Anda di halaman 1dari 2

A. Apa itu victim blaming?

Victim blaming merupakan sebuah istilah yang ditujukan kepada seseorang atau korban yang mana
mereka harus bertanggung jawab atas hal yang menimpanya. Victim blaming terjadi saat seseorang
melakukan suatu hal yang dianggap memprovokasi orang lain untuk melakukan suatu kekerasan,
baik melalui tindakan, ucapan, ataupun pakaian. Dilansir dari Very Well Mind, victim blaming
seringkali terjadi untuk membantu para pelaku merasa lebih baik. Mereka akan merasa aman saat
membayangkan korban melakukan kesalahan. Para korban juga akan menyalahkan dirinya sendiri
atas apa yang ia rasakan karena mereka percaya bahwa dunia memang adil dan dapat membantu
mereka merasa lebih baik dalam beberapa hal.

Seseorang yang melakukan victim blaming berarti memiliki respons yang condong ke menyalahkan
korban atas apa yang terjadi pada dirinya. Orang tersebut tidak menyalahkan si pelaku, bahkan
membenarkan tindakannya. Sikap ini banyak terjadi terutama pada kasus-kasus seperti pelecehan
seksual, baik yang ringan hingga berat, atau kasus pencurian.

Banyak kasus victim blaming didasari oleh ketidaktahuan dan ketidakpedulian orang lain akan detail
peristiwa. Respons ini juga banyak dilakukan akibat adanya perasaan atau ilusi bahwa dengan
menyalahkan korban, dunia seperti merupakan sebuah tempat yang aman.

Alasannya, tidak ada orang yang sungguh-sungguh ingin merugikan atau mencelakakan orang lain,
jika bukan dipicu oleh si korban itu sendiri. Dilansir dari Wise and Stigma Together, victim blaming
dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental korban. Di antaranya adalah depresi,
kecemasan, serta gangguan stres pasca trauma.

B. Bagaimana cara mengatasi victim blaming

Cegah kecenderungan untuk melakukan victim blaming dengan fokus terhadap hal penting saat
mendengar atau menghadapi sebuah peristiwa atau kasus yang tidak mengenakkan. Misalnya,
pastikan korban telah aman dan merasa nyaman. Jangan lupa juga bahwa terbuka untuk
menceritakan apa yang dialami tidak selalu mudah bagi korban. Karena itu, hargai dan berikan
mereka waktu. Pastikan juga hak-hak korban, terutama jika kasusnya terkait hukum, sudah
terpenuhi dan korban memiliki informasi lengkap tentang hal ini.

Tak kalah penting lagi, hindari mengaitkan peristiwa atau perasaan korban dengan emosi pribadi.
Pastikan juga telah mendapat informasi dari berbagai sisi dan dahulukan logika sebelum menilai atau
bahkan menghakimi. Ini baik korban maupun pelaku.

C. Minimalisir victim blaming

Untuk meminimalisir dampak buruk dari victim blaming, terdapat beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mendukung korban yang dikutip dari Wise and Stigma Together, di
antaranya adalah:
1. Berilah pengakuan bahwa sulit untuk bercerita saat mengalami pelecehan dan
trauma. Saat orang lain menceritakan tentang apa yang mereka rasakan saat tengah
trauma dan pelecehan yang mereka dapatkan, anda merupakan orang yang mereka
percayai.
2. Selalu waspada tentang jebakan mental saat mempercayai bahwa dunia ini adil.
Sulit menerima bahwa terkadang hal tidak mengenakkan akan terjadi pada orang
yang baik. Kenali kecenderungan untuk merasionalisasi penderitaan, trauma, dan
kemalangan.
3. Hindari pernyataan yang menuduh korban.
4. Jangan tanyakan bagaimana pelaku dapat melakukan tindakan yang merugikan. Hal
ini dapat membuat korban merasa lebih terpuruk. Cukup dengan mendengarkan apa
yang mereka katakan.
5. Yakinkan korban bahwa mereka bukanlah pihak yang bersalah.
6. Fokus pada apa yang pelaku lakukan, bukan korban.

Referensi : klik.dokter

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3635463/selain-playing-victim-sudah-tahukah-anda-
tentang-victim-blaming

https://tirto.id/mengenal-victim-blaming-dan-bahayanya-untuk-kesehatan-mental-gbAD

Anda mungkin juga menyukai