Anda di halaman 1dari 35

MODUL 5

SUMBER HUKUM ISLAM

Disusun Oleh:

MGMP PABP SMKN 2 SUBANG


Nina Suati, S.Pd.I
Budi Prapanca, S.Pd.I
Atin Roslina, S.Ag
Suhara, S.Pd.I
Heriyanto, S.Pd.I
Otong Sunarya, S.Pd

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
PETA KEDUDUKAN MODUL 1
GLOSARIUM 2
PENDAHULUAN 3
DESKRIPSI 3
PRASYARAT 4
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 4
TUJUAN AKHIR 4
KOMPETENSI DASAR 6
CEK KEMAMPUAN AWAL 6
PEMBELAJARAN 8
KEGIATAN BELAJAR 1 8
KEGIATAN BELAJAR 2 17
KEGIATAN BELAJAR 3 23
PENUTUP 29
DAFTAR PUSTAKA 30

i
PETA KEDUDUKAN MODUL

3.5
3.6 3.7
BERPERILAKU
BERPAKAIAN JUJUR SEMANGAT
SECARA MENUNTUT
ISLAMI ILMU
3.4 IMAN 3.8
KEPADA SUMBER
MALAIKAT HUKUM
ISLAM

3.3 IMAN 3.9


KEPADA HAJI,ZAKAT,
DAN WAKAF
ALLOH

3.2 3.10
PERJUANGAN
LARANGAN ROSUL DI
ZINA MEKKAH

3.1
KONTROL
PABP 3.11
PERJUANGAN

TK.X
ROSUL DI
DIRI MADINAH

1
GLOSARIUM

Mutawattir

Menurut bahasa berarti beriring-iringan atau berturut-turut antara satu dengan yang lain

Sedangkan menurut istilah ialah:


“Suatu hasil hadis tanggapan pancaindera, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang
menurut kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat untuk dusta.”

Mushaf

Ayat-ayat Al-Quran yang dikumpulkan dan dibukukan secara sistematik dan teratur

Mukjizat

menurut bahasa ialah sesuatu yang melemahkan atau yang mengalahkan. Sedangkan


pengertian mukjizat menurut istilah ialah sesuatu yang luar biasa yang terjadi pada diri nabi dan
rasul Allah SWT., dalam rangka untuk membuktikan bahwa dirinya adalah nabi dan rasul.
Mukjizat merupakan kejadian luar biasa yang tidak bisa diterima oleh akal manusia dan tidak
dimiliki oleh siapapun karena Allah SWT hanya memberikannya sebagai kelebihan kepada
para utusan-Nya untuk membuktikan kebenaran atas kenabian dan kerasulannya.

2
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI
Hukum Islam adalah hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui wahyu-Nya
yang kini terdapat dalam Al Qur’an dan dijelaskan oleh nabi Muhammad sebagai
Rasul-Nya melalui Sunnah beliau yang kini terhimpun dengan baik dalam kitab-kitab
hadist. Juga dapat diartikan sebagai hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari
agama Islam. Yang diatur tidak hanya hubungan manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat, manusia dengan benda dan alam semesta, tetapi juga hubungan manusia
dengan Tuhan.
Perkataan hukum yang dipergunakan sekarang dalam bahasa Indonesia berasal
dari kata hukum dalam bahasa arab. Artinya, norma atau kaidah yakni ukuran, patokan,
pedoman yang dipergunakan untuk menilai tingkah laku atau perbuatan manusia dan
benda. Hubungan antara perkataan hukum dalam bahasa Indonesia tersebut diatas
dengan hukum dalam pengertian norma dalam bahasa arab itu memang erat sekali.
Setiap peraturan, apapun macam dan sumbernya mengandung norma atau kaidah
sebagai intinya. Dalam ilmu hukum Islam kaidah itu disebut hukum. Itulah sebabnya
maka didalam perkataan sehari-hari orang berbicara tentang hukum suatu benda atau
perbuatan. Yang dimaksud, seperti telah disebut diatas, adalah patokan, tolak ukur,
kaidah atau ukuran mengenai perbuatan atau benda itu (Mohammad Daud Ali,
1999:39).
Dalam islam, hukum islam dikenal sebagai syariat. Syariat menurut asal katanya
berarti jalan menuju mata air, dari asal kata tersebut syariat Islam berarti jalan yang
lurus ditempuh seorang muslim. Menurut istilah, Syariat berarti aturan atau undang-
undang yang diturunkan Allah untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia
sebagai hamba Allah, individu, warga, dan subjek alam semesta. Syariat merupakan
landasan fiqih. Pada prinsipnya syariat adalah wahyu Allah yang terdapat dalam al-
Quran dan sunah Rasulullah. Syariat bersifat fundamental, mempunyai lingkup lebih

3
luas dari fiqih, berlaku abadi dan menunjukkan kesatuan dalam islam. Sedangkan fiqih
adalah pemahaman manusia yang memenuhi syarat tentang syariat. Oleh karena itu
lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur perbuatan manusia, dan karena
merupakan hasil karya manusia maka ia tidak berlaku abadi, dapat berubah dari masa
ke masa dan dapat berbeda dari tempat yang lain. Hal ini terlihat pada aliran-aliran yang
disebut dengan mazhab. Oleh karena itu fiqih menunjukkan keragaman dalam hukum
Islam. (Mohammad Daud Ali, 1999:45-46).

