DAFTAR ISI
1
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
BAGIAN I
URGENSI PETA JALAN PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DI RANAH DARING
1 Dokumen ini berjudul “Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Internet (Sebuah Pengantar)” yang
terbit pada 18 Agustus 2017. Saat itu, Kemkominfo mendapatkan dukungan langsung dari beberapa pihak, yakni
KPAI, UNICEF, ICT Watch, PUSKAKOM UI, Relawan TIK, ID-COP, dan IGF Indonesia dalam proses penyusunan
dokumen ini. Selain itu, masih banyak lagi pemangku kepentingan (baik dari unsur pemerintah maupun non-
pemerintah) yang terlibat dalam rangkaian kegiatan penyusunan pengantar peta jalan ini.
2 ID-COP resmi dibentuk pada Mei 2015. Merupakan aliansi beberapa elemen pemerintah dan
nonpemerintah yang konsen pada isu perlindungan anak di ranah daring. Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan KPAI adalah contoh keterwakilan unsur pemerintah di ID-COP. Sementara itu
dari non-pemerintah, beberapa organisasi yang tergabung antara lain; ECPAT Indonesia,ICT Watch, SEJIWA, Save
the Children Indonesia, Terre des Hommes (TdH), dan lain-lain.
2
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
3 Online grooming adalah metode paling popular yang digunakan pedofil untuk menjerat korbannya.
Mereka pedofil menggunakan berbagai aplikasi daring dengan cara membangun koneksi emosional kepada
korban.
4 Online game yang dimaksud adalah Hago. Salah satu pemberitaannya bisa disimak di
https://news.detik.com/berita/d-4644215/cari-korban-via-hago-tersangka-child-grooming-pasang-foto-abg-ganteng
5 Komitmen ini tercetus ke publik kali pertama pada acara Diskusi Publik dan FGD dengan tema “Arah
Kebijakan Perlindungan Anak di Internet” yang diselenggarakan oleh ID-COP pada 21 Februari 2019 di Balaikota
DKI Jakarta. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Safer Internet Day tahun 2019. Untuk
menegaskan komitmen ini, KPPPA kemudian menyelenggarakan sebuah kegiatan sebulan setelahnya. Kegiatan ini
dinamakan Forum Koordinasi Perlindungan Anak dari Kekerasan dengan topik “Melengkapi Peta Jalan
Perlindungan Anak Indonesia di Internet” pada 21-22 Maret 2019.
3
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
3. Dasar Hukum
Penyusunan peta jalan ini dilakukan berdasar pijakan legal formal. Pijakan yang
dimaksud adalah:
1) Undang-Undang Dasar 1945, Amandemen ke IV pasal 28b
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan
4
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Anak.
4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak
6) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2016 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2016 tentang
Perubahan kedua Undang-Undang Nomor 23 taun 2002 Tentang Perlindungan
Anak Menjadi Undang-Undang.
7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan
8) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
9) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Tindak Pidana
Perdagangan Orang
10) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi .
11) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
12) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak
13) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan
atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
14) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pengesahan
Pengesahan Optional Protocol To The Convention on the Rights of the Child on the
Sale of Children, Child Prostitution and Child Pornography (Protokol Opsional
Konvensi Hak-Hak Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi
Anak)
15) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
5
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Selain itu, penyusunan peta jalan ini juga berpijak pada strategi nasional dan
operasional, diantaranya:
1) Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024
2) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Gerakan
Nasional Anti Kejahatan Seksual terhadap Anak
3) Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak Anak
PBB
4) Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2016 tentang Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI)
5) Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional dalam
Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Anak
6) Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 11
Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan Kabupaten/kota Layak Anak.
7) Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 2
Tahun 2010 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan terhadap Anak.
8) Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 4
Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kebijakan Partisipasi Anak dalam
Pembangunan
9) keputusan Menteri Kesehatan Nomor 126 Tahun 2009 tentang Pedoman
Penatalaksanaan Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan
Anak di Rumah Sakit.
10) Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor
Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan
Penanganan Kekerasan Terhadap Anak.
11) Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah Dalam Masa Darurat Penyebaran
Covid-19
6
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
6 Buku yang dimaksud adalah Buku Panduan Terminologi Perlindungan Anak dari Eksploitasi yang
diterbitkan oleh KPPPA pada 2019.
7
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
2. Hak Anak
Pasal 1 ayat (12) Undang-Undang (UU) Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
Pertama Atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dijelaskan bahwa hak
anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi
oleh orang tua, keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak (KHA) melalui Keputusan Presiden
Nomor 36 Tahun 1990. Ratifikasi tersebut merupakan wujud nyata komitmen
pemerintah dalam memberikan jaminan atas pemenuhan hak dan perlindungan
seluruh anak Indonesia. Dalam Mukadimah KHA disebutkan bahwa “anak, karena
alasan ketidakdewasaan fisik dan jiwanya, membutuhkan perlindungan dan
pengasuhan khusus, termasuk perlindungan hukum yang tepat, baik sebelum dan juga
sesudah kelahiran”. Ada empat prinsip yang terkandung di dalam Konvensi Hak Anak,
yakni:
a. Prinsip Non Diskriminasi. Setiap negara peserta akan menjamin hak yang diatur
dalam konvensi ini untuk semua anak yang berada dalam wilayah hukum mereka
tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun, termasuk ras, warna kulit, asal-usul
kebangsaan, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik, etnis, status sosial,
cacat atau tidak, dan diskriminasi lainnya.
