Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja Vol. 13, No.

1, April 2023: 66-77


ISSN 2301-6965 : E-ISSN 2614-0241

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN


DI KABUPATEN BANGKALAN PROVINSI JAWA TIMUR

Nur Handayani1, Riza Risyanti2, Suripto3, Fernandes Simangungsong4


1,2,3,4
Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Jl. Ir. Soekarno, KM. 20 Jatinangor, 45363
E-mail: nur_handayani@ipdn.ac.id; riza_risyanti@ipdn.ac.id, ojunsuprit@gmail.com,
fernandes_simangunsong@ipdn.ac.id.

ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan “collaborative governance” dalam pengentasan-
kemiskinan di Bangkalan, pihak-pihak yang bertanggung jawab dan strategi penanggulangan kemiskinan apa yang
digunakan di Bangkalan. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan pendekatan teoritis dari “Ansell and
Gash (2007) “menjadi dasar peneliian ini. Data dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi
kemudian dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, inferensi dan verivikasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa
“coolaborative governance” dalam penanggulangan kemiskinan di wilayah Bangkalan tidak efektif dilihat dari
“kondisi awal, design” institusional, “kepemimpinan fasilitatif, dan proses kolaborasi” disebabkan belum adanya
keseragaman standar dan persepsi mengenai masyarakat miskin. Bupati selaku penanggung jawab dan para pemangku
kepentingan yang tergabung dalam TKPKD dalam penanggulangan kemiskinan merujuk pada kerangka kebijakan
yang ditetapkan pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan. Dipandang perlu adanya penyamaan persepsi tentang
standar masyarakat miskin di tingkat pusat dan daerah serta sinkronisasi data masyarakat miskin secara periodik
sehingga terjamin kevalidannya.

Kata kunci: colaborative governance; kemiskinan; Bangkalan.

COLLABORATIVE GOVERNANCE IN POVERTY REDUCTION


IN BANGKALAN REGENCY, EAST JAVA PROVINCE
ABSTRACT. The purpose of this research is to describe collaborative governance in poverty alleviation in Bangkalan,
the responsible parties and what poverty reduction strategies are used in Bangkalan. The method used is descriptive
qualitative and the theoretical approach from Ansell and Gash (2007) forms the basis of this research. Data was
collected through interview, observation and documentation techniques and then analyzed through data reduction,
data presentation, inference and verification. The results of the study show that coolaborative governance in poverty
reduction in Bangkalan Regency has not run effectively in terms of initial conditions, institutional design, facilitative
leadership, and collaborative processes due to the absence of uniform standards and perceptions of the poor. The
regent as the person in charge and the stakeholders who are members of the TKPKD in poverty alleviation refers to
the policy framework established by the government in poverty alleviation. It is deemed necessary to have a common
perception of the standards of the poor at the central and regional levels and to synchronize data on the poor
periodically so that their validity is guaranteed.

Keywords: colaborative governance; poverty; Bangkalan.

PENDAHULUAN Indonesia per Maret 2022 berada di angka 9,54 %


atau sekitar 26,16 Juta orang dari seluruh jumlah
Kesejahteraan masyarakat merupakan penduduk Indonesia. Hal tersebut menunjukkan
cita-cita setiap negara tidak terkecuali Indonesia. belum tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Celakanya Indonesia masuk kategori 100 negara
termiskin di dunia sebagaimana dirilis Idris Otonomi Daerah memberi harapan baru
Rusadi Putra pada merdeka.com 2 Oktober 2022. dalam melaksanakan pembangunan nasional dan
Dalam tajuknya mencatat angka kemiskinan di daerah agar lebih baik. Tidak terkecuali dalam

DOI: https://10.33701/jiwbp.v13i2.3329
Terbit Tanggal 28 April 2023
Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, Vol. 13, No. 1, April 2023 67