B. PRASYARAT
Untuk mempelajari modul ini sebelumnya tidak diperlukan prasyarat apapun,karena
materi dalam modul ini tidak terkait dengan materi-materi sebelumnya.

C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


Agar anda mudah mempelajari modul ini maka baca dan ikuti petunjuk di bawah ini:

- Baca dan pahami secara cermat setiap lembar halaman yang ada pada modul ini
- Kerjakan setiap tugas/lembar kerja sesuai dengan petunjuk/langkah kerja yang ada
- Kerjakan soal yang ada pada lembar latihan secara mandiri
- Jika anda mengalami kesulitan, konsultasikan dengan guru pembimbing anda

D. TUJUAN AKHIR

Setelah mempelajari modul ini siswa dapat

1. Mendeskripsikan pengertian Al-Quran berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud


dengan penuh tanggung jawab
2. Mendeskripsikan pengertian Hadits berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud dengan
penuh tanggung jawab
3. Mendeskripsikan pengertian Ijtihad berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud dengan
penuh tanggung jawab

4
4. Menelaah Kedudukan Al-Qur’ān sebagai Sumber Hukum Islam berdasarkan buku PAI
kelas X kemdikbud dengan penuh tanggung jawab
5. Menelaah Kedudukan Hadits sebagai Sumber Hukum Islam berdasarkan buku PAI
kelas X kemdikbud dengan penuh tanggung jawab
6. Menelaah Kedudukan Ijtihad sebagai Sumber Hukum Islam berdasarkan buku PAI
kelas X kemdikbud dengan penuh tanggung jawab
7. Merinci isi Kandungan Hukum dalam Al-Qur’ān berdasarkan buku PAI kelas X
kemdikbud dengan penuh tanggung jawab
8. Merinci fungsi Hadits terhadap Al-Qur’ān berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud
dengan penuh tanggung jawab
9. Merinci macam-macam Hadits berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud dengan
penuh tanggung jawab
10. Merinci Syarat-Syarat berijtihād berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud dengan
penuh tanggung jawab
11. Merinci bentuk-bentuk Ijtihād berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud dengan penuh
tanggung jawab
12. Mempresentasikan macam-macam sumber hukum Islam. berdasarkan buku PAI kelas X
kemdikbud dengan penuh tanggung jawab
13. Mempresentasikan pembagian hukum Islam berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud
dengan penuh tanggung jawab
14. Mengapliksikan kedudukan al-Qur’an, hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam
dalam kehidupan sehari-hari

E. KOMPETENSI DASAR

2.8 Menganalisis kedudukan al-Qur’an, hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam

4.8 Menentukan macam-macam sumber hukum Islam.

Indikator

5
3.8.1 Mendeskripsikan pengertian Al-Quran
3.8.2 Mendeskripsikan pengertian Hadits
3.8.3 Mendeskripsikan pengertian Ijtihad
3.8.4 Menelaah Kedudukan Al-Qur’ān sebagai Sumber Hukum Islam
3.8.5 Menelaah Kedudukan Hadits sebagai Sumber Hukum Islam
3.8.6 Menelaah Kedudukan Ijtihad sebagai Sumber Hukum Islam
3.8.7 Merinci isi Kandungan Hukum dalam Al-Qur’ān
3.8.8 Merinci fungsi Hadits terhadap Al-Qur’ān
3.8.9 Merinci macam-macam Hadits
3.8.10 Merinci Syarat-Syarat berijtihād
3.8.11 Merinci bentuk-bentuk Ijtihād
4.8.1 Mempresentasikan macam-macam sumber hukum Islam.
4.8.2 Mempresentasikan pembagian hukum Islam
4.8.3 Mengapliksikan kedudukan al-Qur’an, hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum
Islam dalam kehidupan sehari-hari

F. .CEK KEMAMPUAN AWAL

NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anda mengetahui tentang hukum Islam ?
2 Apakah anda mengetahui tentang sumber hukum Islam ?
3 Apakah anda mengetahui urutan sumber hukum Islam?
4 Apakah anda mengetahui jumlah sumber hukum Islam ?
5 Apakah anda mengetahui dalil-dalil yang menjelaskan
sumber hukum Islam ?

⚫ Apabila anda menjawab “Tidak” pada salah satu pertanyaan di atas, pelajarilah seluruh
bahasan pada modul ini.