b. Prinsip Terbaik Bagi Anak. Kepentingan terbaik anak harus menjadi pertimbangan
utama dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah atau badan legislatif.
c. Prinsip Atas Hak Hidup, Kelangsungan & Perkembangan. Negara peserta
8
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
mengakui bahwa setiap anak memiliki hak yang melekat atas kehidupan dan
menjamin sampai batas maksimal kelangsungan hidup dan perkembangan anak.
d. Prinsip Penghargaan Terhadap Pendapat Anak. Negara peserta menjamin agar
anak akan memperoleh hak untuk menyatakan pendapat/ pandangan dan
pandangan tersebut akan dihargai sesuai dengan tingkat usia dan kematangan
anak.
9
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
online.
● Memiliki integritas, konsisten dalam mendidik.
● Mampu menjadi pendidik, pendamping dan pelindung anak, hadir terlibat dalam
kehidupan anak, baik dalam kehidupan nyata maupun di ranah daring.
● Mampu memanfaatkan teknologi digital, khususnya yang terkait dengan tumbuh
kembang putra-putrinya.
● Dapat mengajak anak memilih dan memilah konten-konten yang baik untuk
anak.
● Mendampingi anak di ranah online dan berkomunikasi tentang hal-hal yang
menguatkan wawasan anak.
● Memahami screen breaks, free screen zone, serta screen time bagi anak sesuai
perkembangan usianya.
● Memasang parental control pada hp anak.
● Mampu berkomunikasi asertif, menang-menang dan berempati (orangtua yang
FAB: Funky, Asyik, Bergaul, sehingga selalu dekat dengan anak).
● Mampu menginspirasi anak, mempengaruhi dan membangun kebiasaan anak
yang baik, di ranah kehidupan yang nyata maupun di ranah daring.
10
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
● Orangtua banyak yang tidak sadar akan adanya konten-konten negatif pada anak,
sehingga cenderung membiarkan anak dengan gawainya, dan terjadilah pembiaran.
Peran orangtua sebagai pendidik, pendamping dan pelindung anak tidak dipenuhi.
● Kedekatan orangtua tergantikan oleh kedekatan anak dengan gawainya, dan orangtua
tidak sadar akan dampak-dampaknya.
● Ketika anak telah sulit diatur, orangtua cenderung memarahi, sehingga anak semakin
mencari pelarian, sayangnya pelarian yang paling mudah adalah kepada gawainya.
● Ketika anak sudah terlalu larut pada gawainya, orangtua tidak juga segera sadar, yang
terjadi adalah orang tua cenderung menyerah hingga akhirnya anak sudah benar-benar
tidak tertarik sekolah, bergaul maupun melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari
Selain realitas tersebut di atas, berbagai potensi kekerasan pada anak di ranah daring juga
mengintai anak-anak milenial. Berikut data dan fakta dari baik dari riset, survey maupun
pemberitaan media.
1. Kekerasan pada Anak di Ranah Daring
Peta jalan ini dibuat salah satunya atas dasar semakin dinamisnya isu dan tantangan
perlindungan anak secara global, termasuk di Indonesia. Hal ini tak terlepas dari
pesatnya perkembangan teknologi digital. Saat ini, pengguna internet[1] dan
penetrasinya di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Survei APJII pada tahun
2019-2020 menunjukkan pengguna internet di Indonesia sebesar 196,71 juta jiwa,
dengan penetrasi sebesar 73,7% dari jumlah populasi.[2] Jumlah ini meningkat cukup
pesat dibanding survei serupa di tahun sebelumya yang menyebutkan jumlah
pengguna internet di Indonesia tahun 2018 sebesar 171,17 juta jiwa.
Selain menghadirkan banyak manfaat, teknologi digital juga mempengaruhi situasi
keselamatan anak di ranah daring. Minimnya daya filter anak saat beraktivitas secara
daring, tentu mendekatkan mereka pada risiko keselamatan mereka.
Menurut ASEAN Cyber Wellness Training of Tutors (2017), paling tidak ada 3 jenis
kasus yang berkaitan dengan anak di dunia siber (baca; online/daring). Pertama, cyber
abuse/kekerasan siber, yaitu kasus dimana perangkat siber digunakan sebagai alat
untuk tujuan-tujuan yang berbahaya. Baik dilakukan oleh orang dewasa atau juga
11
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
anak. Anak memungkinkan menjadi korban, dan tidak menutup kemungkinan menjadi
pelaku. Contoh atau bentuknya antara lain; eksploitasi seksual daring, self harm dan
suicide, radikalisme, dan lain-lain. Kedua, cyber addiction/adiksi siber, yaitu kasus
dimana anak mengalami ketergantungan pada kegiatan-kegiatan siber yang
menyebabkan mereka mengabaikan kegiatan-kegiatan di dunia nyata. Contoh atau
bentuknya antara lain; adiksi pornografi, adiksi game daring, dan lain sebagainya.
Ketiga, cyberbullying/perundungan siber, yaitu berbagai bentuk kekerasan, intimidasi,
dan ancaman yang ditujukan pada orang lain melalui perangkat siber.
