PENDAHULUAN
Glukosa adalah bentuk karbohidrat yang sederhana atau sering disebut gula
sederhana (Andragogi et al., 2018). Glukosa merupakan salah satu karbohidrat yang
digunakan sebagai sumber tenaga. Glukosa dapat diperoleh dari makanan yang
monosakarida yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa di saluran cerna (Putu et al.,
2015). Dalam suatu makanan biasanya mengandung glukosa, salah satunya pada
buah pisang. Buah pisang merupakan salah satu makanan yang mengandung tiga
macam gula alami, yaitu sukrosa, fruktosa, dan glukosa (Alin, 2017).
Buah pisang adalah salah satu contoh buah yang mengandung bahan pangan
terbesar pada buah pisang adalah pati pada daging buahnya, dan akan diubah
menjadi sukrosa, glukosa dan fruktosa pada saat pisang matang (15-20 %) (Bello
Ada banyak jenis pisang yang tumbuh di Indonesia salah satunya adalah
pisang barangan (Musa acuminata Linn). Pisang barangan ( Musa acuminata Linn)
merupakan buah yang khas dan banyak dibudidayakan di Daerah Sumatera Utara.
Memiliki rasa yang manis, beraroma harum, dan memiliki bintik-bintik coklat pada
kulit buah merupakan ciri khas dari buah pisang barangan. Pada tahun 2012
produksi buah pisang barangan sebesar 363.060,7 ton sehingga banyak pengusaha
mengolahnya menjadi produk jadi seperti selai atau jam, pisang cokelat, pisang
sale, dan lain -lain yang terdata berdasarkan data Dinas Pertanian Sumatera Utara.
1
Jumlah pisang yang dihasilkan, 1/3 bagian tidak digunakan termasuk kulit buah
Secara umum kulit buah pisang merupakan bagian dari buah pisang yang
biasanya dibuang sebagai sampah yang tidak dimanfaatkan. Selama ini masyarakat
Masyarakat juga biasanya mengolah kulit buah pisang sebagai pupuk organik atau
sebagai pakan ternak, padahal kulit buah pisang dapat diolah menjadi produk yang
bernilai ekonomis tinggi, seperti mengolahnya sebagai bahan makanan yang dapat
yang kaya akan nutrisi, kulit dari buah pisang juga kaya akan kandungan gizi yang
tidak berbeda dengan buahnya yang diperlukan oleh tubuh. Kulit buah pisang juga
merupakan sumber energi alternatif dan kaya akan kandungan nutrisi seperti
karbohidrat, lemak, protein, vitamin C, vitamin B, kalsium, besi, serat, dan air
(Khardinata, 2009).
Secara umum kadar glukosa dapat ditentukan dengan beberapa cara antara
lain metode Anthrone Sulfat, Metode Dinitrosalisilat (DNS), Metode Fenol Asam
menganalisis kadar glukosa dari kulit buah pisang dilakukan dengan metode
metode ini karena metode ini diterapkan pada pengukuran sampel yang
2
mengandung glukosa dengan hasil lebih spesifik dan faktor pengganggu dapat
analisis glukosa (Rissa, dkk., 2019). Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka
Linn)?
1.3 Hipotesis
2. Kadar glukosa pada kulit buah Pisang Barangan ( Musa acuminata Linn)
3
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kadar glukosa yang terdapat pada kulit Pisang Barangan
2. Sebagai bentuk salah satu cara untuk pemanfaatan limbah kulit Pisang
4
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
1. Penentuan Operating
Time (OT)
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pisang berasal dari bahasa Arab yaitu maus dan menurut Linnaeus termasuk
diyakini berasal dari Asia Tenggara, terutama dari Malaysia, Indonesia, Filipina,
Bornea dan Papua (Stover dalam Robinson dan Sauco, 2010). Pada kawasan
tersebut terdapat keragaman jenis pisang yang tinggi. Kemudian tanaman pisang
Supriyadi 1992)
herba. Tanaman pisang terdiri atas bagian Akar, Batang, Daun, Bunga atau Buah.