6
⚫ Apabila anda menjawab “Ya” pada seluruh pertanyaan di atas, maka lanjutkan dengan
mengerjakan evaluasi yang ada pada modul ini

PEMBELAJARAN

1. KEGIATAN BELAJAR 1
a. Tujuan Kegiatan

7
Melalui kegiatan ceramah,diskusi,menggali informasi,demonstrasi,dan persentasi
diharapkan peserta didik dapat :
1. Mendeskripsikan pengertian Al-Quran berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud
dengan penuh tanggung jawab
2. Mendeskripsikan pengertian Hadits berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud
dengan penuh tanggung jawab
3. Mendeskripsikan pengertian Ijtihad berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud
dengan penuh tanggung jawab
4. Menelaah Kedudukan Al-Qur’ān sebagai Sumber Hukum Islam berdasarkan buku
PAI kelas X kemdikbud dengan penuh tanggung jawab
5. Menelaah Kedudukan Hadits sebagai Sumber Hukum Islam berdasarkan buku PAI
kelas X kemdikbud dengan penuh tanggung jawab

b. Uraian Materi
a) Memahami Al-Qurān, Hadis, dan Ijtihād sebagai Sumber Hukum Islam

Sumber hukum Islam merupakan suatu rujukan, landasan, atau dasar yang
utama dalam pengambilan hukum Islam. Ia menjadi pokok ajaran Islam sehingga
segala sesuatu haruslah bersumber atau berpatokan kepadanya. Ia menjadi pangkal
dan tempat kembalinya segala sesuatu. Ia juga menjadi pusat tempat mengalirnya
sesuatu. Oleh karena itu, sebagai sumber yang baik dan sempurna, hendaklah ia
memiliki sifat dinamis, benar, dan mutlak. Dinamis maksudnya adalah al-Qur’ān
dapat berlaku di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja. Benar artinya al-
Qur’ān mengandung kebenaran yang dibuktikan dengan fakta dan kejadian yang
yang sebenarnya. Mutlak artinya al-Qur’ān tidak diragukan lagi kebenarannya serta
tidak akan terbantahkan.
Adapun yang menjadi sumber hukum Islam yaitu: al-Qur’an, Hadis, dan Ijtihād.

Al-Qur’ānul Karim

8
1. Pengertian Al-Qur’ān
Dari segi bahasa, al-Qur’ān berasal dari kata qara’a – yaqra’u – qirā’atan –
qur’ānan, yang berarti sesuatu yang dibaca atau bacaan. Dari segi istilah, al-Qur’ān
adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam bahasa
Arab, yang sampai kepada kita secara mutawattir, ditulis dalam mushaf, dimulai
dengan surah al-Fātihah dan diakhiri dengan surah an-Nās,
membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw.
dan sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat manusia. Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Sungguh, al-Qur’ān ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus
dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan,
bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (Q.S. al-Isrā/17:9)

2. Kedudukan al-Qur’ān sebagai Sumber Hukum Islam


Sebagai sumber hukum Islam, al-Qur’ān memiliki kedudukan yang sangat
tinggi. Ia merupakan sumber utama dan pertama sehingga semua persoalan harus
merujuk dan berpedoman kepadanya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt.
dalam al-Qur’ān:

9
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul-
Nya (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah Swt. (al-Qur’ān) dan Rasu-Nyal (sunnah), jika kamu beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (Q.S. an-Nisā’/4:59)

Dalam ayat yang lain Allah Swt. menyatakan:

Artinya: “Sungguh, Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’ān) kepadamu


(Muhammad) membawa kebenaran, agar engkau mengadili antara manusia dengan
apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, dan janganlah engkau menjadi penentang
(orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang berkhianat.” (Q.S. an-
Nisā’/4:105)

Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Imam Bukhari dan Imam Muslim,
Rasulullah saw. bersabda:

10
Artinya: “... Amma ba’du wahai sekalian manusia, bukankah aku sebagaimana
manusia biasa yang diangkat menjadi rasul dan saya tinggalkan bagi kalian semua
dua perkara utama/besar, yang pertama adalah kitab Allah yang di dalamnya
terdapat petunjuk dan cahaya/penerang, maka ikutilah kitab Allah (al-Qur’an) dan
berpegang teguhlah kepadanya ... (H.R. Muslim)

Berdasarkan dua ayat dan hadis di atas, jelaslah bahwa al-Qur’ān adalah kitab yang
berisi sebagai petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. Al-Qur’ān
sumber dari segala sumber hukum baik dalam konteks kehidupan di dunia maupun
di akhirat kelak. Namun demikian, hukum-hukum yang terdapat dalam Kitab Suci
al-Qur’ān ada yang bersifat rinci dan sangat jelas maksudnya, dan ada yang masih
bersifat umum dan perlu pemahaman mendalam untuk memahaminya.

3. Kandungan Hukum dalam al-Qur’ān


Para ulama mengelompokkan hukum yang terdapat dalam al-Qur’ān ke
dalam tiga bagian, yaitu seperti berikut.
a.Akidah atau Keimanan
Akidah atau keimanan adalah keyakinan yang tertancap kuat di dalam hati.
Akidah terkait dengan keimanan terhadap hal-hal yang gaib yang terangkum
dalam rukun iman (arkānu ³mān), yaitu iman kepada Allah Swt. malaikat, kitab ,
para rasul, hari kiamat, dan qada/qadar Allah Swt.

b.Syari’ah atau Ibadah


Hukum ini mengatur tentang tata cara ibadah baik yang berhubungan langsung
dengan al-Khāliq (Pencipta) yaitu Allah Swt. yang disebut dengan ‘ibadah
mahdah, maupun yang berhubungan dengan sesama makhluknya yang disebut
dengan ibadah gairu mahdah. Ilmu yang mempelajari tata cara ibadah
dinamakan ilmu fiqih.

