Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

Stroke Iskemik

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas Kepaniteraan Klinik


Departemen Ilmu Penyakit Saraf

Pembimbing:
KOMBES Pol dr. Joko Nafianto, Sp.S

Disusun Oleh:
Johannes Rafael Oloan Siahaan (2165050054)

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA TK I R. SAID SUKANTO
PERIODE 21 NOVEMBER – 31 DESEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Laporan kasus
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik bagian Departemen Ilmu
Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia di RS Bhayangkara Tk. I
R. Said Sukanto. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada KOMBES dr. Joko
Nafianto, Sp.N selaku pembimbing laporan kasus ini dan kepada seluruh dokter yang telah
membimbing selama kepaniteraan. Tidak lupa ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi pembacanya. Terima kasih atas perhatiannya, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pihak yang terkait dan kepada seluruh pembaca.

Jakarta, 8 Desember 2022

Johannes Rafael Oloan


BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Usia : 72 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Cikoko Barat III no.14
Pekerjaan : Pensiunan
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah menikah
Tanggal datang ke IGD : 06 December 2022 (11.07 WIB)
Tanggal Periksa : 07 December 2022 (15.34 WIB)
Ruangan : Cendana 1 Ruang 3

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan keponakan pasien di ruang tunggu
cendana 1 RS Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto.

• Keluhan Utama
Penurunan kesadaran sejak 3 hari SMRS
• Keluhan Tambahan
Keluhan lemah sisi tubuh kiri, penurunan napsu makan
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Ny. A usia 73 tahun masuk IGD RS Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto
pada tanggal 06 Desember 2022 dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 3 hari
SMRS. Penurunan kesadaran terjadi secara tiba tiba sejak 3 hari yang lalu. Diketahui
dari keluarga bahwa pasien sempat terjatuh dari kursi pada saat ingin berdiri dan
tergeletak di lantai sebelum dibantu berdiri oleh keluarganya. Keluarga pasien
mengatakan penyebab terjatuhnya pasien dikarenakan saat sedang bangun dari duduk
tiba tiba kaki pasien sebelah kiri terasa lemah dan tidak bisa untuk menahan dan
akhrinya terjatuh. Pasca jatuh pasien tidak dibawa ke rumah sakit dan dirawat dirumah
selama 2 hari. Keluarga pasien mengatakan pada saat menemukan pasien di lantai
keadaan pasien masih sadar penuh tetapi selama 2 hari dirawat di rumah , keluarga
mengatakan kesadaran pasien semakin menurun hanya bisa berbaring saja, berbicara
suka ngaco dan mata membuka mata bila mendengar suara saja. Dikarenakan itu
keluarga pasien baru membawa ke Rumah Sakit. Keluarga juga mengatakan pasien
merasa bagian tubuh sebelah kirinya susah untuk digerakan dan terasa sangat lemah,
pasien juga mengeluh tidak bisa menelan makanan atau minuman selalu ada rasa ingin
tersedak sehingga pasien tidak napsu makan. Keluarga pasien mengatakan baru
pertama kali memiliki keluhan seperti ini. Untuk BAB dan BAK tidak ada keluhan,
Nyeri kepala disangkal, Demam disangkal, mual disangkal, Muntah nyembur
disangkal, kejang disangkal.

● Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat hipertensi disangkal


- Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
- Riwayat Jantung disangkal
- Riwayat stroke disangkal
- Riwayat keganasan disangkal
- Riwayat alergi disangkal

● Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat Keluhan Serupa : Disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Stroke : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Keganasan : disangkal
● Riwayat Kebiasaan Pasien

- Pasien sering konsumsi makanan yang rasanya asin seperti ikan teri.

- Pasien sering tidur larut malam.


- Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal.
- Pasien jarang mengecek kondisi kesehatannya.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 07 Desember 2022 di Cendana 1 Ruang 3 RS


Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto.

Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : GCS 10 (E3M5V2)

Tanda - Tanda Vital :


● Tekanan Darah : 140/90 mmHg

● Frekuensi nadi : 88 x/menit

● Laju Pernapasan : 25 x/menit

● Suhu : 36,7°C (thermogun)

● SpO2 : 98% on air

Status Antropometri :

● Berat Badan (BB) : 60 kg

● Tinggi Badan (TB) : 165 cm

● Indeks Massa Tubuh (IMT) : 22 kg/m2


Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+), pupil
isokor ϕ 3mm/3mm
Telinga : Normotia, sekret (-/-), serumen (-/-), fistel (-/-)
Hidung : Sekret (-/-), deformitas (-/-)
Mulut : Bibir tidak kering, mukosa baik
Leher : Trakea ditengah, kaku leher (-), pembesaran KGB (-),
pembesaran tiroid (-), peningkatan JVP (-)
Thorax
● Jantung
Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba 2 jari pada ICS V linea
midclavicularis sinistra
Perkusi : - Batas kanan jantung setinggi ICS IV pada linea
parasternalis dextra
- Batas kiri jantung setinggi ICS V pada linea
axillaris anterior sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

