Anda di halaman 1dari 2

Ujian SPMB Pascasarjana STT HKBP Pematang Siantar

Nama : Sahat Dimas Pardosi

Mengutip pemahaman Riris Johanna Siagian bahwa roh (tondi) adalah bagian hakiki
yang dimanifestasikan dalam dirinya. Orang Batak tidak terpisahkan dalam hubungannya dengan
roh leluhurnya, karena hubungan yang erat dengan roh merupakan manifestasi hubungan antara
makrokosmos dengan mikrokosmos. Hubungan yang erat tersebut tidak terlepas dari pemikiran
pantheisme yang berarti Tuhan yang berada di setiap ruang.

Kemudian, Sahala menurut Siagian adalah kekuatan, kuasa yang tak terbatas, maha besar,
extraordinary. Sahala termasuk salah satu hal yang berhubungan dengan spiritual manusia dalam
pembentukan moral. Oleh karena itu, sahala mengajak setiap orang untuk hidup berdisplin dan
diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, adat, masyarakat, pendidikan dan agama.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari terdapat hubungan roh antara roh orang mati
dengan yang hidup di mana hubungan itu tidak terputus tetapi selalu ada hubungan yang timbal
balik dan saling ketergantungan. Bahkan, dikaitkan dengan hal baik dan buruk berupa berkat dan
kutuk sehingga ada ketergantungan dan kesetiaan dari keluarganya yang masih hidup untuk
melaksanakan upacara-upacara ritual dan ritus-ritus norma kesucian budaya. Hal itu dapat
dihubungkan dengan pemahaman tentang kosmologi yaitu melihat keseluruhan hidup yang
merupakan totalitas dengan kehadiran dari ketiga unsur yang terikat dan harmoni dalam agama
Batak yaitu menyangkut unsur ilahi, unsur sosial dan unsur dunia.

Terdapat juga pemahaman yang tersirat dalam hati orang Batak bahwa dalam
kenyataannya terdapat praktek hubungan serta pengharapan antara orang hidup kepada orang
mati yang masih berlaku dan berlangsung hingga saat ini kendati telah menerima kekristenan
selama 160 tahun.

Roh itu akan memberi spirit yang luar biasa untuk menguatkan manusia untuk tetap
bertahan. Yesus sendiri pun sudah mengingatkan manusia, bahwa roh memang penurut, tetapi
daging lemah (Mat. 26:41; Mrk. 14:38, Luk. 22:46). Spirit, energi yang luar biasa itu diperoleh
dalam kontak dan relasi yang terus-menerus dengan Allah Bapa, melalui perenungan dan doa,
sebagaimana Yesus perlihatkan melalui doa yang bersungguh-sungguh. Pemaknaan Imago Dei
sebagai meniru perangai Allah menunjukkan bahwa pada dasarnya, perangai yang Imago Dei itu
adalah perangai dalam keseluruhan ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, karakter manusia
yang sedemikian adalah karakter yang memiliki hubungan yang akrab dan relasi yang kuat di
dalam Allah. Dapat disimpulkan, bahwa menjadi manusia beragama sebenarnya bukanlah
bagaimana seseorang memeluk satu agama tertentu. Tetapi yang pertama dan terutama adalah
bagaimana seorang manusia itu menghidupi keyakinan keagamaannya yang kemudian
membentuk perilakunya sehari-hari. Sehingga muncul istilah yang belakangan disebut dengan
sahala.

Di dalam kehidupan sehari-hari mereka yang memiliki sahala yang tinggi akan
menampilkan karakter yang positif di dalam dirinya, karakter yang membawa kebaikan-kebaikan
dan mendatangkan kehidupan bagi orang lain. Orang-orang yang memiliki sahala tinggi akan
memerlihatkan di dalam dirinya terdapat nilai-nilai ideal, dan orang-orang seperti itulah yang
kemudian menonjol dalam tataran kepemimpinan, sebagai orang yang: berspiritualitas
(martondi), berintegritas (satu kata dan tindakan, sada hata nang pambahenan), dapat dipercaya
(haposan), mendengar dengan hati (roha na manangihon), bijaksana (marbisuk), visioner
(marpanatapan tu jolo), Mengayomi/melindungi (marorot).

Sahala juga merupakan karisma plus. Satu contoh orang yang memiliki karisma plus
menurut Weber adalah pendeta. Pendeta yang berusaha membangun ruang suci di dalam dirinya,
berkomplentasi di mana ia berusaha untuk masuk ke dalam diri sendiri, dan memberi ruang yang
besar di dalam hati untuk menggumuli berbagai hal berkaitan dengan nilai-nilai ketuhanan, atau
hal-hal yang dianggap suci/kudus.

Anda mungkin juga menyukai