Anda di halaman 1dari 14

PANDANGAN MAHASISWA MUSLIM TERHADAP PENTINGNYA

PEMBANGUNAN TEMPAT IBADAH AGAMA LAIN (STUDI KASUS DI


LINGKUNGAN UNIVERSITAS JEMBER)

Rio Putra Pratama, Afsani Van Kuncoro, Ardiansyah Yudha Prasetya, Jauhari
Afandi, Rif’an Zuhdi Rabbani, Mohammad Dafid Farhan S., Muhamad Tabroni
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jember
Jln. Kalimantan No. 37, Sumbersari, Jember 68121
E-mail: oriopp1403@gmail.com

Abstract
Reconciliation is very important in life. Both harmony in the world of education and
in social life. This paper is a literature review that discusses inter-religious
harmony at the University of Jember in the religious sphere. The University of
Jember which claims to be a national campus is considered to still have inequality
in terms of religious harmony in the context of places of worship. At the University
of Jember, where the majority of students are Muslim, it is considered that they
have a high level of tolerance towards other religions. However, in the context of
houses of worship, the form of student tolerance at the University of Jember, which
is predominantly Muslim, is still not clearly visible. Especially tolerance related to
the ease of access to houses of worship in the campus environment. In this article,
we will discuss the opinions of Muslim students about the importance of holding
houses of worship for other religions at the University of Jember.
Keywords: Harmony, Religious Harmony, Tolerance, House Of Worship.
Abstrak
Kerukunan sangat penting dalam kehidupan. Baik kerukunan di dalam dunia
pendidikan maupun di dalam kehidupan bermasyarakat. Tulisan ini merupakan
kajian pustaka yang membahas tentang kerukunan antar umat beragama di
Universitas Jember dalam lingkup keagamaan. Universitas Jember yang mengaku
menjadi kampus kebangsaan dianggap masih memiliki ketimpangan dalam hal
kerukunan beragama dalam konteks rumah ibadah. Di Universitas Jember yang
mahasiswanya mayoritas beragama islam dinilai memiliki tingkat toleransi yang
tinggi terhadap agama lain. Namun dalam konteks rumah ibadah masih belum
terlihat secara jelas bentuk toleransi mahasiswa di Universitas Jember yang
mayoritas beragama Islam. Terutama toleransi terkait dengan kemudahan akses
rumah ibadah yang ada di lingkungan kampus. Pada tulisan kali ini akan dibahas
mengenai pendapat mahasiswa muslim tentang pentingnya diadakannya rumah
ibadah agama lain di lingkungan Universitas Jember.
Kata Kunci: Kerukunan, Kerukunan Beragama, Toleransi, Rumah Ibadah.

1
Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman agama yaitu Islam,


Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Dengan keberagaman
tersebut membuat negara Indonesia menjadi negara majemuk yaitu suatu kondisi
dimana masyarakat memiliki banyak perbedaan baik dari strata sosial, ekonomi,
ras, suku, bangsa, dan keyakinan yang mempengaruhi adat istiadat masyarakat
tersebut. Indonesia merupakan negara yang penduduknya beragama Islam namun
bukan berarti bahwa Indonesia merupakan negara Islam. Dengan beragamnya
agama di Indonesia sering mengakibatkan intoleransi di dalam hubungan
bermasyarakat, karena masing-masing agama menyatakan bahwa agama merekalah
yang paling benar.

Universitas Jember merupakan sebuah lembaga pendidikan yang memiliki


banyak mahasiswa dengan latar belakang agama yang berbeda – beda. Dalam
kurikulum wajib universitas terdapat mata kuliah pendidikan agama, dimana mata
kuliah ini mengajarkan banyak sekali nilai – nilai yang terdapat di agama yang
dipeluk oleh setiap mahasiswa Universitas Jember. Bukan hanya mata kuliah
pendidikan agama Islam saja, dalam kurikulum ini juga memberikan mata kuliah
pendidikan agama Kristen, Katolik, Buddha, dan Hindu bagi pemeluknya. Ini
menggambarkan bahwa Universitas Jember menjunjung toleransi beragama yang
ada di lingkungan Universitas Jember itu sendiri. Dengan menjunjung toleransi
tersebut maka Universitas Jember akan menjadi universitas yang menekankan
toleransi di setiap kegiatannya.