● Paru
Inspeksi : Gerakan dinding dada simetris kanan & kiri
Palpasi : Vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor pada lapang paru kanan & kiri
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)

● Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) 4x/menit
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen, nyeri ketok (-),
shifting dullness (-)

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), batas hepar normal, massa (-),

defence muscular (-)

Punggung : alignment vertebra tampak baik, deformitas (-),lesi (-)


Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-/-/-)
Kulit : Warna sawo matang
Status Neurologis
1. Tingkat kesadaran
● Kuantitatif : E3 M5 V2 (GCS: 10)
● Kualitatif : Dellirium
2. Tanda rangsang meningeal
● Kaku kuduk : -
● Brudzinki I : -
● Brudzinki II : -/-
● Brudzinki III : tidak dilakukan
● Brudzinki IV : tidak dilakukan
● Kernig sign : >135ͦ >135ͦ, tahanan -/-, nyeri -/-
● Laseque sign : >70ͦ/ >70ͦ, tahanan -/-, nyeri -/-
3. Pemeriksaan Nervus Kranialis
● N. I (N. Olfaktorius)
o Nasal dextra : tidak dilakukan pemeriksaan
o Nasal sinistra : tidak dilakukan pemeriksaan
● N. II (N. Optikus)
o Oculi dextra
- Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
- Lapang pandang : tidak dilakukan pemeriksaan
- Warna primer : tidak dilakukan pemeriksaan
- Funduskopi : tidak dilakukan pemeriksaan
o Oculi sinistra
- Visus : tidak dilakukan pemeriksaan
- Lapang pandang : tidak dilakukan pemeriksaan
- Warna primer : tidak dilakukan pemeriksaan
- Funduskopi : tidak dilakukan pemeriksaan
● N. III (N. Okulomotorius), N. IV (N. Troklear), N.VI (N. Abdusens)
o Oculi dextra
- Pupil : 3 mm, RCL (+), RCTL (+)
- Gerak bola mata : kesan normal
- Kelopak mata : normal
o Oculi sinistra
- Pupil : 3 mm, RCL (+), RCTL (+)
- Gerak bola mata : kesan normal
- Kelopak mata : normal
Doll’s Eye : (-)
● N. V (N. Trigeminal)
o Sensorik
▪ Sensasi raba
⬥ N. V1 (N. Oftalmikus) : tidak dilakukan pemeriksaan
⬥ N. V2 (N. Maksilaris) : tidak dilakukan pemeriksaan
⬥ N. V3 (N. Mandibularis) : tidak dilakukanpemeriksaan

o Motorik
▪ Kekuatan otot mengigit : tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Membuka rahang : tidak dilakukan pemeriksaan
o Reflek Kornea : +/+
● N. VII (N. Fasialis)
o Sensorik : tidak dilakukan pemeriksaan

o Motorik
▪ Memejamkan mata : +/+
▪ Mengangkat alis : +/+
▪ Menggembungkan pipi : tidak dilakukan pemeriksaan

▪ Mencucu : tidak dilakukan pemeriksaan

▪ Meringis : simetris

Kerutan nasolabial: simetris

o Pemeriksaan Refleks
▪ Refleks Orbikularis Okuli : Normal
▪ Refleks Palpebra : Normal
▪ Refleks Orbikularis Oris : Normal
o Pemeriksaan Otonom Parasimpatis
▪ Fungsi lakrimasi : Tidak dilakukan
▪ Fungsi saliva : kesan normal

● N. VIII (N. Vestibulokoklearis)


o Pemeriksaan Pendengaran
▪ Tes Rinne : tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Tes Weber : tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Tes Schwabach : tidak dilakukan pemeriksaan
o Pemeriksaan Keseimbangan
▪ Romberg : tidak dilakukan pemeriksaan

▪ Fukuda stepping test : tidak dilakukan pemeriksaan

▪ Past pointing test : tidak dilakukan pemeriksaan

▪ Nistagmus : tidak dilakukan pemeriksaan

● N. IX (N. Glosofaringeus)
o Arkus faring : tidak dilakukan pemeriksaan
o Palatum mole : tidak dilakukan pemeriksaan
o Uvula : tidak dilakukan pemeriksaan
o Pengecapan 1/3 posterior lidah : tidak dilakukan pemeriksaan
● N. X (N. Vagus)
o Disfagia : tidak dilakukan pemeriksaan
o Sering tersedak : tidak dilakukan pemeriksaan
o Disfonia : tidak dilakukan pemeriksaan
o Refleks muntah : +
● N. XI (N. Aksesorius)
o Menolehkan kepala : tidak dilakukan pemeriksaan
o Mengangkat bahu : tidak dilakukan pemeriksaan