11
1.Hukum Ibadah
Hukum ini mengatur bagaimana seharusnya melaksanakan ibadah yang
sesuai dengan ajaran Islam. Hukum ini mengandung perintah untuk
mengerjakan śalat, haji, zakat, puasa dan lain sebagainya
2.Hukum Mu’amalah
Hukum ini mengatur interaksi antara manusia dengan sesamanya, seperti
hukum tentang tata cara jual-beli, hukum pidana, hukum perdata, hukum
warisan, pernikahan, politik, dan lain sebagainya.
c.Akhlak atau Budi Pekerti
Selain berisi hukum-hukum tentang akidah dan ibadah, al-Qur’ān juga
berisi hukum-hukum tentang akhlak. Al-Qur’ān menuntun bagaimana
seharusnya manusia berakhlak atau berperilaku, baik akhlak kepada Allah
Swt., kepada sesama manusia, dan akhlak terhadap makhluk Allah Swt. yang
lain. Pendeknya, akhlak adalah tuntunan dalam hubungan antara manusia
dengan Allah Swt.– hubungan manusia dengan manusia – dan hubungan
manusia dengan alam semesta. Hukum ini tercermin dalam konsep perbuatan
manusia yang tampak, mulai dari gerakan mulut (ucapan), tangan, dan kaki.

Hadis atau Sunnah


1.Pengertian Hadis atau Sunnah
Secara bahasa hadis berarti perkataan atau ucapan. Menurut istilah, hadis
adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan (taqrir) yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad saw. Hadis juga dinamakan sunnah. Namun demikian,
ulama hadis membedakan hadis dengan sunnah. Hadis adalah ucapan atau
perkataan Rasulullah saw., sedangkan sunnah adalah segala apa yang
dilakukan oleh Rasulullah saw. yang menjadi sumber hukum Islam. Hadis
dalam arti perkataan atau ucapan Rasulullah saw. terdiri atas beberapa bagian

12
yang saling terkait satu sama lain. Bagian-bagian hadis tersebut antara lain
adalah sebagai berikut.
a.Sanad, yaitu sekelompok orang atau seseorang yang menyampaikan hadis
dari Rasulullah saw. sampai kepada kita sekarang.
b.Matan, yaitu isi atau materi hadis yang disampaikan Rasulullah saw.
c.Rawi, adalah orang yang meriwayatkan hadis.

2.Kedudukan Hadis atau Sunnah sebagai Sumber Hukum Islam


Sebagai sumber hukum Islam, hadis berada satu tingkat di bawah al-
Qur’ān. Artinya, jika sebuah perkara hukumnya tidak terdapat di dalam al-
Qur’ān, yang harus dijadikan sandaran berikutnya adalah hadis tersebut. Hal
ini sebagaimana firman Allah Swt:

Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka
adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan
Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkan lah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat
keras hukumannya.” (Q.S. al-hasyr/59:7)

13
Demikian pula firman Allah Swt. dalam ayat yang lain:

Artinya: “Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya ia


telah mentaati Allah Swt. Dan barang siapa berpaling (darinya), maka
(ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi
pemelihara mereka.” (Q.S. an-Nisā’/4:80)
Sekarang, kamu sudah paham, bukan, tentang peran penting hadis sebagai
sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur’ān? Sekarang mari kita lihat
kedudukan hadis terhadap sumber hukum Islam pertama yaitu al-Qur’ān.

c. Rangkuman
● Memahami Al-Qurān, Hadis, dan Ijtihād sebagai Sumber Hukum Islam
● Sumber hukum Islam merupakan suatu rujukan, landasan, atau dasar yang
utama dalam pengambilan hukum Islam
● Sumber hukum Islam yang paling utama adalah Al-Quran
● Pengertian Al-Qur’ān
● Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dalam bahasa Arab,
yang sampai kepada kita secara mutawattir, ditulis dalam mushaf, dimulai
dengan surah al-Fātihah dan diakhiri dengan surah an-Nās,
● Sumber hukum Islam setelah Al-Quran adalah Hadits
● Pengertian Hadis atau Sunnah
● Segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan (taqrir) yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw

14
d. Tugas
Peserta didik diberi tugas individu untuk mencatat ayat Al-Qur’an tentang
kedudukan Al-Qur’an, hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam dan
diperlihatkan pada pertemuan berikutnya untuk dijadikan portofolio. (Silahkan
kerjakan di buku catatan masing-masing).

e. Tes Formatif
1. Hukum yang berkaitan dengan amal ibadah seperti shalat, puasa, zakat dan haji
disebut juga dengan istilah …
a. Ubudiyah

b. Mu'amalah

c. Mutawatir

d. Jinayah

e. Muroqobah

2. Yang menjadi sumber hukum kedua dalam Islam adalah …


a. Al qur'an

b. Qiyas

c. Ijma'

d. Hadits

e. Ijtihad

3. Ijtihad adalah merupakan sebuah upaya penggalian hukum yang dilakukan pada ..

15
a. Zaman rasulullah saw

b. Hanya setelah sahabat

c. Zaman sahabat

d. Sepanjang masa

e. Zaman sekarang

4. Memutuskan sebuah perkara berdasarkan hukum yang pernah berlaku sebelumnya


sampai ada dalil lain yang mengubahnya disebut …
a. Istishab

b. Maslahah mursalah

c. Istihsan

d. 'urf

e. Qiyas

5. Perintah yang berasal dari Allah atau Rasulullah yang dilaksanakan oleh mukalaf,
namun sifatnya tidak harus disebut ….
a. Wajib

b. Mubah

c. Mandub

d. Haram

16
e. Makruh

Tuliskan Jawaban di bawah ini :


1.