Dalam pengimplementasian nilai – nilai agama yang ada di Universitas


Jember salah satunya yaitu dalam hal beribadah. Ini ditunjukkan dengan
dibangunnya tempat ibadah bagi orang muslim yaitu Masjid Al-Hikmah. Selain itu
di setiap fakultas dibangun musholla-musholla yang digunakan untuk beribadah
bagi civitas akademika muslim yang ada di setiap fakultas. Sedangkan untuk agama
lain belum terdapat tempat ibadah untuk menunjang ibadah di lingkungan
universitas dan di lingkungan fakultas. Dengan hal ini menjadi sebuah alasan bagi
peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Pandangan Mahasiswa Muslim

2
Terhadap Pentingnya Pembangunan Tempat Ibadah Agama Lain. Peneliti ingin
mengetahui bagaimana tanggapan dari setiap mahasiswa di Universitas Jember
tentang pentingnya pembangunan tempat ibadah agama lain di lingkungan
universitas.

Tinjauan Pustaka
Pengertian Kerukunan
Kerukunan berasal dari kata rukun. Dalam Kamus Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Cetakan Ketiga tahun 1990, artinya rukun
adalah perihal keadaan hidup rukun atau perkumpulan yang berdasarkan tolong
menolong dan persahabatan.1 Kata kerukunan berasal dari kata dasar rukun, berasal
dari bahasa Arab ruknun (rukun) jamaknya arkan berarti asas atau dasar, misalnya:
rukun Islam, asas Islam atau dasar agama Islam.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti rukun adalah sebagai berikut:
Rukun (nomina):

1. Sesuatu yang harus dipenuhi untuk sahnya pekerjaan, seperti: tidak sah
sembahyang yang tidak cukup syarat dan rukunnya;
2. Asas, berarti: dasar, sendi: semuanya terlaksana dengan baik, tidak menyimpang
dari rukunnya; rukun Islam: tiang utama dalam agama Islam; rukun iman: dasar
kepercayaan dalam agama Islam.

Kerukunan diartikan adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antara


semua orang meskipun mereka berbeda secara suku, ras, budaya, agama, golongan.
Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena
sebelumnya ada ketidakrukunan serta kemampuan dan kemauan untuk hidup
bersama dengan damai dan tenteram.

Kerukunan juga diartikan sebagai kehidupan bersama yang diwarnai oleh


suasana yang harmonis dan damai, hidup rukun berarti tidak mempunyai konflik,
melainkan bersatu hati dan sepakat dalam berpikir dan bertindak demi mewujudkan
kesejahteraan bersama. Di dalam kerukunan semua orang bisa hidup bersama tanpa

3
ada kecurigaan, dimana tumbuh sikap saling menghormati dan kesediaan bekerja
sama demi kepentingan bersama.

Pengertian Beragama

Agama merupakan sebuah sistem kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
selaku pencipta segala sesuatu didunia ini dan sifatnya harus ditaati. Agama
merupakan suatu pedoman atau petunjuk bagi setiap manusia dan sering dianggap
sebagai sesuatu yang suci bagi setiap penganutnya. Dalam hal ini agama merupakan
suatu jalan hidup yang harus dilalui oleh seorang manusia atau sebagai pedoman
yang harus dipatuhi oleh umat manusia. Sejalan dengan hal tersebut dalam makna
kata Arab syariah yang berarti jalan menuju sumber mata air, yang merupakan
sumber kehidupan manusia. Jika dikaitkan dengan kehidupan manusia, agama
merupakan jalan hidup bagi seorang manusia.