● N. XII (N. Hipoglosus)


o Posisi dan bentuk lidah : tidak dilakukan pemeriksaan
o Kekuatan otot lidah : tidak dilakukan pemeriksaan
o Deviasi : tidak dilakukan pemeriksaan
o Atrofi : tidak dilakukan pemeriksaan
o Tremor : tidak dilakukan pemeriksaan

4. Pemeriksaan Motorik
• Motorik
Lateralisasi Sinistra
● Tonus otot
o Ekstremitas atas : normotonus

o Ekstremitas bawah : normotonus

● Trofi
- Ekstremitas atas : normotrofi
- Ekstremitas bawah : normotrofi
● Refleks Fisiologis
o Ekstremitas atas
▪ Bisep : ++/+++
▪ Trisep : ++/+++
o Ekstremitas bawah
▪ Patela : ++/++
▪ Achilles : ++/++
● Refleks Patologis
o Ekstremitas atas
▪ Hoffman : -/-
▪ Tromner : -/-
o Ekstremitas bawah
▪ Babinski : +/+
▪ Chaddock : -/-
▪ Schaeffer : -/-
▪ Gordon : -/-
▪ Klonus : -/-
5. Pemeriksaan Sensorik
● Rangsang Raba
o Wajah
▪ Dextra : tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Sinistra : tidak dilakukan pemeriksaan
o Thorax dan abdomen
▪ Dextra : tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Sinistra : tidak dilakukan pemeriksaan
o Ekstremitas atas
▪ Dextra : tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Sinistra : tidak dilakukan pemeriksaan
o Ekstremitas bawah
▪ Dextra : tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Sinistra : tidak dilakukan pemeriksaan
● Rangsang Nyeri
o Wajah
▪ Dextra : tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Sinistra : tidak dilakukan pemeriksaan
o Thorax dan abdomen
▪ Dextra : tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Sinistra : tidak dilakukan pemeriksaan
o Ekstremitas atas
▪ Dextra : tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Sinistra : tidak dilakukan pemeriksaan
o Ekstremitas bawah
▪ Dextra : tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Sinistra : tidak dilakukan pemeriksaan
● Rangsang Suhu
- Dextra : tidak dilakukan pemeriksaan -
Sinistra : tidak dilakukan pemeriksaan
6. Pemeriksaan keseimbangan dan koordinasi
● Keseimbangan
o Romberg : tidak dilakukan pemeriksaan
o Fukuda Stepping Test : tidak dilakukan pemeriksaan
o Past Pointing Test : tidak dilakukan pemeriksaan
o Nistagmus : -/-
● Koordinasi
o Tes telunjuk hidung : tidak dilakukan pemeriksaan

o Tes tumit lutut : tidak dilakukan pemeriksaan

o Rapid Alternating Movements : tidak dilakukan pemeriksaan


o Fenomena Rebound : tidak dilakukan pemeriksaan

7. Pemeriksaan saraf otonom


● BAB : baik
● BAK : baik
● Berkeringat : baik

8. Pemeriksaan fungsi luhur


● Memori : tidak dilakukan pemeriksaan
● Kognitif : tidak dilakukan pemeriksaan
● Visuospasial : tidak dilakukan pemeriksaan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Siriraj Score
Kesadaran : Dellirium (+1x2.5)
Muntah : tidak (+0x2)
Sakit kepala : tidak (+0x2)
TD diastole : 90 mmHg (+0,1x 90)
Ateroma : Tidak ada (-0x3)
Siriraj score = kesadaran + muntah + sakit kepala + TD diastole – atheroma –
konstanta = 2.5 + 0 + 0 + 9 - 0 - 12 = 0,5
Kesan : Stroke Iskemik

Gadjah Mada Stroke Score


Penurunan kesadaran : (+)
Nyeri kepala : (-)
Refleks Babinski : (+)
Interpretasi : Stroke Perdarahan

X-Ray Thorax AP

Kesan :
- Kardiomegali
- Aorta Kalsifikasi
- Pneumonia
CT Scan Kepala tanpa kontras
Kesan :
- Infark subakut di lobus frontal sinistra
- Infark kronik di parietooccipital dan thalamus dextra
- Multiple infark lacunar kronik dan subakut di ganglia basalis bilateral
-Leukoencephalopathy di preventrikel dan sentrum semiovale bilateral
- Atrofi cerebri dengan hydrocephalus ex vacuo
- Kista retensi sinus maxilarris dextra
- Concha bullosa concha nasal media bilateral