2. KEGIATAN BELAJAR 2
a. Tujuan Kegiatan

17
Melalui kegiatan ceramah, diskusi, menggali informasi, demonstrasi, dan presentasi
diharapkan peserta didik dapat :
1. Menelaah Kedudukan Ijtihad sebagai Sumber Hukum Islam berdasarkan buku
PAI kelas X kemdikbud dengan penuh tanggung jawab
2. Merinci isi Kandungan Hukum dalam Al-Qur’ān berdasarkan buku PAI kelas X
kemdikbud dengan penuh tanggung jawab
3. Merinci fungsi Hadits terhadap Al-Qur’ān berdasarkan buku PAI kelas X
kemdikbud dengan penuh tanggung jawab
4. Merinci macam-macam Hadits berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud
dengan penuh tanggung jawab
5. Merinci Syarat-Syarat berijtihād berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud
dengan penuh tanggung jawab

b. Uraian Materi

● Fungsi Hadis terhadap al-Qur’ān


Rasulullah saw. sebagai pembawa risalah Allah Swt. bertugas menjelaskan
ajaran yang diturunkan Allah Swt. melalui al-Qur’ān kepada umat manusia. Oleh
karena itu, hadis berfungsi untuk menjelaskan (bayan) serta menguatkan hukum-
hukum yang terdapat dalam al-Qur’ān.

● Fungsi hadis terhadap al-Qur’ān dapat dikelompokkan sebagai berikut.


a. Menjelaskan ayat-ayat al-Qur’ān yang masih bersifat umum
Contohnya adalah ayat al-Qur’ān yang memerintahkan śhalat. Perintah
śhalat dalam al Qur’ān masih bersifat umum sehingga diperjelas dengan hadis-
hadis Rasulullah saw. tentang śalat, baik tentang tata caranya maupun jumlah
bilangan rakaatnya. Untuk menjelaskan perintah śhalat tersebut misalnya
keluarlah sebuah hadis yang berbunyi, “Śalatlah kalian sebagaimana kalian
melihat aku śhalat”. (H.R. Bukhari)

18
b. Memperkuat pernyataan yang ada dalam al-Qur’ān
Seperti dalam al-Qur’ān terdapat ayat yang menyatakan, “Barang siapa di
antara kalian melihat bulan, maka berpuasalah!” Maka ayat tersebut diperkuat
oleh sebuah hadis yang berbunyi, “... berpuasalah karena melihat bulan dan
berbukalah karena melihatnya ...” (H.R. Bukhari danMuslim)

c. Menerangkan maksud dan tujuan ayat


Misal, dalam Q.S. at-Taubah/9:34 dikatakan, “Orang-orang yang
menyimpan emas dan perak, kemudian tidak membelanjakannya di jalan Allah
Swt., gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih!” Ayat ini dijelaskan
oleh hadis yang berbunyi, “Allah Swt. tidak mewajibkan zakat kecuali supaya
menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati.” (H.R. Baihaqi)

d. Menetapkan hukum baru yang tidak terdapat dalam al-Qur’ān


Maksudnya adalah bahwa jika suatu masalah tidak terdapat hukumnya
dalam al-Qur’ān, diambil dari hadis yang sesuai. Misalnya, bagaimana
hukumnya seorang laki-laki yang menikahi saudara perempuan istrinya. Maka
hal tersebut dijelaskan dalam sebuah hadis Rasulullah saw :
Artinya: “Dari Abi Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda: “Dilarang seseorang
mengumpulkan (mengawini secara bersama) seorang perempuan dengan
saudara dari ayahnya serta seorang perempuan dengan saudara perempuan dari
ibunya.” (H.R. Bukhari)

● Macam-Macam Hadis

19
Ditinjau dari segi perawinya, hadis terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu seperti
berikut.
a. Hadis Mutawattir
Hadis mutawattir adalah hadis yang diriwayatkan oleh banyak perawi,
baik dari kalangan para sahabat maupun generasi sesudahnya dan dipastikan di
antara mereka tidak bersepakat dusta. Contohnya adalah hadis yang berbunyi:
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa
berdusta atas namaku dengan sengaja, maka tempatnya adalah neraka.” (H.R.
Bukhari, Muslim)

b. Hadis Masyhur
Hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat
atau lebih yang tidak mencapai derajat mutawattir namun setelah itu tersebar
dan diriwayatkan oleh sekian banyak tabi’in sehingga tidak mungkin
bersepakat dusta. Contoh hadis jenis ini adalah hadis yang artinya, “Orang
Islam adalah orang-orang yang tidak mengganggu orang lain dengan lidah dan
tangannya.” (H.R. Bukhari, Muslim dan Tirmizi)

c. Hadis Ahad
Hadis ahad adalah hadis yang hanya diriwayatkan oleh satu atau dua
orang perawi sehingga tidak mencapai derajat mutawattir. Dilihat dari segi
kualitas orang yang meriwayatkannya (perawi), hadis dibagi ke dalam tiga
bagian berikut.
1. Hadis Śahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, kuat
hafalannya, tajam penelitiannya, sanadnya bersambung kepada Rasulullah
saw., tidak tercela, dan tidak bertentangan dengan riwayat orang yang lebih
terpercaya. Hadis ini dijadikan sebagai sumber hukum dalam beribadah
(hujjah).