Dalam konteks Islam, ada beberapa istilah yang sesuai dengan kata agama,
yaitu: al-Din, al-Millah dan al-Syari'at. Ahmad Daudy menghubungkan makna al-
Din dengan kata al-Huda (petunjuk). Hal ini menunjukkan bahwa agama
merupakan seperangkat petunjuk atau pedoman bagi setiap pemeluknya.
Muhammad Abdullah Darraz mendefinisikan agama (din) sebagai: “keyakinan
terhadap eksistensi (wujud) suatu dzat –atau beberapa dzat- ghaib yang maha tinggi,
ia memiliki perasaan dan kehendak, ia memiliki wewenang untuk mengurus dan
mengatur urusan yang berkenaan dengan nasib manusia.

Jika kita memandang dari segi bahasa, agama bukanlah merupakan kata yang
memiliki arti sifat, keadaan ataupun kerja. Kata agama sendiri memiliki arti tidak
kacau atau keteraturan. Sedangkan kata yang mengandung makna sifat atau keadaan
adalah keberagaman yang merupakan suatu kata yang berasal dari kata agama yang
setelah itu dibentuk menjadi beragama dalam berbagai literatur. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan orang yang beragama adalah seseorang yang tentunya memiliki
pedoman yang bisa membuat hidupnya teratur dan tidak kacau.

Tujuan dari manusia itu beragama adalah mencari suatu kepercayaan yang
dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan segala aktivitas dan dapat

4
disepakati bersama sehingga memunculkan masyarakat yang memiliki kehidupan
yang baik, tentram, bahagia dan selamat di dunia maupun akhirat.

Konsep Kerukunan Beragama

Kerukunan antar umat beragama merupakan kondisi sosial dimana semua


golongan umat beragama dapat hidup serasi tanpa mengurangi hak dan kewajiban
dalam menjalankan ibadah menurut agamanya masing-masing. Setiap umat
beragama haruslah hidup rukun dan damai. Sikap fanatisme terhadap agama dan
sikap tidak peduli atas hak keberagaman serta perasaan orang lain tidak akan
melahirkan kerukunan umat beragama. Akan tetapi, hal tersebut tidak diartikan
sebagai pemikiran bahwa kerukunan hidup antar umat beragama memberikan ruang
untuk mencampurkan unsur-unsur yang ada dari agama yang berbeda, karena hal
tersebut dapat merusak nilai-nilai yang terkandung dalam agama itu sendiri.

Menurut Wahyudin (2009) kerukunan antar umat beragama dapat diartikan


dengan toleransi antar umat beragama. Pada dasarnya, toleransi itu sendiri
menunjukkan masyarakat harus bersikap lapang dada serta menerima adanya
perbedaan antar umat beragama. Saling menghormati dalam hal beribadah dan
keyakinan, tidak memaksakan agama kepada suatu golongan merupakan bentuk
lain dari kerukunan umat beragama.

Dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor
8 dan 9 Tahun 2006 Pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa Kerukunan umat beragama
adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling
pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran
agamanya dan kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Tahun 1945.

Memperhatikan pengertian kerukunan umat beragama berdasarkan peraturan


bersama dua Menteri di atas, mengingatkan kepada bangsa Indonesia bahwa
kerukunan antar umat beragama bukan hanya tercapainya kondisi suasana batin
yang penuh kehangatan antar umat beragama, tetapi yang lebih penting adalah

5
bagaimana antar umat beragama dapat bekerja sama membangun kehidupan yang
harmonis. Semua itu harus berjalan dengan hati-hati mengingat agama
memperhatikan aspek emosional umat, sehingga cenderung ke arah kebenaran dari
pada mencari kebenaran. Meski beberapa pedoman kebijakan telah dirumuskan,
konflik antar umat beragama pada umumnya masih sering terjadi baik dalam hal
menyiarkan agama maupun pembangunan rumah ibadah.

