Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HAKIKAT HIDUP

DI DUNIA DAN AKHIRAT

Dosen Pengampu:
Drs. Fadloli, M. Pd.i

Disusun Oleh:
Della Putri Z 2242620133
Hisyam Ammarullah 2242620174
Rahman Hakim 2242620181
2E / MP

ADMINISTRASI NIAGA

JL. SOEKARNO HATTA NO.9, JATIMULYO, KEC. LOWOKWARU KOTA


MALANG, JAWA TIMUR 65141

2022/2023
DAFTAR ISI

MAKALAH HAKIKAT HIDUP ............................................................................................... 1


DI DUNIA DAN AKHIRAT ...................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 6
2.1 Hakikat Hidup .............................................................................................................. 6
2.2 Hakikat Hidup di Dunia ............................................................................................... 7
2.3 Hakikat Hidup di Akhirat ............................................................................................. 8
BAB III .................................................................................................................................... 11
PENUTUP............................................................................................................................ 11
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 11
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas penulisan laporan tepat waktu. Adapun judul dari
makalah ini adalah “Makalah Hakikat Hidup di Dunia dan Akhirat”.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari Bapak Fadloli dan diharapkan
dapat menambah wawasan penulis serta pembaca. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak.

Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Demikian
yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah agama ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Malang, 02 September 2023


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Islam, dengan lebih dari satu miliar pengikut di seluruh dunia, adalah salah satu agama
terbesar di dunia. Agama ini bukan hanya sekadar sistem kepercayaan, tetapi juga pandangan
dunia yang meresap dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang
mendalam dalam pemahaman Islam adalah konsep hakikat hidup di dunia dan akhirat. Konsep
ini memberikan landasan bagi tindakan, nilai-nilai, dan perspektif umat Islam tentang arti sejati
kehidupan.

Dalam agama Islam, dunia dipandang sebagai tempat ujian dan persiapan bagi individu
untuk akhirat. Hidup di dunia adalah kesempatan bagi manusia untuk menguji kesetiaan,
keimanan, dan amal perbuatan mereka kepada Allah SWT. Di sisi lain, akhirat adalah dunia
abadi yang mengikuti kehidupan di dunia ini. Ini adalah tempat di mana setiap individu akan
diadili oleh Allah berdasarkan perbuatan dan niat mereka selama hidup di dunia. Akhirat adalah
saat keadilan mutlak Allah terwujud, dan manusia memetik hasil dari apa yang telah mereka
tanam di dunia.

Kedua konsep ini, hakikat hidup di dunia dan akhirat, memiliki dampak yang mendalam
pada cara umat Islam menjalani kehidupan mereka. Mereka memandang dunia sebagai
panggung ujian, tempat mereka berjuang untuk mencapai surga akhirat dengan melakukan
perbuatan baik, menjauhi dosa, dan memperkuat keimanan. Konsep ini juga memberikan
makna kepada perjuangan hidup, mengingatkan umat Islam akan tanggung jawab moral
mereka dan memotivasi mereka untuk berperilaku adil, bermanfaat bagi sesama, dan taat
kepada Allah.

Dalam konteks kontemporer, pemahaman tentang hakikat hidup di dunia dan akhirat
tetap relevan dalam masyarakat Muslim saat ini. Meskipun dunia telah mengalami perubahan
yang besar dalam berbagai aspek, konsep ini tetap menjadi pilar utama dalam praktik
keagamaan dan pandangan hidup umat Islam. Dalam makalah ini, kami akan menyelidiki lebih
dalam hakikat kedua konsep ini dalam Islam, menganalisis implikasinya dalam kehidupan
sehari-hari, dan memberikan pandangan yang lebih jelas tentang makna hidup dalam
pandangan Islam. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep ini, kita dapat
memahami lebih baik bagaimana agama Islam membimbing umatnya untuk menjalani
kehidupan yang bermakna dan bertaqwa kepada Allah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana muslim memahami hakikat hidup?
2. Bagaimana muslim memahami hakikat hidup di dunia?
3. Bagaimana muslim memahami hakikat hidup di akhirat?

