Anda di halaman 1dari 10

Kasus PPh Wajib Pajak Badan

PT. Perdana didirikan pada tahun 1999 merupakan wajib pajak yang bergerak dalam bidang usaha dagang.

I. Data Wajib Pajak


Nama wajib pajak : PT. Perdana
NPWP : 01.444.555.1.541.000
Alamat Kedudukan : Jl. Kenari No.49 Condong Catur-Depok Yogyakarta 55281
Nomor Telepon/Faks : (0274) 864 892 / (0274) 524 501
Jenis Usaha : Dagang Peralatan Telekomunikasi
Nama Pimpinan : Drs. Akbar Perdana Putra, M.M
Alamat Rumah : Jl. Swakarya No.5 Yogyakarta
Klasifikasi Badan : PT (Perseroan Terbatas)

II. Kegiatan Usaha


Pada tahun 2020, PT Perdana memperoleh penghasilan dari dalam negeri dan luar negeri. Laporan
laba rugi (komersial) pada tahun 2020 adalah sebagai berikut :

PT. Perdana
Laporan Laba rugi
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2020
(dalam rupiah)

Penghasilan dari usaha dalam Negeri


Penjualan 20.005.654.000
 Retur Penjualan (954.852.000)
 Potongan Penjualan (545.987.000)
Penjualan Netto 18.504.815.000
Harga pokok penjualan * (14.654.879.000)
Laba bruto 3.849.936.000
Biaya Usaha :
 Gaji, Upah, THR, Tunjangan lain 1.551.900.000
 Alat tulis dan biaya kantor 23.958.000
 Biaya perjalanan dinas 53.465.000
 Biaya listrik dan telepon 16.825.000
 Biaya makan karyawan 36.783.000
 Biaya promosi 297.285.000
 PBB dan bea meterai 53.726.000
 Pajak 60.000.000
 Biaya representasi 65.798.000
 Biaya royalty 237.465.000
 Biaya konsumsi/perjamuan 12.132.000
 Biaya sewa 197.958.000
 Biaya kerugian piutang 105.654.000
 Biaya penyusutan 169.000.000
 Biaya lain-lain 293.873.000
Total biaya usaha (3.175.822.000)
Laba usaha 674.114.000
Penghasilan di luar usaha :
- Deviden 40.000.000

Kasus PPh Badan Page 1


- Sewa 25.000.000
Total penghasilan luar usaha 65.000.000
Laba bersih (penghasilan neto) dalam negeri 739.114.000
Penghasilan dari luar negeri :
- Laba usaha dari Canada 200.000.000
- Bunga obligasi dari Singapura 50.000.000
Total penghasilan dari luar negeri 250.000.000
Laba (penghasilan neto) 989.114.000

*) Rincian harga pokok penjualan :


- Persediaan barang dagangan, 1 Januari 2020 Rp 5.000.000.000
- Pembelian neto tahun 2020 Rp 13.000.000.000
- Persediaan barang dagangan 31 Desember 2020 Rp (3.345.121.000)
Harga pokok penjualan Rp 14.654.879.000