Metode

Jenis penelitian ini adalah Kuantitatif Analitik Observasional, yang berarti


penelitian ini dilakukan tanpa melibatkan intervensi terhadap subjek penelitian
(mahasiswa Universitas Jember) yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan
atau situasi, dengan desain penelitian Cross Sectional yang dilaksanakan pada bulan
Mei s.d pertengahan bulan Juni 2023.

Besar sampel adalah 50 mahasiswa Universitas Jember tahun ajaran


2022/2023, dengan keterlibatan minimal lima dari tiga fakultas (untuk kuesioner)
dan satu mahasiswa minimal dari tiga fakultas (untuk interview) dengan
mempertimbangkan α = 0,05 , β = 90%, dan proporsi sebanyak 0,65 % dengan
menggunakan Rumus Lameshow One Sample Hypothesis One Side. Proses
pengambilan data-data yang kemudian dikalkulasikan dan dihimpun untuk menjadi
informasi, dilakukan dengan cara Systematic Random Sampling.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang dihimpun melalui
kuesioner dan interview terstruktur dengan menggunakan instrumen kuesioner
kerukunan umat beragama di Universitas Jember, dengan indikator ada tidaknya
rumah ibadah agama selain Islam di lingkungan kampus. Analisis data yang
berhasil dihimpun akan dianalisis dengan menggunakan Analisis Multivariat untuk
data yang dihimpun dengan menggunakan metode ‘kuesioner’ dan Analisis
Univariat untuk data yang dihimpun dengan menggunakan metode ‘Analisis
Univariat’.

6
Hasil

Hasil analisis Univariat didapatkan bahwa sebagian besar mahasiswa


Universitas Jember tidak sepakat untuk pendirian rumah ibadah agama lain di
Universitas Jember, yaitu 2 mahasiswa (66,8%) yang tidak setuju pendirian rumah
ibadah agama lain di Universitas Jember dan 1 mahasiswa (33,2%) yang setuju
pendirian rumah ibadah agama lain di Universitas Jember.

Hasil analisis Multivariat dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Universitas


Jember yang setuju mendirikan rumah ibadah di Universitas Jember sebanyak 42
mahasiswa (94%) dan mahasiswa yang tidak setuju sebanyak 3 mahasiswa (6%).
Dengan kata lain, ada gap perbedaan dari kedua hasil dengan menggunakan metode
pengambilan data yang berbeda. Perbedaan ini akan dianalisis dalam pembahasan.

UNEJ Kampus Kebangsaan Frekuensi Persentase


Pantas 28 60%
Tidak Pantas 19 40%
Total 47 100%
Tabel 1.

30
Frekuensi
28
Unej Kampus Kebangsaan

25

19
20

15

10

0
Pantas Tidak Pantas

Diagram 1.

Berdasarkan output analisis deskriptif untuk kategori julukan atau jargon


kepada kampus Universitas Jember sebagai Kampus Kebangsaan walaupun
pendirian akses rumah ibadah selain Islam belum ada. Diketahui jika frekuensi dari

7
UNEJ sebagai kampus kebangsaan sebanyak 28 orang atau 60% mahasiswa
menyatakan pantas sedangkan sebanyak 19 orang atau 40% menyatakan tidak
pantas.

Mendirikan Rumah Ibadah Selain Islam Frekuensi Persentase


Penting 42 89%
Tidak Penting 5 11%
Total 47 100%
Tabel 2.

Frekuensi Mendirikan Rumah Ibadah Selain Islam


45 42
40
35
30
25
20
15
10 5
5
0
Penting Tidak Penting

Diagram 2.

Berdasarkan diagram 2. di atas diketahui jika frekuensi pendirian rumah


ibadah selain Islam dilingkungan kampus UNEJ dinilai penting oleh kebanyakan
mahasiswa UNEJ dengan persentase 89%. Kemudian sebanyak 11% menganggap
pendirian rumah ibadah selain Islam tidak terlalu penting.