1.3 Tujuan
1. Menggali pemahaman Islam
2. Menganalisis implikasi dalam hidup sehari-hari
3. Memberikan klarifikasi tentang makna hidup dalam Islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Hidup


Hakikat adalah kata atau istilah yang mengacu pada makna yang benar atau mendasar.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Sementara itu, secara etimologis, hakikat
adalah kata yang berasal dari kata dalam bahasa Arab "Al-Haqq," yang artinya hak. Hak sendiri
memiliki arti benar, kepunyaan, adat kebiasaan, atau benar-benar ada. Dalam Islam, istilah
hakikat adalah aspek dari syariat yang bersifat esoteris atau batiniah. Dinyatakan dalam Nazam
Hidayatul Adzkiya', hakikat adalah sampainya seorang salik pada maksud tujuan (makrifat
kepada Allah), seraya menyaksikan kilatan cahaya ilahiyah. Para sufi mengartikan hakikat
adalah rahasia yang paling dalam dari segala amal, inti dari syariat dan akhir dari perjalanan
yang ditempuh oleh seorang sufi.

Hakikat hidup adalah sesuatu yang mengacu tentang bagaimana seharusnya hidup
dijalani, apa tujuan hidup, dan sebagainya. Hakikat hidup manusia melibatkan berbagai macam
sudut pandang. Dalam pandangan ajaran agama Islam, hakikat hidup adalah untuk beribadah,
sebagai khalifah, serta beramal shalih dengan kiprah dan peran masing-masing.

Hidup hakikatnya hanya berlangsung beberapa saat lalu hilang lenyap dan berakhirlah
wujudnya. Keadaan ini tidak beda dengan bumi yang kena hujan lebat lalu menumbuhkan
tanaman-tanaman yang mengagumkan para petani, menyebabkan mereka riang bermuka cerah
dan merasa gembira. Dalam pandangan Islam, hakikat adalah salah satu jalan untuk mencapai
tujuan hidup. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia harus melakukan perjalanan spiritual
yang dimulai dengan syariat, kemudian tarekat, dan buahnya, yaitu hakikat. Ketiganya saling
terkait dan tidak boleh dinegasikan salah satu di antara ketiganya.

Semuanya harus saling terkait karena hakikat tanpa syariat itu batal, dan syariat tanpa
hakikat itu kosong. Syariat adalah perintah-perintah Allah, dan larangan-larangan-Nya.
Thariqah adalah perjalanan dan aplikasi syariat. Sedangkan hakikat adalah melihat dengan
dimensi dalam. Misalnya saja, seseorang yang beribadah hanya karena ingin masuk surga. Itu
termasuk syariat yang kosong. Sebab, seseorang bisa masuk surga bukan karena amal
ibadahnya, melainkan karena ridha Allah SWT. Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami
bahwa hakikat adalah istilah untuk mengacu pada kebenaran yang sesungguhnya. Hakikat
adalah makna terdalam dari praktik dan petunjuk yang ada pada syariat dan tarikat.
2.2 Hakikat Hidup di Dunia
Kehidupan dunia ini diperhiasi dengan berbagai macam kesenangan, karena memang
begitulah Allah, menciptakannya sesuai dengan fitrah manusia. Dan kita pastilah
menginginkan bisa meraih kesuksesan duniawi ini, dalam berbagai ukuran yang konkret.

Dalam QS. Al-Hadid : 20 Allah SWT berfirman,

َ ‫ا ْعلَ ُموا أَنَّ َما ْال َحيَاة ُ الدُّ ْنيَا لَ ِعب َولَ ْهو َو ِزينَة َوتَفَا ُخر بَ ْينَ ُك ْم َوتَكَاثُر فِي ْاْل َ ْم َوا ِل َو ْاْل َ ْو ََل ِد ۖ َك َمثَ ِل‬
َ ‫غيْث أَ ْع َج‬
‫ب‬

ِ َّ َ‫شدِيد َو َم ْغ ِف َرة ِمن‬


‫ّللا َو ِرض َْوان‬ َ ‫صف ًَّرا ث ُ َّم يَ ُكونُ ُح‬
َ ِ‫طا ًما ۖ َوفِي ْاْل ِخ َرة‬
َ ‫عذَاب‬ َ َّ‫ْال ُكف‬
ْ ‫ار نَبَاتُهُ ث ُ َّم يَ ِهي ُج فَت ََراهُ ُم‬

‫َو َما ْال َحيَاة ُ الدُّ ْنيَا إِ ََّل َمتَاعُ ْالغُ ُرور‬

Yang artinya,

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-
Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”

Pelajaran yang dapat diambil dari QS. Al-Hadid : 20 tersebut adalah pertama, Allah
menjelaskan tentang hakikat dunia bahwa dunia itu hanyalah “la’bun” wa “lahwun”, yaitu
fatamurghana, senda gurau, main-main, melalaikan dan bersifat sementara atau tidak ada
keabadian di dalamnya. Bedanya antara “la’bun” dan “lahwun” dalam bahasa arab,
penggunaan kata “la’bun” untuk menjelaskan kelalaian anggota badan. Sedangkan “lahwun”
untuk menjelaskan kelalaian hati. Ini berarti bahwa kehidupan dan kesenangan dunia itu tidak
hanya melalaikan anggota badan tapi juga menyebabkan kelalaian hati dari kebaikan dan
ketaatan.