A. Informasi yang digunakan sebagai dasar penyesuaian perhitungan laba (rugi) fiskal :
1. Dalam penjualan tidak memasukkan penjualan kepada karyawan sebesar Rp 20.000.000 yang
penagihannya melalui pemotongan gaji setiap bulan.
2. Di dalam gaji, upah, tunjangan hari raya (THR), dan tunjangan lain terdapat pengeluaran untuk
pembelian beras yang dibagikan kepada karyawan senilai Rp 20.365.000 dan biaya pengobatan
karyawan senilai Rp 5.100.000.
3. Dalam biaya perjalanan Dinas terdapat bukti-bukti pendukung atas nama keluarga pemegang saham
sebesar Rp 596.000
4. Dalam biaya promisi terdapat sumbangan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan utama
perusahaan sebesar Rp 12.754.000
5. Pajak sebesar Rp 60.000.000 merupakan angsuran PPh bulanan selama tahun 2020 (angsuran PPh
pasal 25)
6. Pengeluaran berupa biaya representasi tidak didukung dengan bukti pengeluaran dari pihak
eksternal.
7. Biaya royalti sebesar Rp 237.465.000 yang ada bukti pendukungnya dari pihak eksternal sebesar
Rp 225.353.000
8. Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk diakui sebagai piutang tak
tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2020 sebesar Rp 60.500.000
9. Perusahaan mempunyai aset tetap sebagai berikut :
a. Mesin produksi dibeli pada tanggal 1 Januari 2015 seharga Rp 500.000.000 taksiran umur
ekonomis 10 tahun
b. Kendaraan dibeli pada tanggal 31 Desember 2015 seharga Rp 400.000.000 taksiran umur
ekonomis 10 tahun
c. Komputer dibeli pada tanggal 6 Maret 2017 seharga Rp 300.000.000 taksiran umur ekonomis
5 tahun.
d. Inventaris dibeli pada tanggal 1 Januari 2015 seharga Rp 200.000.000 taksiran umur ekonomis
8 tahun.
e. Bangunan permanen selesai dibangun dan siap digunakan pada tanggal 31 Desember 2014
senilai Rp 600.000.000 taksiran umur ekonomis 20 tahun.
Berdasarkan kebijakan manajemen : mesin produksi mempunyai nilai residu 10% dari harga
perolehan, sedangkan aset tetap yang lain ditaksir mempunyai nilai residu 20% dari harga perolehan.
Metode perhitungan penyusutan yang digunakan adalah garis lurus. Menurut fiskal (ketentuan
perpajakan) mesin produksi, kendaraan, komputer dan inventaris merupakan aset berwujud
kelompok II. Perusahaan memilih metode garis lurus dalam menghitung penyusutan fiskal.
10. Dalam biaya lain-lain terdapat biaya rekreasi karyawan Rp 2.652.000
11. Penghasilan sewa (dalam penghasilan luar usaha) sebesar Rp 25.000.000 terdiri atas sewa bangunan
senilai Rp 5.000.000, sewa atas peralatan pabrik senilai Rp 12.000.000 dan sewa atas kendaraan
senilai Rp 8.000.000. Penghasilan sewa ini diterima dari PT. Putra Surya yang beralamat di Jl. Mayjen
Sutoyo 30. Yogyakarta NPWP : 01.166.552.2.541.000. Sewa tersebut diterima setiap tahun untuk
jangka waktu beberapa tahun.

Kasus PPh Badan Page 2


12. Deviden sebesar Rp 40.000.000 terdiri atas deviden kas dari penyertaan saham (20%) pada
PT. Adinda sebesar Rp 15.000.000 yang beralamat di Jl. Lojajar 28 Yogyakarta,
NPWP : 01.337.882.1.542.000 dan deviden kas atas penyertaan saham (30%) pada PT. Kapuas Raya
sebesar Rp 25.000.000

B. Informasi lain yang digunakan sebagai dasar pengisian SPT Tahunan PPh adalah :
1. PT. Perdana selama tahun 2020 telah menjual hasil produksinya kepada PT. Telkom Yogyakarta yang
beralamat di Jl. Hayam Wuruk No. 157 Yogyakarta NPWP : 02.118.722.1.541.000. Penjualan senilai
Rp 8.800.000.000 (harga ini termasuk PPN 10%).
2. PT. Perdana (importir yang mempunyai API) mengimpor sebagian bahan baku untuk proses produksi
dari Nagayo, Jepang dengan harga faktur $ 40.000. PT. Perdana membayar biaya-biaya sebagai
berikut : biaya angkut dan biaya asuransi selama perjalanan antar daerah pabean masing-masing
sebesar $ 3.000 dan $ 7.000, bea masuk sebesar 5% dari CIF, dan bea masuk tambahan sebesar 20%
dari CIF. Kurs menurut Keputusan Menteri Keuangan adalah $ 1 = Rp 10.000. PT. Perdana membayar
bea masuk dan PPh pasal 22 impor kepada Ditjen Bea dan Cukai Tanjung Periok, yang beralamat di Jl.
Pelabuhan No.202 Tanjung Periok Jakarta Utara, NPWP : 00.455.232.2.021.000.
3. Tarif pajak atas laba usaha di luar negeri (Kanada) adalah 40%
4. Tarif pajak atas bunga obligasi di Singapura adalah 20%
5. Total angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun 2020 sebesar Rp 60.000.000 dibayarkan setiap bulan
dengan angsuran yang sama dari bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2020.
6. Laba (rugi) fiskal tiga tahun terakhir adalah :
 Rugi fiskal tahun 2017 sebesar Rp 350.000.000
 Laba fiskal tahun 2018 sebesar Rp 150.000.000
 Laba fiskal tahun 2019 sebesar Rp 190.000.000
Sisa rugi tahun 2017 akan dikompensasikan seluruhnya pada tahun 2020.