Kerukunan Agama dengan Memudahkan Akses Ibadah Frekue Persent


Mahasiswa Agama Lain nsi ase
Setuju 42 89%
Tidak Setuju 5 11%
Total 47 100%
Tabel 3.

8
Frekuensi Kerukunan Agama dengan Memudahkan
Akses Ibadah Mahasiswa Agama Lain
50
42
40

30

20

10 5

0
Setuju Tidak Setuju

Diagram 3.

Terkait dengan kerukunan agama dapat diwujudkan dengan cara


memudahkan akses ibadah mahasiswa lain diketahui jika, sebanyak 42 orang atau
89% setuju dengan pendapat atau gagasan tersebut. Dan sebanyak 11% menyatakan
tidak setuju dengan hal tersebut.

UNEJ Mendirikan Rumah Ibadah Agama Lain Frekuensi Persentase


Setuju 44 94%
Tidak Setuju 3 6%
Total 47 100%
Tabel 4.

Frekuensi UNEJ Medirikan Rumah Ibadah Agama


Lain
50 44

40

30

20

10
3
0
Setuju Tidak Setuju

Diagram 4.

9
Kategori UNEJ mendirikan rumah ibadah selain Islam memperoleh jawaban
sebanyak 47 responden dengan diantaranya, sebanyak 94% responden menyatakan
kesetujuannya dengan pendirian rumah ibadah selain Islam tersebut dan sebanyak
6% responden menyatakan jika tidak setuju akan pendirian rumah ibadah selain
Islam.

Pembahasan

Kepantasan Universitas Jember menggunakan ‘Kampus Kebangsaan’ sebagai


Julukan Kampus dengan indikator kemudahan akses beribadah mahasiswa atau
civitas akademika agama selain Islam di lingkungan kampus. Dari hasil penelitian
dengan jenis kuesioner. Didapatkan hasil bahwa sebanyak 28 (60%) responden
menyatakan Universitas Jember, pantas untuk menjuluki dirinya sebagai ‘Kampus
Kebangsaan’ dan 19 (40%) menyatakan bahwa Universitas Jember tidak pantas
menjuluki dirinya sebagai ‘Kampus Kebangsaan’. Dari hasil yang telah dijelaskan
di atas, menandakan bahwasanya mahasiswa Universitas Jember memiliki denial
dan harapan yang besar untuk mewujudkan Universitas Jember sebagai kampus
kebangsaan, didapatkan hasil pula bahwa mayoritas mahasiswa Universitas Jember
menilai bahwa tidak ada hubungan antara tersediannya rumah ibadah agama lain di
lingkungan kampus dengan julukan ‘Kampus Kebangsaan’ oleh Universitas
Jember.

Dari hasil google form tentang pertanyaan pendirian rumah ibadah selain
islam yang praktikan bagikan telah mendapatkan sebanyak 47 responden. Dimana
42 responden (89%) menyatakan penting pendirian rumah ibadah selain islam di
lingkungan Universitas Jember. Sedangkan 5 responden (11%) lainnya memilih
untuk tidak penting pendirian rumah ibadah selain islam di lingkungan Universitas
Jember. Dapat disimpulkan bahwa keinginan mahasiswa di lingkungan Universitas
Jember dalam mendirikan tempat ibadah selain agama islam sendiri terbilang cukup
tinggi. Ini dibuktikan dengan sebanyak 42 responden atau sebanyak 89%
menyatakan bahwa penting untuk mendirikan rumah ibadah di lingkungan
Universitas Jember. Ini berbanding terbalik dengan 3 mahasiswa yang melakukan
wawancara dengan praktikan. Dimana 3 mahasiswa tersebut mengatakan bahwa