Berikut penjelasan dari masing-masing contoh dan bentuk dari 3 jenis kasus yang
berkaitan dengan anak di dunia siber.
a. Eksploitasi seksual anak daring
kejahatan yang ditujukan kepada anak-anak dengan memanfaatkan informasi dan
teknologi sebagai media untuk mengkomunikasikan, mempertunjukkan,
mempertontonkan, atau mendistribusikan material pornografi anak atau aktivitas
seksual anak. Anak-anak dijadikan objek kekerasan seksual dan menjadi objek seks
komersial 7.
b. Adiksi pornografi
Atau kecanduan pornografi merupakan kasus dimana anak mengalami
ketergantungan pada gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar
bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya
melalui berbagai bentuk media komunikasi dan atau pertunjukan di muka umum,
yang memuat pencabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma
kesusilaan dalam masyarakat.8 Umumnya, proses kecanduan pornografi sebagai
berikut:
○ Melihat. Hanya butuh waktu sekejap saja bagi seseorang untuk memproses
gambar yang dilihat dan muncul rasa penasaran.
7 Buku Panduan Terminologi Perlindungan Anak dari Eksploitasi, Deputi Bidang Perlindungan Anak,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2019
8 Hal ini merujuk pada definisi pornografi yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008
Tentang Pornografi
12
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
○ Mulai kecanduan. Dirinya merasa senang dan nyaman, perasaan yang timbul
karena hormone dopamine telah dirilis oleh otak.
○ Penurunan kepekaan. Setelah melihat satu kali maka akan merasa bosan
kemudian mencari tayangan yang semakin meningkat kadar pornonya, begitu
seterusnya.
○ Peniruan perilaku. Terdorong untuk mempraktekan apa yang dilihatnya tanpa
bisa mengendalikan dirinya.
○ Merasa gelisah dan cemas ketika tidak berhasil menemukan pornografi.
Dampak bagi seorang anak yang sudah adiksi pornografi, antara lain:
○ Kerusakan pada otak
○ Penurunan prestasi akademik dan prestasi lainnya
○ Penyimpangan seksual
○ Anak-anak mulai melakukan aktivitas seksual
○ Meningkatnya kehamilan dini
○ Kecenderungan melakukan pelecehan seksual
○ Motivasi menurun
○ Meningkatnya kecemasan
○ Depresi
○ Sulit bermain dengan anak-anak sebaya karena fungsi kesenangan pada otak
yang berbeda dengan anak-anak lain
○ Minat yang menurun untuk bersosialisasi sehingga semakin menjauh dari
pergaulan dan kehidupan nyata
○ Kebiasaan baik yang semakin hari semakin dilupakan
c. Cyber bullying
Menurut Zahro dan Alfiasari (2018), cyberbullying terjadi ketika seseorang
melecehkan, menghina, atau mengejek seorang anak menggunakan media internet
melalui ponsel atau perangkat elektronik lainnya. Contoh dan bentuknya antara
lain:
13
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
14
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
2. Hasil Studi
Berbagai bentuk risiko/ dampak negatif dari penggunaan gawai dan internet bagi anak
yang dipaparkan di atas memang benar-benar menjadi fakta berdasarkan berbagai
studi/penetilian yang dilakukan oleh berbagai pihak.
Cyberbullying
49% anak telah mengalami cyberbullying di media sosial ( APJII, 2019).
9 Menurut TechTerm, jejak digital merupakan jejak data yang tertinggal saat seseorang menggunakan
internet. Bentuk jejak digital bisa bermacam-macam mulai dari situs yang pernah dikunjungi, surel yang dikirimkan,
dan beragam informasi yang sempat dikirim atau dibagikan secara daring (online), seperti blog, meia sosial dan lain
sebagainya.
15
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
wilayah kerja Down to Zero di masa pandemi COVID-19, studi ini menemukan 3 dari 10
responden anak mengalami kejahatan dalam bentuk eksploitasi seksual anak online,
mulai dari dikirimi gambar/video porno hingga diminta untuk membuat baju atau
berpose di depan kamera tanpa berpakaian. Kondisi ini diperburuk karena sekitar 64
persen responden tidak didampingi oleh orang tua ketika mengakses internet. Hal ini
menyebabkan risiko anak mengalami eksploitasi seksual di ranah daring juga semakin
tinggi (Survei ECPAT Indonesia, 2020).
Adiksi Pornografi
Paparan konten pornografi memberikan banyak dampak buruk bagi anak. Salah satu
studi terkini menunjukkan bahwa paparan konten pornografi menjadi faktor dominan
dalam mendorong anak melakukan delinkuensi dalam bentuk kekerasan seksual kepada
anak.
Studi kuantitatif yang dilakukan ECPAT Indonesia dan Kementerian Sosial terhadap anak
yang melakukan kekerasan seksual terhadap anak lainnya menemukan, paparan konten
pornografi dan teman sebaya sebagai faktor yang paling signifikan dalam mendorong
anak untuk melakukan kekerasan seksual terhadap anak lainnya (ECPAT Indonesia dan
Kementerian Sosial RI, 2017).
10 Catahu atau Catatan tahunan Komnas Perempuan merupakan catatan pendokumentasian berbagai
kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dan ditangani oleh berbagai lembaga negara, lembaga
layanan maupun yang dilaporkan ke Komnas Perempuan.