Sebagai bagian penting dari hasil utama produk. Bagian – bagian tumbuhan
tersebut berperan dalam aktivitas hidup seperti penyerapan, air, pernafasan, foto
Supriadi, 2008).
dari :
Kingdom : Plantae
Subdivisi : Angiospermae
6
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Musales
Family : Musaceae
Genus : Musa
(Novitasari, 2010).
dan sehat. Kemudian dari beberapa akar utama akan berkembang akar skunder dan
akar tersier, yang terakhir akan semakin tipis dan lebih pendek dari akar utama.
Akar skunder berasal dari protoxilem berada dekat ujung akar dan terus
perkembangan akar pertama dihasilkan rambut akar yang bertugas dalam pengam
7
Pada umumnya tinggi batang semu pisang barangan adalah ≥ 3 meter.
Pisang barangan yang diamati secara umum memiliki aspek batang semu normal,
warna batang semu berwarna hijau-kuning, warna getah pucat (Beatrix, dkk.,
2019). Batang tanaman pisang yang sesungguhnya berada sebagian atau seluruhnya
berada di dalam tanah yang dikenal sebagai bonggol (tu berous rhizome). Rhizome
yang telah dewasa memiliki diameter dan tinggi sekitar 300 mm walaupan akan
berbeda menurut vigor dan kondisi tanaman. Rhizome pisang memiliki ruas yang
sangat pendek dan tertutup oleh daun. Rhizome merupakan organ penyimpanan
(Alhusna, 2018).
permukaan atas daun berwarna hijau sedang, kenampakan permukaan atas daun
bawah daun kusam, lilin pada daun cukup berlilin, warna permukaan punggung
tulang daun berwarna hijau, bentuk pangkal helai daun pada umumnya berbentuk
kedua sisi meruncing (Beatrix, dkk., 2019). Bentuk daun pisang barangan
berbentuk jorong lonjong, ujung tumpul, tepi daun menekuk, pinggiran daun
permukaan daun bagian atas berwarna hijau, permukaan daun bagian bawah
berwarna hijau kusam tertutup tepung, perabaan daun bagian atas dan bagian bawah
halus, warna pelepah daun berwarna kuning. Daun pisang letaknya tersebar.
Helaian daun berbentuk lanset dan memanjang, dan mudah sekali robek oleh
hembusan angin yang keras karena tidak mempunyai tulang - tulang pinggir yang
8
Diketahui bahwa pisang barangan secara umum memiliki warna tangkai
tandan hijau tua, bulu tangkai tandannya sangat berbulu dan pendek, bentuk tandan
silinder. Pisang barangan yang diamati pada umumnya memiliki panjang tangkai
tandan 31 sampai 60 cm (Beatrix, dkk., 2019). Bunga tanaman pisang pada akhir
untuk membentuk rangkaian bunga. Rangkaian bunga tanaman pisang terdiri atas
beberapa baris bunga yang masing-masing ditutupi dengan seludang (bract) yang
ketika belum membuka disebut jantung pisang. Berwarna merah keunguan, setelah
sedangkan rangkaian bunga jantan dibagian ujung tandan. Ovarium bunga bersifat
inverior yang berarti bagian-bagian bunga terletak selubang daun (sphata) berwarna
merah. Bagian sphata adalah bagian dari bunga yang paling sering dimanfaatkan
arah tangkai, bentuk buah melengkung, ujung buah tumpul, permukaan tangkai
buah tidak berbulu, warna kulit buah belum matang berwarna hijau, warna kulit
buah matang berwarna kuning, kelekangan kulit buah yaitu kulit buah mudah
dikupas, tekstur daging lembut. Pisang barangan yang diamati pada umumnya
memiliki jumlah buah 13-16 per sisir (Beatrix, dkk., 2019). Buah pisang (finger)
yang berkembang dari barisan bunga dalam satu selubung disebut sisir (tier),
sedangkan seluruh individu buah yang berkembang dari satu rangkaian bunga
disebut tandan (bunch), buah pisang terdiri dari kulit buah dan daging buah. Buah
pisang berkulit hijau pada saat masih muda dan berubah menjadi kuning apabila
9
sudah matang, namun ada juga tetap berwarna hijau dan berwarna merah
(Fakhriani,2015).