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Kimia Klinik

Elektrolit

Natrium 140 135-145 mmol/L

Kalium 4.1 3,5-5,0 mmol/L

Chlorida 109 98-108 mmol/L

Hematologi

Hemoglobin 13.7 13-16 g/dL

Leukosit 11.480 5000-10.000

Trombosit 275.000 150.000-450.000

Kimia Klinik
GDS 104 <200 mg/dL

Ureum 67 10-50 mg/dL

Creatinine 1.1 0,5-1,5 mg/dL

Estimasi GFR 50 >= 90 ml/min /1.73/m2

SGOT/AST 112 <200 mg/dL

SGPT/ALT 18,5 10-50 mg/dL

Asam Urat 10,5 2,4 – 5,7 mg/dL

Trigliserida 144 <200 mg/dL

Koleterol Total 209 <200 mg/dL

V. Resume
Pasien Ny. A usia 72 tahun masuk IGD RS Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto
pada tanggal 06 December 2022 dengan keluhan mengalami penurunan kesadaran
sejak 3 hari SMRS. Penurunan kesadaran terjadi mendadak disertai kelemahan
sisi tubuh kiri yang terjadi saat pasien ingin berdiri dari posisi duduk . Pasien
merasa selalu tersedak saat sedang makan dan minum jadi tidak napsu makan.

Dari pemeriksaan fisik umum didapatkan, keadaan umum tampak sakit berat,
kesadaran apatis GCS 10 (E3M5V2), tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi
88x/menit, dengan IMT 22 kg/m. Dari pemeriksaan status neurologis, tanda
rangsang meningeal tidak ditemukan. Pemeriksaan nervus kranialis banyak yang
tidak dapat dilakukan dikarenakan pasien mengalami penurunan kesadaran.
Pemeriksaan motorik dan sensorik juga tidak dapat dilakukan. Pemeriksaan saraf
otonom normal dan fungsi luhur tidak dapat dilakukan.

VI. Diagnosis
• Diagnosis Klinis: Penurunan kesadaran (GCS 10), Hemiparese sinistra, Hiper
refleks patella dan bicep,
• Diagnosis Topis: Korteks Cerebri Dextra
• Diagnosis Etiologis: Vaskular (suspek Emboli)
• Diagnosis Patologis: Infark
• Diagnosis kerja : Penurunan kesadaran e.c Stroke Iskemik

• Diagnosis Tambahan : Hipertensi gr I , Atrial Fibrilation, CHF CAD. ISK

VII. Tatalaksana Farmakologis dan Non Farmakologis


● Non Farmakologis
1. Pertahankan Jalan napas dan Pernapasan
2. IVFD NaCl 0,9% 500cc/24 jam
3. Monitor terus untuk kenaikan dari GCS
4. Konsul ke Sp.S terkait penurunan kesadaran dan hemiparese sinistra
● Farmakologis
1. Inj Ceftriaxone 1x2gr IV
2. Inj Ranitidine 2x50mg IV
3. Inj Citicoline 3x500 mg IV
4. As. Folat 3x1 PO
5. Bisoprolol 2,5mg 1x1 PO

VIII. Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem
saraf pusat fokal atau global yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala ini
berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, berasal dari gangguan aliran darah
otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke
sekunder karena trauma maupun infeksi.

2.2 Etiologi
Stroke non hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari dua mekanisme patogenik yaitu
trombosis serebri atau emboli serebri.
1. Trombosis serebri menunjukkan oklusi trombotik arteri karotis atau cabangnya, biasanya
karena arterosklerosis yang mendasari. Proses ini sering timbul selama tidur dan bisa
menyebabkan stroke mendadak dan lengkap. Defisit neurologi bisa timbul progresif dalam
beberapa jam atau intermiten dalam beberapa jam atau hari.
2. Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau cabangnya oleh
trombus atau embolisasi materi lain dari sumber proksimal, seperti bifurkasio arteri karotis
atau jantung. Emboli dari bifurkasio karotis biasanya akibat perdarahan ke dalam plak atau
ulserasi di atasnya di sertai trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi

ateromatosa dari plak sendiri. Embolisme serebri sering di mulai mendadak, tanpa tanda-
tanda disertai nyeri kepala berdenyut.

2.3 Faktor Resiko


Ada beberapa faktor risiko stroke yang sering teridentifikasi pada stroke non
hemoragik, diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi dan yang dapat di
modifikasi.12
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :
1. Usia

Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 55 tahun dan akan meningkat
dua kali dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65 tahun dan hampir 13% berumur di
bawah 45 tahun.12
2. Jenis kelamin
Laki-laki lebih berisiko terkena stroke daripada perempuan tetapi penelitian
menyimpulkan bahwa justru lebih banyak perempuan yang meninggal krena stroke.
Risiko stroke pria 1,25 kali lebih tinggi daripada perempuan.12,
3. Heriditer

Gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi,
penyakit jantung, diabetes melitus dan kelainan pembuluh darah, dan riwayat stroke
dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke
pada usia kurang dari 65 tahun, meningkatkan risiko terkena stroke.13
4. Rasa atau etnik

Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada kulit putih. Data
sementara di Indonesia, suku Padang lebih banyak menderita dari pada suku Jawa
(khususnya Yogyakarta).12

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :


1. Riwayat stroke

Seseorang yang pernah memiliki riwayat stoke sebelumnya dalam waktu lima
tahun kemungkinan akan terserang stroke kembali sebanyak 35% sampai 42%.12
2. Hipertensi

Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak empat sampai enam


kali ini sering di sebut the silent killer dan merupakan risiko utama terjadinya stroke
non hemoragik dan stroke hemoragik. Berdasarkan Klasifikasi menurut JNC 7 yang
dimaksud dengan tekanan darah tinggai apabila tekanan darah lebih tinggi dari 140/90
mmHg, makin tinggi tekanan darah kemungkinan stroke makin besar karena
mempermudah terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah, sehingga
mempermudah terjadinya penyumbatan atau perdarahan otak.12,14
3. Penyakit jantung

Penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, paska
oprasi jantung juga memperbesar risiko stroke, yang paling sering menyebabkan stroke
adalah fibrilasi atrium, karena memudahkan terjadinya pengumpulan darah di jantung
dan dapat lepas hingga menyumbat pembuluh darah otak.12
4. (DM) Diabetes mellitus

Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan mencapai
tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut akan menurun.

Namun, ada factor penyebab ain yang dapat memperbesar risiko stroke karena sekitar
40% penderita diabetes pada umumnya juga mengidap hipertensi.12
5. TIA

Merupakan serangan-serangan defisit neurologik yang mendadak dan singkat


akibat iskemik otak fokal yang cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat
penyembuhan berfariasi tapi biasanya 24 jam. Satu dari seratus orang dewasa di
perkirakan akan mengalami paling sedikit satu kali TIA seumur hidup mereka, jika
diobati dengan benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini akan mengalami stroke dalam
3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena stroke dalam lima
tahun setelah serangan pertama.15,16
6. Hiperkolesterol

Lipid plasma yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas.
Kolesterol dan trigliserida adalah jenis lipid yang relatif mempunyai makna klinis
penting sehubungan dengan aterogenesis. Lipid tidak larut dalam plasma sehingga lipid
terikat dengan protein sebagai mekanisme transpor dalam serum, ikatan ini
menghasilkan empat kelas utama lipuprotein yaitu kilomikron, lipoprotein densitas
sangat rendah (VLDL), lipoprotein densitas rendah (LDL), dan lipoprotein densitas
tinggi (HDL). Dari keempat lipo protein LDL yang paling tinggi kadar kolesterolnya,
VLDL paling tinggi kadar trigliseridanya, kadar protein tertinggi terdapat pada HDL.
Hiperlipidemia menyatakan peningkatan kolesterol dan atau trigliserida serum di atas
batas normal, kondisi ini secara langsung atau tidak langsung meningkatkan risiko
stroke, merusak dinding pembuluh darah dan juga menyebabkan penyakit jantung
koroner. Kadar kolesterol total >200mg/dl, LDL >100mg/dl, HDL <40mg/dl,
trigliserida >150mg/dl dan trigliserida >150mg/dl akan membentuk plak di dalam
pembuluh darah baik di jantung maupun di otak.12,16
7. Merokok

Merokok meningkatkan risiko terjadinya stroke hampir dua kali lipat, dan
perokok pasif berisiko terkena stroke 1,2 kali lebih besar. Nikotin dan karbondioksida
yang ada pada rokok menyebabkan kelainan pada dinding pembuluh darah, di samping
itu juga mempengaruhi komposisi darah sehingga mempermudah terjadinya proses
gumpalan darah.

2.4 Klasifikasi

Menurut Harsonon stroke iskemik secara patologik dapat dibagi tiga yaitu
Trombosis pembuluh darah (thrombosis serebri), emboli serebri, Arteritis sebagai akibat
dari lues/arteritis temporalis. Sedangkan berdasarkan bentuk klinisnya stroke iskemik
diklasifikasikan menjadi:
a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA) pada bentuk ini gejala
neurologic yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang
dalam waktu 24 jam.
b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit
(RIND), gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama
dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
c. Stroke Progresif (Progessive Stroke/stroke in evolution), stroke yang gejala
neurologiknya makin lama makin berat.
d. Stroke Komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke), stroke yang gejala
klinisnya sudah menetap.

2.5 Diagnosis

Ditetapkan dari anamnesis dan pemeriksaan neurologis dimana didapatkan gejala-


gejala yang sesuai dengan waktu perjalanan penyakitnya dan gejala serta tanda yang sesuai

dengan daerah pendarahan pembuluh darah otak tertentu.