20
2. Hadis ¦asan, adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, tetapi
kurang kuat hafalannya, sanadnya bersambung, tidak cacat, dan tidak
bertentangan. Sama seperti hadis śahih, hadis ini dijadikan sebagai landasan
mengerjakan amal ibadah.
3. Hadis ¬a’³f, yaitu hadis yang tidak memenuhi kualitas hadis śahih dan hadis
hasan. Para ulama mengatakan bahwa hadis ini tidak bisa dijadikan sebagai
hujjah, tetapi dapat dijadikan sebagai motivasi dalam beribadah.
4. Hadis Maudu’, yaitu hadis yang bukan bersumber kepada Rasulullah saw.
atau hadis palsu. Dikatakan hadis padahal sama sekali bukan hadis. Hadis ini
jelas tidak dapat dijadikan landasan hukum, hadis ini tertolak.

● Ijtihād sebagai upaya memahami al-Qur’ān dan Hadis


1. Pengertian Ijtihād
Kata ijtihād berasal bahasa Arab ijtahada-yajtahidu-ijtihādan yang
berartimengerahkan segala kemampuan, bersungguh-sungguh mencurahkan
tenaga, atau bekerja secara optimal. Secara istilah, ijtihād adalah mencurahkan
segenap tenaga dan pikiran secara sungguh-sungguh dalam menetapkan suatu
hukum. Orang yang melakukan ijtihād dinamakan mujtahid.

2. Syarat-Syarat berijtihād
Karena ijtihād sangat bergantung pada kecakapan dan keahlian para
mujtahid, dimungkinkan hasil ijtihād antara satu ulama dengan ulama lainnya
berbeda hukum yang dihasilkannya. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat
melakukan ijtihād dan menghasilkan hukum yang tepat. Berikut beberapa
syarat yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan ijtihād.
a. Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam.
b. Memiliki pemahaman mendalam tentang bahasa Arab, ilmu tafsir, usul fikih,
dan tarikh (sejarah).

21
c. Memahami cara merumuskan hukum (istinba¯).
d. Memiliki keluhuran akhlak mulia

c. Rangkuman
● Kata “Ijtihad” berasal dari bahasa Arab, yaitu “Ijtihada Yajtahidu Ijtihadan”
yang artinya mengerahkan segala kemampuan dalam menanggung beban.
Dengan kata lain, Ijtihad dilakukan ketika ada pekerjaan yang sulit untuk
dilakukan.
● Di dalam agama Islam, Ijtihad adalah sumber hukum ketiga setelah Al-quran
dan hadits. Fungsi utama dari Ijtihad ini adalah untuk menetapkan suatu hukum
dimana hal tersebut tidak dibahas dalam Al-quran dan hadits.
● Orang yang melaksanakan Ijtihad disebut dengan Mujtahid dimana orang
tersebut adalah orang yang ahli tentang Al-quran dan hadits.

d. Tugas
Peserta didik diberi tugas kelompok untuk mencari contoh hasil ijtihad para ulama
yang berkembang saat ini dan dikumpulkan juga dipresentasikan pada pertemuan
berikutnya. (Silahkan kerjakan di buku catatan masing-masing)

e. Tes Formatif
1. Usaha mengumpulkan dan kodifikasi Al-Qur’an pada zaman Abu Bakar Shiddiq
dan Utsman bin Affan merupakan contoh bentuk ijtihad yang disebut....
A. Qiyas
B. Maslahah Mursalah
C. Itishab
D. Ijma'
2. Pengertian Ijthad menurut bahasa adalah.....
A. Memeras Pikiran

22
B. Bekerja
C. Kesepakatan
D. Berusaha
3. Berikut ini Syarat-syarat melakukan ijtihad, kecuali...
A. Paham Al-Qur'an
B. Memahami Hadits
C. Memahami Ijma
D. Paham Seluruh Bahasa
4. Hadits yang berdasarkan perkataan Rasulullah adalah….
A. Qauliyyah
B. Fi’liyah
C. Taqririyah
D. Karomah
5. Hadits yang berdasarkan perbuatan Rasulullah adalah….
A. Qauliyyah
B. Fi’liyah
C. Taqririyah
D. Naqli

Tulis Jawaban di bawah ini :


1.

