurus dan
mengatur urusan yang berkenaan dengan nasib manusia.
Jika kita memandang dari segi bahasa, agama bukanlah merupakan kata yang
memiliki arti sifat, keadaan ataupun kerja. Kata agama sendiri memiliki arti tidak
kacau atau keteraturan. Sedangkan kata yang mengandung makna sifat atau keadaan
adalah keberagaman yang merupakan suatu kata yang berasal dari kata agama yang
setelah itu dibentuk menjadi beragama dalam berbagai literatur. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan orang yang beragama adalah seseorang yang tentunya memiliki
pedoman yang bisa membuat hidupnya teratur dan tidak kacau.
Tujuan dari manusia itu beragama adalah mencari suatu kepercayaan yang
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan segala aktivitas dan dapat
4
disepakati bersama sehingga memunculkan masyarakat yang memiliki kehidupan
yang baik, tentram, bahagia dan selamat di dunia maupun akhirat.
Dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor
8 dan 9 Tahun 2006 Pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa Kerukunan umat beragama
adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling
pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran
agamanya dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Tahun 1945.
5
bagaimana antar umat beragama dapat bekerja sama membangun kehidupan yang
harmonis. Semua itu harus berjalan dengan hati-hati mengingat agama
memperhatikan aspek emosional umat, sehingga cenderung ke arah kebenaran dari
pada mencari kebenaran. Meski beberapa pedoman kebijakan telah dirumuskan,
konflik antar umat beragama pada umumnya masih sering terjadi baik dalam hal
menyiarkan agama maupun pembangunan rumah ibadah.
Metode
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang dihimpun melalui
kuesioner dan interview terstruktur dengan menggunakan instrumen kuesioner
kerukunan umat beragama di Universitas Jember, dengan indikator ada tidaknya
rumah ibadah agama selain Islam di lingkungan kampus. Analisis data yang
berhasil dihimpun akan dianalisis dengan menggunakan Analisis Multivariat untuk
data yang dihimpun dengan menggunakan metode ‘kuesioner’ dan Analisis
Univariat untuk data yang dihimpun dengan menggunakan metode ‘Analisis
Univariat’.
6
Hasil
30
Frekuensi
28
Unej Kampus Kebangsaan
25
19
20
15
10
0
Pantas Tidak Pantas
Diagram 1.
7
UNEJ sebagai kampus kebangsaan sebanyak 28 orang atau 60% mahasiswa
menyatakan pantas sedangkan sebanyak 19 orang atau 40% menyatakan tidak
pantas.
Diagram 2.
8
Frekuensi Kerukunan Agama dengan Memudahkan
Akses Ibadah Mahasiswa Agama Lain
50
42
40
30
20
10 5
0
Setuju Tidak Setuju
Diagram 3.
40
30
20
10
3
0
Setuju Tidak Setuju
Diagram 4.
9
Kategori UNEJ mendirikan rumah ibadah selain Islam memperoleh jawaban
sebanyak 47 responden dengan diantaranya, sebanyak 94% responden menyatakan
kesetujuannya dengan pendirian rumah ibadah selain Islam tersebut dan sebanyak
6% responden menyatakan jika tidak setuju akan pendirian rumah ibadah selain
Islam.
Pembahasan
Dari hasil google form tentang pertanyaan pendirian rumah ibadah selain
islam yang praktikan bagikan telah mendapatkan sebanyak 47 responden. Dimana
42 responden (89%) menyatakan penting pendirian rumah ibadah selain islam di
lingkungan Universitas Jember. Sedangkan 5 responden (11%) lainnya memilih
untuk tidak penting pendirian rumah ibadah selain islam di lingkungan Universitas
Jember. Dapat disimpulkan bahwa keinginan mahasiswa di lingkungan Universitas
Jember dalam mendirikan tempat ibadah selain agama islam sendiri terbilang cukup
tinggi. Ini dibuktikan dengan sebanyak 42 responden atau sebanyak 89%
menyatakan bahwa penting untuk mendirikan rumah ibadah di lingkungan
Universitas Jember. Ini berbanding terbalik dengan 3 mahasiswa yang melakukan
wawancara dengan praktikan. Dimana 3 mahasiswa tersebut mengatakan bahwa
10
tidak begitu penting pendirian tempat ibadah selain islam di lingkungan Universitas
Jember sendiri. Dimana alasan dari responden dan mahasiswa yang diwawancarai
memilih untuk tidak penting pendirian rumah ibadah tersebut dikarenakan
mayoritas dari mahasiswa dan karyawan Universitas Jember adalah pemeluk agama
islam serta agama selain islam sendiri hanya melakukan ibadah seminggu sekali
tidak sesering agama islam. Perbedaan ini dapat terjadi dikarenakan perbedaan
pandangan dari berbagai mahasiswa sendiri, dimana sebanyak 42 mahasiswa
mengatakan penting untuk pendirian rumah agama lain dikarenakan untuk
mengimplementasikan Pancasila dan kerukunan antar umat beragama. Akan tetapi
berbeda pandangan dengan 8 mahasiswa yang menyatakan tidak penting pendirian
rumah ibadah lain selain agama islam, ini dikarenakan mayoritas dari mahasiswa
serta karyawan menganut agama islam serta Universitas Jember berada di tengah
kota sehingga banyak sekali tempat ibadah agama lain yang berdiri untuk
mengakomodasi penganut agama lain dalam beribadah. Sehingga anggaran yang
digunakan akan sedikit mubazir, apabila tempat ibadah tersebut tidak digunakan
secara maksimal.