Kedua, diantara manusia dalam menyikapi perhiasan dunia, ada yang bersifat
“Tafaakhur” berbangga-bangga dengan keduniaan yang ada padanya dibangun dari sebuah
ambisi untuk melebihi orang lain. dan “Takaatsur” artinya bermegah-megah dengan
kesenangan dan kemewahan yang dimilikinya, yang juga dibangun karena ambisi untuk
mendapatkan kesenangan dan kemewahan itu melebihi jumlah yang dimiliki orang lain. Maka
jika “tafakhur” dari dalam dirinya, sedangkan “Takaatsur” dalam perbuatannya. Dalam Islam
jelas “Tafakhur” dan “Takatsur” dalam urusan dunia tercela, karena dapat melahirkan sifat
bakhil, ujub, kesombongan dan sikap merendahkan orang lain.

Ketiga, Manhaj al-Qur’an yang selalu menawarkan solusi, dan selalu memberikan
perbandingan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran, bahwa setelah Allah
menghinakan dunia, dan merendahkan segala apa yang ada padanya, Kemudian Allah
menjelaskan bahwa kehidupan akhirat adalah sebenar-benarnya kehidupan, kehidupan yang
abadi dan tidak bertepi. Yang di dalamnya hanya ada dua kemungkinan, kemungkinan
mendapatkan kehinaan azab Allah dan kemungkinan mendapatkan kesenangan ridha Allah
berupa surga-Nya.

Keempat, Dunia adalah kehidupan yang singkat dan sementara, namun singkatnya ia
sangat menentukan bahagia tidaknya manusia di alam akhirat. Dunia adalah kehidupan yang
menipu sedangkan akhirat adalah kehidupan yang hakiki. Maka setiap yang hidup di dunia
diberi pilihan oleh Allah. Apakah manusia mau memilih jalan yang dicintai dan disenangi hawa
nafsunya tanpa peduli halal atau haram, ataukah ia memilih dan bersabar di jalan ketakwaan.
Maka manusia merdeka dalam pilihan itu. Hanya saja Allah yang ilmu-Nya meliputi segala
sesuatu hanya menjamin bahwa kebahagiaan hakiki hanya didapatkan oleh mereka yang meniti
jalan pilihan kedua, jalan ketakwaan.

Rasulullah Muhammad pernah bersabda,

‫ِم ْن ُحس ِْن ِإس ََْل ِم ْال َم ْر ِء ت َْر ُكهُ َما ََل يَ ْعنِي ِه‬
Yang artinya:

“Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah dia meninggalkan sesuatu yang tidak
bermanfaat baginya.” (HR. At-Tirmidzi)

Bila manusia mengingat akan hakikat tersebut, maka pasti kehidupan duniawi itu tidak
akan menjadikannya lalai dari mengingat Allah, tidak membuatnya meninggalkan kewajiban
dan tidak membuatnya jatuh melanggar larangan, maka dia akan beruntung di dunia dan di
akhirat.

2.3 Hakikat Hidup di Akhirat


Akhirat dipakai untuk mengistilahkan kehidupan alam baka (kekal) setelah kematian/
sesudah dunia berakhir. Menurut pandangan Islam, Allah akan memainkan peranan, beratnya
perbuatan masing-masing individu. Allah akan memutuskan apakah orang tersebut di akhirat
akan diletakkan di Jahannam (neraka) atau Jannah (surga). Kepercayaan ini telah disebut
sebelumnya sebagai Hari Penghakiman dalam Islam.

Gambaran umum mengenai eskatologi al-Qur'an adalah kenikmatan surga dan azab
neraka. Surga dan neraka ini sering dinyatakan al-Qur'an sebagai imbalan dan hukuman secara
garis besarnya, termasuk keridhaan dan kemurkaan Allah. Tetapi ide pokok yang mendasari
ajaran al-Qur'an tentang akhirat adalah bahwa akan tiba saat (al-sa'ah) ketika tiap manusia akan
mendapat kesadaran unik yang belum pernah dialami sebelumnya.