III. Data Pemegang Saham


No Nama NPWP Jenis Saham Lembar Nominal
perlembar
1 PT. Ananda 01.333.222.1.541.000 Saham biasa 100.000 Rp 9.000
2 Yunianto 04.111.444.2.541.000 Saham biasa 50.000 Rp 9.000
3 Akbar Perdana 04.222.555.1.541.000 Saham biasa 50.000 Rp 9.000

Lain-lain
PT. Perdana menyampaikan SPT Tahunan PPh pada batas akhir penyampaian SPT.
Diminta :
 Susunlah rekonsiliasi fiskal untuk menyiapkan menyusun laporan laba rugi fiskal dan mengisi SPT
Tahunan PPh
 Setorkan kurang bayar dengan mengisi SSP, apabila terdapat kurang bayar.
 Isilah SPT Tahunan PPh tahun 2020

Kasus PPh Badan Page 3


Penyelesaian :

Penjelasan informasi kasus A1 s/d A12 untuk menyusun rekonsiliasi fiskal dan mengisi form 1771-I

Sumber Penjelasan Form 1771


Informas yang diisi
i
Termasuk dalam penjualan adalah penjualan kepada semua pembeli dengan
cara kredit atau tunai dan dengan dasar akrual artinya penjualan diakui tidak
pada saat penerimaan kas tetapi saat penyerahan barang. Penjualan Kepada
karyawan yang pembayaran tidak dilakukan pada saat transaksi penyerahan
A1 1771-I 5I
barang tetap diakui sebagai penjualan tahun 2020. Dalam rekonsiliasi fiskal,
penjualan kepada karyawan sebesar Rp 20.000.000 akan menambah
penghasilan menurut akuntansi dan selanjutnya berpengaruh menaikkan laba
kena pajak (sebagai koreksi positif)
Imbalan dalam bentuk natura (beras Rp 20.365.000 dan pengobatan
Rp 5.100.000) tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible
A2 expence) sesuai Pasal 9 ayat 1 UU PPh. Oleh karena itu karena dalam rekonsiliasi 1771-I 5c
fiskal, jumlah biaya tersebut harus dikurangkan dari biaya menurut akuntansi
yang berpengaruh menaikkan laba kena pajak (koreksi positif)
Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham (perjalanan
dinas anggota keluarga pemegang saham sebesar Rp 596.000) tidak boleh
A3 dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible expence) sesuai Pasal 9 ayat 1771-I 5a
(1) UU PPh. Oleh karena itu, dalam rekonsiliasi fiskal, jumlah biaya yang berarti
berpengaruh menaikkan laba kena pajak (koreksi positif).
Sumbangan untuk berbagai kepentingan kepada pihak-pihak yang tidak
mempunyai hubungan kerja, usaha, kepemilikan dan penguasaan merupakan
biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Biaya sumbangan
A4 1771-I 5e
sebesar Rp 12.754.000 dalam biaya promosi/iklan harus dikurangkan dari biaya
menurut akuntansi, yang berarti berpengaruh menaikkan laba kena pajak
(sebagai koreksi positif).
Pajak penghasilan yang dibayarkan oleh wajib pajak tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto wajib pajak sesuai Pasal 9 ayat (1) UU PPh. Total angsuran
PPh Pasal 25 sebesar Rp 60.000.000 yang dibayarkan oleh wajib pajak PT.
A5 1771-I 5I
Perdana dalam tahun 2020 tidak boleh dimasukkan sebagai biaya tahun 2020.
Oleh karena itu dalam rekonsiliasi fiskal jumlah tersebut dikurangkan dari biaya
menurut akuntansi, yang berarti menaikkan laba kena pajak (koreksi positif)
Biaya atau pengeluaran yang tidak ada daftar nominatifnya (biaya representasi
sebesar Rp 65.798.000 tidak ada daftar nominatif), merupakan non-deductible
A6 1771-I 5l
expense. Dalam rekonsiliasi fiskal, jumlah biaya tersebut harus dikurangkan dari
laba kena pajak (koreksi positif)
A7 Penjelasan sama dengan A6 1771-I 5I
Menurut akuntansi, perusahaan diperbolehkan membentuk cadangan kerugian
piutang setiap akhir tahun untuk menaksir besarnya piutang yang tidak dapat
ditagih pada tahun berikutnya. Perusahaan membentuk cadangan sebesar
Rp 105.654.000 pada akhir tahun 2020, sehingga dalam laporan laba rugi
tampak kerugian piutang sebesar Rp 105.654.000. Hal tersebut berbeda dengan
A8 ketentuan fiskal yang menyatakan bahwa kerugian piutang yang boleh diakui 1771- Ib
adalah sejumlah piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tahun 2020. Oleh
karena itu piutang yang nyata-nyata tidak dapat dapat ditagih menurut fiskal
adalah Rp 60.500.000 maka biaya kerugian menurut akuntansi harus dikurangi
dengan Rp 45.154.000. Penyesuaian ini akan berpengaruh menaikkan laba kena
pajak (sebagai koreksi positif)
A9 Depresiasi menurut akuntansi kemungkinan berbeda dengan menurut fiskal 1771-I 6a dan
karena terdapat perbedaan dalam metode penyusutan, pengakuan nilai sisa, lampiran