11
Berdasarkan jawaban dari responden pada google form didapatkan data
sebanyak 93,6% responden (44 responden) menjawab setuju agar didirikan rumah
ibadah agama selain Islam. Sedangkan sebanyak 6,4% responden (3 responden)
menjawab tidak setuju adanya pendirian rumah ibadah agama selain Islam.
Berdasarkan hasil wawancara mayoritas responden yang diwawancarai setuju agar
didirikan rumah ibadah agama selain Islam. Berdasarkan data yang diperoleh,
peneliti menemukan bahwasannya mayoritas mahasiswa di Universitas Jember
setuju agar didirikan rumah ibadah agama selain Islam di lingkungan kampus.
Sedangkan terdapat sebagian mahasiswa yang tidak setuju mengenai pendirian
rumah ibadah agama selain Islam. Dari data tersebut, peneliti dapat menyimpulkan
bahwasannya mahasiswa muslim di Universitas Jember memandang bahwasannya
penting agar dilakukan pembangunan tempat ibadah agama selain Islam di
lingkungan kampus.
Dari hasil google form yang telah disebar oleh praktikan sendiri didapatkan
sebanyak 47 responden yang memberikan saran yang berkaitan dengan akses rumah
ibadah selain agama islam di lingkungan kampus. Selain itu sebanyak 3 mahasiswa
yang diwawancarai oleh praktikan memberikan saran juga tentang akses rumah
ibadah selain agama islam di lingkungan kampus. Dimana 50 mahasiswa tersebut
memberikan banyak sekali saran tentang akses rumah ibadah selain agama islam di
lingkungan kampus. Dari 50 mahasiswa tersebut terbagi menjadi dua yaitu
mahasiswa yang memberikan saran untuk dibangun rumah ibadahnya dan sebagian
lagi memberikan saran untuk sebaiknya tidak dibangun rumah ibadahnya. Dimana
mahasiswa yang memberikan saran untuk dibangun rumah ibadahnya beralasan
bahwa ini merupakan salah satu penerapan dari kerukunan beragama dan penerapan
nilai-nilai Pancasila. Sehingga dengan dibangunya tempat ibadah agama lain maka
orang-orang yang non-muslim dapat mendapatkan hak yang sama seperti orang-
orang muslim yaitu tempat ibadah di lingkungan kampus. Untuk sebagian
mahasiswa yang memberikan saran untuk sebaiknya tidak dibangun tempat ibadah
tersebut memiliki alasan yang cukup kuat. Dimana mereka memberikan saran untuk
Universitas Jember melakukan hubungan dengan tempat ibadah agama selain islam
untuk mengakomodasi mahasiswa atau karyawan yang non muslim. Mereka
12
menganggap bahwa pengimpelemntasian kerukunan antar umat beragam tidak
hanya berindikator dengan pembangunan ibadah agama selain islam. Banyak cara
salah satunya dengan menghargai dan menghormati adalah kunci. Agama lain tidak
diperlukan membangun rumah ibadahnya di kampus. Sebagai contoh agama
Kristen atau Katolik, mereka telah memiliki gereja sendiri. Jika mereka telah
terdaftar di satu gereja mereka tidak akan berpindah gereja untuk beribadah dan
peribadatan mereka tidak setiap hari. Sehingga pembangunan rumah ibadah agama
lain kurang diperlukan.
Kesimpulan
13
Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini dapat berjalan dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Afandi,
M.Pd.I., para responden penelitian baik via angket atau wawancara, dan semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Daftar Pustaka
Bahri, Syamsul dan Fahry Z. 2014. Model Penelitian Kuantitatif Berbasis Sem-
Amos. Yogyakarta: deeppublish.
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9.
2006. Pedoman dan Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah
Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum
Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat. Jakarta.
Wahyuddin, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
14