Anda di halaman 1dari 2

POLICY BRIEF

KOLABORASI PENTAHELIX DALAM PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DI


PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
oleh
Candra Handayani
\

Ringkasan Eksekutif

Angka Stunting di Provinsi Kalimantan Selatan masih dibawah rata-rata capaian Nasional, oleh karena itu
diperlukan kerjasama dan komitmen dari lintas sektor atau berbagai pihak guna menyuskseskan
percepatan penurunan stunting. Komitmen dan sinergi yang kuat adalah kunci utama atas keberhasilan
dalam percepatan penurunan stunting. Komitmen dan sinergi disini berupa Kolaborasi Pentahelix yang
mana lima komponen pentahelix yang saling bersinergi tersebut memiliki kontribusi masing-masing yang
saling berkaitan, yaitu akademisi (academician), bisnis (business), komunitas (community), pemerintah
(government), dan media (media). Kolaborasi Pentahelix ini bepeluang untuk dikembangkan, dengan
adanya berbagai kegiatan yang melibatkan lima komponen di berbagai lini lapangan yang berorientasi
pada sasaran, dan kebijakan yang mengikat untuk mendukung percepatan penurunan stunting, serta
adanya operasional untuk tenaga sumber daya lapangan yang mendukung terjadinya percepatan
penrurunan stunting di Provinsi Kalimantan Selatan.

Pendahuluan

Stunting adalah kegagalan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak akibat
kurangnya asupan gizi dalam waktu lamalama, penykit infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang
tidak adekuat. Stunting, sebagian besar dimulai terjadi sejak didalam periode Seribu Hari Pertama
Kehidupan (1000 HPK), yaitu periode antara masa kehamilan selama 270 hari ditambah 730 hari selama
usia 2 tahun pertama kehidupan seorang anak.
Angka Stunting di d Provinsi Kalimantan Selatan telah berhasil menurun dari 30 persen pada
2021 menjadi 24,6 persen atau 21.276 balita pada 2022. Terlepas dari capaian ini, bahwasanya stunting di
provinsi Kalimantan Selatan ini masih berada dibawah rata-rata Nasional yaitu 21,46%. Hal ini tentunya
dibutuhkan kolaborasi antar pemangku kepentingan, yang mana ini sesuai dengan Peraturan Presiden
Nomor 72 yaitu percepatan penurunan stunting dilaksanakan secara holistik, integratif, dan berkualitas
melalui koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi di antara kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi,
pemerintah daerah kabupaten/kota, pemerintah desa, dan pemangku kepentingan.
Tidak hanya pemangku kepentingan, dalam percepatan penurunan stunting juga dibutuhkan
kolaborasi pentahelix, yang mana pentahelix memiliki peran yang penting dalam penanganan stunting di
Indonesia sebagai kerjasama tersinergi yang melibatkan lima pihak. Lima komponen pentahelix yang
saling bersinergi tersebut memiliki kontribusi masing-masing yang saling berkaitan, yaitu akademisi
(academician), bisnis (business), komunitas (community), pemerintah (government), dan media (media).

Hasil/Pembahasan

Penguatan program percepatan penurunan stunting dapat dicapai dengan sinergi kelima unsur
pentahelix. Berdasarkan hasil analisa stakeholder terhadap peran masing-masing unsur pentahelix dalam
upaya penurunan stunting, ada beberapa masalah yang masih perlu diatasi:
1. Pemerintah: Program penanganan stunting di pemerintahan sampai saat ini hanya mengutamakan
kuantitas, dibanding kualitas, sehingga kebijakan pemerintah daerah pun hanya berjalan secara
normatif, terbatas dan masih belum cukup agresif dalam mencapai target yg ditetapkan, sehingga
diperlukan pengawasan yang baik dari berbagai lini guna melihat aspek keberlanjutan manfaat
program penanganan stunting.
2. Akademisi: Kegiatan tridharma perguruan tinggi yang sejalan dengan stunting sudah cukup banyak
dilaksanakan, akan tetapi hasil dari kegiatan ini belum terlihat di Masyarakat maupun pemerintahan
sehingga tidak terlalu signifikan memberikan dampak positif, bagi percepatan penurunan stunting.
Kolaborasi dosen dan mahasiswa/i sangat sibutuhkan dalam mendukung percepatan penurunan
stunting di Provinsi Kalimantan Selatan.
3. Dunia Usaha: Beberapa pelaku usaha di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan telah mengalokasikan
pendanaan untuk kegiatan stunting melalui bantuan CSR berupa Intevensi Spesifik dan Intervensi
Sensitif. Namun, skala dan keberlanjutannya masih terbatas, dan tidak ada petunjuk yang
komprehensif atas potensi keterlibatan dunia usaha, belum ada panduan yang jelas serta umpan balik
yang diberikan yang memadai bagi para pelaku usaha. Sehingga diperlukan penyusunan petunjuk
teknis untuk mendukung adanya feedback terhadap pelaku dunia usaha.
4. Komunitas: Kelompok ini umumnya terkendala dari sisi alur kerjasama dengan pemerintah dan
mitra lainnya terkait penurunan stunting masih belum memiliki panduan yang jelas. Kemampuan
tenaga penggerak di masyarakat masih terbatas diikuti dengan sistem insentif yang belum memadai
yang berpotensi memengaruhi kualitas kerjanya
5. Media: Pembuatan konten media sosial sebagai bentuk promosi kesehatan masih cukup rendah
meskipun media sosial ini berpotensi besar dalam menjaring dukungan dari masyarakat terhadap
program stunting.

Rekomendasi Strategi

Agar kolaborasi pentahelix dalam program percepatan penurunan stunting dapat memberikan
hasil yang maksimal, maka diperlukan strategi kebijakan sebagai berikut:
1. Peningkatan kapasitas SDM melalui dana CSR di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa dalam
melakukan analisis penyebab stunting dan penyusunan program penanggulangannya.
2. Menyediakan kanal publikasi untuk diseminasi hasil tridharma perguruan tinggi terhadap pelaksanaan
kegiatan penanganan stunting kepada Masyarakat.
3. Mendorong program intervensi penanggulangan stunting menjadi salah satu prioritas program di
desa/kelurahan, dengan memberdayakan komunitas dalam penanganan stunting.
4. Mempublikasikan stunting melalui media mainstream secara berkala dan berkelanjutan guna
membangun mindset di masyarakat bahwa anak pendek (stunting) sebagai masalah kesehatan.
5. Penyusunan petunjuk teknis atau regulasi operasional bagi pihak-pihak yang terlibat, salah satunya
tenaga sumber daya lapangan yang mendukung terjadinya percepatan penrurunan stunting di Provinsi
Kalimantan Selatan.

Daftar Pustaka

1. Pemerintah Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan
Stunting. Jakarta; 2021.
2. Awaluddin, M., Sule, E., & Kaltum, U. (2016). The Influence of Competitive Forces And Value
Creation On Company Reputation And Competitive Strategy: A Case Of Digital Creative
Industry In Indonesia With The Implication On Sustainable Business Performance. International
Journal of Economics, Commerce and Management, 4(2), 201–234.
3. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2021). Buku Pintar Stunting Panduan
Petugas Lini Lapangan. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Direktorat Bina
Pergerakan Lini Lapangan.

Anda mungkin juga menyukai