Anda di halaman 1dari 13

SKENARIO ROLEPLAY : PROSES KONSELING KEPERAWATAN PADA

IBU POST PARTUM DENGAN MASALAH OBSESSIVE COMPULSIVE


DISORDER (OCD)
Mata Kuliah Konseling dalam Keperawatan
Dosen Pengampu : Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 1 Kelas A22.1

1. Della Amelia Andriani 22020122120045

2. Catur Nagari Suharni 22020122120048

3. Rizkia Annora Pratiwi 22020122130060

4. Fitria 22020122130085

5. Surya Adhirajasa 22020122130088

6. Vina Ayu Safitri 22020122130115

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2023
GAMBARAN KASUS

Gini Wilden seorang ibu muda berusia 37 tahun, yang setahun lalu melahirkan
anak perempuan bernama Scarlett. Ia didiagnosis OCD, berawal dari kelahiran putrinya
yang bernama Scarle pada Agustus 2012 yang membuat Gini Wilde sangat bahagia.
Usai perjuangan panjang untuk hamil, serta persalinan sulit yang dialami, memeluk
bayi perempuannya adalah hal yang dinantikan. Perasaan yang paling menakjubkan,
yang ingin Gini Wilde rasakan.

Lalu setelah lima minggu atas kelahiran putrinya, Gini Wilden menjalani operasi
pasca melahirkan dan diharuskan menetap di rumah sakit selama beberapa waktu. Hal
tersebut mmbuat Gini Wilden jauh dari sang anak, dan memiliki rasa kekhawatiran
akan putri semata wayangnya.

Peristiwa itu adalah awal dari pikiran-pikiran menakutkan dan perilaku obsesif.
Yakin sesuatu mengerikan terjadi pada Scarle, Gini menjauh dari pisau, dan mencari
kepastian bahwa semua baik-baik saya kepada suaminya.Di rumah, satu hari setelah
operasi, Gini tak bisa menyingkirkan perasaan buruk tentang Scarle.

SKENARIO

Identifikasi Masalah

Gini Wilden didiagnosa memiliki gangguan Obsesif kompulsif disorder (OCD)


postnatal karena gini memiliki gejala berupa Checkers atau memastikan keselamatan
putrinya. Gini Wilden memiliki kecemasan ekstrem sebagai akibat dari pikiran yang
tidak diinginkan. Gini memiliki dorongan irasional untuk melawan ketakutan adanya
musibah yang dialami putrinya Scarle dengan ritual yaitu dengan memastikan
keselamatan putrinya Scarle secara berulang kepada suaminya dan menghindari pisau
karena ketakutan dirinya akan melukai putrinya. Obsessive Compulsive Disorder yang
dialami oleh Gini Wilden dialami setelah ia melahirkan yang merupakan indikasi jenis
Obsessive Compulsive Disorder postnatal.

Gini Wilden mengalami Obsessive Compulsive Disorder Checking, penderita


Obsessive Compulsive Disorder jenis ini memiliki ketakutan irasional yang membuat
mereka terobsesi untuk memeriksa sehingga penderita Obsessive Compulsive Disorder
checker mengantisipasi terjadinya kecelakaan di bayangannya tersebut dengan
memeriksa berulang-ulang. Dalam hal ini Gini Wilden memiliki ketakutan akan
terancamnya keselamatan putrinya sehingga Gini Wilden selalu menanyakan
keselamatan putrinya dan menghindari pisau karena pikiran takut Gini Wilden akan
mencelakai putrinya.

Obsessive Compulsive Disorder checking yang dialami oleh Gini Wilden


disebabkan karena pengalaman masa lalu dia setelah melahirkan dan harus berpisah
beberapa saat terlebih dahulu dengan putrinya yang menimbulkan ketakutan pada
dirinya akan berpisah lama dengan putrinya.