16
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Hacking Peretasan 4
17
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Perempuan. Angka ini naik dari tahun sebelumnya (lihat Catahu Komnas Perempuan
2017). Hasil pengolahan data kasus siber ini juga menemukan bahwa tindakan/perilaku
women cyber violence yang teridentifikasi dari tiap-tiap kasus dari 97 aduan perkara
terjadi di 125 tindakan/ perilaku (Komnas Perempuan; 2019).
18
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Data CATAHU selama 3 tahun terakhir menemukan bahwa ada pelaku usia anak, jika
dibagi dengan penduduk usia yang sama, 7 anak per 1.000.000 usia anak kurang dari 18
tahun berpotensi menjadi pelaku per tahun. Dengan kata lain setiap hari rata-rata dua
anak menjadi pelaku kekerasan (Komnas Perempuan; 2020).
Komnas perempuan memang tidak secara implisit menunjukan angka KGBO terhadap
anak, namun bila melihat perbandingan tersebut anak-anak menjadi kelompok yang
cukup rentan dalam menjadi korban.
19
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Hingga pertengahan tahun 2020 tercatat bahwa ada sekitar 196,71 Juta Jiwa pengguna
internet di Indonesia dari perbandingan sekitar 266,91 Juta jiwa penduduk Indonesia.
Atau dapat dikatakan sekitar 73,7% penduduk indonesia mengakses Internet. Bila
melihat sebaran pulau-pulau besar, Pulau Jawa merupakan pulau yang paling banyak
menyumbangkan penetrasi Internet di Indonesia yakni sekitar 56,4% dari seluruh
pengguna internet di Indonesia (Survei APJII; 2020). Dari tahun ketahun jumlah
pengguna internet di Indonesia terus meningkat, pada tahun 2013 jumlah pengguna
internet 71,19 Juta. Dari tahun 2013 hingga pertengahan 2020 terjadi peningkatan
hampir 3 kali lipat (Survei APJII ; 2015).
Perkembangan teknologi internet di Indonesia tidak terlepas dari kebijakan pemerintah
Indonesia yang mengeluarkan program-program go online atau go digital. Pada tahun
2010 pemerintah Indonesia memiliki program MPLIK (Mobil Pusat Layanan Internet
Kecamatan). MPLIK diluncurkan Kominfo, sebagai bagian dari program layanan USO,
yang menghadirkan layanan dasar (voice) sampai layanan data (internet) (Detik.com ;
2020). Selain itu bersamaan dengan MPLIK, Pemerintah memiliki program PLIK -
SP. .Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menggelar program pusat layanan
internet kecamatan (PLIK) sebanyak 5.748 titik di setiap ibu kota kecamatan yang
termasuk dalam wilayah universal telekomunikasi (Kominfo.go.id : 2012).
Peningkatan infrastruktur internet lainnya adalah pembangunan infrastruktur palapa
ring. Gagasan Palapa ring ini sudah ada sejak tahun 2005. Palapa Ring merupakan
proyek infrastruktur telekomunikasi berupa pembangunan serat optik di seluruh
Indonesia sepanjang 36.000 kilometer. Proyek itu terdiri atas tujuh lingkar kecil serat
optik (untuk wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan
Maluku) dan satu backhaul untuk menghubungkan semuanya (Kominfo.go.id ; 2013).
Pada tanggal 14 Oktober 2019, presiden Joko Widodo meresmikan pembangunan
jaringan palapa ring sebagai tulang punggung jaringan Optik di Indonesia. Wilayah
pembangunan Palapa ring ini terdiri dari tiga wilayah yakni Barat, tengah dan Timur.
Dengan adanya jaringan ini maka Indonesia telah memiliki jaringan yang memungkinkan
setiap daerah dapat mengakses Internet dengan cepat (Kominfo.go.id ; 2019)
20
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
11 Salah satu highlight sasaran 2024 pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tertuang dalam
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2020-2024
21
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Terkait Perlindungan Anak di Ranah Daring, GCI mengukur dari aspek-aspek berikut:
● Regulasi keamanan siber: apakah terdapat regulasi terkait perlindungan anak
daring
● Teknikal: apakah terdapat lembaga negara yang secara khusus di bidang
perlindungan anak di ranah daring, ketersediaan nomor telepon pengaduan
khusus yang bersifat nasional terkait dengan masalah-masalah yang muncul
terkait anak di ranah daring, adanya mekanisme secara teknis untuk
membentuk melindungi anak di ranah daring, aktivitas oleh organisasi
pemerintah atau non-pemerintah yang menyediakan pengetahuan dan
dukungan untuk pemangku kepentingan lainnya tentang bagaimana
melindungi anak di ranah daring
Indonesia pada pengukuran GCI di tahun 2018 menempati peringkat 41 dari 175
negara. Walaupun cukup baik tetapi beberapa item pengukuran terkait
perlindungan anak di ranah daring di Indonesia masih banyak yang harus diperbaiki.
Inisiatif dan aktivitas terkait hal tersebut sudah banyak dilakukan baik oleh
pemerintah maupun non-pemerintah, akan tetapi terkait regulasi dan teknikal
perlindungan anak ranah daring secara nasional masih perlu dikembangkan.
23
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
BAGIAN II
PROGRAM DAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN ANAK DI RANAH DARING SEJAUH INI
Internet dan teknologi digital telah membuka cara baru bagi anak-anak untuk
berkomunikasi, belajar dan bermain, menikmati musik, dan terlibat dalam beragam
kegiatan budaya, pendidikan, dan peningkatan keterampilan. Namun, mereka juga
terpapar pada berbagai konten, kontak, dan perilaku berbahaya di ranah daring.