upaya penanggulangan kemiskinan. Undang- 433.013/2022. Namun demikian Kabupaten


Undang menuntut Pemerintah Daerah berperan Bangkalan ditetapkan sebagai “daerah tertinggal
aktif dalam perencanaan dan pemantauan di tahun 2015-2019 yang ditetapkan dalam
penanggulangan kemiskinan yang ada di Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015
daerahnya. Selain lebih memahami daerahnya Tentang Penetapan Daerah Tertinggal.”
juga diharapkan dapat melaksanakan program Bangkalan juga merupakan satu dari tiga wilayah
penanggulangan kemiskinan secara lebih tepat di Jawa Timur dengan angka kemiskinan tertinggi
sasaran dan sesuai dengan kebutuhan lokal. kedua setelah Kabupaten Sampang dan sebelum
Kabupaten Sumenep. Selain itu, Bangkalan juga
Peraturan Pemerintah 15/2010 tentang termasuk lima kabupaten di Jawa Timur sebagai
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan daerah prioritas (pilot project) penanggulangan
Inpres nonor 4 tahun 2022 “tentang Percepatan kemiskinan ekstrem diantara Kabupaten
Penghapusan Kemiskinan Ekstrem” Probolinggo (114.250) atau 9,74 %), Bojonegoro
mengamanatkan bahwa Pemerintah Daerah (50.200 atau 6,05 %), Lamongan (87.620 atau
dalam pengentasan kemiskinan membentuk 7,37 %), Bangkalan di Pulau Madura (123.490
“Tim Koordinasi Penanggulangan atau 12,44 %), dan Kabupaten Sumenep (130.750
Kemiskinan”(TKPK) “daerah” yang jiwa atau 11,98 %.). Bahkan Bangkalan termasuk
keanggotanannya “terdiri dari unsur pemerintah, kabupaten yang memiliki kasus stunting lebih
masyarakat, dunia usaha dan kelompok tinggi (38%) dari angka nasional (28%) dari 100
kepentingan lainnya.” Artinya dalam pengentasan kabupaten di Indonesia.
kemiskinan harus dilakukan bersama demi
kepentingan masyarakat secara sistematis,
Firdaus dan Sonhaji (2022:14)
terencana dan sinergi atau kolaborasi
menjelaskan bahwa “ Variabel yang berpengaruh
(Permendagri 53/2020). Dari sudut pandang
terhadap angka kemiskinan di Kabupaten
administrasi publik, kerjasama berarti
Bangkalan adalah 0,973 per kapita dari empat
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama, atau
variabel yaitu PDRB, RLS, HLS dan pengeluaran
dapat dikatakan kerjasama beberapa entitas yang
per kapita. Diperlukan perluasan lapangan kerja
terlibat dalam kegiatan untuk mencapai suatu
dan pembangunan sarana pendidikan yang
tujuan (Sunu, dkk, 2020 : 87).
memadai.” Oleh karena itu, model kolaboratif
penanggulangan kemiskinan menurut Pasal 6
Berdasarkan amanah tersebut tentunya Permendagri No 53 tahun 2020 diharapkan dapat
setiap daerah dalam penanggulangan kemiskinan memberikan solusi, karena penanggulangan
telah membentuk “Tim Koordinasi kemiskinan tidak dilakukan sendiri melainkan
Penanggulangan Kemiskinan” (TKPK) yang melibatkan peran serta berbagai pemangku
keanggotaannya “terdiri dari unsur pemerintah, kepentingan dari unsur pemerintah daerah, unsur
masyarakat, dunia usaha dan pemangku pemerintah daerah,masyarakat, komunitas bisnis.
kepentingan lainnya. Penanangan bersama
penanggulangan kemiskinan di wilayah
Kurang optimalnya Collaborative
administrasi Bangkalan ditetapkan dengan
governance dapat disebabkan oleh adanya kerja
Keputusan Bupati Nomor
sama antarstakeholders yang hanya bersifat fisik
188.45/43/KPTS/433.013/2019 “Tentang
dan dalam kerja sama tidak memiliki administrasi
Pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan
yang kuat (Anili, 2018). Sementara modal utama
Kemiskinan (TKPK) Pemerintah Kabupaten
dalam kolaborasi adalah komunikasi (Saufi,
Bangkalan.” Di tahun 2022 ditetapkan dengan
2021). Lebih lanjut Saufi menjelaskan bahwa
Keputusan Bupati Bangkalan No.188.45/47/Kpts/

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANGKALAN


PROVINSI JAWA TIMUR
(Nur Handayani, Riza Risyanti, Suripto, Fernandes Simangungsong)
68 Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, Vol. 13, No. 1, April 2023

Sebagai pelaku utama kerjasama, pengurus harus TKP2KD membuat ego industri masing-masing
menghadirkan ide dan gagasan yang mendorong pemangku kepentingan tetap terjaga. Ansel dan
para pihak untuk terlibat dalam kegiatan strategis. Gash (2007) menjelaskan dalam artikelnya bahwa
Dukungan sumber daya dan transparansi publik proses co-management (1) membutuhkan kondisi
diperlukan untuk membangun kepercayaan di awal (initial condition); (2) desain kelembagaan;
antara semua pemangku kepentingan. Saat Anda (3) pemberdayaan kepemimpinan; dan (4) proses
bekerja sama, Anda mencari perspektif yang kolaboratif.
sama, menghargai inovasi, dan menghindari Dari uraian di atas terdapat 3 ruang
ketergantungan sumber daya pada pemangku lingkup yaitu (1) Kebijakan penanggulangan
kepentingan lainnya. kemiskinan; (2) Collaborative/kerjasama; (3)
Tingginnya angka kemiskinan. Karena waktu,
Azis (2021) dalam orasi ilmiahnya di tenaga dan biaya penelitian ini terbatas pada
Universitas Indonesia menyatakan bahwa rumusan masalah kolaboratif:
Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks 1. Siapa saja yang” terlibat aktif dalam
dan multidimensi yang mempengaruhi semua penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
negara di dunia. Meskipun banyak program anti Bangkalan Provinsi Jawa Timur?”
kemiskinan telah dilaksanakan oleh pemerintah 2. Bagaimana Collaborative governance dalam
dan pemerintah daerah, banyak dari program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
tersebut belum tentu menghasilkan pengurangan Bangkalan “Provinsi Jawa Timur?”
kemiskinan yang terjadi saat ini 3. Strategi Collaborative governance dalam
penanggulangan kemiskinan apa yang
Ansell & Gash, (2007) menyebut dengan digunakan di Kabupaten” Bangkalan Provinsi
istilah kemitraan adalah seperangkat pengaturan Jawa Timur?
di mana satu atau lebih lembaga publik secara Secara teoritis, penelitian ini dapat
langsung melibatkan aktor non-pemerintah dalam memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
proses pengambilan keputusan atau diskusi administrasi publik khususnya kerjasama dalam
formal, konsensual dan dinegosiasikan yang pengentasan kemiskinan. Dalam
ditujukan untuk pembuatan atau implementasi implementasinya, penyelenggara negara
kebijakan publik atau program atau kegiatan diharapkan dapat meningkatkan keahliannya,
pengaturan khususnya di bidang kerja sama penanggulangan
Penelitian sebelumnya yang dilakukan kemiskinan daerah.
(Fitriani, Ika dkk., 2017) menjelaskan
penghambat pelaksanaan collaborative KERANGKA PEMIKIRAN
governance dalam penanggulangan kemiskinan
adalah (1) Setiap kelompok TKP2KD secara Badan Pusat Statistik (BPS : 2020)
berkala menyelenggarakan forum khusus proses memahami kemiskinan sebagai ketidakmampuan
pengelolaan bersama untuk menciptakan perekonomian untuk memenuhi kebutuhan
kesamaan pemahaman tentang tanggung jawab pangan pokok, bukan pangan di sisi pengeluaran.
dan tugasnya. (2) kurangnya kepemimpinan yang Tarmizi A. Karim (2013, 33) mengemukakan
suportif yang dapat menggerakkan seluruh unsur bahwa:
dan komponen TKP2KD; (3) inovasi murah yang Kemiskinan adalah Kurangnya
dapat meningkatkan partisipasi kerjasama pengetahuan dan buta huruf,
ketidakmampuan untuk mengungkapkan
TKP2KD; (4) Minimnya pengawasan dan
pendapat dan mengungkapkan minat.
evaluasi terhadap keseluruhan operasional Kemiskinan adalah kurangnya pekerjaan