1. Anamnesis
Defisit neurologis yang terjadi secara tiba-tiba, saat aktifitas/istirahat, onset,
nyeri kepala/tidak, kejang/tidak, muntah/tidak, kesadaran menurun, serangan pertama
atau berulang. Juga bisa didapatkan informasi mengenai faktor resiko stroke. Faktor
resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, jenis kelamin, ras, dan genetik.
Sementara faktor resiko yang dapat diubah adalah hipertensi, diabetes melitus, penyakit
jantung, riwayat TIA/ stroke sebelumnya, merokok, kolesterol tinggi dalam darah, dan
obesitas.

2. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum, kesadaran (Glasgow Coma Scale), tanda vital. Pemeriksaan


neurologis dapat dilakukan untuk melihat apakah ada deficit neurologis, tanda-tanda
perdarahan, tanda-tanda peningkatan TIK, ataupun tanda-tanda ransang meninges.

Alat bantu skoring : Skor Siriraj


Penggunaan skor siriraj turut dilakukan dalam membantu mendiagnosa stroke pada
sebelum atau tanpa adanya CT scan.
SKOR SIRIRAJ

SKOR GAJAH MADA


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lain yang dapat di lakukan adalah dengan menggunakan teknik pencitraan
diantaranya yaitu :
1. CT scan Penggunaan CT-Scan adalah untuk mendapatkan etiologi dari stroke yang
terjadi. Pada stroke non-hemoragik, ditemukan gambaran lesi hipodens dalam
parenkim otak. Sedangkan dengan pemeriksaan MRI menunjukkan area hipointens.

Gambar 7.1. CT scan stroke iskemik

2. MRI (magnetic resonance imaging)

Lebih sensitif dibandingkan dg CT scan dalam mendeteksi stroke non


hemoragik rigan, bahkan pada stadium dini, meskipun tidak pada setiap kasus. Alat ini
kurang peka dibandingkan dengan CT scan dalam mendeteksi perdarahan intrakranium
ringan.
3. Ultrasonografi dan MRA (magnetic resonance angiography)

Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan ultrasonografi (menggunakan


gelombang suara untuk menciptakan citra), MRA digunakan untuk mencari
kemungkinan penyempitan arteri atau bekuan di arteri utama, MRA khususnya
bermanfaat untuk mengidentifikasi aneurisma intrakranium dan malformasi pembuluh
darah otak.
4. Angiografi otak

Merupakan penyuntikan suatu bahan yang tampak dalam citra sinar-X ke dalam
arteri-arteri otak. Pemotretan dengan sinar-X kemudian dapat memperlihatkan
pembuluh-pembuluh darah di leher dan kepala.
.
DIAGNOSIS BANDING
• Stroke Hemoragik
• Ensefalopati toksik/metabolic
• Ensefalitis
• Lesi struktural intrakranial (hematoma subdural, hematoma epidural, tumor otak)
• Kelainan non neurologis / fungsional (contoh: kelainan jiwa)
• Trauma kepala
• Ensefalopati hipertensif
• Migren hemiplegik
• Abses otak
• Sklerosis multiple.

2.6 Tatalaksana

Tatalaksana untuk stroke iskemik akut mengacu pada pedoman yang dibuat oleh
AHA dan European Stroke Organisation (ESO) yang terbaru.3
Tatalaksana Umum

Stabilisasi jalan napas dan pernapasan


• Pemantauan status neurologis, nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan saturasi
oksigen secara kontinu dalam 72 jam pertama.
• Pemberian oksigen jika saturasi oksigen < 95%.
• Perbaiki jalan napas: pemasangan pipa orofaring pada pasien yang tidak sadar,
pemberian bantuan ventilasi pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran
atau disfungsi bulbar dengan gangguan jalan napas.
• Intubasi endotracheal tube (ETT) atau laryngeal mask airway (LMA) pada pasien
hipoksia (pO2 <60 mmHg atau pCO2 > 50 mmHg), syok, atau pada pasien yang
berisiko mengalami aspirasi.
• Pipa endotrakeal usahakan terpasang tidak lebih dari 2 minggu, kalau lebih maka
dianjurkan dilakukan trakeostomi.
Stabilisasi hemodinamik
• Pemberian cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari pemberian cairan
hipotonik seperti glukosa).
• Dianjurkan pasang central venous catheter (CVC), upayakan tekanan vena central
5-12 mmHg.
• Bila tekanan darah sistolik dibawah 120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, dapat
diberikan agen vasopressor secara titrasi, seperti dopamin dosis sedang/tinggi
norepinefrin atau epinefrin dengan target TD sitolik 140 mmHg.
• Pemantauan jantung dalam 24 jam pertama setelah serangan stroke iskemik.
• Bila terdapat adanya penyakit jantung kongestif, segera konsul kardiolog.
Pengendalian peningkatan tekanan intrakranial (TIK)
• Pemantauan ketat pada kasus dengan risiko edema serebri, memperhatikan tanda
neurologis dan apakah terdapat perburukan gejala pada hari-hari pertama setelah
serangan stroke.
• Alat monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan pasien dengan
penurunan kesadaran karena kenaikan TIK.
• Sasaran terapi adalah TIK kurang dari 20 mmHg dan tekanan perfusi otak
(cerebral perfusion pressure/CPP) > 70 mmHg.
• Penatalaksanaan peningkatan TIK meliputi:
o Meninggikan posisi kepala 20-30°.
o Memposisikan pasien dengan menghindari tekanan pada vena jugular.
o Menghindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik.
o Menghindari hipertermia.
o Menjaga normovolemia.
o Pemberian osmoterapi atas indikasi:
§ Mannitol 0,25-0,5 gr/kgBB selama > 20 menit, diulang tiap 4-6 jam
dengan target osmolaritas ≤ 310 mOsm/L.
§ Jika perlu, berikan furosemid dengan dosis inisial 1 mg/kgBB IV.
• Intubasi untuk menjaga normoventilasi (pCO2 35-40 mmHg). Hiperventilasi
mungkin diperlukan bila akan dilakukan tindakan operatif.
• Paralisis neuromuskular yang dikombinasi dengan sedasi yang adekuat dapat
mengurangi peningkatan TIK dengan cara mengurangi naiknya tekanan
intratorakal dan tekanan vena akibat batuk, suction, atau bucking ventilator.
Agen nondepolarisasi seperti vekuronium atau pankuronium yang memiliki
efek pada histamin dan blok pada ganglion lebih baik digunakan. Pasien
dengan kenaikan kritis TIK sebaiknya diberikan muscle relaxant atau lidokain
sebelum dilakukan suction.
• Drainase ventrikel dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke iskemik
cerebellar.
• Tindakan bedah dekompresif pada keadaan iskemik cerebellar yang
menimbulkan efek masa.

Pengendalian kejang
• Bila kejang, berikan diazepam IV bolus 5-20 mg dan diikuti pemberian fenitoin
bolus 15-20 mg/kg dengan kecepatan maksimal 50 mg/menit.
• Obat kejang lain yang dapat diberikan adalah valproat, topiramat, atau
levetiracetam, sesuai dengan klinis dan penyulit pada pasien.
• Bila kejang belum teratasi, rawat di ICU.
Pengendalian suhu tubuh
• Setiap pasien stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretik
(acetaminophen) dan diatasi penyebabnya.
• Pada pasien demam berisiko terjadi infeksi, maka harus dilakukan kultur (trakeal,
darah, dan urin) dan diberikan antibiotik. Jika memakai kateter ventrikel, analisis
cairan serebrospinal harus dilakukan untuk mendeteksi meningitis.
Tatalaksana cairan
• Pemberian cairan isotonis seperti NaCl 0,9%, ringer laktat, dan ringer asetat,
dengan tujuan menjaga euvolemi. CVP dipertahankan antara 5-12 mmHg.

• Hindari pemberian cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa, kecuali pada
keadaan hipoglikemia.
Nutrisi
• Nutrisi enteral diberikan dalam 48 jam, nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah
hasil tes fungsi menelan baik
• Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun, makanan diberikan
melalui pipa nasogastrik
• Pada keadaan akut kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan komposisi:
o Karbohidrat 30-40% dari total kalori.
o Lemak 20-35% (pada gangguan napas dapat lebih tinggi 35-55%).
o Protein 20-30% (pada keadaan stres kebutuhan protein 1,4-2 g/kgBB/hari, pada
gangguan fungsi ginjal < 0,8 g/kgBB/hari).
• Apabila pemakaian pipa nasogastrik > 6 minggu, pertimbangkan gastrostomi.
• Pada keadaan tertentu dimana pemberian nutrisi enteral tidak memungkinkan,
nutrisi boleh diberikan secara parenteral.
• Pastikan diet pasien tidak bertentangan dengan obat-obatan yang diberikan
(misalnya hindari makanan yang banyak mengandung vitamin K pada pasien yang
mendapatkan warfarin).
Mencegah dan mengatasi komplikasi
• Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut (aspirasi,
malnutrisi, pneumonia, DVT, emboli paru, dekubitus, komplikasi ortopedik dan
kontraktur) perlu dilakukan kerja sama dengan tim rehabilitasi medis.
• Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan sesuai dengan tes kultur dan
sensitivitas bakteri atau minimal terapi empiris sesuai dengan pola bakteri.
• Pencegahan dekubitus dengan memakai kasur antidekubitus.
• Pencegahan DVT dan emboli paru.
o Pada pasien tertentu yang berisiko menderita DVT perlu diberikan heparin
subkutan 5000 IU dua kali sehari atau LMWH atau heparinoid. Perlu
diperhatikan risiko perdarahan sistemik dan intraserebral.
Tatalaksana medis lain
• Pemantauan kadar glukosa darah sangat diperlukan. Hiperglikemia (kadar glukosa
darah >180 mg/dL) pada stroke akut harus diobati dengan titrasi. Hipoglikemia
berat (<50 mg/dL) harus diobati dengan dekstrosa 40% intravena atau infus
glukosa 10-20%.

