Anda di halaman 1dari 3

Pemanenan Air Hujan di SMPN 2 Rembang

Air telah menjadi fondasi kehidupan atau kebutuhan dasar bagi seluruh makhluk hidup di
Bumi. Dimana air tidak hanya penting untuk kesejahteraan manusia, tetapi penting bagi
kehidupan seluruh makhluk hidup.
Hujan yang turun dari langit sejatinya adalah berkah dari Tuhan YME sebagai sumber
kehidupan bagi seluruh makhluk hidup di muka bumi. Air hujan yang turun ke bumi umumnya
dalam keadaan yang bersih atau tidak tercemar, karenanya dapat menjadi sumber air bagi
seluruh makhluk hidup. Menurut ajaran Agama Islam misalnya, dalam QS. Al-Furqan Ayat
48, yang artinya berbunyi, “Dan Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar
gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang
sangat bersih,…”.
Karenanya prinsip dasar konservasi air adalah sebuah upaya mencegah atau meminimalkan air
yang hilang menjadi aliran permukaan agar dapat menyimpannya semaksimal mungkin ke
dalam tanah. Secara sederhana prinsip tersebut selaras dengan janji “naturalisasi” seorang
calon kepala daerah, yang selalu menjadi viral karena di media massa. Sekian harapan agar
limpasan air hujan yang jatuh pada musim hujan, tidak dibiarkan langsung mengalir ke sungai
dan segera menuju lautan
Sistem pemanenan air hujan telah digunakan selama bertahun-tahun di seluruh dunia yang
menjadi salah satu strategi adaptasi terhadap perubahan iklim di sektor pengelolaan air
sekaligus dapat merespon permintaan atas air yang semakin meningkat. Tujuannya mencakup
penangkapan air hujan (pra-bersih), mengumpulkan, dan kemudian menggunakan air untuk
berbagai keperluan di bangunan atau gedung. Komponen ini umumnya terdiri atas proses
penangkapan air hujan, proses pengaliran menuju wadah air hujan dan penampungan dalam
wadah air hujan.
Cara Pemanenan Air Hujan di SMPN 2 Rembang
Potensi air hujan sangatlah besar sebagai salah satu sumber air alternatif. Dimana air hujan
cenderung mengandung zat pencemar yang relatif rendah. Terutama yang mengalir dari atap
bangunan, sehingga tidak memerlukan proses pengelolaan yang rumit.
Pemanenan air hujan bukanlah hal baru bagi pemerintah. Sejak tahun 2009 telah ada upaya
mendorong kegiatan pemanenan air hujan melalui terbitnya Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan (Permenlh
12/2009). Selain itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) juga telah
menerbitkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PermenPU) Nomor 11/PRT/M/2014 tentang
Pengelolaan Air Hujan Pada Bangunan Gedung Dan Persilnya (PermenPU 11/2014).
Menurut Permenlh 12/2009, pemanfaatan air hujan dilakukan dengan cara membuat:
a. kolam pengumpul air hujan;
b. sumur resapan; dan/atau
c. lubang resapan biopori.
Selain itu menurut Agus Maryono, metode lain dalam pemanenan air hujan adalah parit resapan
air hujan, areal peresapan, tanggul pekarangan, pagar pekarangan, lubang galian tanah
(Jogangan), modifikasi lanskapp, penetapan daerah konservasi air tanah, kolam konservasi
(tampungan), revitalisasi danau, telaga, dan situ serta hutan tanaman
Penampungan Air Hujan Sederhana (Kolam Tandon)
Sistem pemanenan air hujan yang paling sederhana adalah sistem yang lazim diterapkan sejak
dahulu diterapkan di SMP 2 Rembang sebagai upaya untuk memanfaatkan air hujan, yang
digunakan berupa kolam tandon dengan peruntukan sebagai tempat penampungan air hujan.
Model ini pada prinsipnya tidak memiliki sistem untuk penyaringan dan sistem untuk
menyerapkan air ke dalam tanah. Umumnya menggunakan air hujan lalu dialirkan ke
penampungan air bawah kolam ( tandon) yang tersedia untuk keperluan air kebersihan untuk
mencuci kendaraan, mengepel lantai, menyiram tanaman di halaman sekolah atau di taman
taman sekolah yang ada. Instalansi penampungan air hujan sebagai berikut.

Air hujan tertampung Air hujan dari penampungan


langsung pada akan masuk ke dalam Pipa
penampungan pralon yang di tanam dalam
tiang bangunan
Air hujan ditampung dalam kolam
tandon dan dimanfaatkan untuk
menyiram tanaman dan lainnya

Anda mungkin juga menyukai