Anda di halaman 1dari 49

LOGBOOK 1

MATA KULIAH : KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

Pada pertemua ini Saudara akan mendiskusikan tentang:


1. Prevalensni DM
2. Patofisiologi Diabetes Melitus
3. Konsep dasar Diabetes Melitus

Mahasiswa:
1. Noor Saleha NIM : PO6220123808
2. Yuwinda Lestari NIM : PO6220123815
TOPIK I
EPIDEMIOLOGI DIABETES MELITUS

Tujuan Penugasan:
Setelah menyelesaikan tugas ini, peserta didik diharapkan mampu memprediksikan
1. Epidemiologi DM secara global, nasional dan Kalimantan tengah
2. Perbedaan prevalensi DM pada daerah dan waktu yang berbeda
3. Perkembangan DM secara global dan Indonesia
4. Kecendrungan dan isu tentang penyakit DM
5. Faktor risiko DM
6. Dampak Ekonomi yang ditimbulkan DM.

Aktivitas I
Berikut ini data estimasi prevalensi DM pada 7 (Tujuh) wilayah yang berbeda pada tahun 2000. Usia
populasi berada pada 20-29 tahun.

Tabel 1. Prevalensi DM Tahun 2000

Jumlah Jumlah Orang Prevalensi


Wilayah
Populasi dengan DM DM
Asia Tenggara 664.021.000 5,5%
Meditarania dan Timur Tengah 219.781.000 16.923.137 7,7%
Pasifik Barat 1.219457.000 3,6%
Eropa 462.724.000 22.673.476 4,9%
Amerika Utara 273.794.000 7,8%
Amerika Serikat dan Selatan 233.013.000 8.621.481 3,7%
Afrika 217.888.000 1,2%
Total 3.290.678.000 152.610.289 4,6%

1. Pada tabel di atas pada kolom Jumlah orang dengan DM terdapat kolom yang kosong. Berapa
jumlah orang pada kolom yang kosong tersebut!
Jumlah orang dengan DM Pada kolom Kosong adalah. 104.392.195 orang.

2. Dari tabel di atas wilayah mana yang mempunyai jumlah populasi paling rendah dan berapa
prevalensi DM?
Nama Wilayah. Afrika
Prevalensi DM . 1,2%

3. Dari tabel di atas Negara Indonesia masuk Wilayah mana dan beberapa prevalensi DM pada tahun
2000?

Nama Wilayah. Asia Tenggara


Prevalensi DM. 5,5%

4. Pada tahun 2008, jumlah penduduk Indonesia adalah 228.523.342 orang. Apabila prevalensi DM
mencapai 5,7%, berapa orang Indonesia pada tahun 2008 yang menderita DM?
Jumlah orang Indonesia yang Menderita DM adalah. 13.025.830,494 karena jumlah
penduduk adalah bilangan bulat, maka akan di bulatkan menjadi bilangan terdekat, jadi
jumlah orang Indonesia menderta DM pada tahun 2008 adalah. 10.019.952 orang.

5. Pada tahun 2008 penduduk jawa timur berjumlah 37.071.731 orang. Penderita DM diperkirakan
mencapai 2.520.878 orang. Berapa prevalensi DM di Jawa Timur pada tahun 2008

Prevelensi DM adalah. 6,80%

Aktivitas II
1. Di Indonesia terjadi peningkatan toleransi glukosa sehingga meningkatnya prevalensi DM.
Bagaimana pendapat saudara dengan kondisi tersebut
Pertama, meningkatnya prevalensi DM menunjukkan adanya masalah kesehatan yang
penting dan perlu segera diatasi. Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang dapat
menyebabkan komplikasi serius dan mengancam kualitas hidup serta kesejahteraan
individu yang terkena dampaknya. Meningkatnya angka prevalensi menandakan adanya
faktor-faktor risiko yang berkontribusi pada peningkatan kasus diabetes, seperti gaya
hidup tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tidak seimbang, dan obesitas.
Kedua, peningkatan prevalensi diabetes juga berdampak pada sistem kesehatan secara
keseluruhan. Meningkatnya jumlah penderita diabetes berarti meningkatnya permintaan
akan layanan kesehatan, termasuk pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan jangka
panjang. Hal ini dapat menimbulkan tekanan pada sistem kesehatan, terutama jika tidak
disiapkan dengan baik.
1. Peningkatan Kesadaran Masyarakat
2. Promosi Gaya Hidup Sehat
3. Peningkatan Akses ke Pelayanan Kesehatan
4. Penelitian dan Inovasi
5. Pengembangan Kebijakan Kesehatan
Jadi, kondisi peningkatan toleransi glukosa yang mengakibatkan meningkatnya prevalensi
DM isu yang kompleks dan serius. Tindakan yang tepat dan kolaborasi dari berbagai pihak
diperlukan untuk mengatasi masalah ini dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat
serta kesehatan bangsa secara keseluruhan.
2. Sebutkan 3 faktor risiko dari lingkungan yang mendukung terjadinya DM
1. Pola Makan Tidak Sehat
2. Kurangnya Aktivitas Fisik
3. Paparan Polutan Lingkungan

3. Di bawah ini adalah survey di kota D pada tahun 2008. Ada 1247 orang dalam 135 keluarga; 231
dari mereka berumur di bawah 20 tahun. Dari 1016 kasus, rata-rata usia berada pada 37,5 tahun,
503 (49,5%) adalah laki-laki dan 158 (15,6%) adalah obesitas, 201% (19,8%) mempunyai aktivitas
yang teratur, 306 (30,1%) menderita hypertensi, 71 (6,9%) menderita DM dan 219 (21,6%) orang
diketahui mempunyai riwayat keluarga menderita DM. Total populasi studi untuk DM (1016) yang
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu DM (71) dan non DM (945) untuk membandingkan parameter
pada kelompok 2.
Hasil ringkasan ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Parameter Total Populasi Diabetes Non-diabetes
Jumlah 1016 71 945
Rata-rata umur 37,3 51 36,5
Jenis kelamin (L:P) 503:513 37:34 466:479
Obesitas 158 (15,6%) 41 (57,7%) 117 (12,4%)
Aktivitas fisik 201 (19,8%) 23 (32,4%) 178 (18,8%)
Riwayat keluarga DM 219 (21,6%) 44 (61,9%) 175 (18,5%)
Hypertensi 306 (30,1%) 34 (47,9%) 272 (28,8%)
Aktivitas III
Pada kolom sebelah kiri berisi pernyataan yang ada hubungannya dengan data survey di atas. Tulis
pendapat anda pada kolom sebelah kanan!

No. Pernyataan Pendapat


1 Prevalensi DM di kota D adalah Prevalensi DM sebesar 6,9% di kota D menunjukkan
6,9% tingkat penyakit diabetes melitus yang cukup
signifikan di populasi yang diobservasi pada tahun
2008. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian dan
tindakan lebih lanjut dalam upaya pencegahan dan
pengelolaan diabetes melitus di kota D. Selain itu,
informasi lain seperti prevalensi obesitas, riwayat
keluarga menderita DM, dan kondisi kesehatan
lainnya juga menjadi penting untuk dipertimbangkan
dalam perencanaan kebijakan kesehatan dan program
pencegahan yang lebih holistik dan efektif.
2 Usia lanjut menderita DM yang Dari data tersebut, tidak terdapat informasi eksplisit
lebih banyak yang menyatakan apakah usia lanjut (lebih tua) lebih
banyak yang menderita DM. Informasi yang diberikan
hanya mengenai rata-rata usia partisipan di kota D,
tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai
distribusi usia atau persentase DM di berbagai
kelompok usia.
3 Perbedaan jenis kelamin antara tidak diberikan informasi tentang bagaimana
distribusi jenis kelamin pada masing-masing
DM dan non DM tidak dapat
kelompok (DM dan non-DM). Oleh karena itu,
ditentukan tidak ada data yang cukup untuk menentukan
perbedaan jenis kelamin antara kelompok DM dan
non-DM. Untuk mengetahui perbedaan jenis
kelamin antara kedua kelompok tersebut, kita
perlu mengetahui berapa banyak laki-laki dan
perempuan dalam kelompok DM serta berapa
banyak laki-laki dan perempuan dalam kelompok
non-DM. Jika data tersebut disediakan, maka kita
dapat melakukan perbandingan dan
menyimpulkan apakah ada perbedaan jenis
kelamin yang signifikan antara kedua kelompok.
4 Obesitas tidak dapat ditemukan Dapat dilihat bahwa tingkat obesitas lebih tinggi pada
pada kota D, tetapi diabetes kelompok yang menderita diabetes (57,7%)
dengan obesitas dibandingkan dengan kelompok non-diabetes
(12,4%). Ini menunjukkan adanya hubungan antara
diabetes dan obesitas di kota D pada tahun 2008.
Namun, perlu diingat bahwa data ini hanya
mencerminkan situasi pada tahun 2008 dan situasinya
bisa berubah dari waktu ke waktu. Pengendalian berat
badan dan promosi pola hidup sehat menjadi penting
dalam pencegahan dan pengelolaan diabetes di
masyarakat.
5 Hanya 20% orang dengan Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang teratur
aktivitas yang teratur, diabetes memiliki potensi untuk berkontribusi pada
terlihat lebih banyak daripada pencegahan atau pengendalian diabetes. Memiliki
non diabetes gaya hidup aktif dengan rutin berolahraga dapat
membantu dalam mengurangi risiko terkena diabetes.
Namun, perlu diingat bahwa hubungan kausal antara
aktivitas fisik dan diabetes harus dianalisis lebih lanjut
melalui penelitian yang lebih mendalam dan kontrol
variabel lain yang mungkin mempengaruhi hasil.
6 Riwayat keluarga dengan DM riwayat keluarga dengan diabetes mellitus (DM)
secara umum pada kelompok adalah faktor risiko yang signifikan dalam
pada kelompok diabetes pengembangan penyakit ini. Jika seseorang memiliki
anggota keluarga yang menderita diabetes, maka
risiko mereka untuk mengembangkan kondisi ini
meningkat dibandingkan dengan individu tanpa
riwayat keluarga DM.
7 Hipertensi lebih banyak pada Dari kelompok diabetes yang terdiri dari 71 orang,
terdapat 34 orang atau sekitar 47,9% dari mereka
kelompok diabetes
yang menderita hipertensi. Sedangkan pada
kelompok non-diabetes yang berjumlah 945
orang, hanya ada 272 orang atau sekitar 28,8% dari
mereka yang mengalami hipertensi.

Perbedaan persentase ini menunjukkan bahwa


kelompok diabetes memiliki prevalensi hipertensi
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
non-diabetes. Hal ini sejalan dengan fakta bahwa
diabetes dan hipertensi sering kali terkait erat dan
mempengaruhi satu sama lain. Kondisi hipertensi
dan diabetes sering kali menjadi faktor risiko bagi satu
sama lain. Diabetes dapat menyebabkan kerusakan
pada pembuluh darah dan organ tubuh lainnya, yang
pada akhirnya dapat menyebabkan hipertensi.
Sebaliknya, hipertensi yang tidak terkontrol dapat
memperburuk kondisi diabetes dan menyebabkan
komplikasi lebih lanjut. Oleh karena itu, hasil ini
menunjukkan perlunya pemantauan dan pengelolaan
kesehatan yang baik bagi individu dengan diabetes
untuk mengurangi risiko terjadinya komplikasi
hipertensi. Selain itu, juga menekankan pentingnya
peran sistem kesehatan dalam mendeteksi dan
mengobati kedua kondisi ini secara tepat guna
mengurangi dampak buruk pada kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.