Buah pisang mengandung gizi yang sangat tinggi, rendah kolestrol serta
Vitamin B6 dan Vitamin C tinggi. Zat gizi terbesar pada buah pisang terletak pada
buah pisang yang telah masak adalah kalium sebesar 373 miligram per 100 gram
pisang. Pisang juga merupakan sumber karbohidrat terbesar pada buah pisang,
vitamin A 250 - 335 gram per 100 gram pisang dan klor sebesar 125 miligram per
100 gram pisang. Pisang juga merupakan sumber karbohidrat vitamin A dan C,
serta mineral komponen terbesar pada buah pisang adalah pati daging buahnya, dan
akan diubah menjadi sukrosa, glukosa dan fruktosa pada saat pisang yang telah
Kandungan gizi per 100 gram daging buah adalah energi (116-128 kcal),
protein (1%), lemak (0.3%), karbohidrat (27%), mineral (Ca_15 mg, K_ 380 mg,
Fe_0.5 mg, Na_1.2 mg), dan vitamin (Vit. A_0.3 mg, Vit. B1_0.1 mg; B2_0.1 mg,
B6_0.7 mg, Vit. C_20 mg (Beatrix, dkk., 2019). Dibalik buah nya yang kaya akan
nutrisi pada kulit buah pisang masih terdapat karbohidrat yang tinggi (18,5%), air
68,90 %, lemak 2,11 %. protein 0,32 %, kalsium 715 mg/100g, fosfor 117
mg/100g, besi 1,60 mg/100g, vitamin B 0,12 mg/100g, vitamin C 15,5 mg/100g
Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki nilai jual yang
10
cara pengolahan yang cukup sederhana. Kandungan karbohidrat dalam kulit buah
pisang yang cukup tinggi masih bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk
1. Sirup Glukosa
Kandungan karbohidrat dalam kulit buah pisang cukup tinggi sehingga masih
bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk salah satunya adalah sirup
glukosa. Sirup glukosa banyak digunakan sebagai pemanis dalam industri makanan
mempunyai banyak manfaat diantaranya bahan dasar industri kimia, farmasi dan
2. Pembuatan Bioetanol
Selai kulit buah pisang merupakan salah satu bentuk inovasi hasil olahan yang
berasal dari limbah pisang yang kaya akan gizi. Selain karena teknologi dan
11
buah pisang menjadi selai kulit buah pisang merupakan usaha untuk
4. Produk Nata
Nata merupakan produk makanan yang berasal dari proses fermentasi. Syarat
untuk membuat produk nata secara umum yaitu bahan dasar harus mempunyai
(karbohidrat) nata tidak dapat terbentuk (Agus Purwanto, 2012). Kulit pisang
yang cukup tinggi, yaitu 18,50 g dalam 100 g bahan, sehingga kulit pisang juga
dapat dijadikan sebagai bahan dasar dalam proses pembuatan produk nata (Suprapti
2.2 Glukosa
rumus molekul C6H12O6 atau H-(C=O)-(CHOH) 5-H, dengan lima gugus hidroksi
tersusun spesifik pada enam atom karbon Kata glukosa diambil dari bahasa Yunani
yaitu glukus yang mempunyai arti manis, karena memang faktanya glukosa
sebagai pemanis (Adna Ridhani & Aini, 2021). Nama lain dari glukosa antara lain
dekstrosa, D-glukosa, atau gula buah karena glukosa banyak terdapat pada buah-
buahan.
12
2.2.2 Pembentukan Glukosa
dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut
fotosintesis dan glukosa yng terbentuk terus digunakan utuk pembentukan amilum
atau selulosa.
adalah suatu gula yang diperoleh dari hidrolisis pati. Mengandung Suatu molekul
b. Pemerian : hablur tidak bewarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih;
c. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air mendidih; mudah larut dalam
13
Gambar 2.2 Struktur Glukosa
pereduksi, dimana prinsipnya, gula pereduksi akan mereduksi ion Cu2+ menjadi
ion Cu+, kemudian ion Cu+ ini akan mereduksi senyawa arsenomolibdat
membentuk kompleks berwarna biru kehijauan (Nelson dalam Al-kayyis & Susanti,
2016).
prinsip dari reaksi antara glukosa dan reagen Nelson adalah penambahan reagen
Nelson pada sampel yang telah ditambah dengan baku glukosa akan mereduksi ion
Cu+ sehingga membentuk asam glukonat dan endapan kupro oksida. Endapan
kupro oksida tersebut akan dilarutkan oleh penambahan reagen arsenomolibdat dan
pengukuran sampel yang mengandung glukosa dengan hasil lebih spesifik serta
14
2.4 Spektrofotometer UV-Vis
cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar 15
ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar
digunakan untuk mengukur besarnya energi yang diabsorbsi atau diteruskan. Sinar
radiasi akan melewati larutan yang mengandung zat yang dapat menyerap sinar
sinar putih dapat lebih di deteksi dan cara ini diperoleh dengan alat pengurai seperti
prisma, grating atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang
15
Gambar/12.4/1Pembacaan spektrofotometri
cahaya yang berasal dari sumber sinar polikromatis menjadi cahaya monokromatis.
Pada gambar di atas disebut sebagai pendispersi atau penyebar cahaya. dengan
adanya pendispersi hanya satu jenis cahaya atau cahaya dengan panjang gelombang
tunggal yang mengenai sel sampel. Pada gambar di atas hanya cahaya hijau yang
3. Sel sampel berfungsi sebagai tempat meletakan sampel UV, VIS dan UV-VIS
menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa
atau gelas.
16
5. Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat listrik
jatuh pada suatu medium homogeny, maka sebagian dari cahaya akan dipantulkan
dan sebagaianya lagi akan diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang
umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorbs yang lebar, semua molekul
dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Visible. Oleh karena itu mereka
mengandung elektron, baik yang dipakai bersama atau tidak, yang dapat dieksitasi
ketingkat yang lebih tinggi. Panjang gelombang pada waktu absorbsi terjadi
tergantung pada bagaimana erat elektron terikat di dalam molekul. Elektron dalam
satu ikatan kovalen tunggal erat ikatanya dan radiasi dengan energi tinggi, atau
(complementer)
17
590 – 620 Jingga Hijau – biru
memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil.
Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca langsung
dicatat oleh detector dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun grafik yang
1. Pada saat pengenceran alat alat pengenceran harus betul-betul bersih tanpa
3. Jumlah zat yang dipakai harus sesuai dengan yang telah ditentukan
keruh
dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam
hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatas yaitu, sinar yang digunakan
18
dianggap monokromatis, penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai
penampang yang sama, senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak
tergantung terhadap yang lain, tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi, indeks bias
persamaan :
Keterangan:
A-absorban(serapan)
ε = absortivitas molar (M - 1 cm - 1)
ketebalan sel dan serapan. Absorptivitas merupakan suatu tetapan dan spesifik untuk
setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut tertentu. Absorptivitas spesifik
juga sering digunakan sebagai ganti absorptivitas (Roth dan Blaschke, 1981). Harga
ini memberikan serapan larutan 1 % (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga dapat
A= A11 .b.C
19
2.5 Metode Validasi
metode adalah akurasi, presisi, spesifitas, batas deteksi, batas kuantitatis, linearitas
dan rentang.
1. Kecermatan (Akurasi)
dengan dua cara yaitu metode penambahan bahan baku (Harmita, 2004).
2. Keseksamaan (Presisi)
hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel yang diambil dari campuran
homogen. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif
3. Seleksifitas (Spesifitas)
20
Selektifitas (Spesifisitas) adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat
tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang
mungkin ada dalam matriks sampel. Selektifitas seringkali dapat dinyatakan sebagai
derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang
mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis,
senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak
Limit (batas) deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter
pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang
Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian dengan
melakukan suatu percobaan yang bertujuan untuk menentukan kadar glukosa yang
terkandung pada kulit buah pisang barangan ( Musa acuminata Linn) dengan
metode Nelson-Somogyi.
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada
3.3.1 Populasi
Linn.) yang diperoleh dari limbah restoran di sekitar Petisah, Medan, Sumatrera
Utara.
3.3.2 Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit buah pisang barangan
22
3.4.1 Alat
Shimadzou UV 1800, blender, pipet tetes, water batch, labu ukur, neraca analitik,
gelas kimia, kassa, kertas saring, spatual, batang pengaduk, pipet ukur, bola hisap,
tabung reaksi, corong kaca dan alat-alat gelas lain yang diperlukan.
3.4.2 Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kulit pisang barangan,
daging buah pisang barangan, aquadest, CaCO3, bahan kimia berupa glukosa, Pb-
1. Reagen Nelson A
dengan aquadest dengan sedikit air di beaker glass. Selanjutnya larutan tersebut
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, ditera dengan aquadest hingga batas
2. Reagen Nelson B
beaker glass. Ditambah 18 gram Na2SO4 dan 2 tetes H2SO4 pekat, lalu tera
dengan aquades pada labu ukur 100 ml (Maghfiroh & Agustini, 2013)
23
3. Pembuatan reagen Cu alkalis
Sebanyak 500 gram kulit buah pisang barangan (Musa acuminata Linn)
dicuci dengan air mengalir, lalu ditiriskan. Selanjutnya dikeringkan diudara terbuka
terhindar dari sinar matahari langsung, setelah kering kerok bagian putih pada kulit
sebanyak 200 ml lalu dihaluskan menggunakan blender. Saring dengan kassa, ambil
filtratnya (Haristantya,2018).
(Haristantya,2018).
asam yang terdapat dalam sampel tidak menghidrolisa glukosa yang ada selama
24
ditambahkan aquadest secukupnya agar volumenya tetap (200 ml). Larutan
kemudian larutan dipindahkan ke labu takar 500 ml, ditambahkan aquadest sampai
tanda batas, dicampur sampai merata dan disaring dengan kertas saring. Larutan
dicampur sampai merata selanjutnya disaring kembali dan diperoleh filtrat jernih.
tambahkan 1mL pereaksi Molisch ( α-naftol dalam Etanol 96%) campur dengan
baik. Jika terbentuk cincin berwarna ungu, maka sampel positif mengandung gula
(Poedjiadi, 2009).
didihkan dengan menggunakan api kecil dan dinginkan perlahan-lahan. Hasil akhir
yaitu terbentuk endapan merah bata jika sampel mengandung gula pereduksi
(Poedjiadi, 2009).
25
1ml larutan sampel hasil ekstraksi ditambahkan pereaksi Barfoed campur
dengan baik. Larutan didihkan dengan api kecil, perhatikan endapan merah yang
volume 100 ml (larutan glukosa 0.2 mg/ml). Dipipet 25 ml larutan lalu diencerkan
Sari., 2019)
glukosa konsentrasi 0,05 mg/ml dengan 1,0 ml reagen Cu alkalis (Campuran reagen
Nelson A dan B). Kemudian larutan digojok dan larutan dipanaskan di atas
waterbath dengan suhu 100°C selama 20 menit. Kemudian larutan digojok dan
larutan dipanaskan kembali di atas waterbath dengan suhu 100°C selama 10 menit.
absorbansi pada lamda 740nm selama 1 jam (Nelson dalam Al-kayyis & Susanti,
2016).
26
endapan larut. Ditambahkan 7 ml akuades lalu kocok hingga homogen. Diukur
serapan panjang gelombang pada 400-800 nm (Pratiwi dalam Nurmala Sari., 2019).
Sari., 2019).
standar glukosa konsentrasi 0 (lar. blanko); 0,025; 0,03; 0,035; 0.04; 0,045; 0,05;
pada panjang gelombang 761 nm. Kemudian dibuat kurva standar yang
3.8.6 Penetapan kadar glukosa pada kulit buah pisang dengan metode
Nelson-Somogyi
serapannya pada panjang gelombang 761 nm sehingga dapat dihitung kadar gula
27
3.8.6 Penetapan kadar glukosa pada daging buah pisang dengan metode
Nelson-Somogyi
serapannya pada panjang gelombang 761 nm sehingga dapat dihitung kadar gula
Nilai r harus mendekati ± 1 agar kurva yang dihasilkan linier, r yang baik yaitu
0,999 artinya korelasi yang sangat kuat diantara dua variabel, yaitu variabel X
y = bx + a
dimana:
x : konsentrasi (ppm)
y : absorbansi
b : koefisien regresi
a : tetapan regresi
28
Koefisien variasi (%KV) adalah perbandingan antara seimpangan kadar glukosa
dengan rata-rata kadar sampel buah apel yang dinyatakan dalam %. Tujuan dihitung
%KV yaitu untuk mengetahui kesesuaian hasil kadar satu dengan yang lain dari
suatu seri pengukuran yang diperoleh dari sampling acak secara berulang-ulang dari
sampel yang homogen (Anissa, 2017). Nilai %KV dinyatakan baik apabila kurang
29
30
31