Intervensi
1. Membuat Gini Wilden merasa nyaman dengan perawat sehingga hubungan
Konselor dan konseli dapat terbentuk untuk melakukan komunikasi dan menunjang
proses konseling.
2. Gini Wilden diminta untuk menceritakan apa yang dirasakan, bagaimana Gini
Wilden menjalani kesehariannya.
3. Dapatkan diagnosa. Diagnosa didapatkan dari kesimpulan wawancara yang telah
dilakukan atau apa yang telah gini wilde ceritakan.
4. Konselor harus memahami pemicu yang dapat mengaktifkan siklus OCD. Konseli
dapat diminta untuk menuliskan apa yang memicu gejala OCD yang dialami dalam
satu minggu.
5. Perawat sebagai Konselor juga bisa memberikan instruksi pada Gini Wilden untuk
menuliskan urutan rasa takut yang dialami.
6. Sesi terapi pada Gini Wilden Perawat sebagai Konselor akan mengekspos Gini
Wilden pada hal-hal yang ditakuti atau membuat terobsesi dan kemudian
membantu gini wilde menemukan cara yang sehat untuk mengatasi kecemasan
tersebut.
7. Hal pertama dalam terapi ini adalah membuat Gini Wilden melawan penafsiran
tentang rasa takut yang dialami. Konselor bisa mengajukan beberapa pertanyaan
untuk membuktikan bahwa pikiran yang dimiliki Gini Wilden mengenai
ketakutannya salah, diantaranya:
 Bukti apa yang benar-benar kumiliki untuk mendukung dan
 melawan penafsiran ini?
 Apa keuntungan dan kerugian pikiran seperti ini?
 Apakah aku salah menganggap pikiranku ini sebagai fakta?
 Apakah penafsiran tentang situasi ini akurat atau realistis?
 Apakah aku 100% yakin pikiran ini akan menjadi kenyataan?
 Apakah aku memkamung kemungkinan sebagai kepastian mutlak?
 Apakah prediksiku tentang apa yang akan terjadi hanya didasarkan
 pada perasaan?
 Apakah temanku setuju bahwa skenario dalam kepalaku ini akan
 terjadi?
 Apakah ada cara yang lebih rasional untuk memkamung situasi ini?
8. Lalu Konselor meminta Gini Wilden untuk mempelajari metode berpikir realistis
dengan cara meyakinkan bahwa skenario terburuk yang kemungkinan akan terjadi
sangat jarang terjadi, dan Konselor juga dapat meminta konseli untuk menyatakan
hal serupa untuk menenangkan dirinya ketika kecemasan melkamu.
9. Jika melawan kompulasi sepenuhnya ternyata sangat sulit, Konselor dapat meminta
Gini Wilden untuk menunda alih-alih tidak melakukannya sama sekali. Misalnya
jika merasakan ketakutan atau kecemasan tunggulan 5 menit sebelum menanyakan
keadaan anaknya pada suaminya. Memperlama penundaan secara bertahap pada
akhirnya akan membantu Gini Wilden untuk meninggalkan tindakan itu
sepenuhnya.

Tahap Rapport
Klien : (Mengetuk pintu) “Selamat pagi Bu.”
Konselor : (Menjabat tangan konseli) “Selamat pagi, silahkan duduk.”
(Tersenyum ramah)
Klien : “Terima kasih.” (Menyunggingkan senyum kecil)
Konselor : “Perkenalkan nama saya Ners Nur Fitrianingrum, nona bisa
memanggil saya Ners Ningrum. Saya yang akan menjadi Konselor nona
saat ini. Kalo boleh saya tau, apakah benar saya berbicara dengan Ibu
Gini Wilde?” [Teknik Validasi]
Klien : “Iya benar saya Gini Wilden, Ners bisa memanggil saya Gini saja.”
Konselor : (Mengangguk) “Baik Ibu Gni, jadi konseling pada hari ini dapat kita
mulai dari sekarang hingga 1 jam kedepan.” [Kontrak Waktu] “Apakah
kamu sudah siap?”
Klien : (Menundukan kepala sambil mengangguk)

Tahap eksploring
Konselor : “Bagaimana kabar Ibu Gini hari ini?”
Klien : (mata melirik risau) “Kabar saya.. baik-baik saja” (terbata-bata)
Konselor : “Ahamdulillah, apakah saat ini ada sesuatu yang mengganjal atau
mengganggu kamu?” (reflecting feeling)
Klien : “Sebenarnya menurut saya sendiri tidak ada sesuatu yang
mengganggu, tetapi menurut pandangan suami saya, ada perilaku yang
mengganggu saya dan membutuhkan bantuan pihak lain”.
(menangkupkan tangan diatas paha)
Konselor : “Berarti suami kamu yang membawa kamu kemari?” (parafrase)
Kilen : “Iya benar. Dan saya tidak tahu mengapa saya membutuhkan proses
ini”
Konselor : “Oh begitu… lalu menurut suami kamu, perilaku seperti apa sih yang
mengganggu kamu?” (reflecting meanings)
Klien : (diam)
Konselor : “Apakah kamu merasa kesulitan untuk mengungkapkannya?” (close
question)
Klien : (mengangguk) “Iya saya merasa bingung karena didalam pikiran saya
sekarang, perilaku saya normal-normal saja” (menunjukkan ekspresi
denial). “Apakah saya boleh meminta waktu sebentar untuk
memikirkannya”
Konselor : “Tidak apa-apa. Saya akan menunggu jika kamu mau memikirkannya
terlebih dahulu”. (teknik penerimaan)