Aktivitas IV
Bagaimana dampak ekonomi penyakit diabetes mellitus
1. Biaya Perawatan Medis
2. Produktivitas Kerja
3. Komplikasi dan Rawat Inap
4. Pengeluaran Pemerintah
5. Pengurangan Kualitas Hidup
6. Pengurangan Daya Saing Negara
Sumber : Cost of illness of diabetes mellitus in Indonesia: A systematic review
Link Artikel Jurnal: https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/jbcpp-2020-
0502/html
TOPIK 2
PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS

Tujuan Penugasan
Setelah menyelesaikan penugasan sesi ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memerinci fungsi masing-masing organ yang terlibat dalam keseimbangan glukosa (otak, traktus
gastrointestinal, pancreas, liver, otot, jaringan lemak, dan ginjal.
2. Membandingkan pengaruh genetik, autoimun dan lingkungan terhadap terjadinya DM tipe 1 dan
DM tipe 2
3. Menyimpulkan hubungan resistensi insulin, penurunan insulin, peningkatan glukagon dengan
keseimbangn glukosa darah (proses glukoneogenesis, glikogenolisis, lipolisis dan ketogenesis)
4. Memerinci komplikasi akut diabetes melitus meliputi hipoglikemia dan hiperglikemia
5. Memerinci komplikasi kronis diabetes mellitus meliputi mikroangiopati, makroangiopati dan
neuropati

Aktivitas 1

Gambarkan struktur/ anatomi organ yang terlibat dalam keseimbangan glukosa

Otot dan
Usus halus jaringan Tubuh Ginja;
Lainnya

Pangkreas Hati

Sel Beta Sel Alpha


pangkreas Pangkreas
Aktivitas 2
Isilah kolom sebelah kanan pada tabel di bawah ini dengan menjelaskan fungsi sel-sel pankreas yang
ada pada kolom sebelah kiri!
Sel Pankreas Fungsi Endokrin
Sel alfa (α) Sel endokrin yang ditemukan dipulau langershans dipankreas. Sel Alfa
mengeluarkan hormon peptida glukagon untuk meningkatkan kadar
glukosa dalam aliran darah.
Sel Beta (β) menghasilkan hormon Insulin. Hormon Insulin berfungsi untuk menurunkan
kadar gula dalam darah, apabila kadar gula dalam darah berlebihan, maka
insulin akan menyimpan gula berlebih tersebut dalam hati.
Sel Delta (λ) sel yang berfungsi untuk menghasilkan somatostatin. Hormon
Somatostatin berfungsi untuk menghambat sekresi Glukagon oleh sela Alfa
pankreas, dan menghambat sekresi Insulin oleh sel beta pankreas, serta
menghambat produksi polipeptida oleh Sel F pankreas
Sel Polipeptida Polipeptida ini dapat berfungsi untuk memperlambat penyerapan makanan,
Pankreas (PP)
namun fungsi utamanya masih belum diketahui. Sel Gamma berupa sel
renik (sangat kecil) dan berjumlah kurang dari 1% dari pulau langerhans.
Sel Delta Pankreas, merupakan sel yang berfungsi untuk menghasilkan
somatostatin.

Aktivitas 3
Perhatikan kasus berikut ini!
Seorang laki-laki a.n. Tn. A usia 38 tahun di rawat di ruang A sebuah RS X, pada pukul 13.00 WIB
(setelah makan siang) dilakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu dan didapatkan hasil GDS
230 mg/dl. Setelah 6 jam, dilakukan kembali pemeriksaan kembali dan didapatkan hasil GDS 170
mg/dl.
a. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran pankreas dan saluran cerna dalam
mengendalikan kadar glukosa darah dalam batas normal
Penjelasan

1. Pada pukul 13.00 WIB setelah Tn. A makan siang, dilakukan pemeriksaan kadar gula
darah sewaktu dan ditemukan hasil GDS sebesar 230 mg/dl. GDS atau Gula Darah
Sewaktu adalah pemeriksaan glukosa darah tanpa harus puasa sebelumnya,
sehingga hasilnya mencerminkan kadar glukosa dalam darah pada saat itu.
2. Hasil GDS yang tinggi (230 mg/dl) menunjukkan bahwa kadar glukosa darah Tn. A
lebih tinggi dari batas normal. Kondisi ini mengindikasikan adanya gangguan pada
mekanisme pengaturan glukosa darah.
3. Pankreas merupakan organ penting dalam mengendalikan kadar glukosa darah.
Ketika glukosa darah meningkat (seperti setelah makan), pankreas merespons
dengan meningkatkan sekresi hormon insulin.
4. Dalam patoflow, setelah pemeriksaan GDS pertama dan hasilnya tinggi (230 mg/dl),
pankreas menghasilkan insulin lebih banyak sebagai respon untuk menurunkan
kadar glukosa darah yang tinggi.
5. Setelah 6 jam, dilakukan pemeriksaan GDS kedua dan hasilnya menurun menjadi
170 mg/dl. Penurunan kadar glukosa darah ini terjadi karena insulin yang dihasilkan
oleh pankreas berhasil membantu glukosa masuk ke dalam sel-sel tubuh. Glukosa
yang masuk ke dalam sel-sel tubuh dapat digunakan sebagai sumber energi,
sehingga kadar glukosa darah menurun ke dalam batas normal.
6. Dalam prosesnya, saluran cerna, terutama usus halus, berperan dalam absorbsi
glukosa dari makanan ke dalam aliran darah setelah Tn. A makan siang. Setelah
diserap ke dalam aliran darah, glukosa dapat didistribusikan ke seluruh tubuh untuk
memenuhi kebutuhan energi.

Dengan begitu, pankreas berperan penting dalam menghasilkan insulin sebagai respons
terhadap peningkatan glukosa darah, dan saluran cerna berkontribusi dalam mengabsorpsi
glukosa dari makanan yang dikonsumsi. Keduanya bekerja bersama untuk mempertahankan
keseimbangan dan mengendalikan kadar glukosa darah dalam batas normal agar tubuh
dapat berfungsi dengan baik.

Pemeriksaan GDS = 230 mg/dl

Pankreas menghasilkan
insulin lebih banyak

Glukosa masuk ke dalam sel-sel


Pemeriksaan GDS = 170 tubuh untuk digunakan
mg/dl sebagai sumber energi
b. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran pankreas dalam mempertahankan glukosa
darah pada seseorang yang sedang berpuasa!

1. Pada pukul 13.00 WIB setelah Tn. A makan siang, dilakukan pemeriksaan kadar gula
darah sewaktu dan ditemukan hasil GDS sebesar 230 mg/dl. GDS atau Gula Darah
Sewaktu adalah pemeriksaan glukosa darah tanpa harus puasa sebelumnya,
sehingga hasilnya mencerminkan kadar glukosa dalam darah pada saat itu.
2. Hasil GDS yang tinggi (230 mg/dl) menunjukkan bahwa kadar glukosa darah Tn. A
lebih tinggi dari batas normal. Kondisi ini mengindikasikan adanya gangguan pada
mekanisme pengaturan glukosa darah.
3. Pankreas merupakan organ penting dalam mengendalikan kadar glukosa darah.
Ketika glukosa darah meningkat (seperti setelah makan), pankreas merespons
dengan meningkatkan sekresi hormon insulin.
4. Dalam patoflow, setelah pemeriksaan GDS pertama dan hasilnya tinggi (230 mg/dl),
pankreas menghasilkan insulin lebih banyak sebagai respon untuk menurunkan
kadar glukosa darah yang tinggi. Insulin membantu glukosa masuk ke dalam sel-sel
tubuh, sehingga kadar glukosa darah menurun.
5. Setelah 6 jam berpuasa, dilakukan pemeriksaan GDS kedua dan hasilnya menurun
menjadi 170 mg/dl. Selama berpuasa, glukosa darah dapat menurun karena
kekurangan asupan makanan dan tubuh memerlukan sumber energi alternatif.
Pankreas merespons dengan menghasilkan hormon glukagon lebih banyak.
6. Glukagon berperan dalam meningkatkan kadar glukosa darah dengan mendorong
hati untuk melepaskan glukosa ke dalam aliran darah melalui proses
glukoneogenesis atau pemecahan glikogen (proses glikogenolisis). Dalam patoflow,
glukagon meningkat dan glukosa dilepaskan dari hati ke dalam darah untuk
mempertahankan keseimbangan glukosa darah.

Dengan begitu, pankreas berperan penting dalam mengatur kadar glukosa darah, baik
setelah makan atau selama berpuasa. Pada saat berpuasa, pankreas merespons dengan
meningkatkan produksi glukagon untuk memastikan suplai glukosa darah tetap cukup untuk
kebutuhan tubuh.
Pemeriksaan GDS = 230 mg/dl

Pankreas menghasilkan
insulin lebih banyak

Glukosa masuk ke dalam sel-sel


Pemeriksaan GDS = 170 tubuh untuk digunakan
mg/dl sebagai sumber energi

Pankreas menghasilkan
glukagon lebih banyak

Glukosa dilepaskan
dari
Hati ke dalam darah

Aktivitas 4
Perhatikan pernyataan dalam tabel berikut ini, berikan label B jika benar atau S jika salah, serta
berikan penjelasan pada kolom sebelah kanan!

Pernyataan Benar atau Penjelasan


Salah
Diantara waktu makan dan sepanjang B Ketika seseorang makan, makanan yang
malam tidak terdapat suplai glukosa mengandung karbohidrat dipecah
Pernyataan Benar atau Penjelasan
Salah
ke darah dari usus, hal ini akan menjadi glukosa dalam usus dan diserap
menyebabkan sekresi insulin ke dalam aliran darah. Sebagai respons
meningkat terhadap peningkatan glukosa darah ini,
pankreas akan merespons dengan
melepaskan hormon insulin ke dalam
aliran darah. Insulin membantu mengatur
glukosa darah dengan membantu glukosa
masuk ke dalam sel-sel tubuh untuk
digunakan sebagai sumber energi atau
disimpan sebagai cadangan.
Namun, antara waktu makan dan
sepanjang malam (saat puasa atau tidak
makan), tidak ada suplai glukosa yang
masuk ke darah dari usus karena tidak ada
asupan makanan. Hal ini menyebabkan
penurunan kadar glukosa darah. Ketika
kadar glukosa darah menurun, pankreas
akan merespons dengan mengurangi atau
menghentikan sekresi insulin untuk
mempertahankan keseimbangan glukosa
darah.
Diantara waktu makan dan sepanjang B Pernyataan dalam tabel tersebut salah.
malam tidak terdapat suplai glukosa Antara waktu makan dan sepanjang
ke darah dari usus, hal ini akan malam, ketika tidak ada suplai glukosa dari
menyebabkan produksi gula dari usus ke dalam darah karena tidak ada

hepar meningkat asupan makanan, sebenarnya akan


menyebabkan produksi gula dari hati
(hepar) menurun, bukan meningkat.
Ketika kita tidak makan atau dalam
keadaan puasa, tubuh akan mencari
sumber energi alternatif untuk
mempertahankan fungsi normalnya. Salah
satu mekanisme yang terjadi adalah hati
Pernyataan Benar atau Penjelasan
Salah
akan menghasilkan glukosa melalui proses
yang disebut glukoneogenesis. Pada
glukoneogenesis, hati memproduksi
glukosa dari prekursor non-karbohidrat,
seperti asam amino dan senyawa lainnya.
Tujuannya adalah untuk menyediakan
glukosa sebagai sumber energi bagi organ-
organ yang memerlukannya, terutama
otak.
Sebaliknya, ketika kita makan, glukosa dari
makanan akan diserap oleh usus dan
masuk ke dalam aliran darah,
menyebabkan peningkatan kadar glukosa
darah. Dalam kondisi ini, produksi glukosa
dari hati akan menurun karena tubuh
telah mendapatkan pasokan glukosa dari
makanan.
Jadi, antara waktu makan dan sepanjang
malam (saat puasa), tidak ada suplai
glukosa dari usus ke dalam darah, dan ini
akan menyebabkan produksi glukosa dari
hati menurun, bukan meningkat.
Pada saat makan terdapat suplai B Pernyataan dalam tabel tersebut benar.
glukosa darah yang berlebihan dari Ketika kita makan, makanan yang
usus, mekanisme tubuh kita untuk mengandung karbohidrat akan dipecah