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANGKALAN


PROVINSI JAWA TIMUR
(Nur Handayani, Riza Risyanti, Suripto, Fernandes Simangungsong)
Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, Vol. 13, No. 1, April 2023 69

dan pendapatan yang cukup, pengangguran 11. Biaya pengobatan di klinik.


yang penuh dengan kecemasan akan masa 12. Sumber pendapatan rumah tangga adalah:
depan individu dan keluarga. Kemiskinan petani dengan sebidang tanah 500m2,
berarti kematian bayi dan ibu hamil yang
petani, nelayan, tukang bangunan, pekerja
kurang gizi dan sakit akibat lingkungan
yang tidak sehat, kurangnya air bersih dan perkebunan dan dengan pendapatan kurang
pelayanan kesehatan, serta berkurangnya dari Rp.600.000 per bulan.
usia harapan hidup. Kemiskinan adalah 13. Perumah tangga bendidikan tinggi: “tidak
ketidakmampuan untuk bernegosiasi sekolah/ tidak tamat SD.”
dalam perjuangan untuk kebebasan dan 14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang
realisasi hak-hak pribadi dan sosial. dapat dengan mudah dijual minimal Rp.
500.000 seperti sepeda motor kredit/ non
Secara lebih spesifik, kemiskinan
kredit, emas, ternak, kapal motor, atau
kemudian diukur dengan membandingkan
barang modal lainnya.
pendapatan atau konsumsi setiap individu dengan
standar yang telah ditetapkan. Siapa yang
Istilah collaborative governance muncul
dianggap miskin jika pendapatan atau
ketika Old Public Administration (OPA) diganti
konsumsinya di bawah standar tersebut
dengan paradigma baru yaitu New Public
(Haughton & Khandker, 2012). Bank Dunia telah
Management (NPM). Istilah pemerintahan
menetapkan standar paritas daya beli (PPP) untuk
kemudian diubah menjadi pemerintah. Perubahan
kemiskinan ekstrem sebesar $2,15 atau $32.757,4
terminologi ini bertujuan untuk
(tingkat referensi adalah $15.236 per orang per
mendemokratisasi administrasi publik, karena
hari pada tahun 2017).
penggunaan istilah “pemerintah” lebih
Jika mengacu pada 14 kriteria yang menekankan pada lembaga negara, tetapi transisi
ditetapkan BPS, maka rumah tangga yang menuju governance lebih tergantung pada
memenuhi minimal 9 kriteria dapat digolongkan partisipasi lembaga swadaya masyarakat, yaitu
miskin. Empat belas kriteria tersebut adalah: lembaga swadaya masyarakat. pemangku
kepentingan dan publik. Hal ini senada dengan
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal pendapat Ansell dan Gash (2008) yang dikutip
kurang dari 8m2 per orang” Sunu, dkk (2020 :41) bahwa Collaborative adalah
2. Lantai tanah/bambu/kayu murah gaya manajemen yang melibatkan langsung
3. Dinding bambu/rumbia/kayu yang pemangku kepentingan di luar pemerintah atau
murah/tembok tanpa plester. negara, dan berorientasi pada konsensus dan
4. Tidak mungkin buang air besar konsultasi dalam proses pengambilan keputusan
bersosialisasi dengan rumah lain. bersama untuk menetapkan atau melaksanakan
5. Sumber cahaya rumah tidak kebijakan dan program publik.
memanfaatkan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari Agrawal dan Lemos (Subarsono, 2011)
sumur/mata air/sungai/air hujan. Yang Pengertian Collaborative governance tidak
tidak terlindungi. terbatas pada aktor negara dan non-negara, tetapi
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari juga mencakup “tata kelola multi-stakeholder”
adalah kayu bakar/arang/minyak tanah yang melibatkan aktor sinergis dari sektor swasta,
8. Makan hanya daging/susu/ayam seminggu komunitas dan masyarakat sipil. - Peran
sekali. berdasarkan pengembangan "rencana hybrid" dan
9. Hanya beli satu stel baju dalam setahun kolaborasi publik, swasta, dan sosial Hal senada
10. Hanya bisa makan sekali/ dua kali sehari. disampaikan Balogh dkk (Subarsono, 2011) yang

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANGKALAN


PROVINSI JAWA TIMUR
(Nur Handayani, Riza Risyanti, Suripto, Fernandes Simangungsong)
70 Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, Vol. 13, No. 1, April 2023

mendefinisikan collaborative governance sebagai tersebut adalah (1) memecahkan masalah;