(Gini Wilden memikirkan beberapa menit)

Klien : (mengangguk) “Mmm.. perilaku yang menurut suami saya


mengganggu itu, mungkin saya sering menanyakan keadaan anak saya,
Scarle kepada suami saya... ya ners?...”
Konselor : (diam beberapa saat) (teknik diam) “Kalau boleh tahu, sesering apa
kamu menanyakan keadaan Scarlett kepada suami kamu?” (probing
question)
Klien : “Setiap Scarlett tidak berada dalam pkamungan saya”.
Konselor : “Apa perasaan yang kamu rasakan ketika tidak Bersama Scarlett”
(affective Question )
Klien : “Saya merasa khawatir, gelisah, dan takut sesuatu akan terjadi pada
Scarlett dan saya akan kehilangan Scarlett untuk selamanya. Dan
menurut saya perasaan itu adalah perasaan yang wajar dirasakan oleh
seorang ibu seperti saya”.
Konselor : “Mmmm, saya paham dengan perasaan yang kamu rasakan. Kalo
boleh tau, sejak kapan kamu sering menanyakan keadaan Scarlett pada
suami kamu?” (probing question)
Klien : “Saya ingat-ingat, saya sering menanyakan keadaan Scarlett pada
suami saya sejak saat saya di rawat di rumah sakit setelah 5 bulan
kelahiran Scarlett. Saat dirawat itu, saya merasa sangat khawatir karena
jauh dari Scarlett. Untuk mengobati rasa khawatir tersebut, saya
menanyakan keadaan Scarlett pada suami saya berkali- kali. Perilaku
tersebut masih saya lakukan ketika saya keluar dari rumah sakit, hingga
saat ini Scarlett berusia satu tahun dan menurut suami saya frekuensi
perilaku itu bertambah serta berlebihan”.
Konselor : “Perilaku berlebihan seperti apa yang dimaksud?” (open question)
(probing question)
Klien : “Seperti saya menghindari pisau saat Scarle dirumah walau tidak
berdekatan dengan saya karena saya takut pisau itu akan melukai
Scarlett”.
Konselor : “Dalam pikiran kamu bagaimana pisau itu akan melukai Scarle?”
Klien : ” Dalam bayangan saya saat saya memegang pisau secara tidak sadaR
Scarle ada di sekitar saya dan terluka oleh pisau yang saya pegang”.
Konselor : “Apa hal itu sebelumnya pernah benar-benar terjadi? atau itu hanya
perasaan kamu saja?”
Klien : “Yaa.. belum pernah terjadi, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa
hal itu akan terjadi”
Konselor : “Jadi awalnya kamu merasa khawatir akan keselamatan Scarlett karena
saat itu kamu sedang jauh dari Scarlett. Dan untuk mengobati rasa
khawatir kamu akan Scarlett, kamu menanyakan keadaan Scarle pada
suami kamu. Hal itu berlanjut hingga saat ini bahkan kamu juga
menghindari pisau karena takut melukai Scarlett, begitu?”
(validasi) (summeraising)
Klien : “Iya Begitu ners”
Konselor : “Okey setelah saya mendengarkan cerita kamu, sebelumnya apakah
kamu pernah mendengar gangguan obsessive compulsive disorder?”
Klien : “Iya, saya pernah mendengar tentang OCD tetapi saya tidak tahu lebih
dalam dan apa hubungannya dengan kekhawatiran saya terhadap
Scarlett”
Konselor : “Jadi obsessive compulsive disorder atau OCD yaitu salah satu jenis
gangguan mental yang ditkamui dengan adanya pikiran berlebihan
atau obsessive dan membuat penderitanya melakukan sesuatu berulang
kali atau disebut kompulsif. Dari cerita yang telah kamu utarakan, saya
menganalisis perasaan khawatir berlebihan kamu terhadap Scarlett itu
merupakan sebuah Obsessive yang kamu miliki dan ketika kamu
bertanya mengenai keadaan Scarle secara berulang kali pada suami
kamu itu merupakan kompulsif yang muncul dalam diri kamu atas
adanya obsessive akan keselamatan Scarle”.
Klien : “Bukannya rasa khawatir akan anak dan menanyakan keadaannya
adalah perilaku yang normal sebagai ibu ya ners?” (sambil menunjukan
ekspresi sedih)
Konselor : “Benar rasa khawatir terhadap seorang anak adalah insting seorang ibu
dan itu merupakan hal yang wajar ketika kamu menanyakan keadaan
Scarlett pada suami kamu. Yang membuat tergolong perilaku
mengganggu menurut suami kamu adalah ketika perilaku itu dilakukan
secara berulang-ulang kali. Nah Dari sini apakah kamu dapat mulai
memahami bahwa perilaku tersebut merupakan perilaku yang
mengganggu kamu?’
Klien : (berkaca-kaca) “Saya mulai mengerti bahwa perilaku yang saya
lakukan menjadi hal yang tidak wajar saya terlalu takut jika ada sesuatu
yang terjadi kepada Scarlett. Saya hanya ingin memastikan bahwa
Scarlett baik-baik saja, saya tidak tahu bahwa menanyakan hal tersebut
berulang kali dapat menjadi sebuah hal yang mengganggu saya dan
suami saya ternyata ini merupakan sebuah gangguan OCD yang saya
miliki”.
Konselor : (mengangguk maklum) “Setelah kamu mengerti lantas apakah timbul
keinginan dari diri kamu untuk mengurangi gejala OCD yang kamu
miliki?”
Klien : “Iya saya ingin mengurangi gejala ocd ini agar tidak mengganggu saya
dan suami saya lagi”.
Konselor : “Kalau begitu kita dapat mencari jalan keluarnya bersama sama. Saya
akan membantu kamu semaksimal yang saya bisa. Saya yakin kamu
dapat mengurangi gejala OCD ini asal kamu memiliki niat yang kuat
dan konsisten”.