mempertahankan kondisi menjadi glukosa dalam usus dan diserap

normoglikemi adalah dengan ke dalam aliran darah. Akibatnya, kadar

meningkatkan sekresi insulin. glukosa darah meningkat. Sebagai respon


terhadap peningkatan glukosa darah ini,
pankreas akan merespons dengan
meningkatkan sekresi hormon insulin ke
dalam aliran darah.
Insulin adalah hormon yang diproduksi
Pernyataan Benar atau Penjelasan
Salah
oleh sel beta di pankreas. Fungsinya
adalah untuk membantu mengatur kadar
glukosa darah dengan membantu glukosa
masuk ke dalam sel-sel tubuh. Saat insulin
beredar dalam darah, ia membantu
membuka jalur bagi glukosa untuk masuk
ke dalam sel-sel tubuh, di mana glukosa
akan digunakan sebagai sumber energi
atau disimpan sebagai cadangan.
Dengan peningkatan sekresi insulin,
glukosa darah akan diambil oleh sel-sel
tubuh sehingga kadar glukosa darah bisa
kembali ke dalam kisaran normal atau
normoglikemi. Hal ini merupakan
mekanisme penting untuk menjaga
keseimbangan glukosa darah dan
mencegah terjadinya hiperglikemia (kadar
glukosa darah yang tinggi).
Jadi, saat makan terdapat suplai glukosa
darah yang berlebihan dari usus,
mekanisme tubuh kita untuk
mempertahankan kondisi normoglikemi
adalah dengan meningkatkan sekresi
insulin.
Pada saat makan, terdapat suplai S Pernyataan dalam tabel tersebut salah.
glukosa darah yang berlebihan dari Pada saat makan, ketika terdapat suplai
usus, mekanisme tubuh kita untuk glukosa darah yang berlebihan dari usus

mempertahankan kondisi karena makanan yang mengandung

normoglikemi adalah produksi gula karbohidrat dipecah menjadi glukosa dan

dari hepar meningkat diserap ke dalam aliran darah, mekanisme


tubuh kita untuk mempertahankan
kondisi normoglikemi (kadar glukosa
darah normal) adalah dengan
Pernyataan Benar atau Penjelasan
Salah
meningkatkan sekresi insulin, bukan
meningkatkan produksi gula dari hati
(hepar).
Saat glukosa darah meningkat, pankreas
akan merespons dengan melepaskan
hormon insulin ke dalam aliran darah.
Insulin membantu mengatur kadar
glukosa darah dengan membantu glukosa
masuk ke dalam sel-sel tubuh untuk
digunakan sebagai sumber energi atau
disimpan sebagai cadangan.
Peningkatan sekresi insulin ini membantu
mengurangi kadar glukosa darah kembali
ke dalam kisaran normal atau
normoglikemi. Produksi gula dari hati,
yang dikenal sebagai glukoneogenesis,
sebenarnya akan menurun karena tubuh
telah mendapatkan pasokan glukosa dari
makanan dan tidak perlu memproduksi
lebih banyak glukosa dari prekursor non-
karbohidrat.
Jadi, mekanisme tubuh untuk
mempertahankan kondisi normoglikemi
saat makan adalah dengan meningkatkan
sekresi insulin, bukan dengan
meningkatkan produksi gula dari hati.

Aktivitas 5
a. Jelaskan bagaimana peran liver dalam mempertahankan keseimbangan gula darah agar tetap
normal pada saat terjadi hiperglikemia maupun hipoglikemia
Liver memainkan peran krusial dalam mempertahankan keseimbangan gula darah (glukosa)
agar tetap normal pada saat terjadi hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi) maupun
hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah). Berikut adalah penjelasan tentang peran liver
dalam situasi-situasi tersebut
1. Hiperglikemia
Hiperglikemia terjadi ketika kadar glukosa dalam darah meningkat di atas batas
normal. Dalam situasi ini, liver berperan dalam mengatur gula darah dengan cara
berikut.
a. Penyimpanan glukosa: Liver menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen. Ketika
kadar glukosa darah meningkat (misalnya setelah makan), liver akan mengambil
kelebihan glukosa dan menyimpannya dalam bentuk glikogen. Hal ini membantu
menurunkan kadar glukosa darah dan mengatur gula darah agar tetap dalam
kisaran normal.
b. Penghentian produksi glukosa: Ketika tubuh tidak memerlukan glukosa lebih
lanjut dan kadar gula darah sudah cukup tinggi, liver akan berhenti
memproduksi glukosa melalui proses glukoneogenesis. Proses ini adalah
pembentukan glukosa baru dari sumber lain, seperti asam amino atau lemak.
Dengan menghentikan produksi glukosa, liver membantu menjaga agar kadar
gula darah tidak semakin meningkat.
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi ketika kadar glukosa dalam darah turun di bawah batas normal.
Liver juga berperan dalam mengatasi kondisi ini
a. Penglepasan glukosa dari glikogen: Ketika kadar gula darah turun di bawah batas
normal, liver merespons dengan mengubah glikogen menjadi glukosa melalui
proses glikogenolisis. Glukosa yang dihasilkan dari glikogenolisis kemudian
dilepaskan ke dalam aliran darah untuk meningkatkan kadar glukosa darah dan
mengatasi hipoglikemia.
b. Glukoneogenesis: Jika tubuh mengalami hipoglikemia dan persediaan glikogen
sudah habis, liver dapat memproduksi glukosa baru melalui proses
glukoneogenesis. Dalam proses ini, liver mengubah non-karbohidrat, seperti
asam amino dan gliserol dari lemak, menjadi glukosa. Tujuan utamanya adalah
untuk meningkatkan kadar gula darah agar tetap berada dalam rentang normal.
Selain itu, liver juga berperan dalam mengatur sekresi insulin dan glukagon, dua hormon
yang berperan penting dalam mengatur metabolisme glukosa. Insulin merangsang
penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh dan meningkatkan penyimpanan glikogen di liver,
sementara glukagon merangsang pelepasan glukosa dari glikogen dan meningkatkan
produksi glukosa oleh liver.
Secara keseluruhan, liver berperan sebagai "pengatur lalu lintas" gula darah dengan
mengendalikan produksi, penyimpanan, dan pelepasan glukosa. Dengan cara ini, liver
memastikan keseimbangan gula darah tetap normal dan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

b. Jelaskan bagaimana peran otot dalam mempertahankan keseimbangan gula darah agar tetap
normal pada saat terjadi hiperglikemia maupun hipoglikemia!
Otot juga memainkan peran penting dalam mempertahankan keseimbangan gula darah agar
tetap normal pada saat terjadi hiperglikemia dan hipoglikemia. Berikut adalah penjelasan
tentang peran otot dalam situasi-situasi tersebut
1. Hiperglikemia
Ketika terjadi hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi), otot berperan dalam
mengambil glukosa ekstra dari darah dan menggunakannya sebagai sumber energi
untuk berbagai aktivitas. Cara-cara otot berkontribusi dalam mengatur gula darah
selama hiperglikemia adalah sebagai berikut.
a. Pengambilan glukosa: Otot merupakan salah satu jaringan tubuh yang sensitif
terhadap insulin. Insulin, hormon yang diproduksi oleh pankreas, merangsang
penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh, termasuk otot. Ketika kadar glukosa darah
tinggi, pankreas akan mengeluarkan insulin untuk membantu glukosa masuk ke
dalam sel-sel otot, mengurangi konsentrasi glukosa dalam darah.
b. Penggunaan glukosa sebagai bahan bakar: Otot adalah pengguna utama glukosa
sebagai bahan bakar untuk kontraksi dan aktivitas fisik. Ketika glukosa masuk ke
dalam sel otot, glukosa akan dioksidasi melalui proses glikolisis dan oksidasi aerobik
dalam mitokondria untuk menghasilkan ATP, yaitu sumber energi yang digunakan
oleh otot untuk bergerak dan bekerja. Penggunaan glukosa ini membantu
menurunkan kadar glukosa darah dan mempertahankan keseimbangan gula darah
agar tetap normal.

2. Hipoglikemia
Ketika terjadi hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah), otot juga berperan
dalam membantu mengatasi kondisi ini dengan cara-cara berikut
a. Pelepasan glukosa dari glikogen: Otot, seperti liver, juga memiliki kemampuan
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen. Ketika tubuh membutuhkan glukosa
tambahan karena kadar gula darah turun, otot akan mengglikogenolisiskan glikogen
menjadi glukosa dan melepaskannya ke dalam darah untuk meningkatkan kadar
glukosa darah dan mengatasi hipoglikemia.
b. Glukoneogenesis terbatas: Meskipun liver adalah sumber utama glukoneogenesis
saat hipoglikemia, otot juga memiliki kemampuan untuk melakukan proses ini.
Namun, jumlah glukosa yang dihasilkan dari glukoneogenesis otot jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan liver. Otot menggunakan asam amino tertentu untuk
menghasilkan glukosa, tetapi sumbangan utama dalam mengatasi hipoglikemia
tetap berasal dari glikogenolisis di otot dan glukoneogenesis di liver.

Secara keseluruhan, otot berperan sebagai konsumen utama glukosa dalam tubuh, dan
kemampuannya untuk mengambil dan menggunakan glukosa membantu menjaga
keseimbangan gula darah agar tetap normal selama hiperglikemia maupun hipoglikemia.
Selain itu, otot juga berpartisipasi dalam menyimpan dan melepaskan glukosa dari glikogen
sebagai cadangan energi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dalam mengatur gula darah.

c. Jelaskan pengaruh genetik, autoimun dan faktor risiko terhadap terjadinya DM tipe 1 dan DM tipe
Gambarkan dalam bentuk patoflow.
DM tipe 1 (diabetes melitus tipe 1) adalah jenis diabetes yang disebabkan oleh kurangnya
produksi hormon insulin oleh sel-sel beta pankreas. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya DM tipe 1 meliputi faktor genetik, autoimun, dan faktor risiko tertentu.
1. Pengaruh Genetik
Faktor genetik berperan penting dalam mendorong perkembangan DM tipe 1.
Seseorang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit ini jika
memiliki riwayat keluarga yang menderita DM tipe 1. Gen tertentu yang terlibat
dalam sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan reaksi autoimun yang merusak
sel-sel beta pankreas yang menghasilkan insulin.
2. Pengaruh Autoimun
DM tipe 1 merupakan penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh
mengenali sel-sel beta pankreas sebagai benda asing dan menyerangnya. Ini
menyebabkan kerusakan pada sel-sel beta, sehingga produksi insulin menurun atau
bahkan berhenti sama sekali. Peristiwa ini biasanya dipicu oleh faktor lingkungan
tertentu pada individu yang rentan secara genetik.
3. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko juga berperan dalam mendorong perkembangan DM tipe 1,
termasuk infeksi virus seperti virus Coxsackie dan enterovirus yang dapat memicu
reaksi autoimun, paparan zat kimia atau racun tertentu, serta paparan awal pada
makanan padat pada bayi. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh dan memicu respons yang merusak sel-sel beta pankreas.
Faktor Genetik --> Predisposisi Genetik --> Risiko Tinggi DM Tipe 1
| |
v v
Faktor Lingkungan --> Pengaruh Autoimun --> Kerusakan Sel Beta Pankreas
| |
v v
Faktor Risiko Penurunan Produksi Insulin
| |
v v
Perkembangan DM Tipe 1 --> Gejala Diabetes Melitus
| |
v v
Diagnosis dan Pengelolaan DM Tipe 1 --> Komplikasi DM Tipe 1
Diagram di atas menggambarkan bahwa faktor genetik dan lingkungan dapat berkontribusi
pada predisposisi individu terhadap DM tipe 1. Faktor lingkungan dapat memicu respon
autoimun, yang menyebabkan kerusakan pada sel-sel beta pankreas. Akibatnya, produksi
insulin menurun atau berhenti, menyebabkan gejala diabetes melitus. Diagnosis ditegakkan
dan manajemen diabetes dilakukan untuk mencegah atau mengurangi komplikasi yang
mungkin timbul akibat penyakit ini.