10
tidak begitu penting pendirian tempat ibadah selain islam di lingkungan Universitas
Jember sendiri. Dimana alasan dari responden dan mahasiswa yang diwawancarai
memilih untuk tidak penting pendirian rumah ibadah tersebut dikarenakan
mayoritas dari mahasiswa dan karyawan Universitas Jember adalah pemeluk agama
islam serta agama selain islam sendiri hanya melakukan ibadah seminggu sekali
tidak sesering agama islam. Perbedaan ini dapat terjadi dikarenakan perbedaan
pandangan dari berbagai mahasiswa sendiri, dimana sebanyak 42 mahasiswa
mengatakan penting untuk pendirian rumah agama lain dikarenakan untuk
mengimplementasikan Pancasila dan kerukunan antar umat beragama. Akan tetapi
berbeda pandangan dengan 8 mahasiswa yang menyatakan tidak penting pendirian
rumah ibadah lain selain agama islam, ini dikarenakan mayoritas dari mahasiswa
serta karyawan menganut agama islam serta Universitas Jember berada di tengah
kota sehingga banyak sekali tempat ibadah agama lain yang berdiri untuk
mengakomodasi penganut agama lain dalam beribadah. Sehingga anggaran yang
digunakan akan sedikit mubazir, apabila tempat ibadah tersebut tidak digunakan
secara maksimal.

Berdasarkan jawaban dari responden pada google form didapatkan data


sebanyak 89% responden (42 responden) menjawab benar untuk memudahkan
akses mahasiswa agama lain selain Islam dalam beribadah. Sedangkan sebanyak
10,6% responden (5 responden) menjawab tidak benar untuk memudahkan akses
ibadah mahasiswa agama lain selain Islam dalam beribadah. Berdasarkan hasil
wawancara mayoritas responden yang diwawancarai tidak membenarkan untuk
memudahkan akses ibadah mahasiswa agama lain selain Islam dalam beribadah.
Berdasarkan data yang diperoleh, peneliti menemukan bahwasannya mayoritas
mahasiswa di Universitas Jember membenarkan agar Universitas dapat
memberikan akses yang mudah kepada mahasiswa yang beragama lain selain Islam
untuk beribadah. Sedangkan terdapat sebagian mahasiswa yang tidak membenarkan
Universitas memberikan akses yang mudah kepada mahasiswa yang beragama lain
selain Islam untuk beribadah, karena mayoritas mahasiswa di Universitas Jember
beragama Islam.

11
Berdasarkan jawaban dari responden pada google form didapatkan data
sebanyak 93,6% responden (44 responden) menjawab setuju agar didirikan rumah
ibadah agama selain Islam. Sedangkan sebanyak 6,4% responden (3 responden)
menjawab tidak setuju adanya pendirian rumah ibadah agama selain Islam.
Berdasarkan hasil wawancara mayoritas responden yang diwawancarai setuju agar
didirikan rumah ibadah agama selain Islam. Berdasarkan data yang diperoleh,
peneliti menemukan bahwasannya mayoritas mahasiswa di Universitas Jember
setuju agar didirikan rumah ibadah agama selain Islam di lingkungan kampus.
Sedangkan terdapat sebagian mahasiswa yang tidak setuju mengenai pendirian
rumah ibadah agama selain Islam. Dari data tersebut, peneliti dapat menyimpulkan
bahwasannya mahasiswa muslim di Universitas Jember memandang bahwasannya
penting agar dilakukan pembangunan tempat ibadah agama selain Islam di
lingkungan kampus.