Panduan ini dirancang untuk mencerminkan perubahan signifikan dalam lanskap digital
tempat anak-anak berada, seperti Internet of Things, mainan yang terhubung
(connected game), permainan daring (game online, robotika, pembelajaran mesin, dan
kecerdasan buatan.
Selain itu, panduan ini membahas kekosongan penting: situasi yang dihadapi oleh anak-
anak penyandang disabilitas, di mana dunia online menawarkan jalur kehidupan yang
sangat penting untuk partisipasi sosial yang penuh dan terpenuhi. Pertimbangan
kebutuhan khusus anak-anak migran dan kelompok rentan lainnya juga dimasukkan.
Panduan ini dirancang sebagai cetak biru yang dapat diadaptasi dan digunakan oleh
berbagai negara dengan mempertimbangkan budaya dan hukum setempat. Juga
mendorong pelibatan semua pemangku kepentingan yang relevan - pemerintah, sektor
swasta, orang tua dan guru, dan anak-anak itu sendiri - dalam diskusi seputar tindakan
dan tindakan yang ditargetkan untuk menciptakan lingkungan daring yang lebih aman
24
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Panduan Perlindungan Anak di Ranah Daring terdiri dari empat bagian yang disesuaikan
dengan target utama: anak-anak, orang tua dan pendidik, industri, dan pembuat
kebijakan.
Panduan untuk anak ditekankan kepada bagaimana anak dapat mempelajari cara
mengelola risiko di ranah daring, sambil memberdayakan anak untuk menggunakan
hak dan terlibat dalam peluang yang ditawarkan Internet.
● Online with Sango – buku cerita daring untuk anak di bawah 9 tahun.
Menyajikan enam skenario dengan pertanyaan untuk anak pikirkan dan jawab
untuk mempelajari tentang hak dan keamanan di ranah daring. Dapat diakses
di: https://www.itu-cop-guidelines.com/storybook
● Work with Sango - Buku kerja untuk anak-anak usia 9-12 tahun yang berisi
tentang aktivitas bersifat edukasi yang bisa diselesaikan untuk mempelajari
hak-hak anak saat daring, dan juga risiko terhadap keamanan saat daring. Dapat
diakses di: https://www.itu-cop-guidelines.com/workbook
● The Net rules challenge: Kampanye media sosial untuk anak berusia 13 hingga
18 tahun, membantu mereka mempelajari cara mengelola risiko yang muncul di
25
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
ranah daring, dan mendukung mereka dalam pengalaman daring yang aman
dan positif. Dapat diakses di: https://www.itu-cop-guidelines.com/netrules
Panduan untuk orang tua dan pendidik ini bertujuan untuk membuat keluarga
memahami potensi risiko dan ancaman di ranah daring serta membantu
menumbuhkan lingkungan daring yang sehat di rumah, dan juga di kelas.
Panduan ini juga mencakup risiko dan bahaya utama bagi anak-anak saat online,
termasuk masalah privasi, perundungan siber, serta eksploitasi dan pelecehan
seksual (CSEA), juga memberikan perhatian tambahan pada dampak teknologi baru
dan yang sedang berkembang pada anak.
26
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
27
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Panduan untuk Orang Tua dan Pendidik lebih lengkap dapat dilihat di:
https://www.itu-cop-guidelines.com/parentsandeducators
Panduan untuk industri tentang Perlindungan Anak di Ranah Daring berfokus pada
perlindungan anak-anak di semua area dan dari semua risiko dunia digital.
Menyoroti praktik yang baik dari pemangku kepentingan industri yang dapat
dipertimbangkan dalam proses penyusunan, pengembangan, dan pengelolaan
bisnis perlindungan online anak kebijakan dan tindakan.
Pedoman ini juga bertujuan agar industri tetap dapat mengembangkan bisnisnya
sambil memahami tanggung jawab hukum dan moral terhadap anak dan
masyarakat.
Panduan ini juga menyoroti beberapa area kunci untuk melindungi dan
mempromosikan hak-hak anak seperti:
28
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Di beberapa negara, perlindungan dan keselamatan anak di dunia maya sudah ada
regulasinya, di Amerika Serikat (AS) salah satunya. AS memiliki Children's Online Privacy
Protection Act of 1998 (COPPA). Undang-undang tersebut, berlaku mulai tanggal 21 April
2000. UU ini terkait pengumpulan informasi pribadi secara online oleh orang atau
entitas di bawah yurisdiksi AS tentang anak-anak di bawah usia 13 tahun termasuk anak-
anak di luar AS, jika entitas tersebut berbasis di AS.
29
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
digital seperti yang ditunjukkan oleh Network Readiness Index, Indonesia berada pada
peringkat 73 dari 139 negara. Sementara negara-negara yang setara memiliki kesiapan
yang lebih baik, seperti Malaysia (peringkat 31), Turki (48), China (59), Thailand (62).
Indonesia memiliki keunggulan dalam harga, namun jauh tertinggal dalam infrastruktur
dan pemanfaatan oleh masyarakat.
