Tasawuf secara etimologis berasal dari bahasa Arab yaitu. tashawwafa, yatashawwafu. Selain itu, ada pula yang menggambarkannya sebagai Tasawuf berasal dari kata Shuf yang berarti bulu domba, artinya Penganut tasawuf ini hidupnya sederhana tetapi memiliki hati yang mulia dan menjauhi pakaian sutra, atau semacamnya yang mana menggunakan wol kasar saat itu adalah lambang kesederhanaan. Kata shuf juga dapat diartikan sebagai sehelai bulu, yang hanya dirasakan oleh para sufi di hadapan Allah Seperti bulu yang terlepas dari kesatuannya yang tidak berarti tidak memiliki apa-apa. Sedangkan secara terminologi terdapat beberapa pendapat berbeda yang telah dinyatakan oleh para ahli, salah satunya dari Syekh Abdul Qadir Jailani yang mengatakan bahwa tasawuf adalah mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan khalawt, riyadhoh, taubah dan ikhlas. Sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan perhatian hanya kepada Allah SWT.
Ruang Lingkup Ilmu Tasawuf
Tasawuf bertujuan untuk menerima hubungan khusus langsung dari Tuhan, berbentuk “Ijtihad” (bersatu) dengan Tuhan. Demikian ini menjadi inti persoalan “Sufisme.” Kita dapat memahami bahwa Tasawuf adalah ilmu yang mengkaji tentang jalan mudah untuk berada di hadapan Allah SWT. Tasawuf dalam Islam sangat penting untuk kehidupan dan berkembang dari cara hidup yang disebut “kezuhudan” (menghindari kemewahan duniawi). Tujuan tasawuf adalah untuk berhubungan langsung dengan Tuhan. Dengan maksud ada perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan. Para sufi menganggap ibadah formal kurang memuaskan karena tidak memenuhi kebutuhan. Maka jelaslah bahwa ruang lingkup ilmu tasawuf itu adalah hal-hal yang berkenaan dengan upaya-upaya atau cara-cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus secara langsung dari Tuhan.