Aktivitas 6

a. Jelaskan gambarkan dalam bentuk patoflow, hubungan resistensi insulin, penurun insulin,
peningkatan glucagon dengan keseimbangan glukosa darah (proses glukoneogenesis,
glikogenolisis, liplisis dan ketogenesis).
Resistensi Insulin dan Penurunan Insulin --> Peningkatan Kadar Glukosa Darah dan
Glukoneogenesis
| |
v v
Peningkatan Glukosa Darah --> Pankreas Merespons dengan Meningkatkan
Glukagon
| |
v v
Aktivasi Reseptor Glukagon --> Peningkatan Glikogenolisis di Hati
| |
v v
Peningkatan Glukosa Darah dan Asam Lemak Darah --> Glukoneogenesis
Meningkat
| |
v v
Penurunan Penyimpanan Glikogen --> Peningkatan Kadar Glukosa Darah
| |
v v
Peningkatan Glukosa Darah dan Asam Lemak Darah --> Lipolisis Meningkat
| |
v v
Peningkatan Asam Lemak Darah --> Peningkatan Ketogenesis
| |
v v
Peningkatan Ketogenesis --> Ketosis (Kadar Keton Meningkat)
1. Resistensi Insulin dan Penurunan Insulin
Resistensi insulin adalah kondisi di mana sel-sel tubuh menjadi kurang responsif
terhadap insulin, sehingga glukosa sulit masuk ke dalam sel. Akibatnya, kadar
glukosa darah tetap tinggi. Pankreas merespons resistensi insulin dengan
meningkatkan produksi insulin. Namun, jika pankreas tidak mampu menghasilkan
cukup insulin atau fungsi sel-sel beta pankreas terganggu, penurunan insulin dapat
terjadi.
2. Peningkatan Glukosa Darah dan Glukoneogenesis
Peningkatan kadar glukosa darah memicu reaksi tubuh untuk meningkatkan
produksi glukagon oleh pankreas. Glukagon bertindak pada hati untuk merangsang
glikogenolisis, yaitu pemecahan glikogen menjadi glukosa. Selain itu, peningkatan
glukosa darah juga merangsang glukoneogenesis, yaitu pembentukan glukosa baru
dari prekursor non-karbohidrat seperti asam amino.
3. Peningkatan Asam Lemak Darah dan Lipolisis
Peningkatan glukosa darah juga menyebabkan peningkatan asam lemak dalam
darah, yang merupakan hasil dari lipolisis. Lipolisis adalah proses pemecahan
trigliserida (lemak) dalam sel adiposa menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini
terjadi saat tubuh membutuhkan energi tambahan dari lemak karena glukosa tidak
dapat masuk ke dalam sel dengan efisien akibat resistensi insulin.
4. Peningkatan Asam Lemak Darah dan Ketogenesis
Asam lemak yang dilepaskan selama lipolisis akan beredar dalam darah. Di hati,
asam lemak akan diubah menjadi keton melalui proses ketogenesis. Peningkatan
ketogenesis menyebabkan meningkatnya kadar keton dalam darah, yang dapat
menyebabkan kondisi ketosis.
Dengan demikian, patoflow di atas menjelaskan bagaimana resistensi insulin, penurunan
insulin, peningkatan glucagon, dan proses-proses metabolik seperti glukoneogenesis,
glikogenolisis, lipolisis, dan ketogenesis saling terhubung dan mempengaruhi keseimbangan
glukosa darah dalam tubuh. Ketika terjadi gangguan pada mekanisme ini, dapat
menyebabkan masalah pada metabolisme glukosa dan lemak, yang pada akhirnya
berkontribusi pada kondisi seperti diabetes dan ketosis.

b. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran glucagon dalam proses glokoneogenesis
untuk meningkatkan kadar gula darah
Glukagon adalah hormon peptida yang diproduksi oleh sel-sel alfa di pankreas. Peran utama
glucagon adalah meningkatkan kadar glukosa (gula) dalam darah melalui proses yang
disebut glukoneogenesis. Glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa baru dari
prekursor non-karbohidrat, seperti asam amino dan gliserol.
Peran Glucagon dalam Glukoneogenesis
Ketika kadar glukosa darah rendah, misalnya setelah waktu puasa atau saat berolahraga,
pankreas merespons dengan melepaskan glucagon ke dalam aliran darah. Glucagon
bertindak pada hati untuk merangsang proses glukoneogenesis dengan mengubah
prekursor non-karbohidrat menjadi glukosa. Ini membantu meningkatkan kadar glukosa
dalam darah sehingga tubuh tetap memiliki pasokan energi yang cukup.
Kadar Glukosa Darah Rendah --> Penglepasan Glucagon oleh Pankreas
| |
v v
Aktivasi Receptor Glucagon --> Aktivasi Enzim Glukoneogenesis di Hati
| |
v v
Konversi Prekursor Non-Karbohidrat (misalnya asam amino, gliserol) --> Glukosa
Baru
| |
v v
Kadar Glukosa Darah Meningkat --> Energi Tersedia untuk Tubuh
Diagram di atas menggambarkan proses glukoneogenesis yang dipicu oleh glucagon saat
kadar glukosa darah rendah. Saat glucagon terikat pada reseptor glucagon di hati, berbagai
enzim yang terlibat dalam glukoneogenesis diaktifkan. Prekursor non-karbohidrat, seperti
asam amino dari protein atau gliserol dari lemak, diubah menjadi glukosa baru. Glukosa ini
kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah, sehingga meningkatkan kadar glukosa dalam
darah. Peningkatan kadar glukosa darah menyediakan sumber energi yang penting untuk
berbagai proses tubuh dan menjaga fungsi organ vital. Jadi, glucagon memainkan peran
penting dalam mengatur kadar glukosa darah dengan merangsang glukoneogenesis di hati
saat tubuh membutuhkan pasokan glukosa tambahan.

c. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran insulin dalam proses lipogenesis!
Insulin adalah hormon peptida yang diproduksi oleh sel-sel beta di pankreas. Salah satu
peran utama insulin dalam tubuh adalah mengatur metabolisme karbohidrat dan lemak.
Dalam proses lipogenesis, insulin berperan dalam merangsang penyimpanan lemak (asam
lemak) dalam sel-sel adiposa (jaringan lemak) untuk membentuk trigliserida (bentuk
penyimpanan utama lemak dalam tubuh).
Peran Insulin dalam Lipogenesis
Ketika kadar glukosa darah tinggi, misalnya setelah makan makanan yang mengandung
karbohidrat, pankreas merespons dengan melepaskan insulin ke dalam aliran darah. Insulin
bertindak pada sel-sel adiposa dan hati untuk merangsang lipogenesis. Dalam lipogenesis,
asam lemak bebas diambil dari sirkulasi dan digabungkan menjadi molekul trigliserida, yang
kemudian disimpan dalam sel-sel adiposa sebagai cadangan energi dalam bentuk lemak.
Kadar Glukosa Darah Tinggi --> Penglepasan Insulin oleh Pankreas
| |
v v
Aktivasi Reseptor Insulin --> Aktivasi Enzim Lipogenesis di Sel Adiposa dan Hati
| |
v v
Pengambilan Asam Lemak dari Sirkulasi --> Pembentukan Trigliserida
| |
v v
Penyimpanan Lemak di Sel Adiposa --> Cadangan Energi dalam Bentuk Lemak
Diagram di atas menggambarkan proses lipogenesis yang dipicu oleh insulin saat kadar
glukosa darah tinggi. Saat insulin terikat pada reseptor insulin di sel adiposa dan hati,
berbagai enzim yang terlibat dalam lipogenesis diaktifkan. Asam lemak bebas dari sirkulasi
diambil oleh sel adiposa dan hati, lalu diubah menjadi trigliserida. Trigliserida ini disimpan
dalam sel adiposa sebagai cadangan energi dalam bentuk lemak. Proses ini membantu
menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi dan menyimpan energi berlebih dari makanan
sebagai lemak yang dapat digunakan nanti saat tubuh memerlukan sumber energi
tambahan.
Jadi, insulin memainkan peran penting dalam mengatur metabolisme lemak melalui
stimulasi lipogenesis, yang merupakan proses pembentukan dan penyimpanan lemak dalam
tubuh.

d. Jelaskan dan gambarkan dalam bentuk patoflow, peran dan hubungan antara glukosa, insulin dan
lipolisis

Glukosa, insulin, dan lipolisis memiliki hubungan yang erat dalam regulasi kadar glukosa
darah dan metabolisme lemak dalam tubuh. Berikut adalah penjelasan tentang peran dan
hubungan antara ketiga elemen ini, serta patoflownya
1. Peran Glukosa
Glukosa adalah jenis gula sederhana yang berfungsi sebagai sumber utama energi
bagi tubuh. Setelah kita makan makanan yang mengandung karbohidrat, glukosa
dilepaskan ke dalam aliran darah dan menjadi penyedia energi utama bagi sel-sel
tubuh.
2. Peran Insulin
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel beta di pankreas. Fungsi utama
insulin adalah mengatur metabolisme karbohidrat dan lemak. Saat kadar glukosa
darah tinggi, seperti setelah makan, pankreas melepaskan insulin untuk membantu
glukosa masuk ke dalam sel-sel tubuh, termasuk sel otot dan adiposa. Di dalam sel
otot, glukosa digunakan sebagai sumber energi, sedangkan di dalam sel adiposa,
insulin berperan dalam mengatur proses lipolisis dan lipogenesis.
3. Peran Lipolisis
Lipolisis adalah proses pemecahan trigliserida (lemak) yang disimpan dalam sel
adiposa menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini terjadi ketika tubuh
membutuhkan lebih banyak energi dari yang tersedia dalam bentuk glukosa.
Lipolisis terutama terjadi saat kondisi puasa atau saat kita berolahraga intens.

Kadar Glukosa Darah Tinggi --> Penglepasan Insulin oleh Pankreas


| |
v v
Aktivasi Reseptor Insulin --> Glukosa Masuk ke dalam Sel Otomatis dan Sel Adiposa
| |
v v
Penggunaan Glukosa sebagai Energi di Sel Otomatis --> Penurunan Kadar Glukosa
Darah
| |
v v
Kontrol Lipolisis di Sel Adiposa oleh Insulin --> Penekanan Lipolisis
| |
v v
Kadar Glukosa Darah Menurun dan Sinyal Kelebihan Energi
| |
v v
Penghentian Lipolisis --> Menyimpan Lemak Kembali dalam Sel Adiposa
Diagram di atas menggambarkan hubungan antara glukosa, insulin, dan lipolisis dalam
tubuh. Ketika kadar glukosa darah tinggi, pankreas melepaskan insulin untuk membantu
glukosa masuk ke dalam sel otot dan sel adiposa. Glukosa digunakan sebagai sumber energi
di sel otot, yang mengakibatkan penurunan kadar glukosa darah.

Di sel adiposa, insulin memainkan peran penting dalam mengatur lipolisis. Insulin menekan
lipolisis, sehingga pemecahan trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol dikurangi. Hal ini
terjadi karena insulin menandakan bahwa ada cukup energi (glukosa) yang tersedia dalam
darah, sehingga tidak perlu memecah lebih banyak lemak.

Jika kadar glukosa darah menurun (misalnya saat puasa atau berolahraga), sinyal kelebihan
energi (akibat penurunan glukosa) menghentikan pengaruh insulin pada lipolisis. Sebagai
hasilnya, lipolisis meningkat dan lebih banyak lemak dilepaskan ke dalam darah untuk
digunakan sebagai sumber energi.

Dengan demikian, glukosa, insulin, dan lipolisis bekerja bersama untuk mengatur kadar
glukosa darah dan memastikan tubuh memiliki pasokan energi yang cukup untuk fungsi
normal dan aktivitas sehari-hari.

Aktivitas 7

Perhatikan kasus berikut ini!