Dari hasil google form yang telah disebar oleh praktikan sendiri didapatkan
sebanyak 47 responden yang memberikan saran yang berkaitan dengan akses rumah
ibadah selain agama islam di lingkungan kampus. Selain itu sebanyak 3 mahasiswa
yang diwawancarai oleh praktikan memberikan saran juga tentang akses rumah
ibadah selain agama islam di lingkungan kampus. Dimana 50 mahasiswa tersebut
memberikan banyak sekali saran tentang akses rumah ibadah selain agama islam di
lingkungan kampus. Dari 50 mahasiswa tersebut terbagi menjadi dua yaitu
mahasiswa yang memberikan saran untuk dibangun rumah ibadahnya dan sebagian
lagi memberikan saran untuk sebaiknya tidak dibangun rumah ibadahnya. Dimana
mahasiswa yang memberikan saran untuk dibangun rumah ibadahnya beralasan
bahwa ini merupakan salah satu penerapan dari kerukunan beragama dan penerapan
nilai-nilai Pancasila. Sehingga dengan dibangunya tempat ibadah agama lain maka
orang-orang yang non-muslim dapat mendapatkan hak yang sama seperti orang-
orang muslim yaitu tempat ibadah di lingkungan kampus. Untuk sebagian
mahasiswa yang memberikan saran untuk sebaiknya tidak dibangun tempat ibadah
tersebut memiliki alasan yang cukup kuat. Dimana mereka memberikan saran untuk
Universitas Jember melakukan hubungan dengan tempat ibadah agama selain islam
untuk mengakomodasi mahasiswa atau karyawan yang non muslim. Mereka

12
menganggap bahwa pengimpelemntasian kerukunan antar umat beragam tidak
hanya berindikator dengan pembangunan ibadah agama selain islam. Banyak cara
salah satunya dengan menghargai dan menghormati adalah kunci. Agama lain tidak
diperlukan membangun rumah ibadahnya di kampus. Sebagai contoh agama
Kristen atau Katolik, mereka telah memiliki gereja sendiri. Jika mereka telah
terdaftar di satu gereja mereka tidak akan berpindah gereja untuk beribadah dan
peribadatan mereka tidak setiap hari. Sehingga pembangunan rumah ibadah agama
lain kurang diperlukan.

Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah iklim kerukunan beragama di


Universitas Jember masih jauh dari kata toleran dilihat dari tidak adanya rumah
ibadah selain agama Islam di sana. Universitas Jember sebagai ‘Kampus
Kebangsaan’ oleh sebagian mahasiswa muslim dipandang tidak cocok menyandang
gelar itu karena hal semacam pendirian rumah agama lain masih belum difasilitasi.
Sebagian mahasiswa muslim menilai bahwa dengan didirikannya rumah ibadah
agama lain di Universitas Jember dapat menunjang pelaksanaan ibadah,
menciptakan ruang aman dan nyaman, dan memberikan hak yang sama bagi
mahasiswa selain Islam di sana. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwasannya
sebagian mahasiswa muslim juga berpandangan tidak semua umat agama lain
membutuhkan adanya rumah ibadah mereka karena di wilayah luar kampus sudah
ada.

Saran untuk peneliti selanjutnya adalah diharapkan dapat mengkaji dan


menggali lebih dalam lagi perihal perspektif umat muslim secara umum tentang
pembangunan rumah ibadah agama lain di lingkungannya dan secara khusus bagi
civitas akademika perguruan tinggi dalam membangun iklim kerukunan beragama
melalui pendirian rumah ibadah agama lain sehingga bisa menciptakan hasil
penelitian yang lebih memuaskan lagi.

13
Ucapan Terima Kasih

Penelitian ini dapat berjalan dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Afandi,
M.Pd.I., para responden penelitian baik via angket atau wawancara, dan semua
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Daftar Pustaka

Bahri, Syamsul dan Fahry Z. 2014. Model Penelitian Kuantitatif Berbasis Sem-
Amos. Yogyakarta: deeppublish.

Novita, S. 2016. Kepenulisan Teks Eksplanasi dalam Penelitian Berbasis


Humaniora. Banyuwangi: Universitas PGRI Banyuwangi.

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan 9.
2006. Pedoman dan Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah
Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum
Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat. Jakarta.

Pratiwi, Mariska. Pengertian Agama. Artikel.

RI, D. 1997. Bingkai teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama di Indonesia.


eprints.walisongo, 8-10.

Wahyuddin, dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai