(Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah
Mikro Konseling Program Studi Bimbingan dan Konseling Semester Ganjil)
OLEH :
Nama : Rosi Aprilia
Nim : 200404501029 Kelas : B
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2020 Skript Mikrokonseling Sinopsis : Konseli ini memiliki sebuah permasalahan yang berkaitan seorang guru killer disekolahnya. Guru tersebut membuatnya merasa tidak nyaman ketika melakukan pembelajaran dikelas. Perasaan-perasaan tidak nyaman tersebut membuat Konseli gagal focus dalam pelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar yang tidak maksimal. Permasalahan lainnya adalah tidak ada yang berani menegur guru tersebut atas terciptanya situasi yang tidak kondusif untuk memulai pembelajaran. Konseli bingung dalam menentukan solusi pemecahan masalahnya. Apakah harus melakukan pengajuan agar guru diganti atau harus mengkomunikasikannya dengan guru tersebut
Kemarilah ! silahkan duduk. Terserah dengan posisi nyamanya kamu.”
Konseli : “Baik, Ibu. Saya duduk disini saja.”
Konselor : “Oke, jadi bagaimana kabarnya hari
ini ?”
Konseli : “Cukup tertekan Ibu.”
Konselor : “Kalau boleh tau, anakku ini tertekan
karena apa yah ?”
Konseli : “Ada sesuatu yang membuat saya tidak
nyaman ibu.”
Konselor : “Hmm, nampaknya permasalahn yang
cukup serius. Sebelum itu Ibu sangat berterimakasih kepada anakku telah berusaha datang kepada Ibu. . Ibu ada disini dan akan membantu kamu” Structuring Konseli : “Saya bingung ibu dari mana saya harus (menejlaskan memulainya.” kode etik,, kesepakatan Konselor : “Kalau begitu izinkan terlebih dahulu waktu) Ibu untuk menyampaikan beberapa hal. Jadi, dalam kegiatan Konseling ibu akan menuntun anakku untuk memecakan masalah yang anakkku hadapi. Dalam proses tersebut ada beberapa hal yang perlu kita berdua taati yaitu : 1. Asas kerahasiaan Nantinya segala informasi baikyang anakku ataupun Ibu sampaikan ada hal yang privat hanya kita berdua saja yang tahu. Jadi anakku tidak perlu khawatir permaslahan ini akan kelauar. 2. Asas keterbukaan Maksud dari asas ini adalah anakku dituntut untuk menceritakan informasi yang memang dibutuhkan untuk memecahkan masalah ini. 3. Asas kesukarelaan Disisni anakku diharpkan untuk bersukarela dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan Konseling hingga akhir. 4. Asas kenormatifan Seluruh proses Konseling yang dilakukan didasarkan pada aturan-atauran yang sudah ditentukan. Bagaimana anakku ?”
Konseli :”Wahhh ternyata hal-hal seperti itu ada
dalam proses ini. Saya tadinya cukup ragu untuk datang kesini karena hal-hal tersebut tapi ternyata ada sesuatu yang disepakati sebagai peraturan.”
Konselor : “Iyaa benar, ibu paham kamu pasti
merasakan ragu saat kemari. Tapi ibu apresiasi kehadiran anakku. Tapii, Ada kesepakatan lain yang harus kita bahas.”
Konseli : “Apa itu Ibu ?”
Konselor : “Ibu ingin kita menyepakati waktu
Konseling kita. Jadi proses Konseling ini dilakukan dalam waktu 45 menit. Bagaimana ?”
Konseli : “Kalau masalah waktu, saya siap
seberapa lama waktu itu Ibu.”
Konselor : “Kalau begitu apakah anakku sudah
siap memulai kegiatan ini ?” Konseli : “Siap ibu” Mengeksplorasi Konselor : “Oke kita mulai dari pertanyaan Keterampilan bertanya masalah perasaan tertekan seperti apa yang anakku ini dan keterampilan empati sedang alami ?” melalui pharaprase
Konseli : “Perasaan tertekan ini seperti perasaan
saat saya berada disituasi yang mencekam dan membuat jantung saya terus tidak tenang Ibu. Terkadang bahkan perasaan ini sampai terbawa ketika saya tidak sedang berada disituasi tersebut. Saya hanya membayangkannya saja sudah cukup membuat jantung saya berdebar-debar Ibu.”
Konselor : “Sepertinya perasaan tertekan itu
membuat kamu sangat sulit merasa nyaman. Sejak kapan kamu merasakannya ?”
Konseli : “Saya merasakannya saat guru mata
pelajaran agama mulai masuk menggantikan guru yang lama Ibu.”
Konselor : “Ternyata permasalahan ini berkaitan
dengan guru agama kamu ?”
Konseli: “Iya Ibu. Dialah penyebab saya bahkan
semua teman sekelas saya merasakan perasaan tertekan Ibu.”
Konselor : “Apakah hal tersebut juga berdampak
pada kondisi kelas kamu ?”
Konseli : “Tentu saja iya Ibu. Kondisi kelas
walaupun Nampak tenang tapi sangat tidak kondusif karena seluruh siswa berada dibawah tekanan batin.” . Memahami Konseli: “Kamu dan teman kamu berada disituasi Keterampilan empati, masalah tidak berdaya untuk memberikan perlawanan.” keterampilan bertanya.
Konseli : “Iya benar ibu. Sebenarnya saya sudah
sangat muak dengan situasi ini. Tapi saya merasa takut untuk merubahnya.”
Konselor : “Kamu merasa sangat jegkel harus
berada disituasi tersebut. Kalau begitu menggapa kamu tidak mengubah situasi tersebut jika kamu bisa ?”
Konseli : “Tidak ibu saya tidak mungkin bisa
mengubah situasi tersebut walapun saya mampu.”
Konselor : “Ibu turut merasa bagaimana situasi
sangat rumit yang sedang kamu hadapi ini.”
Konseli : “Kami terlalu takuut sehingga
permaslahan ini tetap diam ditempat dan tidak terpecahkan”
Konselor : “Baiklah. Ibu paham mengapa masalah
ini tidak terselesaikan. Ibu paham kalian pasti merasa takut untuk mengkomunikasikannnya dengan guru agama kalian.” Pembatasan Konseli : “Seperti itulah yang salama ini kami Keterampilan meringkas masalah rasakan Ibu.” Konseli : “Jadi dari beberapa hal yang kamu sampaikan tentang masalah ini Ibu bisa menyimpulkan bahwa masalah kamu ada pada guru agama killer yang menciptakan situasi dikelas tidak kondusif sehingga kalian tidak bisa mencapai hasil belajar dengan maksimal.”
Konseli : “Iya, Bu.”
Konselor : “Kamu ingin keluar dari situasi
tersebut dan kamu disini mewakili teman-teman kamu untuk berbicara dan menyelesaiakan maslah ini”
Konseli : “Bisa dikatakan seperti itu Ibu. Tapi
saya melakukan ini juga demi diri saya sendiri Ibu.”
Konselor: “Baiklah, Nampak kamu dan tteman-
teman kamu nampaknya sangat membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah ini” Brainstroming Konselor : “Jika begini sudah begini apa yang Keterampilan pemecahan alternative & sudah terpikirkan oleh kamu untuk memecahkan masalah, keterampilan mengevaluasi masalah ini ?” genuine & keterampilan alternatif konfrontasi Konseli : “Saya berniat untuk mengajukan ususlan menganti guru tersebut.”
Konselor : “Jika kamu ingin menganti guru
tersebut apakah permaslahan tersebut bisa selesai ?” Konseli : “Setidaknya akan terselesaikan dikelas saya Ibu. Dikelas lain saya tidak peduli.”
Konselor : “Wahh sebagai sesama guru saya
merasa terganggu dengan apa yang kamu katakan. Saya akan lebih senang jika solusi yang dibuat adalah hal yang tidak merugikan atau menguntungkan satu pihak saja.”
Konseli : “Itu karena saya sudah tidak bisa
memikirkan jalan lain Ibu. Jika kelas lain ingin mengajukannya juga, bukannya bisa juga ?”
Konselor : “Iya benar, bisa saja. Tapi apakah
kamu berpikir bahwa ada alasan guru tersebut seperti itu dan bagaimana jika semua siswa menolaknya.”
Konseli : “Itu benar juga Bu. Nampaknya saya
salah dengan hanya melihat satu sudut pandang saja.”
Konselor : “Mungkin kamu terpikirkan untuk
melakukan solusi yang lain ?”
Konseli : “Apa mungkin sebaiknya saya
mebicarakan ini kapada guru agama tersebut ?”
Konselor : “Bukankah kamu merasa takut
dengannya dan bagaiman jika ia malah marah?” Memutuskan Konseli : “Tidak Ibu. Kita akan melakukannya Perilaku menolong, solusi secara kekeluargaan dansemuanya harus terlibat keterampilan pemecahan jika diperlukan saya akan meminta bantuan Ibu.” masalah
Konselor : “Yah saya pikir hal tersebut adalah
solusi yang tepat. Saya bisa membantu kalian sebagai mediator.”
Merencanakan Konseli : “Baiklah Ibu jika seperti itu mungkin
pelaksanaan kita bisa langsung menyusun strategi waktu dan alternatif tempat untuk hal ini.”
Konselor : “Kalau begitu kamu dan temanmu
harus belajar terlebih dahulu berlatih untuk berlaku asertif”
Konseli : “Bagaimana kami bisa melatihnya Bu ?”
Konselor: “Kita tidak bisa melakukannya
sekaligus untuk dalam waktu dekat ibu akan melakukan layanan responsive dengan memberikan pelatihan berlaku asertif. Segara mungkin setelah kalian siap untuk mebicarakan hal ini kita akan bertemu dengan Guru Agama tersebut.”
penutup Konseli : “Jika seperti itu, baiklah Ibu. Tapi masih Ketrampilan meringkas, ada permasalahan lain yang ingi saya bahas” keterampilan asertif
Konselor : “Apakah masih berkaitan dengan hal
ini ?”
Konseli : “Sebenarnya bukan Ibu.”
Konselor : “Saya tau mungkin anda butuh
membicarakannya,. Tapi hal tersebut sudah diluar kesepakatan awal kita. Lagi waktu yang kita sepakati hanya 2x45 menit. Jika hal tersebut sangat penting untuk dibahas, silahkan datang esok hari. Saya pikir kita butuh istirahat setelah membahas hal yang cukup rumit.”
Konseli : “ahh iya, Bu. Maafkan atas kelancangan
saya.”
Konselor : “It`s ok. Santai saja. Baiklahhh jika
sudah terputuskan kita akhiri Konseling hari ini. Terimakasih banyak atas diskusinya. Untuk kedepan kita akan berlatih dahulu untu asertif dan merencanakan waktu untuk bertemu Guru Agama tersebut sebagai tindak lanjut dari proses Konseling ini. Selamat pagi dan slahkan melanjutkan aktivitas lainnya.”