23
3. KEGIATAN BELAJAR 3
a. Tujuan Kegiatan
Melalui kegiatan ceramah, diskusi, menggali informasi, demonstrasi, dan presentasi
diharapkan peserta didik dapat :
1. Merinci bentuk-bentuk Ijtihād berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud dengan penuh
tanggung jawab
2. Mempresentasikan macam-macam sumber hukum Islam. berdasarkan buku PAI kelas X
kemdikbud dengan penuh tanggung jawab
3. Mempresentasikan pembagian hukum Islam berdasarkan buku PAI kelas X kemdikbud
dengan penuh tanggung jawab
4. Mengapliksikan kedudukan al-Qur’an, hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam
dalam kehidupan sehari-hari

b. Uraian Materi
● Kedudukan Ijtihād
Ijtihād memiliki kedudukan sebagai sumber hukum Islam setelah al-Qur’ān dan
hadis. Ijtihād dilakukan jika suatu persoalan tidak ditemukan hukumnya dalam al-
Qur’ān dan hadis. Namun demikian, hukum yang dihasilkan dari ijtihād tidak boleh
bertentangan dengan al-Qur’ān maupun hadis. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah
saw.:
Artinya: “Dari Mu’az, bahwasanya Nabi Muhammad saw. Ketika mengutusnya ke
Yaman, ia bersabda, “Bagaimana engkau akan memutuskan suatu perkara yang
dibawa orang kepadamu?” Muaz berkata, “Saya akan memutuskan menurut
Kitabullah (al-Qur’ān).” Lalu Nabi berkata, “Dan jika di dalam Kitabullah engkau
tidak menemukan sesuatu mengenai soal itu?” Muaz menjawab, “Jika begitu saya
akan memutuskan menurut Sunnah Rasulullah saw.” Kemudian, Nabi bertanya lagi,
“Dan jika engkau tidak menemukan sesuatu hal itu di dalam sunnah?” Muaz
menjawab, “Saya akan mempergunakan pertimbangan akal pikiran sendiri (ijtihādu bi

24
ra’yi) tanpa bimbang sedikitpun.” Kemudian, Nabi bersabda, “Maha suci Allah Swt.
Yan memberikan bimbingan kepada utusan Rasul-Nya dengan suatu sikap yang
disetujui Rasul-Nya.” (H.R. Darami)
Rasulullah saw. juga mengatakan bahwa seorang yang berijtihād sesuai dengan
kemampuan dan ilmunya, kemudian ijtihādnya benar, maka ia mendapatkan dua
pahala, dan jika kemudian ijtihādnya itu salah maka ia mendapatkan satu pahala.
Hal tersebut ditegaskan melalui sebuah hadis:
Artinya: “Dari Amr bin Aś, sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda, “Apabila
seorang hakim berijtihād dalam memutuskan suatu persoalan, ternyata ijtihādnya
benar, maka ia mendapatkan dua pahala, dan apabila dia berijtihād, kemudian
ijtihādnya salah, maka ia mendapat satu pahala.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

● Bentuk-bentuk Ijtihād
Ijtihād sebagai sebuah metode atau cara dalam menghasilkan sebuah hukum
terbagi ke dalam beberapa bagian, seperti berikut.
a. Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan para ulama ahli ijtihād dalam memutuskan suatu
perkara atau hukum. Contoh ijma’ di masa sahabat adalah kesepakatan untuk
menghimpun wahyu Ilahi yang berbentuk lembaran lembaran terpisah menjadi sebuah
mushaf al-Qur’ān yang seperti kita saksikan sekarang ini.
b. Qiyas
Qiyas adalah mempersamakan/menganalogikan masalah baru yang tidak
terdapat dalam al-Qur’ān atau hadis dengan yang sudah terdapat hukumnya dalam al-
Qur’ān dan hadis karena kesamaan sifat atau karakternya. Contoh qiyas adalah
mengharamkan hukum minuman keras selain khamr seperti brandy, whisky, topi
miring, vodka, dan narkoba karena memiliki kesamaan sifat dan karakter dengan
khamr, yaitu memabukkan. Khamr dalam al-Qur’ān diharamkan, sebagaimana firman
Allah Swt:

25
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi,
(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan
keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu
beruntung.” (Q.S. al-Maidah/5:90)
c. Maślahah Mursalah
Maślahah mursalah artinya penetapan hukum yang menitikberatkan pada
kemanfaatan suatu perbuatan dan tujuan hakiki-universal terhadap syari’at Islam.
Misalkan seseorang wajib mengganti atau membayar kerugian atas kerugian kepada
pemilik barang karena kerusakan di luar kesepakatan yang telah ditetapkan.