Seorang laki-laki an.Tn. Abdul usia 52 tahun bekerja sebagai tenaga administrasi di suatu perusahaan
swasta. Beberapa bulan terakhir merasakan badan lemah, kemudian dia pergi ke dokter untuk
konsultasi dan dianjurkan untuk TTGO. Tn Abdul adalah seorang ayah dengan 3 anak (2 perempuan
dan 1 laki-laki). Istrinya memiliki riwayat diabetes pada kehamilan anak yang ketiga dan telah normal
setelah melahirkan. Pada saat ini lebih banyak meluangkan di kantor, sehingga menyebabkan Tn
Abdul tidak pernah melakukan olahraga dan pola makan tidak teratur. Pada beberapa tahun terakhir
dia merasakan peningkatan berat badan. Pada keluarga Tn. Abdul juga terdapat yang menderita DM
yaitu ayah kandung, saudara laki-laki dan saudara perempuan.

a. Perhatikan faktor-faktor yang mungkin berkontribusi menyebabkan diabetes pada Tn Abdul pada
kolom paling kiri. Berikan checklist (√) pada kolom Ya dan Tidak, Berikan penjelasan pada kolom
paling kanan, apabila faktor tersebut berkontribusi (Ya) terhadap diabetes pada Tn. Abdul, serta
apakah faktor tersebut dapat dimodifikasi
Berkontribusi
Faktor terhadap DM Proses terjadinya DM dan Cara modifikasi
Ya Tidak
Usia 56 tahun √ Secara teoritis faktor risiko ini tidak dapat dirubah
karena semakin tua umur maka searah dengan
proses metabolisme tubuh dimana kerja organ
tubuh mulai berkurang seiring dengan
pertambahan umur, perkumpulan Endokrinologi
juga menyatakan umur > 45 tahun salah satu
factor pencetus terjadi DM. Penelitian yang
dilakukan di Negeria menyatakan bahwa resiko
mengalami DM tipe II lebih condong meningkat
semenjak memasuki usia 46 tahun
Jenis kelamin laki-laki √

Menikah √

Ayah menderita √ Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor


resiko kejadian DM tipe II, seseorang dengan
diabetes riwayat keluarga DM akan lebih besar berisiko
mengalami DM dibandingkan yang tidak memiliki
riwayat keluarga DM. DM merupakan salah satu
tipe penyakit dengan garis keturunan. Hal ini
sesuai bahwa risiko seorang anak, jika salah satu
orang tuanya DM sebesar 15% dan resikonya
sebesar 75% jika kedua orang tuanya mengalami
DM.Olah karena itu, faktor resiko yang tidak dapat
diubah seperti umur dan riwayat keluarga dapat
diminimalisir dengan pola hidup sehat
Saudara laki-laki dan √
perempuan menderita
diabetes
Istri menderita diabetes √

Banyak pekerjaan di √
kantor
Berat badan meningkat √ Kelebihan berat badan ataupun obesitas bisa
meningkatkan faktor risiko penyakit diabetes. Hal ini
umumnya disebabkan karena kaitannya dengan
faktor risiko penyakit diabetes yang lain, termasuk
tingginya kadar kolesterol dan trigliserida di dalam
darah, penyakit hipertensi, dan obesitas. Selalu
Berkontribusi
Faktor terhadap DM Proses terjadinya DM dan Cara modifikasi
Ya Tidak
menjaga berat badan dalam keadaan terkendali
akan menurunkan faktor risiko mengidap penyakit
diabetes. Yang mana faktor berat badan berlebih ini
bisa menyebabkan tubuh seseorang mengalami ,
resistensi terhadap hormon insulin.
sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan lemak
untuk menyerapinsulin. akibatnya organ pankreas
akan dipacu untuk memproduksi insulin
sebanyak- banyaknya sehingga menjadikan organ ini
menjadi kelelahan dan akhirnya rusak
Kurang gerak Aktifitas fisik yang tidak seimbang. Ketika jam kerja
selama 8 jam hanya didominasi oleh kegiatan duduk
saja, maka otot tubuh tidak akan terlatih dengan
baik. Terlebih lagi peredaran darah akan tersumbat
karena darah tidak mengalir ketika kolesterol dan
lemak jahat dalam darah tidak dikeluarkan melalui
aktifitas fisik yang menghasilkan keringat .
Oleh karena itu saat ini sangatlah penting
untuk melakukan olahraga yang teratur seperti
Jalan kaki,berenang,bersepeda,maupun senam.Olah
raga teratur akan meningkatkan metabolisme tubuh
sehingga dapat tetap menjaga berat badan,yang
mana keteraturan dalam melakukan olahraga akan
meningkatkan metabolisme tubuh termasuk
meningkatkan produksi insulin.
PENUGASAN III

Tujuan Penugasan

1. Mekanisme kontra regulator pada hipoglikemia


2. Patofisiologi ketoasidosis diabetic (KAD) dan Hiperosmolaritas non-ketotik (HONK)
3. Komplikasi makrovaskular pada DM
4. Mekanisme terjadinya komplikasi makrovaskuler pada DM

Aktivitas 1: Penyelesaian Soal 1-3 berdasarkan Kasus 1

Kasus 1

Seorang laki-laki a.n. Tn. Karim usia 57 tahun menderita DM sejak 8 tahun yang lalu. Telah mendapat
terapi berupa obat oral metformin 3x1 tab dan insulin humulin R 6u-8u-6u. Pagi ini telah dilakukan
pemeriksaan gula darah puasa dengan hasil 115mg/dL. Pagi ini klien sudah dilakukan suntikan insulin,
tetapi klien tidak mau makan karena mual. Setelah mendapatkan terapi insulin sebelum makan siang,
Tn Karim mengeluh kepala pusing, berat badan lemas, keringat dingin, gemetar dan terasa lapar.
Hasil pemeriksaan gula menunjukkan hasil 50 mg/dL.

Soal

1. Jelaskan mekanisme terjadinya keluhan (kepala pusing, berat badan lemas, keringat dingin,
gemetar dan terasa lapar) yang dirasakan oleh Tn. Karim (penjelasan termasuk hubungan
antara keluhan dengan nilai laboratorium)
Keluhan yang dirasakan oleh Tn. Karim seperti kepala pusing, berat badan lemas, keringat
dingin, gemetar, dan merasa lapar adalah gejala hipoglikemia atau kadar gula darah rendah.
Hipoglikemia terjadi ketika kadar glukosa dalam darah menurun di bawah batas normal,
yaitu biasanya kurang dari 70 mg/dL.

2. Apa saja yang menyebabkan Tn. Karim jatuh dalam kondisi hipoglikemia (penjelasan termasuk
hubungannya dengan nilai laboratorium)
Terlalu banyak insulin: Tn. Karim telah diberikan insulin humulin R sebelum makan siang,
yang mempengaruhi penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh. Jumlah insulin yang diberikan
mungkin terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, menyebabkan
penurunan drastis kadar gula darah.
Tidak cukup asupan makanan: Karena Tn. Karim tidak mau makan pagi ini karena merasa
mual, asupan glukosa dari makanan berkurang. Metformin yang dikonsumsi juga bisa
menurunkan nafsu makan.
Aktivitas fisik berlebihan: Tn. Karim mungkin telah melakukan aktivitas fisik yang berlebihan
sebelum pemeriksaan gula darah puasa, yang dapat meningkatkan sensitivitas tubuh
terhadap insulin dan menurunkan gula darah lebih lanjut.

3. Jelaskan mekanisme kontraregulator hormone pada kondisi hipoglikemia (penjelasan termasuk


hubungannya dikaitkan dengan nilai laboratorium)
Mekanisme kontraregulator hormon pada kondisi hipoglikemia adalah serangkaian respons
tubuh yang bertujuan untuk meningkatkan kadar glukosa darah ketika glukosa menurun di
bawah batas normal (biasanya kurang dari 70 mg/dL). Hal ini penting untuk menjaga
keseimbangan gula darah agar tetap dalam kisaran yang aman untuk fungsi tubuh yang
optimal.
Pada Tn. Karim, setelah menerima suntikan insulin sebelum makan siang dan tidak makan
pagi karena merasa mual, gula darahnya turun menjadi 50 mg/dL. Kondisi ini menyebabkan
tubuhnya merespons dengan melepaskan berbagai hormon kontraregulator untuk
meningkatkan gula darah kembali ke tingkat normal. Berikut adalah hormon-hormon
kontraregulator dan peran mereka:
1. Glukagon
2. Epinefrin
3. Kortisol
4. Pertumbuhan hormon (GH)

Aktivitas 2: Penyelesaian Soal 4-6 berdasarkan Kasus 2

Kasus 2
Seorang perempuan a.n. Ny. Mur usia 57 tahun, pekerjaan PNS, dirawat di ruang penyakit dalam
wanita karena infeksi saluran kemih (ISK). Klien menderita DM sejak 10 tahun dengan terapi novomix
12-15u dan kontrol teratur. Terakhir suntik pagi 15u. Hasil lab menunjukkan GDS 628 mg/dL, A1c
9,7%, keton 0,7 dan pH 7,1. Saat ini klien mengeluh sering kencing dan mual.

Soal
4. Jelaskan mekanisme terjadinya keluhan sering kencing dan mual yang dirasakan Ny. Mur
(penjelasan termasuk hubungannya dengan nilai laboratorium)
Keluhan sering kencing dan mual yang dirasakan oleh Ny. Mur terkait dengan kondisi
diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan tingkat gula darah yang sangat tinggi (GDS
628 mg/dL) dan A1c yang tinggi (9,7%). Mekanisme terjadinya keluhan tersebut adalah
sebagai berikut
1. Sering Kencing (Poliuria)
Kadar gula darah yang sangat tinggi (hiperglikemia) menyebabkan tubuh mencoba untuk
menghilangkan kelebihan glukosa melalui urin. Glukosa yang berlebihan dalam darah
biasanya diresorpsi oleh ginjal kembali ke dalam tubuh, tetapi ketika gula darah melebihi
ambang batas ginjal (threshold), ginjal tidak dapat menyerapnya kembali dan glukosa akan
diekskresikan melalui urin. Proses ini menyebabkan peningkatan produksi urine, yang
dikenal sebagai poliuria. Oleh karena itu, Ny. Mur mengalami sering buang air kecil.
2. Mual
Hiperglikemia yang parah dan tidak terkontrol dapat menyebabkan peningkatan produksi
keton dalam tubuh. Keton adalah produk sampingan dari pemecahan lemak sebagai sumber
alternatif energi ketika tubuh tidak dapat menggunakan glukosa dengan efektif. Tingginya
kadar keton dalam darah menyebabkan kondisi yang disebut asidosis metabolik, di mana pH
darah menurun. Hal ini bisa menyebabkan mual atau perasaan tidak nyaman di perut dan
sistem pencernaan.
Kondisi lab yang menunjukkan pH darah yang rendah (7,1) dan tingginya kadar keton (0,7)
mengindikasikan bahwa Ny. Mur menderita ketoasidosis diabetik, yaitu komplikasi serius
dari diabetes yang ditandai dengan keton tinggi dalam darah dan asidosis metabolik. Kondisi
ini biasanya terjadi ketika gula darah sangat tinggi dan tidak terkontrol, seperti yang terlihat
pada hasil laboratorium GDS yang mencapai 628 mg/dL dan A1c yang tinggi.