Kesiapan Indonesia untuk mengadopsi dan mengeksplorasi teknologi digital yang
mampu mendorong transformasi dalam pemerintahan, model usaha dan pola hidup
masyarakat juga kurang. Hal ini ditunjukkan oleh data World Digital Competitiveness
Ranking tahun 2019 di mana Indonesia berada pada peringkat ke 56 dari 63 negara.
Cara beradaptasi, pendidikan dan pelatihan, ekosistem teknologi dan integrasi
informasi teknologi menjadi isu-isu yang perlu ditangani agar Indonesia dapat
memanfaatkan kemajuan teknologi digital bagi pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan kualitas hidup. Tantangan lain yang dihadapi oleh Indonesia berkaitan
dengan pengembangan SDM, dan perlindungan anak menjadi isu penting di dalamnya.
The United Nations Convention on the Rights of the Child (UN-CRC) mengakui hak anak
untuk dilindungi dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan
pelecehan. Sehingga, individu dan organisasi yang bersinggungan dan berhubungan
dengan anak harus memastikan mereka dilindungi dan aman dari bahaya ketika
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.
30
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Padahal kemajuan teknologi dan pemanfaatan internet yang menjadi salah satu bagian
kehidupan anak, regulasi dan kebijakan menjadi suatu hal yang dibutuhkan untuk
melindungi dampak negatif dari pemanfaatan internet.
13 Dalam RPJMN 2020-2024 disebutkan bahwa “major project” ini diharapkan memiliki manfaat;
Berkurangnya kesenjangan digital, menyediakan layanan internet cepat untuk mendukung digitalisasi sektor
ekonomi, sosial, dan pemerintahan. Lebih detail lihat pada RPMJN 2020-204 bagian I.43
14 Selain transformasi digital, ada tujuan pembangunan berkelanjutan, gender, dan modal social budaya.
31
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Penyederhanaan Regulasi15
- Pendekatan Omnibus Law, yakni penggabungan beberapa ketentuan undang-
undang ke dalam satu undang-undang dengan membatalkan undang-undang
sebelumnya.
- Analisis dampak regulasi (Regulatory Impact Analysis/RIA) dan analisis biaya dan
manfaat (Cost and Benefit Analysis/CBA), dengan tujuan; mengurangi tumpang
tindih regulasi yakni dengan membentuk 1 regulasi baru dengan mencabut 2
aturan yang masih berlaku dan substansinya mengatur hal yang sama, regulasi
yang berorientasi tujuan, dan regulasi yang mengutamakan kualitas dibanding
kuantitas.
2. Penegakan Hukum
Dalam upaya menjamin keamanan dan keselamatan anak di ranah daring, tentunya
membutuhkan upaya penegakan hukum yang komprehensif. Indonesia sudah memiliki
serangkaian peraturan perundang-undangan dalam melindungi anak di situasi ranah
daring seperti yang tertulis dalam bagian I urgensi peta jalan perlindungan anak di
ranah daring.
Undang-undang tersebut tidak semuanya mengatur perlindungan anak secara
langsung, tetapi ada juga yang mengatur masalah perlindungan anak secara tidak
langsung, bahkan sebagian adalah ratifikasi konvensi (opsional protokol) internasional.
Namun demikian, semuanya memiliki relasi atau keterkaitan dengan perlindungan
anak di Indonesia.
32
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
33
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Upaya penegakan hukum juga memerlukan partisipasi public, dalam hal ini
pemerintah mendorong adanya pelaporan online yang bisa diakses masyarakat
diantaranya:
Tantangan dalam upaya penegakan hukum adalah memastikan seluruh APH memiliki
pengetahuan, komitmen dan keterampilan yang memadai dalam upaya penindakan,
sayangnya hal ini belum bisa diperoleh karena keterbatasan resources yang dimiliki,
belum lagi dengan adanya sistem mutasi atau pindah jabatan dalam waktu yang
pendek,
Tantangan lainnya adalah bagaimana memastikan Indonesia bisa memiliki data base
materi kekerasan seksual pada anak yang terkoneksi dengan database internet.
Sehingga upaya penuntutan dan penegakan hukum mampu membuahkan hasil
tuntutan dan putusan di pengadilan.
Di Indonesia belum tersedia focal point yang secara khusus menangani kejahatan
seksual pada anak secara daring. Ditambah lagi belum adanya peraturan perundang-
undangan di Indonesia yang bisa digunakan untuk menjerat pelaku “Grooming online”
3. Penanganan Korban
34
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Sejauh ini belum ada program penanganan korban kekerasan anak di ranah daring
secara khusus. Penanganannya masih menjadi bagian dari program penanganan
korban kekerasan lainnya. Beberapa layanan di lembaga yang memiliki otoritas
tersebut malah belum menyediakan layanan penanganan untuk anak secara terpisah,
sehingga tidak dibedakan dengan orang dewasa.
Berikut beberapa program yang dijalankan oleh pemerintah dan non-pemerintah (Civil
Society Organization/CSO) yang memasukkan pendampingan korban kekerasan
online16
a. KPPPA: Penjangkauan dan pendampingan kasus, melalui Unit Pelaksana Teknis
Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA). Hingga saat ini, UPTD PPA
sudah terbentuk di 28 Provinsi dan 70 Kabupaten/Kota di Indonesia. Berdasarkan
Peraturan Menteri PPPA Nomor 4 Tahun 2018, KPPPA juga bertanggung jawab
untuk memperkuat dan mengembangkan layanan UPTD PPA di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota.
KPPPA juga telah menyusun desain rencana strategis Penurunan Kekerasan
Terhadap Anak tahun 2020-2030, yang memprioritaskan aksi pencegahan kekerasan
pada anak dengan melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat; memperbaiki
sistem pelaporan dan layanan pengaduan kasus kekerasan pada anak; dan
melakukan reformasi besar-besaran pada manajemen penanganan kasus kekerasan
pada anak agar bisa dilakukan dengan cepat, terintegrasi, dan komprehensif.
Pelatihan UPTD PPA dilakukan dengan bekerjasama dengan Save the Children:
http://mkonline.stc.or.id/
b. Kominfo: Menyediakan akses pelaporan dan akses layanan melalui:
www.layanan.kominfo.go.id
c. KPAI: Memediasi pelanggaran hak anak, menerima dan menelaah pengaduan
masyarakat.
d. BNN:
- Program rehabilitasi napza, termasuk anak yg kecanduan napza dan games.
35
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
17 Kita-butuh-bicara-tentang-hubungan-orang-tua-dan-anak
18 Refleksi-seni-berbicara-dengan-diri-sendiri
36
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
4. Partisipasi Publik
37
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Microsoft, dan tiktok, belum lagi dengan adanya platform digital karya anak Indonesia
sendiri seperti gojek, ruang guru dan lain sebagainya. Perusahaan IT ini menawarkan
berbagai jasa kepada pengguna Internet.
Perkembangan industri teknologi digital tentunya dapat membawa potensi baik,
namun juga menjadi tantangan di pemerintah dalam membuat kebijakan. Potensi
tumbuhnya bisnis baru di IT, bahkan sampai penyalahgunaan IT itu sendiri.
(Perkembangan ekonomi digital di Indonesia, strategi dan sektor potensial,kominfo
2019)
Dalam pengembangan ekonomi dan peningkatan kesejahteraana masyarakat melalui
pengembagan IT pemerintah19 memiliki agenda prioritas
1) Pengembangan Infrastruktur Pitalebar termasuk Layanan 4G untuk
menghubungkan 497 kab/kota di indonesia.
2) Efisiensi Industri Telekomunikasi
3) Mendorong Peningkatan Jumlah Kandungan Dalam Negeri pada Alat dan
Perangkat Telekomunikasi
4) Mengintegrasikan Nomor Panggilan
5) Penataan Registrasi Prabayar
6) Mengurangi Peredaran Perangkat Telepon Seluler Ilegal
Tidak dipungkiri perkembangan teknologi juga membawa dampak perekonomian,
dalam hal ini Presiden Jokowi menyampaikan upaya Indonesia dalam penerapan
teknologi memiliki visi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara yang mencapai USD
130 miliar pada 2020,” terutama pengembangan industri start-up. Rencana aksi jangka
menengah dan jangka panjang telah diambil Indonesia untuk dapat mendorong
terwujudnya visi tersebut. Diantaranya adalah dengan pemberian akses pembiayaan
bagi UMKM dan perusahaan IT baru.20
19https://www.kominfo.go.id/content/detail/6859/program-prioritas-konektivitas-pita-lebar/0/pp_broadband
20 https://setkab.go.id/presiden-jokowi-visi-indonesia-wujudkan-ekonomi-digital-terbesar-di-asean/
38
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Visi, misi, dan strategi yang disusun dalam Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional (RIPIN 2015-2035) Bappenas adalah Indonesia Menjadi Negara Industri
Tangguh yang bercirikan:
1) struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat, dan berkeadilan;
2) industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global; dan
3) industri yang berbasis inovasi dan teknologi.
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, kemudian pemerintah melalui Policy Brief
Pengembangan Industri TIK (Kementerian PPN/BAPPENAS, 2018), pembangunan
industri nasional mengemban misi sebagai berikut:
1) meningkatkan peran industri nasional sebagai pilar dan penggerak
perekonomian nasional;
2) memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional;
3) meningkatkan industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta industri
hijau;
4) menjamin kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah
pemusatan atau penguasaan industri oleh satu kelompok atau perseorangan
yang merugikan masyarakat;
5) membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;
6) meningkatkan persebaran pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia
guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan
7) meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.
39
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
21 https://www.kominfo.go.id/content/detail/7479/tiga-jurus-tangani-penyalahgunaan-tik/0/berita_satker
22 https://indonews.id/artikel/26720/Enam-Kebijakan-Pemerintah-Optimalkan-Teknologi-untuk-Pembangunan/
40
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Di era situasi pandemik dimana aktivitas masyarakat saat ini beralih dari aktivitas
pertemuan tatap muka menjadi pertemuan jarak jauh dengan menggunakan fasilitas
internet dan gadget. Aktivitas daring menjadi aktifitas terbesar dalam keseharian
masyarakat, baik itu untuk urusan pekerjaan, pendidikan, hiburan, penyaluran hobi,
bahkan sampai ke bisnis.
Tentunya masyarakat dengan mudah mengakses informasi sebagian besar dari media
daring dengan keberagaman informasi yang ditawarkan. Kadang kala informasi yang
tidak tepat ataupun tidak layak untuk anak akhirnya terakses oleh anak juga. Sangat
41
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
diperlukan sekali panduan yang baku yang bisa digunakan dan menjadi standar oleh
media. Dalam Hal ini Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) telah menerbitkan pedoman
perilaku penyiaran dan standar program siaran yang menjadi acuan bagi industri
media dalam menyampaikan informasi. Namun pedoman ini berlaku untuk media
sosial yang digunakan oleh masyarakat.
Saat ini juga belum ada kewajiban pihak platform media sosial untuk melaporkan
konten yang menyalahi aturan atau konten yang melanggar undang-undang.
Meskipun beberapa platform media sosial melakukan pelaporan seperti itu kepada
negara asal perusahaan tersebut didirikan. Seperti contohnya perusahaan IT berbasis
dari Amerika memiliki kewajiban melaporkan insiden kekerasan/eksploitasi seksual
anak ke NCMEC sebagai Lembaga yang ditunjuk negara untuk memproses laporan
yang masuk dan menggunakannya untuk melakukan upaya pencegahan dan distribusi
ulang ke semua platform lainnya yang bekerjasama dengan NCMEC.
Saat ini inisiatif dari dunia industri IT khususnya di media sosial memiliki peran aktif
dalam melakukan edukasi ke masyarakat tentang literasi digital dan bekerjasama
dengan pemerintah juga dalam hal-hal melakukan kampanye yang mengedukasi
masyarakat tentang pentingnya literasi digital, diantaranya sebagai berikut:
● Kampanye TikTok saat Asian Games,
● Program Asah Digital Facebook,
42
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
● Program internet aman, smart school online dan tangkas berinternet oleh
Google dan lainnya.
Program semacam ini jelas berkontribusi dalam menciptakan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya literasi digital.
43
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
BAGIAN III
REKOMENDASI PROGRAM DAN KEBIJAKAN PEMANGKU KEPENTINGAN UNTUK
PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DI RANAH DARING LIMA TAHUN KE DEPAN
44
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
● Adanya hotline, mekanisme pelaporan dan sistem penanganan kasus yang terpadu,
bisa dijangkau oleh siapa saja, termasuk oleh anak, termasuk menyediakan layanan
konsultasi anak secara daring.
● Meningkatkan peran orang tua dan pengasuh lainnya di pengawasan dunia daring
untuk mencegah kekerasan anak online.
● Pemenuhan hak sebagai saksi, korban dan pelaku oleh pemerintah pusat dan pemda
dalam pengadilan pidana.
● Program rehabilitasi anak sebagai pelaku. Program ke depan seperti yang dicanangkan
BNN patut ditunggu dan kemudian bisa menjadi referensi. BNN berencana membuat
modul Perlindungan Anak di Ranah Daring untuk kelas khusus rehabilitasi rawat inap
anak pelaku antara lain tentang penggunaan gadget secara bijak.
● Mengoptimalisasikan fungsi dan peran Puskesmas PKPR untuk menjangkau remaja
dan anak muda korban atau rentan kekerasan pada anak secara daring.
Catatan RM:
● Kurang lebih usulan-usulan di atas sesuai dengan kerangka Global WeProtect
(komponen Perlindungan dan Pemberdayaan Korban) yaitu agar korban memiliki akses
kepada dukungan yang mereka butuhkan; adanya standar prosedur untuk pelaporan
gambar, material dan informasi lainnya untuk menyelamatkan korban dan di saat yang
sama melindungi identitas korban.
● Hanya satu yang belum secara spesifik disebutkan, meskipun bisa termasuk dalam
program rehabilitasi, yaitu pemberdayaan korban a.l. dalam kelompok anak (Increase
dedicated Child Advocacy Centres for all forms of child exploitation, Expand victims’
voice groups)
4. Partisipasi Publik
45
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
B. Matriks Rekomendasi
Dari paparan mengenai rekomendasi perlindungan anak Indonesia di ranah daring di atas,
berikut matriks rekomendasi yang mempermudah semua pemangku kepentingan untuk isu
ini.
Target Kebijakan dan tata kelola yang jelas terkait perlindungan anak di ranah
daring
46
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Target Investigasi dan penegakan hukum yang efektif dan ramah anak
Indikator 4. Dedikasi aparat Aparat penegak hukum yang terlatih dan 2021
penegak mampu menerapkan protokol penanganan -
hukum kasus ramah anak 2023
Perluasan Unit Cyber crime di tingkat
Kepolisian Daerah
47
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Target Tersedianya layanan yang lengkap dan terintegrasi bagi korban, saksi dan
anak sebagai pelaku
8. Pendamping
korban yang
terlatih dan
memiliki
48
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
kapasitas, dan
terkoordinasi
9. Tersedia
layanan
(helpline)
untuk
pelaporan dan
rujukan kasus
49
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
11. Program
edukasi
perlindungan
anak online
bagi anak, anak
muda, orang
tua, guru,
praktisi,
pemuka adat
dan agama
12. Tersedia
layanan
dukungan bagi
anak sbg
korban/saksi/p
elaku (berbasis
masyarakat?
atau
psikososial?)
Faktor ● Kerangka kebijakan dan hukum nasional yang sesuai dengan KHA
Keberhasilan dan standar mekanisme internasional lainnya
● Penguatan sistem database kekerasan pada anak di ranah daring
50
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
18. Media
51
Peta Jalan Perlindungan Anak Indonesia di Ranah Daring
Komunikasi
Informasi dan
Edukasi (KIE)
52