● Pembagian Hukum Islam


Para ulama membagi hukum Islam ke dalam dua bagian, yaitu hukum taklifi
dan hukum wad’i. Hukum taklifi adalah tuntunan Allah Swt. yang berkaitan dengan
perintah dan larangan. Hukum wad’i adalah perintah Allah Swt. Yang merupakan
sebab, syarat, atau penghalang bagi adanya sesuatu.
Hukum taklifi terbagi ke dalam lima bagian, seperti berikut.
a. Wajib (fardhu), yaitu aturan Allah Swt. yang harus di kerjakan, dengan
konsekuensi bahwa jika dikerjakan akan mendapatkan pahala, dan jika
ditinggalkan akan berakibat dosa. Pahala adalah sesuatu yang akan membawa
seseorang kepada kenikmatan (syurga). Sedangkan dosa adalah sesuatu yang akan
membawa seseorang ke dalam kesengsaraan (neraka). Misalnya perintah wajib
śhalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya.
b. Sunnah (mandub), yaitu tuntutan untuk melakukan suatu perbuatan dengan
konsekuensi jika di kerjakan akan mendapatkan pahala dan jika di tinggalkan

26
karena berat untuk melakukannya tidaklah berdosa. Misalnya ibadah śhalat
rawatib, puasa Senin-Kamis, dan sebagainya.
c. Haram (tahrim), yaitu larangan untuk mengerjakan suatu pekerjaan atau
perbuatan. Konsekuesinya adalah jika larangan tersebut dilakukan akan
mendapatkan pahala, dan jika tetap dilakukan, akan mendapatkan dosa dan
hukuman. Akibat yang ditimbulkan dari mengerjakan larangan Allah Swt. ini
dapat langsung mendapat hukuman di dunia, ada pula yang dibalasnya di akhirat
kelak. Misalnya larangan meminum minuman keras/narkoba/khamr, larangan
berzina, larangan berjudi dan sebagainya.
d. Makruh (Karahah), yaitu tuntutan untuk meninggalkan suatu perbuatan. Makruh
artinya sesuatu yang dibenci atau tidak disukai. Konsekuensi hukum ini adalah
jika dikerjakan tidaklah berdosa, akan tetapi jika ditinggalkan akan mendapatkan
pahala. Misalnya adalah mengonsumsi makanan yang beraroma tidak sedap
karena zatnya atau sifatnya.
e. Mubah (al-Ibahah), yaitu sesuatu yang boleh untuk di kerjakan dan boleh untuk
di tinggalkan. Tidaklah berdosa dan berpahala jika di kerjakan ataupun di
tinggalkan. Misalnya makan roti, minum susu, tidur di kasur, dan sebagainya.

c. Rangkuman
Al-quran diturunkan secara lengkap dan sempurna tidak berarti didalamnya
membahas seluruh aspek yang berkaitan dengan kehidupan manusia secara
mendetail. Selain itu berhubung zaman semakin modern dan banyak hukum baru
yang bermunculan sedangkan tidak ada ketika turunnya al-quran dan diperlukan
aturan-aturan baru dalam menjalankan kehidupan di zaman serba modern. Disinilah
posisi ijtihad sebagai sumber hukum yang ketiga bagi umat islam untuk menjelaskan
hal baru yang secara tidak detail diterangkan dalam al-quran.

27
Ulama berpendapat, maka hukum ijtihad bagi orang itu bisa wajib ‘ain, wajib
kifayah, sunah, atau haram, bergantung pada kapasitas orang tersebut. 1. Wajib ‘ain
2. Wajib kifayah 3. Sunnah 4. Haram

d. Tugas
Peserta didik diberi tugas kelompok untuk membuat bagan urutan sumber
hukum Islam dan dikumpulkan juga dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.
(Silahkan kerjakan di buku catatan masing-masing)

e. Tes Formatif
1. Mencurahkan segenap kemampuan untuk menetapkan hukum yang belum ada di
dalam Al-Qur’an dan hadits menggunakan akal sehat dan jernih disebut. …

A. Ijma

B. Qiyas

C. Mujtahid

D. Ijtihad

2. Menurut Hukum Islam, suatu perbuatan yang apabila dikerjakan atau ditinggalkan
pelakunya tidak mendapat pahala atau dosa disebut. …

A. Wajib

B. Sunnah

C. Haram

D. Makruh

3. Menurut Hukum Islam, suatu perbuatan apabila ditingalkan mendapat pahala tetapi
jika dilakanakan tidak mendapat apa-apa disebut. …

28
A. Wajib

B. Sunnah

C. Haram

D. Makruh

4. Suatu perbuatan bila di laksanakan mendapat pahala tetapi jika di tinggalkan tidak
mendapat pahala ….

A. Wajib

B. Sunnah

C. Haram

D. Makruh

5. Suatu perbuatan bila di laksanakan mendapat dosa dan jika di tinggalkan mendapat
pahala disebut….

A. Wajib

B. Sunnah

C. Makruh

D. Haram

PENUTUP

29
Apabila kalian telah dinyatakan tuntas oleh guru dalam kompetensi “ Sumber Hukum Islam
“ini maka berarti kalian telah kompeten, tapi apabila dinyatakan belum tuntas maka kalian
harus mengulang lagi mempelajari modul ini dari awal.

Kembali ke daftar isi

DAFTAR PUSTAKA

30
PT.Karya Toha Putra Semarang,Al-Quran dan terjemahannya
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014,Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
kls.X http://mangihot.blogspot.com/2017/02/pengertian-dan-sumber-hukum-islam.html#
http://www.sarjanaku.com/2010/10/hadits-mutawatir.html
http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-mushaf-dan-suhuf/
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2016/02/pengertian-mukjizat-menurut-bahasa-dan-
istilah-beserta-contohnya.html

Kembali ke daftar isi

31
32

Anda mungkin juga menyukai