Tahap Acting
Konselor : “Mari kita bicarakan lebih lanjut tentang hal-hal yang dapat Kamu
lakukan untuk mengatasi OCD. Mungkin bisa kita mulai dengan kamu
menuliskan apa saja yang memicu gejala OCD yang kamu alami dalam
satu minggu terakhir ini dalam kertas ini” (sambil memberikan kertas)
Klien : “Baik ners”
Konselor : “Apa yang kamu rasakan saat kamu jauh dari Scarlett”
Klien mengisi kertas “Saya merasa gelisah dan tidak bisa berhenti berpikir tentang hal-
hal yang membuat saya khawatir sebelum saya memastikan bahwa itu tidak benar
terjadi”

Konselor : “Apa yang kamu lakukan untuk memastikan bahwa itu tidak benar
terjadi?”

Klien mengisi kertas “Saya menanyakan keadaan Scarlett kepada suami saya
secara berulang kali”

Konselor : “Saya mengerti. apakah kamu menyadari jika dalam jangka panjang
hal itu tidak membantu dan hanya akan memperkuat pikiran-pikiran
yang mengganggu?”
Klien : “Iya saya menyadarinya”
Konselor : “Lalu apa kamu memiliki ide untuk melawan pikiran-pikiran negatif
tersebut?”
Klien : “Saya tidak tahu”
Konselor : “Dalam kognitif-behavioral therapy, pikiran-pikiran negatif dilawan
dengan memeriksa bukti-bukti yang mendukung atau menentang
pikiran itu. Apakah kamu bersedia mencobanya?”
Klien : “Ya saya mau mencoba”
Konselor : “Oke, mari kita coba bersama-sama. Pikirkan satu pikiran yang sering
kamu alami”.
Klien : “Saya khawatir Scarlett berada dalam keadaan yang berbahaya”
Konselor : “Apakah kamu 100% yakin dengan pikiran kamu?”
Klien : (menggeleng )
Konselor : “Kamu tidak yakin?”
Klien : “Tidak”
Konselor : “Apakah kekhawatiran itu hanya didasarkan pada perasaan kamu?”
Klien : “Iya..”
Konselor : “Jika begitu, menurut kamu apa kerugian yang timbul dari pikiran
negatif kamu tersebut?”
Klien : “Suami saya merasa terganggu karena saya menanyakan keadaan
Scarlett secara berkali-kali”.
Konselor : “Lalu adakah keuntungan yang bisa kamu dapatkan dengan
mempertahankan pikiran negatif tersebut?”
Klien : “Tidak ada”
Konselor : “Dari pernyataan kamu, sebenarnya kamu sendiri tidak yakin bahwa
kekhawatiran kamu akan benar-benar terjadi karena perasaan tersebut
hanyalah kekhawatiran tidak berdasar, dan kamu juga menyadari bahwa
hal itu tidak memiliki keuntungan untuk dipertahankan dan hanya
menimbulkan kerugian karena mengganggu suami kamu, benar
begitu?”
Klien : “Benar ners”
Konselor : “Jadi ibu Gini Wilden sebenarnya skenario terburuk atas kekhawatiran
yang kamu alami sangat jarang terjadi.dan Scarle sebenarnya baik baik
saja seperti apa yang coba suami kamu yakinkan kepada kamu dan
kamu juga menyadarinya dari kesimpulan tadi. Saat kamu merasakan
khawatir yang berlebihan pada Scarlett dalam waktu yang berdekatan