proses dan struktur dalam memandu dan (2) menentukan karakteristik masalah; (3)
merumuskan keputusan kebijakan publik yang mengetahui siapa yang terlibat; (4) Cari tahu
bagaimana menerapkannya. (5) Cari tahu
secara konstruktif melibatkan berbagai tingkatan
cara mengaturnya. dan (6) menentukan
dan struktur manajemen serta otoritas publik, bagaimana proses akan dievaluasi .
lembaga swasta dan aktor masyarakat sipil untuk 2. Edward P. Weber, Nicholas P. Lovrich, dan
mencapai tujuan publik yang tidak dapat dicapai. Michael Gaffney (2005) yang menjelaskan
bahwa kolaborasi dapat berhasil bila
“Robertson dan Choi (2010)” dalam (Sunu menekankan pada integrasi birokrasi, bidang
dkk, 2020 : 43) mendefinisikan collaborative interdisipliner, tingkat pemerintahan dan
governance sebagai proses kolektif dan setara di warga negara yang terlibat. Kota dan
mana setiap peserta memiliki kekuatan untuk organisasi non-pemerintah terlibat dalam
pemecahan masalah dan implementasi..
membuat keputusan dan setiap pemangku
“Disini ada tiga dimensi yaitu (1) dimensi
kepentingan memiliki kesempatan yang sama vertical; (2) dimensi horizontal dan (3)
untuk mempertimbangkan keinginan mereka dimensi kemitraan.”
dalam proses tersebut.. Hal ini menunjukkan 3. Dalam Collaborative governance in Theory
bahwa masing-masing komponen yang bekerja and Practice, Ansell dan Gash (2008)
sama bebas dalam mengambil keputusan dan menjelaskan empat variabel utama yang
bebas dalam menyampaikan gagasannya guna terdiri dari “(1) kondisi awal; (2) desain
kelembagaan; (3) kepemimpinan dan (4)
mewujudkan tujuan bersama. Namun demikian
proses kolaboratif.”
dalam collaborative governance diperlukan 4. Ratner (2012) menekankan bahwa
komitmen bersama dan diatur dalam kontrak collaborative governance memiliki tiga fase
kerja sama antar berbagai pihak sebagaimana fokus atau tiga fase yang merupakan proses
dikemukakan Bovaird dalam (Dwiyanto, 2015), kolaboratif, “yaitu (1)mengiidentifikasi
yang mendefinisikan kemitraan publik-swasta hambatan dan peluang; (2) strategi debat
hanya sebagai pengaturan kerja berdasarkan untuk mempengaruhi (3) merencanakan
tindakan kolaborasi”
kewajiban bersama yang melampaui pengaturan
5. Kirk Emerson, Tina Nabatci dan Stephen
apa pun antara organisasi sektor publik dan Balogh (2012) “”menjelaskan bahwa proses
organisasi sektor non-publik. Kemitraan kolaboratif terdiri dari : (1) dinamika
pemerintah dengan lembaga non-pemerintah kolaborasi; (2) kolaborasi dan (3) dampak
dapat dirinci menjadi beberapa bidang kemitraan, dan adaptasi pada proses kolaborasi.””
yaitu:(1) kerjasama antar lembaga negara 6. Saigler (2011) menjelaskan terdapat delapan
prinsip utama dalam penerapan
(internal), (2) kerjasama antar lembaga negara
collaborative governance yaitu: “(1) anggota
dan lembaga ekonomi; dan (3) kemitraan antara masyarakat harus berpartisipasi dalam
pemerintah dan lembaga sipil (Sunu et al., produksi barang publik; (2) masyarakat
2020:44) harus mampu memobilisasi sumber daya
dan asset untuk memecahkan masalah
Sunu, dkk. (2020 : 71) menjelaskan publik; (3) kaum professional harus ikut
beberapa model prinsip collaborative governance serta dalam memberdayakan warga
telah dijadikan acuan utama dalam berbagai masyarakat; (4) kebijakan harus berdasarkan
kajian ilmiah antara lain misalnya: evaluasi; (5) kebijakan harus mencakup
kemitraan yang berkelanjutan; (6)
1. Vigoda-Gadod (2002) yang menjelaskan “kebijakan harus strategis”; (7) politik harus
bahwa terdapat enam fase yang mengubah institusi untuk memperkuat
dimaksudkan untuk memberikan gambaran komunitas dan memecahkan masalah publik
tentang kerjasama tersebut. Keenam langkah

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANGKALAN


PROVINSI JAWA TIMUR
(Nur Handayani, Riza Risyanti, Suripto, Fernandes Simangungsong)
Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, Vol. 13, No. 1, April 2023 71

dan (8) kebijakan tersebut harus mmemut oleh organisasi pemerintah; kolaborasi
kewajiban.” melibatkan aktor pemerintah dan non pemerintah;
7. Koschmann Kuhn, dan Pfarrer (2012) “ orientasi pada consensus dan musyawarah,
Model ini menawarkan konsep manajemen
dilaksanakan untuk mencapai tujuan bersama;
kolaboratif dengan mengkaji bagaimana
praktik komunikasi antar anggota harus dan kolaborasi terjadi untuk membuat dan/atau
dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas mengimplementasikan kebijakan publik dan
kolaborasi, dengan fokus pada konsep program publik. Bahkan Sunu, dkk (2020:41)
sebagai berikut:(1) meningkatkan peluang menegaskan bahwa fokus collaborative
kerjasama; (2) evaluasi kerjasama; governance adalah pada kebijakan publik dan
8. Schottle, Haghsheno dan Gehbauer (2014)” urusan publik.
Schottle “membandingkan faktor-faktor
yang mempengaruhi kemandirian, kerja “Collaborative governance” dalam
sama dan kolaborasi. Sementara faktor
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
terkuat yang mempengaruhi kerja sama
adalah kompromi, komunikasi, komitmen, Bangkalan ditinjau dengan model “Ansell dan
saling percaya, berbagi informasi, berbagi Gash (2007)” dengan 4 (empat) variabel utama
informasi dan pengambilan risiko bersama, yang terdiri dari (1) “kondisi awal (Starting
faktor yang lebih lemah adalah timbulnya Condition);” (2) “desain” kelembagaan
potensi konflik, koordinasi, kontrol, “(Institutional Design); (3) kepemimpinan
kemitraan, dan kemandirian. “ fasilitatif” (Fasilitatif “Leadership)” dan (4)
“proses kolaboratif (Colaborative Process).”
Dari pendapat tersebut menunjukkan
bahwa: “collaborative governance” diinisiasi

Ansel dan Gash (2007) Proses


“Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Collaborative governance
Otonomi Daerah” “Starting Condition”
“(kondisi awal)”
“Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang “Institusional Design”
Kesejahteraan Sosial” “(Desain Institusional)”
“Facilitative Leadership”
“Peraturan Presiden Nomor 96 tahun 2015 tentang “(Kepemimpinan Fasilitatif)”
TNP2K” Collaborative “Process
(Proses” Kolaborasi)
“Inpres No. 4 Tahun 2022”

Berkurangnya
Siapa saja yang terlibat aktif dalam
penanggulangan kemiskinan “di Kabupaten Collaborative angka
Bangkalan Provinsi Jawa Timur ?” governance dalam kemiskinan di
Penanggulangan
Bagaimana kolaborasi pemerintahan dalam Kemiskinan di Kabupaten
penanggulangan kemiskinan “di Kabupaten Kabupaten Bangkalan
Bangkalan Provinsi Jawa Timur?” Bangkalan
Strategi kolaborasi pemerintahan dalam
penanggulangan kemiskinan apa yang digunakan
di Kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa Timur ?