Kasus PPh Badan Page 4


taksiran masa manfaat/umur ekonomis. Penghitungan penyusutan tahun 2020
menurut fiskal dapat dilihat pada tabel penyusutan berikutnya. Tabel ini
sekaligus dapat digunakan sebagai data pengisian Lampiran khusus tentang
“Penyusutan dan Amortisasi”. khusus 1A
Dalam rekonsiliasi fiskal, biaya penyusutan menurut akuntansi harus ditambah
dengan Rp 36.000.000 (yaitu Rp 205.000.000 – Rp 169.000.000) hal ini berarti
mengurangi laba kena pajak (sebagai koreksi negatif)
A10 Penjelasan sama dengan A2 1771-I 5c
A11 Penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan adalah penghasilan yang 1771-I 4
dikenakan pajak bersifat final. Oleh karena bersifat final maka jumlah yang telah
dipotong tersebut tidak dapat dikreditkan dari total PPh yang terutang pada
akhir tahun, sehingga penghasilan tersebut juga tidak perlu diperhitungkan
dalam menentukan laba kena pajak. Dalam koreksi fiskal, penghasilan berupa
sewa atas bangunan sebesar Rp 5.000.000 dikurangkan dari penghasilan sewa
menurut akuntansi, yang berarti menurunkan laba kena pajak (koreksi negatif)
Deviden yang diperoleh atau diterima perseroan terbatas sebagai wajib pajak
dalam negeri bukan merupakan penghasilan kena pajak (bukan objek pajak)
sesuai Pasal 4 ayat (3) UU PPh apabila penyertaannya melebihi 25% dari total
modal disetor. Deviden yang diterima PT. Perdana dari PT. Kapuas Raya sebesar
A12 1771-I4
Rp 25.000.000 harus dikurangkan dari penghasilan deviden menurut akuntansi,
yang berarti akan menurunkan laba kena pajak (koreksi negatif), sedangkan
dividen yang sebesar Rp 15.000.000 merupakan objek pajak karena penyertaan
kurang dari 25%.

Kasus PPh Badan Page 5


Tabel Penyusutan Aset/Harta Berwujud dan Penghitungan Nilai Residu
Tahun 2020 (Tabel ini sekaligus untuk mengisi Lampiran khusus 1A)
SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan

Umur ekonomis Penyusutan Setahun Akumulasi


Harga Selisih Nilai Buku s/d
Jenis asset tetap Nilai risidu Penyusutan
Perolehan Komersial Fiskal Komersial Fiskal Penyusutan 2020
s/d awal 2020
(a) (b) (c) (d) (e)=(a-b)/(c) (f)=(a)/(d) (g)=(e)-(f) (h) (i)=(a)-(h)
Mesin produksi 500.000.000 50.000.000 10 8 45.000.000 62.500.000 (17.500.000) 375.000.000 125.000.000
Kendaraan 400.000.000 80.000.000 10 8 32.000.000 50.000.000 (18.000.000) 250.000.000 150.000.000
Komputer 300.000.000 60.000.000 5 8 48.000.000 37.500.000 10.500.000 143.750.000 156.250.000
Inventaris 200.000.000 40.000.000 8 8 20.000.000 25.000.000 (5.000.000) 150.000.000 50.000.000
Bangunan 600.000.000 120.000.000 20 20 24.000.000 30.000.000 (6.000.000) 180.000.000 420.000.000
169.000.000 205.000.000 (36.000.000)

Catatan :

 Akumulasi penyusutan mesin (Jan 2015 s/d Des 2020) : 6 tahun, per tahun Rp 62.500.000
 Akumulasi penyusutan kendaraan (Des 2015 s/d Des 2020) : 5 tahun, per tahun Rp 50.000.000
 Akumulasi penyusutan komputer (Maret 2017 s/d Des 2020) : 3 tahun 10 bulan, per tahun Rp 37.500.000
 Akumulasi penyusutan Inventaris (Jan 2015 s/d Des 2020) : 6 tahun, per tahun Rp 25.000.000
 Akumulasi Penyusutan bangunan (31 Des 2014 s/d Des 2020) : 6 tahun per tahun Rp 30.000.000

Kasus PPh Badan Page 6


Menyusun Laporan Rekonsiliasi Fiskal Tahun Pajak 2020 (dari Laporan Laba Rugi Komersial dan informasi
kasus A1 s/d A12

PT. Perdana
Rekonsiliasi Fiskal Penghitungan Laba Rugi
Tahun Pajak 2020
(dalam ribuan rupiah)

Menurut Rekonsiliasi Fiskal


Menurut Fiskal
Akuntansi Koreksi Positif Koreksi Negatif
Penghasilan dari usaha dalam negeri
Penjualan 20.005.654 A1) 20.000 (+) 20.025.654
 Retur penjualan (954.852) (954.852)
 Potongan penjualan (545.987) (545.987)
Penjualan neto 18.504.815 18.524.815
Harga pokok penjualan (14.654.879) (14.654.879)
Laba bruto 3.849.936 3.869.936
Biaya usaha :
 Gaji, upah, THR, tunjangan lain 1.551.900 A2) 25.465 (-) 1.526.435
 Alat tulis dan biaya kantor 23.958 23.958
 Biaya Perjalanan Dinas 53.465 A3) 596 (-) 52.869
 Biaya listrik dan telepon 16.825 16.825
 Biaya makan karyawan 36.783 36.783
 Biaya promosi 297.285 A4)12.754 (-) 284.531
 PBB dan Bea Materai 53.726 53.726
 Pajak 60.000 A5) 60.000 (-) -
 Biaya Representasi 65.798 A6)65.798 (-) -
 Biaya Royalti 237.465 A7)12.112 (-) 225.353
 Biaya konsumsi/perjamuan 12.132 12.132
 Biaya sewa 197.958 197.958
 Biaya kerugian piutang 105.654 A8)45.154 (-) 60.500
 Biaya depresiasi 169.000 A9)36.000(+) 205.000
 Biaya lain-lain 293.873 A10)2.652 (-) 291.221
Total biaya usaha (3.175.822) (2.987.291)
Laba usaha 674.114 882.645
Penghasilan di luar usaha :
- Deviden 40.000 A12)25.000 (-) 15.000
- Sewa 25.000 A11)5.000 (-) 20.000
Total penghasilan di luar usaha 65.000 35.000
Laba bersih dalam negeri 739.114 917.645
Penghasilan dari luar negeri :
- Laba usaha di Canada 200.000 200.000
- Bunga obligasi di Singapura 50.000 50.000
Total penghasilan dari luar negeri 250.000 250.000
Laba (penghasilam neto) 989.114 1.167.645

Kasus PPh Badan Page 7


Rekonsiliasi Fiskal dengan format 2 dapat dilihat langsung pada lampiran I – Formulir 1771-I SPT Tahunan
PPh wajib Pajak Badan.
Penjelasan informasi A11 s/d A12, dan B1 sampai dengan B4 untuk menghitung kredit pajak dan mengisi
formulir 1771-III dan 1771-IV Tahun Pajak 2020