5. Jelaskan bagaimana penderita DM jatuh dalam kondisi hiperglikemia (penjelasan termasuk


hubunganny dengan nilai laboratorium)
Penderita diabetes melitus (DM) dapat jatuh dalam kondisi hiperglikemia ketika kadar gula
darah dalam tubuh naik di atas batas normal. Hiperglikemia adalah kondisi di mana kadar
gula darah menjadi sangat tinggi, seperti yang terlihat pada kasus Ny. Mur dengan hasil GDS
628 mg/dL dan A1c 9,7%.
1. Ketidakcukupan Insulin: Hiperglikemia dapat terjadi jika tubuh penderita DM
mengalami ketidakcukupan insulin atau ketidakmampuan tubuh untuk
menggunakan insulin dengan efektif. Pada kasus Ny. Mur, terapi yang diberikan
adalah insulin novomix. Namun, kemungkinan ada faktor-faktor yang menyebabkan
insulin tidak bekerja secara optimal atau tubuh tidak menghasilkan cukup insulin
untuk mengatasi kebutuhan glukosa.
2. Ketidakcukupan Efek Insulin: Insulin berperan dalam membantu glukosa masuk ke
dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi. Jika tubuh penderita DM menjadi
resisten terhadap insulin, maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dengan baik
dan akhirnya terakumulasi dalam darah, menyebabkan hiperglikemia.
3. Terapi yang Tidak Tepat: Dalam beberapa kasus, dosis insulin atau obat antidiabetes
lainnya yang digunakan oleh penderita DM mungkin tidak cukup atau tidak sesuai
dengan kebutuhan tubuh. Jika dosis insulin atau obat yang diberikan tidak cukup
untuk mengendalikan kadar gula darah, maka hiperglikemia dapat terjadi.
4. Kurangnya Aktivitas Fisik: Aktivitas fisik membantu meningkatkan sensitivitas sel
terhadap insulin dan membantu tubuh menggunakan glukosa dengan lebih efektif.
Jika penderita DM kurang bergerak atau tidak cukup aktif, maka kemungkinan
terjadinya hiperglikemia lebih tinggi.
5. Infeksi atau Stres: Infeksi atau stres pada tubuh dapat menyebabkan pelepasan
hormon stres, seperti epinefrin dan kortisol, yang dapat meningkatkan kadar gula
darah. Kondisi ini juga dapat menyebabkan ketidakmampuan tubuh untuk
mengendalikan kadar gula darah dengan baik.
Dalam kasus Ny. Mur, hiperglikemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor di atas. Kadar
gula darah yang sangat tinggi (GDS 628 mg/dL) dan A1c yang tinggi (9,7%) menunjukkan
bahwa diabetesnya tidak terkontrol dengan baik. Kombinasi dari faktor-faktor di atas
menyebabkan ketidakseimbangan dalam metabolisme glukosa dalam tubuh, yang
menyebabkan hiperglikemia dan gejala yang dialami Ny. Mur seperti sering kencing dan
mual. Penting untuk mengatasi hiperglikemia ini secara tepat guna menghindari komplikasi
yang lebih serius dan menjaga kondisi diabetesnya tetap terkontrol dengan baik.
6. Jelaskan mekanisme kontraregulator pada kondisi hiperglikemia (penjelasan termasuk
hubungannya dengan nilai laboratorium
serangkaian respons tubuh yang bertujuan untuk mengatasi peningkatan kadar glukosa
darah yang tinggi. Ketika kadar glukosa darah meningkat secara signifikan, tubuh akan
merespons dengan melepaskan hormon-hormon kontraregulator yang bertindak untuk
meningkatkan pemecahan glukosa, menghambat produksi glukosa oleh hati, dan mengatasi
peningkatan gula darah. Di bawah adalah penjelasan mengenai mekanisme kontraregulator
dan hubungannya dengan hasil laboratorium pada kasus Ny. Mur:
1. Hormon Kontraregulator
a. Glukagon: Glukagon diproduksi oleh pankreas dan bertindak kebalikan dari insulin.
Ketika kadar glukosa darah tinggi, glukagon akan merangsang hati untuk memecah
glikogen menjadi glukosa dan melepaskannya ke dalam darah, meningkatkan kadar
glukosa darah.
b. Epinefrin (adrenalin): Epinefrin dilepaskan oleh kelenjar adrenal sebagai respons
terhadap peningkatan gula darah. Hormon ini bertindak untuk meningkatkan
pemecahan glikogen menjadi glukosa dan menghambat penggunaan glukosa oleh
jaringan perifer, sehingga lebih banyak glukosa tersedia untuk digunakan sebagai
sumber energi.
c. Epinefrin (adrenalin): Epinefrin dilepaskan oleh kelenjar adrenal sebagai respons
terhadap peningkatan gula darah. Hormon ini bertindak untuk meningkatkan
pemecahan glikogen menjadi glukosa dan menghambat penggunaan glukosa oleh
jaringan perifer, sehingga lebih banyak glukosa tersedia untuk digunakan sebagai
sumber energi.
d. Pertumbuhan Hormon (GH): GH bertindak untuk meningkatkan pemecahan lemak
dan menghambat penggunaan glukosa oleh jaringan perifer, sehingga
meningkatkan kadar glukosa darah.
2. Hubungan dengan Hasil Laboratorium Ny. Mur
a. GDS 628 mg/dL: Hasil laboratorium menunjukkan kadar gula darah sangat tinggi,
melebihi batas normal yang seharusnya berkisar antara sekitar 70-140 mg/dL.
Peningkatan kadar glukosa darah inilah yang memicu pelepasan hormon-hormon
kontraregulator untuk mengatasi hiperglikemia.
b. A1c 9,7%: A1c adalah pengukuran rata-rata kadar glukosa darah selama 2-3 bulan
terakhir. Hasil A1c yang tinggi menunjukkan bahwa gula darah Ny. Mur telah tinggi
dalam jangka waktu yang cukup lama, menandakan kondisi diabetesnya tidak
terkontrol dengan baik.
c. c. Keton 0,7 dan pH 7,1: Kadar keton yang sedikit meningkat (0,7) dan pH darah yang
rendah (7,1) menunjukkan adanya produksi keton yang berlebihan karena tubuh
mencoba untuk menggunakan lemak sebagai sumber energi akibat
ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan glukosa dengan efektif. Produksi keton
yang berlebihan ini menyebabkan asidosis metabolik, yang juga dapat memicu
pelepasan hormon kontraregulator untuk mengatasi masalah ini.

Aktivitas 3: Penyelesaian Soal 7-8 berdasarkan Kasus 3


Kasus 3
Seorang lak-laki a.n. Tn. T usia 56 tahun mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Klien didiagnosa IMA dan
dianjurkan tirah baring. Menurut klien selama ini tidak merasakan keluhan apa-apa pada jantungnya,
yang dirasakan hanya dulu kaki sering kesemutan dan sekarang terasa baal. Klien menderita DM
sejak 11 tahun yang lalu. Dulu kaki pernah luka akibat tertusuk duri saat berjalan tanpa menggunakan
sandal, saat itu klien tidak merasa. Saat ini klien juga mengeluh mual dan muntah sering kali makan
dan minum. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kulit kaki terlihat kering dan teraba dingin.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kolesterol total 227 mg/dl, trigliserida=314; GDP=408 mg/dl;
Gula darah 2 Jam PP=536 mg/dl. Troponin T positif, tekanan darah 180/90 mmHg.
Soal
7. Sebutkan keluhan yang dirasakan oleh Tn. T., yang merupakan komplikasi dari DM (penjelasan
termasuk hubungannya dengan nilai laboratorium)
Keluhan yang dirasakan oleh Tn. T yang merupakan komplikasi dari diabetes mellitus (DM)
adalah neuropati perifer dan gangguan pencernaan yang disebabkan oleh gangguan saraf
(neuropati autonome). Hubungan dengan nilai laboratorium
1. Neuropati Perifer (Kaki Kesemutan dan Baal)
2. Neuropati Autonome (Gangguan Pencernaan, Mual, dan Muntah)
Nilai laboratorium menunjukkan kondisi DM yang tidak terkontrol dengan baik, dengan hasil
gula darah 2 Jam PP mencapai 536 mg/dL. Tingginya kadar gula darah dalam jangka waktu
yang lama (DM sejak 11 tahun yang lalu) menyebabkan terjadinya komplikasi neuropati
perifer dan neuropati autonome, yang menyebabkan keluhan kesemutan dan baal pada kaki
serta gangguan pencernaan seperti mual dan muntah setelah makan. Selain itu, hasil
pemeriksaan kolesterol total yang tinggi (227 mg/dL) dan trigliserida yang tinggi (314 mg/dL)
juga merupakan faktor risiko untuk komplikasi diabetes dan penyakit kardiovaskular,
termasuk infark miokardium akut (IMA). Tingginya tekanan darah (180/90 mmHg) juga
merupakan faktor risiko tambahan untuk penyakit kardiovaskular.

8. Jelaskan mekanisme terjadinya keluhan Tn. T (penjelasan termasuk hubungan antara keluhan
dengan nilai laboratorium)
Keluhan yang dialami oleh Tn. T seperti nyeri dada sebelah kiri, mual, dan muntah, serta
keluhan pada kaki seperti kesemutan dan baal, dapat dijelaskan oleh mekanisme yang
terjadi akibat infark miokardium akut (IMA) atau serangan jantung, serta komplikasi yang
mungkin terjadi pada diabetes mellitus (DM)
1. Nyeri Dada Sebelah Kiri (IMA)
Nyeri dada sebelah kiri yang dirasakan oleh Tn. T kemungkinan disebabkan oleh IMA
atau serangan jantung. IMA terjadi ketika aliran darah ke jantung terhenti atau
berkurang secara tiba-tiba karena penyumbatan arteri koroner, yang menyebabkan
kerusakan pada otot jantung. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri dada yang khas,
seperti ditekan atau dirasa berat, serta dapat menjalar ke bagian lain seperti lengan
kiri, punggung, atau rahang.
2. Mual dan Muntah
Mual dan muntah yang sering dialami oleh Tn. T setelah makan dan minum
merupakan gejala dari neuropati autonome, yaitu gangguan pada sistem saraf
otonom yang mengatur fungsi-fungsi tubuh yang tidak sadar, termasuk pencernaan.
Neuropati autonome dapat terjadi sebagai komplikasi dari DM yang tidak terkontrol
dengan baik. Gangguan pada sistem saraf otonom menyebabkan gangguan pada
pengosongan lambung dan gerakan usus, yang menyebabkan mual dan muntah
setelah makan
3. Keluhan pada Kaki (Kesemutan dan Baal)
Keluhan kesemutan dan baal pada kaki yang dialami oleh Tn. T adalah gejala dari
neuropati perifer, yaitu kerusakan pada saraf-saraf di luar sistem saraf pusat yang
mengontrol sensasi di ekstremitas. Neuropati perifer adalah komplikasi umum dari
DM yang tidak terkontrol. Tingginya kadar gula darah dalam waktu yang lama
menyebabkan kerusakan saraf-saraf ini, yang mengakibatkan gangguan sensasi
seperti kesemutan dan baal pada kaki.
Hubungannya dengan Nilai Laboratorium: Nilai laboratorium menunjukkan kondisi DM yang
tidak terkontrol dengan baik, dengan hasil gula darah 2 Jam PP mencapai 536 mg/dL.
Tingginya kadar gula darah dalam jangka waktu lama (DM sejak 11 tahun yang lalu)
menyebabkan terjadinya komplikasi neuropati perifer dan neuropati autonome, yang
menyebabkan keluhan kesemutan dan baal pada kaki serta gangguan pencernaan seperti
mual dan muntah setelah makan. Selain itu, hasil pemeriksaan kolesterol total yang tinggi
(227 mg/dL) dan trigliserida yang tinggi (314 mg/dL) juga merupakan faktor risiko untuk
penyakit kardiovaskular, termasuk IMA. Tingginya tekanan darah (180/90 mmHg) juga
merupakan faktor risiko tambahan untuk penyakit kardiovaskular.

Aktivitas 4: Penyelesaian Soal 9-10 berdasarkan Kasus 4


Kasus 4
Seorang laki-laki a.n. Tn. B. Usia 41 tahun, pekerjaan tukang ojek, pendidikan SMA, masuk rumah
sakit (MRS) tanggal 30 september 2018 dan didiagnosa DM tipe 2, Chronic Kidney Desease (CKD)
stadium V overload, hipertensi gr II. Perawat B melakukan pengkajian pada tanggal 12 oktober 2018
pada Tn. B dan didapatkan data: klien mengatakan sesak sejak 2 bulan yang lalu disertai bengkak
pada kedua tungkai. Sesak berkurang bila tidur menggunakan 3 bantal. Sejak 3 bulan yang lalu kedua
mata klien mengalami gangguan, klien hanya bisa melihat bayang-bayang saja, sehingga klien
mengalami gangguan, klien hanya bisa melihat bayang-bayang saja, sehingga klien tidak bisa bekerja
lagi. Sekarang matanya tidak bisa digunakan untuk melihat lagi. Klien merasa sedih karena merasa
tidak berguna dengan kondisi mata dan sakitnya sekarang. Klien tidak bisa bekerja lagi.

Kasus 4
Klien didiagnosa menderita CKD sejak 6 tahun yang lalu, tapi menurut istri, klien tidak pernah kontrol
dan minum obat secara teratur, hanya berobat bila badan terasa lemas. Dua bulan sebelum MRS
kaki klien bengkak dan mengeluh sesak. Klien dianjurkan cuci darah, tapi karena masalah financial
klien menolak dan minta berobat jalan. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan ureum 122 mg/dl,
kreatinin 14,1 mg/dl, albumin 2,4 gr/dl, Hb 8,2 gram/dl, GDS 315 mg/dl. TD= 180/90 mmHg.
Soal
9. Sebutkan dan jelaskan komplikasi dari diabetes mellitus yang dialami Tn. B (penjelasan termasuk
hubungan antara keluhan dengan nilai laboratorium)
Tn. B didiagnosa dengan Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 yang telah berlangsung selama 6
tahun, dan saat ini mengalami beberapa komplikasi yang terkait dengan kondisi DM-nya.
Berikut adalah komplikasi yang dialami Tn. B
1. Diabetic Retinopathy (Gangguan Mata): Diabetic Retinopathy adalah komplikasi
mata yang disebabkan oleh DM jangka panjang yang tidak terkontrol dengan baik.
Gejala awalnya meliputi gangguan penglihatan seperti melihat bayang-bayang,
penglihatan kabur, atau hilangnya penglihatan. Kondisi ini juga bisa menyebabkan
hilangnya penglihatan total (kebutaan) jika tidak diobati dengan tepat. Hal ini
konsisten dengan keluhan Tn. B yang mengalami gangguan penglihatan selama 3
bulan dan kini matanya sudah tidak dapat digunakan untuk melihat.
2. Chronic Kidney Disease (CKD)
CKD merupakan komplikasi lain yang dialami Tn. B akibat DM yang tidak terkontrol.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan tingginya kadar ureum (122 mg/dl)
dan kreatinin (14,1 mg/dl) dalam darah, serta rendahnya kadar albumin (2,4 gr/dl).
Hal ini menunjukkan bahwa fungsi ginjal Tn. B telah terganggu parah (CKD stadium
V overload). Komplikasi ginjal ini berkaitan erat dengan DM tipe 2 yang tidak
terkontrol dan dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak ditangani dengan baik.
3. Hypertension (Hipertensi)
Tn. B juga mengalami hipertensi (tekanan darah tinggi) dengan nilai tekanan darah
saat pengkajian mencapai 180/90 mmHg. Hipertensi sering kali menjadi komplikasi
yang terjadi bersamaan dengan DM dan dapat memperburuk kondisi ginjal dan
mata yang sudah terkena dampak dari DM.
4. Anemia (Kurang Darah)
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan rendahnya kadar hemoglobin (Hb)
dalam darah Tn. B, yaitu 8,2 gram/dl. Hal ini menunjukkan bahwa Tn. B mengalami
anemia atau kekurangan darah. Anemia dapat terjadi pada penderita DM karena
berbagai faktor, termasuk kerusakan pada pembuluh darah yang memasok oksigen
ke jaringan tubuh.
5. Hyperglycemia (GDS Tinggi)
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan tingginya kadar glukosa darah
puasa (GDS) Tn. B, yaitu 315 mg/dl. Hal ini menunjukkan bahwa Tn. B mengalami
hiperglikemia, yaitu tingginya kadar glukosa darah. Hiperglikemia yang terus-
menerus dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh dan memperburuk
komplikasi DM yang ada.
Komplikasi-komplikasi tersebut adalah akibat dari DM tipe 2 yang tidak terkontrol dengan
baik selama beberapa tahun. Tn. B harus mendapatkan perawatan yang tepat dan rutin
untuk mengatasi komplikasi ini, termasuk pengaturan gula darah, pengobatan untuk
mengendalikan tekanan darah dan kondisi ginjal, serta perawatan mata yang tepat untuk
mengurangi dampak dari Diabetic Retinopathy. Penting juga untuk mengadopsi pola hidup
sehat dan melakukan tindakan pencegahan untuk mengelola kondisi DM dan komplikasinya
dengan lebih baik.
10. Sebutkan mekanisme komplikasi pada Tn. B (penjelasan termasuk hubungan antara keluhan
dengan nilai laboratorium)
komplikasi ini terjadi karena Tn. B tidak memantau dan mengendalikan kondisi Diabetes
Mellitus dan Chronic Kidney Disease secara teratur. Pengelolaan gula darah yang tidak baik
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan organ-organ tubuh yang sensitif, seperti
retina mata dan ginjal, yang akhirnya menyebabkan gejala dan komplikasi serius pada
kesehatan Tn. B. Penting untuk melakukan pengobatan dan pengaturan gaya hidup yang
tepat untuk mengendalikan kondisi DM dan CKD agar mengurangi risiko komplikasi yang
lebih lanjut.
PENUGASAN IV

Fasilitator: Ns. Aida Kusnaningsih, M.Kep., Sp.Kep.Mat

Tujuan Penugasan

Setelah menyelesaikan tugas ini peserta didik diharapkan mampu:

5. Memahami dasar dan alasan penetapan batas glukosa darah untuk diagnosis DM
6. Memahami dasar dan alasan penetapan batas kadar HbA1c untuk diagnosis DM
7. Memahami batasan atau criteria batas normal, DM, Prediabetes, berdasarkan hasil glukosa darah
8. Memahami batasan atau criteria batas normal, DM, Prediabetes, berdasarkan HbA1c
9. Memahami hubungan antara kadar glukosa darah dan HbA1c dengan risiko komplikasi
kardiovaskuler

Aktivitas I: Penyelesaian Soal 1-2 berdasarkan Kasus 1

Kasus 1

Seorang laki-laki a.n. Tn. Karim usia 57 tahun menderita DM sejak 8 tahun yang lalu. Telah mendapat
terapi berupa obat oral metformin 3x1 tab dan insulin humulin R 6u-8u-6u. Pagi ini telah dilakukan
pemeriksaan gula darah puasa dengan hasil 115mg/dL. Pagi ini klien sudah dilakukan suntikan insulin,
tetapi klien tidak mau makan karena mual. Setelah mendapatkan terapi insulin sebelum makan siang,
Tn Karim mengeluh kepala pusing, berat badan lemas, keringat dingin, gemetar dan terasa lapar.
Hasil pemeriksaan gula menunjukkan hasil 50 mg/dL.

Soal

11. Jelaskan dasar dan alasan penetapan batas glukosa darah untuk diagnosis DM
Dasar dan alasan penetapan batas glukosa darah untuk diagnosis Diabetes Mellitus (DM)
berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh organisasi kesehatan seperti American Diabetes
Association (ADA) dan World Health Organization (WHO). Terdapat dua jenis pengukuran
glukosa darah untuk diagnosis DM, yaitu gula darah puasa dan gula darah sewaktu (random).
1. Gula Darah Puasa: Gula darah puasa adalah pengukuran kadar glukosa darah setelah
tidak makan atau berpuasa selama minimal 8 jam. Kadar glukosa darah puasa
digunakan untuk diagnosis DM jika melebihi batas tertentu. Menurut kriteria ADA
dan WHO, kadar gula darah puasa yang dapat menegakkan diagnosis DM .
1) DM terdiagnosis: Gula darah puasa ≥ 126 mg/dL (7.0 mmol/L)
2) Kategori Pre-DM atau Gangguan Toleransi Glukosa (Impaired Glucose
Tolerance, IGT): Gula darah puasa antara 100 mg/dL (5.6 mmol/L) hingga
125 mg/dL (6.9 mmol/L)

2. Gula Darah Sewaktu (Random): Gula darah sewaktu adalah pengukuran kadar
glukosa darah tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Pengukuran ini
biasanya dilakukan ketika seseorang mengalami gejala-gejala khas DM, seperti
poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (haus berlebihan), atau polifagia (lapar
berlebihan). Kadar gula darah sewaktu yang dapat menegakkan diagnosis DM.
1) DM terdiagnosis: Gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL (11.1 mmol/L) dengan gejala-
gejala DM
Alasan penetapan batas glukosa darah ini berdasarkan bukti ilmiah dan penelitian yang
menunjukkan bahwa pada kadar gula darah tersebut, seseorang memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami komplikasi akibat DM. Pada kadar gula darah yang melebihi batas
tersebut, tubuh mengalami kesulitan dalam menggunakan glukosa sebagai sumber energi
yang dapat menyebabkan berbagai gejala dan komplikasi DM.

12. Jelaskan kriteria batas normal, DM, Prediabetes, berdasarkan hasil glukosa darah
Kriteria batas normal, diabetes mellitus (DM), dan prediabetes berdasarkan hasil glukosa
darah
1. Batas Normal
Gula darah puasa normal: Biasanya dianggap normal jika hasil pemeriksaan gula
darah puasa (tidak makan atau minum selama minimal 8 jam) berada pada rentang
70-99 mg/dL.
2. Prediabetes
Prediabetes adalah kondisi di mana kadar gula darah lebih tinggi dari batas normal,
tetapi belum mencapai kadar diabetes. Prediabetes meningkatkan risiko seseorang
untuk mengembangkan diabetes tipe 2 di masa depan. Kriteria prediabetes
berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah
Gula darah puasa prediabetes: 100-125 mg/dL.
a. Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes mellitus adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat mengatur
kadar gula darah secara efektif, yang menyebabkan kadar gula darah
meningkat secara kronis. Kriteria diagnosis diabetes mellitus berdasarkan
hasil pemeriksaan gula darah
- Gula darah puasa diabetes: 126 mg/dL atau lebih tinggi.
- Gula darah sewaktu diabetes: 200 mg/dL atau lebih tinggi, dengan
gejala seperti sering buang air kecil, haus berlebihan, dan berat badan
turun tanpa sebab.

Kasus Tn K

 Hasil gula darah puasa pagi ini adalah 115 mg/dL, yang berada dalam batas
normal (70-99 mg/dL).
 Namun, penting untuk diingat bahwa kondisi Tn. Karim adalah seorang
penderita diabetes melitus yang sedang dalam terapi dengan insulin dan
metformin. Pengobatan diabetes perlu dikelola dengan hati-hati, terutama
dalam mengatur dosis insulin sesuai dengan asupan makanan dan tingkat
aktivitas fisiknya.
 Gejala yang muncul setelah mendapatkan terapi insulin dan tidak makan
karena mual, seperti kepala pusing, berat badan lemas, keringat dingin,
gemetar, dan lapar, kemungkinan disebabkan oleh hipoglikemia (kadar gula
darah rendah). Hal ini terjadi ketika dosis insulin yang diberikan terlalu tinggi
dibandingkan dengan asupan makanan, sehingga menyebabkan penurunan
tajam dalam kadar gula darah.
 Hasil pemeriksaan gula darah setelah gejala tersebut adalah 50 mg/dL, yang
mengindikasikan bahwa Tn. Karim mengalami hipoglikemia.

Aktivitas II: Penyelesaian Soal 4-6 berdasarkan Kasus 2

Kasus 2
Seorang perempuan a.n. Ny. Mur usia 57 tahun, pekerjaan PNS, dirawat di ruang penyakit dalam
wanita karena infeksi saluran kemih (ISK). Klien menderita DM sejak 10 tahun dengan terapi novomix
12-15u dan kontrol teratur. Terakhir suntik pagi 15u. Hasil lab menunjukkan GDS 628 mg/dL, A1c
9,7%, keton 0,7 dan pH 7,1. Saat ini klien mengeluh sering kencing dan mual.

Soal

b. Jelaskan dasar dan alasan penetapan batas kadar HbA1c untuk diagnosis DM
Dasar dan alasan penetapan batas kadar HbA1c untuk diagnosis diabetes mellitus (DM)
HbA1c (Hemoglobin A1c) adalah parameter laboratorium yang mengukur persentase
hemoglobin yang terikat dengan glukosa dalam darah selama periode hidup sel darah merah
(sekitar 2-3 bulan terakhir). Kadar HbA1c mencerminkan rata-rata kadar glukosa darah
dalam waktu lama, sehingga dapat digunakan sebagai indikator kontrol gula darah jangka
panjang.
Alasan menggunakan HbA1c untuk diagnosis DM
1. Akurasi: Pengukuran HbA1c yang tepat dapat memberikan informasi yang
andal tentang kontrol gula darah dalam jangka waktu yang lebih lama daripada
hanya mengandalkan pemeriksaan glukosa darah acak atau puasa.
2. Faktor waktu: Pemeriksaan gula darah puasa atau acak hanya memberikan
gambaran gula darah pada saat pengambilan sampel. Hal ini dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor sementara seperti makanan, olahraga, atau stres. Namun,
HbA1c mencerminkan kontrol gula darah rata-rata selama beberapa minggu
hingga bulan terakhir.
3. Pengukuran mandiri: Pengukuran HbA1c bisa dilakukan kapan saja tanpa
persyaratan puasa, sehingga lebih praktis dan mudah diakses oleh pasien.