Gambar 1. Kerangka Pemikiran


METODE
Penelitian ini menggunakan desain
kualitatif dengan metode deskriptif dimana

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANGKALAN


PROVINSI JAWA TIMUR
(Nur Handayani, Riza Risyanti, Suripto, Fernandes Simangungsong)
72 Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, Vol. 13, No. 1, April 2023

peneliti mencoba memahami fenomena Kondisi awal kolaborasi pemerintahan dalam


collaborative gavernance” yang berkontribusi penangulangan kemiskinan menunjukkan
terhadap pengentasan kemiskinan di Kabupaten dilihat dari segi sumber daya, insentif, konflik
Bangkalan. Sumber data untuk penelitian ini dan kerja sama sebelumnya.
adalah individu yakni orang yang bekerja untuk (1) Sumber daya. Sumber daya dalam
pengentasan “kemiskinan di lokasi Kabupaten kolaborasi telah melibatkan semua
Bangkalan,””Badan Pemberdayaan Masyarakat pemangku kepentingan baik dalam
abupaten Bangkalan dan Dinas Sosial Kabupaten pemanfaatan APBN dari berbagai KL
Bangkalan serta segala kegiatan yang berkaitan maupun APBD termasuk APBDes,
dengan , collaborative governance, dan, Paper dunia usaha sehingga program CSR
seperti buku, pertauran, dan pedoman, dokumen dapat terintegrasi dengan pemerintah
dan artikel yang terkait dengan "collaborative yang terkoordinir dalam TKPKD. Hal
governance” dalam pengentasan Badan ini telah dilakukan sejak
Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten dan Dinas dikeluarkannya Perpres Nomor 15
Sosial Kabupaten Bangkalan. Tahun 2010 hingga terbitnya Inpres
Informasi dikumpulkan melalui Nomor 4 Tahun 2022. Dari segi
wawancara terstruktur dengan TKPKD yang insentif untuk perangkat daerah
melibakan “pemerintah daerah, ,masyarakat, hanya mendapatkan TPP dan
dunia usaha, dan pemangku kepentingan mengikuti ketentuan Inpres No. “33
lainnya,” observasi dan mengumpulkan tahun 2020 tentang Standar Harga
dokumen-dokumen terkait. Hasil penelitian Satuan Regional” yang menunjukkan
dianalisis melalui tahapan reduksi data, bahwa Pegawai Negeri Sipil
penyajian” hingga tahap “penarikan kesimpulan” sebanyak-banyaknya hanya
atau verifikasi. diperbolehkan memperoleh
honorarium kegiatan 3 kegiatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk petugas pendataan insentif
hanya sebatas tali asih yang
“Pihak yang terlibat aktif dalam besarannya Rp 750.000 dan Rp 5000
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten per KK. Dari segi konflik hampir
Bangkalan Provinsi Jawa Timur adalah pihak tidak ada karena sinergitas yang
yang tergabung dalam” TKPKD dimana di dibangun dalam kolaborasi melalui
dalamnya terdapat unsur pemerintah, swasta, TKPKD disesuaikan dengan tugas
masyarakat, dunia usaha, LSM sebagaimana yang pokok dan fungsi sehingga sesuai
diamanatkan dalam pasal 6 Permendagri 53 tahun dengan tugas dan tanggung jawabnya
2020 dan Inpres Nomor 4 tahun 2022. Dengan dan masing-masing perangkat daerah
kata lain bahwa masalah kemiskinan adalah menyadari bahwa penanggulangan
masalah bersama sehingga dalam kemiskinan merupakan tanggung
penanggulangannya harus dilaksanakan secara jawab bersama.
bersama-sama. (2) Konflik. Konflik merupakan situasi
yang wajar dalam kehidupan. Adanya
“Collaborative governance dalam perbedaan menjadi pemicu timbulnya
Penanggulangan” Kemiskinan Kabupaten konflik. Konflik bisa terjadi sebelum
Bangkalan ditinjau dari teori Ansel and Gash terlaksananya kolaborasi maupun
menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya : setelah terjalinnya kolaborasi. Adanya
a. Starting condition konflik coolaborasi governance

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANGKALAN


PROVINSI JAWA TIMUR
(Nur Handayani, Riza Risyanti, Suripto, Fernandes Simangungsong)
Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, Vol. 13, No. 1, April 2023 73