Sumber Penjelasan Form yang diisi


Informasi
PPh Pasal 23 atas sewa peralatan pabrik : 1771-III
= 2 % x Rp 12.000.000
= Rp 240.000
PPh Pasal 23 atas sewa kendaraan : 1771-III
A 11 = 2 % x Rp 8.000.000
= Rp 160.000
PPh atas sewa tanah dan bangunan (final) 1771-IV Bag A
= 10% x Rp 5.000.000 = Rp. 500.000
Total PPh Pasal 23 atas sewa Rp 400.000
PPh Pasal 23 atas dividen dari PT. Adinda : 1771-III
= 15% x Rp 15.000.000
= Rp 2.250.000
A 12
Deviden dari PT.Kapuas Raya Rp 25.000.000 bukan objek pajak 1771 IV Bag B
Total PPh Pasal 23 = Rp 240.000 + Rp 160.000 + Rp 2.250.000
= Rp 2.650.000
PPh Pasal 22 atas penyerahan kepada pemungutan : 1771-III
Dasar pengenaan pajak = 100/110 x Rp 8.800.000.000
B1 = Rp 8.000.000.000
PPh Pasal 22 = 1,5 % x Rp 8.000.000.000
= Rp 120.000.000
PPh Pasal 22 atas impor barang : 1771-III
Nilai impor = CIF + bea masuk & bea masuk tambahan
= ($ 40.000 + $ 3.000 + $ 7.000) + ( 25% x CIF)
= $ 50.000 + ( 25 % x $ 50.000)
B2 = 62.500 x Rp 10.000
= Rp 625.000.000
PPh Pasal 22 = 2,5% x Rp 625.000.000 = Rp 15.625.000
Total PPh Pasal 22 = Rp 120.000.000 + Rp 15.625.000
= Rp 135.625.000
PPh Pasal 24 untuk negara Kanada :
I. PPh yang terutang Rp 251.916.375
II. (penghasilan dikanada/total PKP) x PPh terutang
Lap. L/R &
= (Rp 200.000.000/Rp1.167.645.000) x Rp 251.916.375
informasi Lamp khusus
= Rp 43.149.480
B3
III. PPh terutang / dibayar di Kanada
= 40% x Rp 200.000.000 = Rp 80.000.000
Kredit pajak LN (PPh Pasal 24) Kanada = Rp 43.149.480
PPh Pasal 24 untuk Negara Singapura : Lamp. Khusus 7A
I. PPh yang terutang Rp 251.916.375
II. (penghasilan di Singapura/total PKP) x PPh terutang
= ( Rp 50.000.000 / Rp 1.167.645.000) x Rp 251.916.375
Lap L/R & kasus = Rp 10.787.370
B4 III. PPh terutang/dibayar di Singapura
= 20 % x Rp 50.000.000 = Rp 10.000.000
Kredit pajak LN (PPh Pasal 24) Singapura = Rp 10.000.000
Total Kredit pajak LN (PPh Pasal 24) : 1771 B No.8b
= Rp 43.149.480 + Rp 10.000.000 = Rp 53.149.480

Kasus PPh Badan Page 8


Angsuran PPh Pasal 25 tidak merupakan biaya / pengeluaran /
pengurangan penghasilan bruto (telah dibahas pada penjelasan A5
B5 1771 C No.10a
tetapi sebagai pengurangan PPh yang terutang yaitu dimasukkan
sebagai PPh dibayar sendiri.
Rugi fiskal tahun 2017 Rp 350.000.000
Dikompensasikan pada laba fiskal tahun 2018 (Rp 150.000.000)
Sisa rugi fiskal tahun 2017 Rp 200.000.000 1771 A No.2 dan
B6 Dikompensasikan pada laba fiskal tahun 2019 (Rp 190.000.000) lampiran khusus
Sisa rugi fiskal tahun 2017 Rp 10.000.000 2A
Sisa rugi fiskal tahun 2017 seluruhnya dikompensasikan pada laba
fiskal tahun 2020