Batas kadar HbA1c untuk diagnosis DM telah ditetapkan oleh American Diabetes Association
(ADA) dan organisasi kesehatan lainnya. Berdasarkan konsensus yang ada, batas diagnosis
DM adalah HbA1c ≥ 6,5%. Jadi, jika hasil HbA1c seorang pasien melebihi atau sama dengan
6,5%, maka pasien dapat didiagnosis mengalami diabetes mellitus.
Dalam kasus Ny. Mur, hasil HbA1c-nya adalah 9,7%, yang jelas melebihi batas diagnosis
diabetes (6,5%). Hal ini menegaskan bahwa Ny. Mur mengalami diabetes mellitus dengan
kontrol gula darah yang buruk (kadar glukosa darah yang tinggi). Tingginya kadar glukosa
darah (GDS 628 mg/dL) dan adanya keton (0,7) serta pH darah yang rendah (7,1)
menunjukkan adanya kondisi ketoasidosis diabetik, yang dapat terjadi ketika diabetes tidak
terkontrol dengan baik. Oleh karena itu, Ny. Mur memerlukan perawatan dan penyesuaian
terapi untuk mengatasi kondisi ketoasidosis diabetik dan meningkatkan kontrol gula
darahnya.

c. Memahami batasan atau kriteria batas normal, DM, Prediabetes, berdasarkan HbA1c

1. Batas Normal:
HbA1c normal biasanya berada di bawah 5,7%.
2. Prediabetes:
HbA1c prediabetes berada pada rentang 5,7% hingga 6,4%. Ini menandakan
peningkatan risiko untuk mengembangkan diabetes tipe 2 di masa depan, tetapi
belum mencukupi untuk diagnosis diabetes.

1. Diabetes Mellitus (DM)


HbA1c untuk diagnosis diabetes adalah 6,5% atau lebih tinggi. Jika
seseorang memiliki hasil HbA1c yang sama atau lebih tinggi dari 6,5%,
maka diagnosis diabetes mellitus bisa ditegakkan.

Untuk kasus Ny. Mur, hasil HbA1c-nya adalah 9,7%, yang jelas berada di atas batas diagnosis
diabetes (6,5%). Hal ini menegaskan bahwa Ny. Mur mengalami diabetes mellitus dengan
kontrol gula darah yang buruk. HbA1c yang tinggi menunjukkan bahwa gula darah rata-rata
selama 2-3 bulan terakhir sangat tinggi, dan hal ini perlu segera ditangani dengan perubahan
terapi dan manajemen gula darah yang lebih baik.
Perlu dicatat bahwa HbA1c adalah alat diagnostik yang penting dan efektif untuk penilaian
kontrol gula darah jangka panjang pada pasien diabetes. Namun, bukan satu-satunya alat
diagnostik yang digunakan dalam manajemen diabetes. Selain HbA1c, hasil pemeriksaan
glukosa darah puasa atau acak, serta gejala klinis dan riwayat medis pasien, juga menjadi
pertimbangan untuk diagnosis dan manajemen diabetes secara keseluruhan.

Aktivitas III: Penyelesaian Soal 5-7 berdasarkan Kasus 3

Kasus 3
Seorang lak-laki a.n. Tn. T usia 56 tahun mengeluh nyeri dada sebelah kiri. Klien didiagnosa IMA dan
dianjurkan tirah baring. Menurut klien selama ini tidak merasakan keluhan apa-apa pada jantungnya,
yang dirasakan hanya dulu kaki sering kesemutan dan sekarang terasa baal. Klien menderita DM
sejak 11 tahun yang lalu. Dulu kaki pernah luka akibat tertusuk duri saat berjalan tanpa menggunakan
sandal, saat itu klien tidak merasa. Saat ini klien juga mengeluh mual dan muntah sering kali makan
dan minum. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan kulit kaki terlihat kering dan teraba dingin.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kolesterol total 227 mg/dl, trigliserida=314; GDP=408 mg/dl;
Gula darah 2 Jam PP=536 mg/dl. Troponin T positif, tekanan darah 180/90 mmHg.
Soal
d. Jelaskan tanda-tanda yang menunjukkan komplikasi dari diabetes mellitus pada kasus 3 di atas
Tanda-tanda yang menunjukkan komplikasi dari diabetes mellitus pada kasus Tn. T
1. Nyeri dada (Angina)
Nyeri dada sebelah kiri yang dirasakan oleh Tn. T dapat menunjukkan adanya angina,
yaitu nyeri dada yang terjadi karena suplai darah ke jantung tidak mencukupi.
Angina dapat terjadi sebagai akibat penyempitan atau sumbatan pembuluh darah
koroner yang menyuplai darah ke jantung. Kondisi ini berkaitan dengan risiko
penyakit jantung yang lebih tinggi pada penderita diabetes mellitus.
2. Neuropati perifer (Kaki kesemutan dan baal)
Tn. T mengalami gejala neuropati perifer, yaitu gangguan pada saraf di ekstremitas,
khususnya kaki. Kaki sering kesemutan dan baal menandakan adanya kerusakan
saraf perifer akibat diabetes yang tidak terkontrol. Neuropati perifer dapat
menyebabkan hilangnya sensasi nyeri, panas, atau dingin pada kaki, sehingga luka
atau cedera pada kaki bisa tidak terdeteksi secara dini dan berpotensi menyebabkan
masalah serius.
3. Ulkus diabetik (Luka kaki)
Kaki Tn. T pernah mengalami luka akibat tertusuk duri saat berjalan tanpa
menggunakan sandal dan saat itu dia tidak merasakannya. Luka yang tidak dirasakan
atau tidak disadari pada kaki merupakan tanda dari komplikasi neuropati diabetik
yang lebih lanjut. Neuropati menyebabkan penurunan sensasi pada kaki, sehingga
pasien tidak merasakan nyeri atau ketidaknyamanan saat mengalami luka atau
cedera, yang kemudian bisa berkembang menjadi ulkus diabetik.
4. Gastroenteropati diabetik (Mual dan muntah sering)
Mual dan muntah yang sering dialami oleh Tn. T bisa menjadi tanda dari komplikasi
diabetes yang melibatkan gangguan pada saluran pencernaan, yang dikenal sebagai
gastroenteropati diabetik. Komplikasi ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan
dan penyerapan makanan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan gejala mual
dan muntah.
5. Kolesterol Tinggi dan Hipertensi
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kolesterol total tinggi (227 mg/dL)
dan tekanan darah tinggi (180/90 mmHg). Diabetes mellitus yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan gangguan metabolisme lipid dan mempengaruhi fungsi
pembuluh darah, yang berkontribusi pada peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular seperti aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah akibat
penumpukan plak), hipertensi, dan risiko serangan jantung atau stroke.
6. Gula Darah Tinggi (Hiperglikemia)
Hasil pemeriksaan gula darah menunjukkan tingkat gula darah yang sangat tinggi
(Gula darah 2 Jam PP = 536 mg/dL). Hiperglikemia yang parah seperti ini bisa
menyebabkan berbagai gejala seperti mual, muntah, dan dehidrasi. Hiperglikemia
yang berkepanjangan dan tidak terkontrol dapat menyebabkan berbagai komplikasi
jangka panjang pada organ tubuh, termasuk jantung, ginjal, mata, dan saraf.

e. Jelaskan arti pemeriksaan laboratorium (kolesterol total, trigliserida, GDP, Gula darah 2 Jam PP,
Troponin T positif) dan berapa batasan normal.
Berikut adalah arti dari hasil pemeriksaan laboratorium pada kasus Tn. T, beserta batas
normal untuk masing-masing parameter
1. Kolesterol Total
Kolesterol total adalah jumlah total kolesterol dalam darah, yang mencakup
kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL). Kolesterol merupakan salah satu
faktor risiko penting untuk penyakit jantung dan pembuluh darah.
Batas normal kolesterol total bervariasi berdasarkan faktor risiko dan kondisi medis
seseorang. Namun, dalam umumnya, batas normal kolesterol total adalah kurang
dari 200 mg/dL. Pada kasus Tn. T, hasilnya adalah 227 mg/dL, yang menunjukkan
bahwa kolesterol totalnya berada di atas batas normal.
2. Trigliserida
Trigliserida adalah bentuk lemak yang ada dalam darah dan merupakan salah
satu tanda dari metabolisme lipid. Tingginya tingkat trigliserida juga dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Batas normal trigliserida juga bervariasi tergantung pada faktor risiko dan
kondisi medis. Namun, dalam umumnya, batas normal trigliserida adalah
kurang dari 150 mg/dL. Pada kasus Tn. T, hasilnya adalah 314 mg/dL, yang
menunjukkan bahwa tingkat trigliseridanya juga berada di atas batas normal.
3. Gula Darah 2 Jam PP (Postprandial)
Gula darah 2 Jam PP adalah pengukuran kadar glukosa dalam darah 2 jam setelah
makan. Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang bagaimana tubuh mengatur
gula darah setelah mengonsumsi makanan.
Batas normal gula darah 2 Jam PP biasanya kurang dari 140 mg/dL. Pada kasus Tn.
T, hasilnya adalah 536 mg/dL, yang menunjukkan bahwa gula darahnya jauh di atas
batas normal.
4. Troponin T
Troponin T adalah marker enzim jantung yang digunakan untuk mengevaluasi
kerusakan otot jantung. Troponin T positif menunjukkan adanya kerusakan atau
cedera pada otot jantung, seperti yang terjadi pada infark miokard (serangan
jantung).
Batas normal troponin T bervariasi tergantung pada laboratorium yang melakukan
pemeriksaan. Umumnya, hasil troponin T yang dianggap positif menunjukkan nilai
di atas nilai batas atas referensi laboratorium.
f. Jelaskan hubungan antara kadar glukosa darah dan HbA1c dengan risiko komplikasi
kardiovaskuler
1. Glukosa darah
Glukosa darah adalah kadar gula atau glukosa yang terdapat dalam darah pada
suatu waktu tertentu. Peningkatan glukosa darah yang berkepanjangan, seperti
pada penderita diabetes, dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan
organ-organ penting, termasuk jantung dan pembuluh darah. Jika glukosa darah
tinggi dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan aterosklerosis, yaitu
penumpukan lemak dan plak di dalam dinding arteri, yang bisa menyebabkan
penyakit jantung koroner (PJK) dan risiko serangan jantung.
2. HbA1c (Glikosilasi Hemoglobin)
HbA1c merupakan bentuk hemoglobin yang telah terikat oleh glukosa selama masa
hidup sel darah merah, yaitu sekitar 2-3 bulan. HbA1c menggambarkan rata-rata
kadar glukosa darah dalam waktu 2-3 bulan terakhir sebelum pengukuran. Kadar
HbA1c yang tinggi menunjukkan bahwa kadar glukosa darah rata-rata selama
beberapa bulan terakhir juga tinggi.
Hubungan dengan Risiko Komplikasi Kardiovaskuler: Kadar glukosa darah yang tinggi pada
penderita diabetes menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan berkontribusi terhadap
aterosklerosis. Jika aterosklerosis terjadi di arteri yang memasok jantung, maka risiko
terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) dan serangan jantung meningkat. Selain itu,
glukosa darah yang tinggi juga dapat menyebabkan disfungsi endotel (lapisan dalam
pembuluh darah) yang mengarah pada penyempitan pembuluh darah, peningkatan tekanan
darah, dan risiko komplikasi kardiovaskuler lainnya
HbA1c mencerminkan tingkat kontrol glukosa darah dalam jangka waktu yang lebih lama,
jadi penderita diabetes dengan HbA1c tinggi cenderung memiliki risiko lebih tinggi terkena
komplikasi kardiovaskuler. Peningkatan risiko komplikasi kardiovaskuler juga dapat terjadi
bahkan jika penderita tidak merasakan gejala kardiovaskuler sebelumnya, seperti pada kasus
Tn. T yang sebelumnya tidak merasakan keluhan apa-apa pada jantungnya.
Dalam kasus Tn. T, kadar glukosa darah yang tinggi (gula darah 2 Jam PP=536 mg/dl) dan
HbA1c yang mungkin tinggi (tidak disebutkan dalam riwayat), dapat meningkatkan risiko
terjadinya komplikasi kardiovaskuler, terutama karena ia juga memiliki faktor risiko lain
seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol yang tidak normal. Oleh karena itu, pengendalian
glukosa darah dan HbA1c menjadi sangat penting untuk mencegah atau mengurangi risiko
komplikasi kardiovaskuler pada penderita diabetes.
Dokumentasi Diskusi:

Anda mungkin juga menyukai