dalam penanggulangan kemiskinan


dapat disebabkan oleh keterbatasan,
perbedaan dan ketidaktahuan serta
ketidaktepatan pemberian bantuan
dalam penanggulangan kemiskinan
yang terjadi. Biasanya konflik datang
dari para penerima manfaat yang
harusnya menerima tidak menerima.
Hal ini telah diantisipasi oleh
Pemerintah daerah Kabupaten
Bangkalan dengan mendata ulang
penerima manfaat melalui aplikasi
Sidaya Sehati dari DTKS yang
ditetapkan oleh Kemensos lewat
aplikasi Sig –NG. Hasil pendataan Gambar 2. Kerangka Kolaborasi
menunjukkan adanya perbedaan yang Penta Helix
signifikan selisih sekitar 28.154 KK
atau sekitar 26 %. Dimana yang didata b. Institusional Design (Desain Institusional)
dengan Sidaya Sehati sebanyak 10673 Desain institusional yang dibangun dalam
DTKS dan Sig.NG sebanyak 38827 kolaborasi penanggulangan kemiskinan di
DTKS pada “25 desa di” 5 Kabupaten Bangkalan didasarkan pada
“Kecamatan di” Kabupaten hubungan kelembagaan dari masing-masing
Bangkalan.” perangkat daerah yang dipandang tugas pokok
(3) Kerja sama sebelumnya dalam dan fungsinya mempunyai peran dalam
penanggulangan kemiskinan telah penanggulangan kemiskinan, serta Sistem
dilakukan dengan model Layanan Rujukan Terpadu Sidaya Sehati,
collaborative pentahelix. Meskipun Tagana dan forum terbatas seperti Gercep
media tidak secara eksplisit terlibat (gerakan cepat tanggap) . Hal tersebut
dalam keputusan lembaga tersebut, didasarkan pada aturan yang jelas, koordinasi
namun hasil wawancara dengan yang intens dan rutin baik melalui rapat
“Kepala Dinas Sosial” menunjukkan maupun apel, Selain itu juga adanya
bahwa media selalu memainkan tranparansi dalam melaksanakan kegiatan
perannya sendiri dalam membahas melalui LP2KP dalam setiap tahunnaya.
dan menginformasikan langkah- c. Fasilitative Leadership (Kepemimpinan
langkah pengentasan kemiskinan Fasilitatif)
yang dilakukan oleh Kabupaten Bupati sebagai penanggung jawab kerja sama
Bangkalan. Selain itu juga diliput oleh pemerintah dalam pengentasan kemiskinan
TV swasta serta website yang dibuat disebut sebagai pendukung karena posisinya
oleh Dinas Sosial sebagai corong bagi memudahkan memfasilitasi komunikasi dan
masyarakat. Media tersebut dapat kontak antara pemerintah, swasta, masyarakat
dijadikan sebagai wadah koreksi bagi dan perguruan tinggi. Sebagai supporting
kelayakan dan tidaknya penerima leader, aparat berperan dalam mendorong
manfaat. merangkul, memotivasi, memberdayakan dan
menggerakkan stakeholders sesuai
kesepakatan awal dalam susunan dan

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANGKALAN


PROVINSI JAWA TIMUR
(Nur Handayani, Riza Risyanti, Suripto, Fernandes Simangungsong)
74 Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, Vol. 13, No. 1, April 2023

keanggotaan TKPKD Kabupaten Bangkalan. rangka penyusunan RKPD Selasa 8 Februari


Setiap kelompok pelaku secara sadar dan 2022 dimana Bupati Bangkalan Abdul Latif
tanpa paksaan menjalankan tugas dan Amin Imron menegaskan bahwa APBD tahun
tanggung jawabnya dalam penanggulangan 2023 difokuskan pada pengentasan
kemiskinan sesuai perannya masing-masing. kemiskinan ekstrem. Pemahaman bersama
d. Collaborative Process (Proses Collaborasi) juga dilakukan terhadap kecilnya anggaran
Proses kolaborasi merupakakan inti dari yang digunakan dalam penanngulangan
coolaborasi dalam memperoleh keputuan yang kemiskinan.
disepakati bersama dalam penanggulangan
kemiskinan. Proses kolaborasi dalam Strategi kolaborasi pemerintahan dalam
penanggulangan kemiskinan dilakukan penannggulangan kemiskinan “di Kabupaten
melalui kegiatan antara lain : (1) dialog tatap Bangkalan Provinsi Jawa Timur merujuk pada”
muka seperti rapat rutin, rapat koordinasi kerangka kebijakan yang ditetapkan pemerintah.
dengan kelembagaan laiinya, (2) dialog tatap Diantaranya adalah (1) Fokus pada
muka juga dilakukan saat monev seperti yang pemberdayaan masyarakat; (2) Fokus pada
dilakukan Komisi VIII DPR RI dan pemulihan ekonomi nasional; (3) fokus pada
Kementerian Sosial pada monev percepatan upaya memajukan atau melanjutkan
penyaluran Bansos pada hari Rabu tanggal 2 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten” Bangkalan.
Maret 2022 di Kantor Kecamatan Bangkalan;
(3) Dialog tatap muka pun dilakukan saat Strategi penanggulangan kemiskinan yang
pengendalian pelaksanaan program seperti menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan Dinas Sosial pada hari Kamis menghadirkan masyarakat sebagai faktor
tanggal 17 Februari 2022 dimana selain pembangunan. Sasaran dari strategi tersebut
sosialisasi labelisasi Bansos, PKH dan BNPT adalah (a) kelompok usia sekolah atau usia tidak
di Kecamatan Sapulu juga melakukan produktif produktif (<60 tahun); (b) kelompk
pendataan orang yang kurang mampu, usia kerja /produktif (18-60); dan (c) kelompok
terlantar dan disabilitas untuk dimasukkan ke usia lanjut/tidak produktif (umur > 60 tahun).
dalam DTKS. Dari DTKS mereka bisa Strategi dan pendekatan yang dilakukan adalah
mendapatkan KIS, KIP, sementara orang- (1) Meningkatkan pendapatan masyarakat miskin
orang yang tidak layak menerima bansos dengan meningkatkan kapasitas manajemen,
dikeluarkan dari daftar penerima sehingga akses dan adaptasi, serta memfasilitasi akses
orang-orang yang memang membutuhkan pembiayaan bagi usaha kecil agar masyarakat
dapat menerima bansos. Hal tersebut miskin dapat lebih produktif; (2) Mengurangi
dilakukan untuk membangun kepercayaan beban pengeluaran masyarakat miskin, dengan
antar pemangku kepentingan sehingga timbul penyediaan dan memenuhi kebutuhan dasar,
rasa saling menghormati atas peran dan seperti “pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan
kewenangan yang dimiliki para pemangku lingkungan yang memfasilitasi/mendukung
kepentingan. Ditambah adanya program kegiatan sosial ekonomi sesuai tingkat
pengaduan masyarakat sehingga konflik yang produktivitasnya” (LP2KD :2021 : 35).
tidak diinginkan terhindarkan. Selain itu ada Strategi yang bertitik fokus pada
consensus untuk membuat rencana jangka pemulihan ekonomi nasional mengacu pada
panjang, menengah dan pendek yang baik
“Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020
serta rencana aksi dalam penanggulangan tentang” Comite “Penanganan Virus” Desease
kemiskinan. Sebagai contoh Musrenbang di (“COVID-19) dan pemulihan Ekonomi,” yaitu :
Pendopo Kecamatan Tanah Merah dalam