Semua amal baik kecil maupun besar akan diperlihatkan kepada pelakunya dengan
adanya perhitungan dan pembalasan, dengan keadilan, kemuliaan, dan kemurahan-Nya. Allah
SWT memberi ampun kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa saja yang Dia
kehendaki, dan sesungguhnya Allah SWT mampu melakukan apa saja yang Dia kehendaki.
Akhirat adalah dimensi fisik dan hukum-hukum dunia nyata yang terjadi setelah dunia fana
berakhir. Inilah kehidupan akhirat. Kehidupan hakiki, tempat manusia akan hidup selamanya,
dan tidak akan pernah mati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ت َم َو ِازينُهُ فَأُو َٰلَئِكَ الَّذِينَ َخس ُِروا‬


ْ َّ‫ت َم َو ِازينُهُ فَأُو َٰلَئِكَ ُه ُم ْال ُم ْف ِل ُحونَ َو َم ْن َخف‬
ْ َ‫فَ َم ْن ثَقُل‬
ُ ‫س ُه ْم فِي َج َه َّن َم خَا ِلدُونَ ت َْلفَ ُح ُو ُجو َه ُه ُم ال َّن‬
َ‫ار َو ُه ْم فِي َها َكا ِل ُحون‬ َ ُ‫أ َ ْنف‬
Yang artinya:

“Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung. Dan barang siapa yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah
orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam. Muka
mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.” [al-
Mukminûn/23:102-104].

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla . Sebagai seorang
mukmin, marilah kita mencoba untuk melihat dan memandang sebagaimana seharusnya
seorang mukmin yang berakal. Marilah kita bandingkan antara kehidupan dunia dan kehidupan
akhirat, supaya bisa mengetahui dan memahami perbedaan yang sangat jelas antara keduanya.
Dalam kehidupan akhirat terdapat segala kenikmatan yang diidamkan setiap jiwa. Kehidupan
akhirat juga menyejukkan setiap pandangan. Ia merupakan Dârus-Salâm, bersih dari segala
kekurangan, bebas dari mara bahaya, steril dari penyakit, tidak ada kematian, serta bebas dari
segala kesusahan dan kecemasan. Dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
‫س ْو ِط أ َ َح ِد ُك ْم فِي ْال َج َّن ِة َخيْر ِم ْن الدُّ ْن َيا َو َما فِي َها‬ ِ ‫لَ َم ْو‬
َ ‫ض ُع‬
Yang artinya:

“Sungguh tempat cambuk salah seorang kalian di surga itu lebih baik dari pada dunia
seisinya.”

Terkait dengan akhirat, ada banyak yang harus kita lalui di akhirat. Namun jalan yang
paling utama seseorang untuk memasuki dunia akhirat adalah harus melalui Kematian
kemudian melalui beberapa proses-proses lainnya hingga pada akhirnya hanya 2 tempat
kembali yakni surga dan neraka.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menerangkan kepada kita segala sesuatu yang
bermanfaat dan yang membahayakan. Allah telah menjelaskan, bahwa manusia memiliki dua
kehidupan. Yaitu kehidupan sementara yang akan segera berlalu, dan kehidupan abadi yang
hakiki. Kehidupan sementara yang segera berlalu, ialah kehidupan dunia. Suatu kehidupan
yang tidak terlepas dari kekurangan, kecuali apa-apa yang digunakan untuk mendekatkan diri
kepada Allah Ta’ala. Kehidupan dunia ini, pada hakikatnya hanyalah sebuah penderitaan.
Sedangkan gemerlap dunia yang ditampakkan, sebenarnya hanyalah kekeruhan.

Apabila orang yang berakal mau memperhatikan meski hanya sekilas, tentu ia akan
mengetahui betapa kecil dan remeh dunia itu. Sehingga ia pun akan menyadari tipu daya dunia.
Bagi yang memujanya, dunia ini hanyalah fatamorgana yang disangka air oleh seorang yang
kehausan. Tatkala orang itu mengejarnya, ternyata tidak ada sesuatu apapun yang ia dapatkan.
Demikian pula tatkala dunia berhias dengan berbagai perhiasannya dan nampak begitu indah
mempesona, maka manusia pun menyangka akan mendapatkannya.

Pada saat itu, datanglah ketetapan Allah melanda mereka di waktu siang dan malam.
Kemudian tiba-tiba semuanya musnah, seolah tidak pernah ada sesuatu apapun sebelumnya.
Sedankan akhirat, itulah kehidupan yang sebenarnya. Sebuah kehidupan yang menyimpan
semua pilar kehidupan, baik berupa kekekalan, kebahagiaan dan keselamatan. Inilah hakikat
akhirat. Inilah dunia. Harapan yang ditawarkan hanyalah kesia-siaan dan kebinasaan.
Keindahannya hanyalah penderitaan dan kesempitan.

Anda mungkin juga menyukai