cobalah meyakinkan diri kamu bahwa Scarlett itu tidak apa apa, bisa?”
Klien : “Akan saya coba ners”
Konselor : “Kamu bisa melakukannya, saya percaya itu. Lalu saya ingin beratnya
lagi, apakah kamu pernah mencoba untuk tidak menanyakan kabar
Scarlett saat kamu mengkhawatirkannya dalam waktu yang
berdekatan?” ( Close question)
Klien : “Tidak”
Konselor : “Bagaimana jika kamu mencoba untuk tidak menanyakan kabar
Scarlett dan menyakini bahwa Scarlett tidak apa-apa?”
Klien : “Mmm…. mungkin saya bisa” (ragu)
Konselor : “Baik, mari kita lakukan. Selama minggu ini, bisakah kamu mencoba
untuk mengurangi intensitas menanyakan keadaan Scarlett kepada
suami kamu”.
Klien : “Insya allah bisa ners, tetapi dapatkah suami saya ikut andil untuk
memudahkan saya menjalani terapi ini?”
Konselor : “Tentu saja, karena dukungan dari orang terdekat sangat membantu
proses terapi kamu”
Klien : “Baik ners, saya akan mulai menjalankan terapi ini dalam keseharian
saya. Jika saya membutuhkan bantuan ners kembali, apakah saya dapat
menghubungi ners lagi?”
Konselor : “Tentu saja kamu dapat emnghubungi saya kapanpun ketika kamu
membutuhkan bantuan”
kliem : “Terima kasih ners”

Tahap evaluasi
Konselor : “Sama sama , bagaimana perasaan kamu saat ini?”
kline : “Saya merasa lebih lega dan bahagia, saya yakin saya bisa mengurangi
gejala OCD yang saya alami walaupun sulit saya akan mencobanya”
Konselor : “Saya sangat senang mendengarnya, tentu saja kamu dapat
mengurangi gejala OCD yang kamu alami sampai sembuh dari OCD ini
asalkan kamu konsisten dengan terapi ini. Apakah kamu masih
mengingat langkah apa saja yang harus kamu lakukan?”
Klien : “Tentu saja saya ingat. Yang pertama saya harus mengatakan kepada
diri saya bahwa Scarlett baik baik saja saat kekhawatiran akan
keselamatan Scarlett saya rasakan lalu saya harus mengurangi intensitas
saya dalam menanyakan keadaan Scarle pada suami saya. Terakhir saya
dapat meminta bantuan kepada suami saya untuk mengingatkan saya
jika nantinya intensitas saya dalam bertanya keadaan Scarlett kembali
tidak wajar”.
Konselor : “Oh bagus sekali. (teknik memberi penghargaan) Saya berharap
semoga kedepannya kamu dapat semangat seperti ini. Untuk evaluasi
keberhasilan kamu dapat kita lakukan di pertemuan selanjutnya yang
insya allah dilakukan pekan depan”.
Klien : “Baik Ners, saya akan datang kembali pekan depan. Terima kasih
karena Ners mau membantu saya tanpa menghakimi.”
Konselor : “Sama-sama. Sudah menjadi kewajiban saya untuk membantu kamu”
Klien : “Baiklah, kalau begitu saya pamit terlebih dahulu. Selamat pagi”.
Konselor : “Hati hati dijalan, semoga harimu menyenangkan”.

Anda mungkin juga menyukai