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANGKALAN


PROVINSI JAWA TIMUR
(Nur Handayani, Riza Risyanti, Suripto, Fernandes Simangungsong)
Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, Vol. 13, No. 1, April 2023 75

a. Aman. Pengeluaran daerah yang aman yaitu para pihak yang secara legal formal
mendukung percepatan dan perluasan ditetapkan dalam keanggotaan TKPKD (“Tim
pengujian PCR, pengawasan dan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan yang
karantina, dan pengembaliannya ke ditetapkan dengan Keputusan Bupati:
lingkungan hijau. “Collaborative governance dalam
b. Sehat. Belanja daerah ditujukan untuk penanggulangan kemiskinan belum berjalan
mendorong swasembada pelayanan efektif dilihat dari:
kesehatan di rumah, rumah sakit, alat a. Starting condition dalam penangulangan
kesehatan dan obat-obatan.. kemiskinan menunjukkan bahwa sumber
c. Berdaya. Belanja daerah digunakan daya telah melibatkan semua pemangku
untuk distribusi biaya hidup serta untuk kepentingan baik dalam pemanfaatan
program padat karya. APBN dari berbagai KL maupun APBD
d. Tumbuh. Belanja daerah bertujuan untuk termasuk APBDes, dunia usaha sehingga
merangsang pertumbuhan ekonomi program CSR dapat terintegrasi dengan
melalui keringanan pajak dan pemerintah yang terkoordinir dalam
merangsang ekonomi di tingkat mikro TKPKD. Hal ini telah dilakukan sejak
dan di sektor lainnya dikeluarkannya Perpres Nomor 15 Tahun
e. Beli produk lokal, terutama dorong untuk 2010. Namun demikian angka
membeli produk lokal di Kabupaten kemiskinan masih tinggi yang
Bangkalan. (LP2KD, 2021: 35). disebabkan standar adanya perbedaan
Kebijakan yang menitikberatkan pada standar masyarakat miskin.
upaya mendorong atau mendukung pertumbuhan b. Institusional Design (Desain
ekonomi di Kabupaten Bangkalan Institusional) didasarkan pada hubungan
diimplementasikan melalui industri pariwisata. kelembagaan dari masing-masing
Karena multiplier effect dari industri pariwisata perangkat daerah yang dipandang tugas
sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pokok dan fungsinya mempunyai peran
jumlah pengangguran dan orang miskin semakin dalam penanggulangan kemiskinan,
berkurang. sesuai aturan yang jelas, koordinasi yang
Strategi Penanggulangan Kemiskinan intens dan rutin baik melalui rapat dan
Ekstrim mengacu pada Pedoman apel, didukung tranparansi dalam
Penanggulangan Kemiskinan Ekstrim yang melaksanakan kegiatan.
dikeluarkan oleh Kementerian Kemiskinan dan c. Fasilitative Leadership (Kepemimpinan
Pemberdayaan Masyarakat Sub Bidang Fasilitatif)
Kependudukan dan Ketenagakerjaan Bupati selaku penanggung jawab juga
Kementerian PPN/Bappenas, yaitu: sebagai pemimpin fasilitatif. Dengan
1. Dukungan pengeluaran publik; posisinya menjadi penghubung antara
2. Meningkatkan pendapatan masyarakat; Dan pemerintah, swasta, masyarakat dan
3. Meminimalkan daerah kemiskinan akademisi. Juga memainkan perannya
dengan mendorong merangkul,
SIMPULAN memotivasi, memberdayakan dan
menggerakkan para pemangku
Kemiskinan merupakan masalah yang kepentingan sehingga masing-masing
meluas dan karenanya harus ditanggulangi pemangku kepentingan sadar dan tanpa
bersama . Namun demikian ada pihak-pihak yang paksaan melaksanakan tugas dan
terlibat aktif dalam penanggulangan kemiskinan

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANGKALAN


PROVINSI JAWA TIMUR
(Nur Handayani, Riza Risyanti, Suripto, Fernandes Simangungsong)
76 Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, Vol. 13, No. 1, April 2023