• Jika gelisah, lakukan terapi psikologi, jika perlu berikan minor atau mayor
tranquilizer seperti benzodiazepine atau propofol.
• Analgesik dan anti muntah sesuai indikasi.
• Antagonis H2 apabila ada indikasi (perdarahan lambung).
• Hati-hati dalam menggerakkan, menyedot lendir, atau memandikan pasien karena
dapat mempengaruhi tekanan intra kranial.
• Mobilisasi bertahap bila hemodinamik dan pernapasan stabil.
• Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi
intermiten.
• Pemeriksaan penunjang lanjutan seperti pemeriksaan laboratorium, MRI, duplex
carotid sonography, transcranial Doppler, TTE, TEE, dan lain-lain sesuai dengan
indikasi.
• Rehabilitasi dan restorasi fisik, wicara dan okupasi.
• Atasi masalah psikologis (depresi, ansietas, dan lain-lain) jika ada.
• Edukasi keluarga.
• Discharge planning (rencana pengelolaan pasien di luar RS).

Tatalaksana Spesifik
• Trombolisis intravena: alteplase (rTPA) dosis 0,6-0,9 mg/kgBB pada stroke
iskemik onset < 6 jam (sesuai dengan protokol dan kriteria inklusi dan eksklusi
yang ditetapkan)
• Terapi endovascular: terapi yang menggunakan kateterisasi untuk menghilangkan
trombus di pembuluh darah dengan cara melisiskan trombus secara langsung
(trombolisis intraarterial) atau dengan menarik trombus yang menyumbat dengan
alat khusus (trombektomi mekanik). Trombektomi mekanik merupakan suatu
prosedur endovaskular yang dilakukan pada pasien yang memenuhi persyaratan
sesuai rekomendasi terapi neurointervensi/endovaskular pada stroke iskemik akut
yaitu:
o Pasien yang memenuhi kriteria pemberian trombolisis IV dan akan dilakukan
terapi endovskular harus tetap diberikan trombolisis terlebih dahulu.
o Pasien harus mendapatkan terapi endovaskular dengan menggunakan stent
retriever jika memenuhi kriteria: mRS pre-stroke 0-1, stroke iskemik akut
yang telah mendapatkan terapi trombolisis intravena dalam waktu 4,5 jam

setelah onset, stroke pada arteri besar, usia ≥ 18 tahun, skor NIHSS ≥ 6, skor
ASPECTS ≥ 6.
• Antikoagulan dapat diberikan sebagai pencegahan stroke sekunder. Obat-obatan
yang diberikan adalah warfarin (mencegah terjadinya stroke emboli kardiogenik
dan emboli ulang) dengan dosis awal 2 mg per hari dengan target INR 2,0-3,0.
New oral anticoagulant (NOAC) seperti dabigatran (2 x 75 mg atau 2 x 110 mg),
rivaroxaban (1 x 10 mg atau 1 x 15 mg) dan apixaban (1 x 5 mg).
• Pemberian antiagregasi trombosit seperti aspirin dengan dosis awal 325 mg
dalam 12 jam setelah onset stroke (diberikan sebagai terapi pencegahan stroke
sekunder, tidak boleh digunakan sebagai pengganti tindakan intervensi yang
bertujuan untuk revaskularisasi). Clopidogrel 75 mg dapat diberikan sebagai
pencegahan kejadian stroke iskemik, infark jantung, dan kematian akibat
vaskuler. Pemberian clopidogrel dikombinasikan dengan aspirin selama 21 hari
sampai 3 bulan yang dilanjutkan dengan pemberian clopidogrel saja
direkomendasikan untuk mencegah stroke pada pasien TIA dan stroke iskemik
ringan (NIHSS < 5)
• Neuroproteksi (sitikolin, piracetam, pentoxyfiline, DLBS 1033)
• Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor, Calcium Antagonist,
Beta blocker, Diuretik atau terapi kombinasi ACE-I)
• Neurorestorasi / Neurorehabilitasi pasca stroke
Tindakan intervensi/operatif dapat dilakukan :
• Carotid Endartersctomy (CEA), sesuai indikasi
• Carotid Artery Stenting (CAS), sesuai indikasi
• Stenting pembuluh darah intracranial, sesuai indikasi
2.7 Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran (PNPK) Tatalaksana Stroke. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
2019.
2. Kementerian Kesehatan RI. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Lembaga Penerbit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan: 2019.
3. Buku Ajar Neurologi Jilid 2. Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2017. h. 445-475.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). Acuan Panduan Praktik
Klinis Neurologi (PPK Neurologi). 2016.

Anda mungkin juga menyukai