Menghitung PPh yang Terutang Pajak 2020


Penghasilan neto fiskal Rp 1.167.645.000 (L/R fiskal)
Kompensasi rugi tahun sebelumnya Rp 10.000.000 (-)Info kasus B6
Penghasilan Kena Pajak Rp 1.157.645.000

Penghasilan Kena Pajak yang mendapat fasilitas :


(Rp. 4.800.000.000 : Rp. 18.524.815.000) x Rp. 1.157.645.000 = Rp. 299.959.000

Penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapat fasilitas :


(Rp. 1.157.645.000 - Rp. 299.959.000) = Rp. 857.686.000

PPh Terutang Badan :


50 % x 25 % x Rp. 299.959.000 Rp 37.494.875
25 % x Rp. 857.686.000 Rp. 214.421.500
PPh Badan Rp. 251.916.375

Menghitung PPh kurang atau lebih dibayar tahun pajak 2020


Total PPh terutang Rp 251.916.375
Kredit Pajak :
- PPh Pasal 22 Rp 135.625.000*)
- PPh Pasal 23 Rp 2.650.000 **)
- PPh Pasal 24 Rp 53.149.480 ***)
- PPh Pasal 25 (info kasus B5) Rp 60.000.000
Total kredit pajak tahun 2020 Rp 251.424.480 (-)
PPh kurang dibayar tahun 2020 Rp 491.895

Kekurangan bayar ini disetor ke bank paling lambat tanggal 25 April 2021 dengan menggunakan Surat Setoran
Pajak.

**) PPh Pasal 23 atas sewa Rp 400.000 PPh Pasal 23 atas deviden Rp 2.250.000
***) PPh Pasal 24 Kanada Rp. 43.149.480 dan Singapura Rp. 10.000.000

Menghitung Angsuran PPh 25 Bulanan Tahun Pajak 2021


Dengan asumsi semua penghasilan adalah penghasilan teratur, maka angsuran PPh pasal 25 sebulan tahun
pajak 2021 dihitung sebagai berikut :

Penghasilan sebagai dasar penghitungan angsuran Rp 1.167.645.000


Kompasasi kerugian  tahun 2020 tidak terdapat sisa rugi Rp -
Penghasilan Kena Pajak Rp 1.167.645.000

Kasus PPh Badan Page 9


Penghasilan Kena Pajak yang mendapat fasilitas :
(Rp. 4.800.000.000 : Rp. 18.524.815.000) x Rp. 1.167.645.000 = Rp. 302.550.000

Penghasilan Kena Pajak yang tidak mendapat fasilitas :


(Rp. 1.167.645.000 - Rp.302.550.000) = Rp. 865.095.000

PPh Terutang :
50 % x 25 % x Rp. 302.550.000 Rp 37.818.750
25 % x Rp. 865.095.000 Rp. 216.273.750
Rp. 254.092.500

Kredit pajak :
- PPh Pasal 22 Rp 135.625.000
- PPh Pasal 23 Rp 2.650.000
- PPh Pasal 24 Rp 53.149.480

Total kredit pajak tahun 2020 Rp. 191.424.480 (-)


Dasar penghitungan angsuran Rp 62.668.020

Angsuran PPh Pasal 25 sebulan tahun 2021 :


Rp 62.668.020 : 12 Rp 5.222.335

Dengan asumsi :
1. PT. Perdana menyampaikan SPT Tahunan PPh pada tanggal 25 April 2021
2. Angsuran PPh Pasal 25 bulan Desember 2020 adalah Rp 5.000.000 atau Rp 60.000.000 : 12
3. Pada bulan Juli 2021 diterima surat ketetapan pajak yang menyebutkan bahwa angsuran PPh bulanan
adalah Rp 6.500.000.

Maka angsuran pajak bulan Januari s.d Maret 2021 adalah Rp. 5.000.000 (SSP hanya dibuat bulan
Januari sedangkan Februari dan Maret dianggap sama); angsuran pajak bulan April s.d Juli 2021
adalah Rp. 5.222.335 (sesuai penghitungan dalam SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2020); angsuran
pajak bulan Agustus s.d Desember 2021 adalah Rp. 6.500.000 (sesuai Surat Ketetapan Pajak yang
terbit pada bulan Juli 2021)

Kasus PPh Badan Page 10

Anda mungkin juga menyukai