tanggung jawabnya dalam Pelayanan Publik, Yogyakarta


penanggulangan kemiskinan. Gadjah Mada Press.”
d. Collaborative Process (Proses Haughton,J. & R.Khandker, 2012. “Pedoman
Collaborasi) Tentang Kemiskinan dan
Proses kolaborasi dalam penanggulangan Ketimpangan. Jakarta : Salemba
kemiskinan dilakukan melalui kegiatan Empat.”
dialog tatap muka seperti rapat , monev Sunu, dkk, “2020, Collaborative governance
juga saat pengendalian pelaksanaan Dalam Perspektif Administrasi
program guna membangun kepercayaan Publik, Semarang: Fisip Undip email:
antar pemangku kepentingan. Adanya prodidap@gmail.com website:
program pengaduan masyarakat konflik dap.undip.ac.id” ISBN 978-623-
terhindarkan sehingga ada pemahaman 91158-5-2
bersama dalam menyusun rencana serta “Subarsono, 2011, Analisis Kebijakan Publik:
aksi dalam penanggulangan kemiskinan. Konsep, Teori, dan Aplikasi. Pustaka
termasuk kecilnya anggaran yang Pelajar”
digunakan dalam penanngulangan “Wiguna, R. 2013. Analisis Pengaruh PDRB,
kemiskinan. Pendidikan dan Pengangguran
Terhadap Kemiskinan di Provinsi
Strategi kolaborasi pemerintahan dalam Jawa Tengah Tahun 2005”
penanggulangan kemiskinan yang diterapkan di
“Yusuf, A. M. (2014). Kuantitatif, Kualitatif, &
Kabupaten Bangkalan mengacu pada kerangka
Penelitian Gabungan. Jakarta:
kebijakan tingkat mikro dan makro yang
Kencana”
ditetapkan oleh negara dan menerapkan langkah-
“Ansell, C, & dan Gash, A. (2007) Collaborative
langkah jaminan hidup untuk mengurangi beban
governance in Theory and Practice.
pengeluaran dan meningkatkan pendapatan
Journal of Public Administration
masyarakat miskin dan kurang beruntung,
Research and Theory, 18(4), 543–571.
kelompok itu berkembang meningkatkan
https://doi.org/10.1093/jopart/mum03
produktivitas melalui program ekonomi yang
2”
leih produktif.
Anali, “Hanan Nazah, 2018, Collaborative
Hasil penelitian ini menghasilkan rekomendasi
governance Dalam Pengentasan
bahwa perlu adanya kesepakatan tentang tingkat
Gelandangan Dan Pengemis Berbasis
kemiskinan baik di pusat maupun di daerah, dan
Kampung Wisata Topeng Kota
bahwa informasi tentang orang miskin harus
Malang”
disinkronkan dari waktu ke waktu untuk
https://eprints.umm.ac.id/55172/33/p
memverifikasi akurasi dan kemiskinan. Model
endahuluan%20.pdf
koperasi diterapkan untuk memastikan bahwa
Azis Muslim, Muh, 2021, “Kepemimpinan
penerima manfaat tetap terdaftar sebagai
Bupati
penerima manfaat dari model koperasi di mana
dalam CollaborativeGovernance untu
diaspora berpartisipasi.
k Penanggulangan Kemiskinan di
Daerah (Studi atas Praktik-Praktik
DAFTAR PUSTAKA Terbaik di Kulon Progo dan
Banyuwang
Dwiyanto, Agus, 2015. Mewujudkan ihttps://fia.ui.ac.id/pentingnya-
Collaborative governance melalui kepemimpinan-dalam-tata-kelola-

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANGKALAN


PROVINSI JAWA TIMUR
(Nur Handayani, Riza Risyanti, Suripto, Fernandes Simangungsong)
Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja, Vol. 13, No. 1, April 2023 77

kolaboratif/ tnp2k@wapresri.go.id Website:


https://fia.ui.ac.id/2021/08/03/” www.tnp2k.wapresri.go.id “
Firdaus, Muhammad Rifqi Maulana dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Mochamad Sonhaqi, “2022. Faktor Otonomi Daerah.
Kemiskinan di Bangkalan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Menggunakan Analisis PCA . Kesejahteraan Sosial.
JIKOSTIK-Jurnal Ilmiah Komputasi Peraturan Pemerintah 15 tahun 2010 Tentang
dan Statistika e-ISSN : 2087-3657, Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
Volume 1, Nomor 2 Februari 2033” Peraturan Presiden Nomor 96 tahun 2015 tentang
Fitriani, Ika, Muhadjir Darwin dan Dewi Haryani Perubahan Atas Peraturan Presiden
Susilastuti, “2017. Collaborative Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan
governance Dalam Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan.
Penanggulangan Kemiskinan (Studi Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4
Kasus Collaborative governance Pada Tahun 2022 Tentang Percepatan
Tim Koordinasi Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.
Penanggulangan Kemiskinan Daerah Permendagri Republik Indonesia Nomor 53
Kabupaten Kebumen) Tahun 2020 Tentang Tata Kerja dan
http://etd.repository.ugm.ac.id/penelit Penyelarasan Kerja Serta Pembinaan
ian/detail/117145” Kelembagaan Dan Sumber Daya
Karim, A. Tarmizi,2013, “Undang-Undang Manusia Tim Koordinasi
Tentang Desa dan Upaya Penanggulangan Kemiskinan Provinsi
Menciptakan Kemandirian dalam Dan Tim Koordinasi Penanggulangan
Mewujudkan Masyarakat desa yang Kemiskinan Kabupaten/Kota.
Sejahtera,“Jurnal Berdaya I, Edisi Peraturan Bupati Bangkalan Nomor 7 Tahun
Maret , Dirjen Pemberdayaan 2020 Tentang Tim Bupati Untuk
masyarakat Desa, Kementerian dalam Percepatan Pembangunan Daerah.
Negeri, Jakarta Selatan. Keputusan Bupati Bangkalan No.188.45/47/Kpts/
Saufi, Ahmad, “2021, Dinamika Collaborative 433.013/2022 tentang Tim Koordinasi
governance dalam Penanggulangan Penanngulangan Kemiskinan.
Stunting Ditengah Pandemi Covid- Keputusan Bupati Nomor
19” 188.45/43/KPTS/433.013/2019 Tentang
"https://journal.feb.unmul.ac.id/index Pembentukan TKPK Pemerintah
.php/KINERJA/article/download/966 Kabupaten Bangkalan.
5/1489” Putra, Idris Rusadi, 2022.
Widianto, Bambang. dkk , 2011, Panduan https://www.merdeka.com/uang/orang-
Penanngulangan Sosial Buku miskin-bertambah-13-juta-amp-
Pegangan Resmi TKPK Daerah, indonesia-masuk-100-negara-termiskin-
Jakarta : TNP2K “E-Mail: dunia.html.

© 2023 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms
and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license

COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANGKALAN


PROVINSI JAWA TIMUR
(Nur Handayani, Riza Risyanti, Suripto, Fernandes Simangungsong)

Anda mungkin juga menyukai