Anda di halaman 1dari 30

Tugas makalah Audit Forensik

KECURANGAN/FRAUD DALAM LAPORAN KEUANGAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisa Laporan Keuangan

Dosen Pengampu : Dr. Rio Monoarfa, SE.Ak, M.Si,CA

OLEH

HAWARIA DJAFAR (921420079)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Dan tak
lupa sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Penulis dapat
menyusun Makalah ini ntuk memenuhi tugas yang di berikan oleh bapak mata kuliah Analisa
Laporan Keuangan yang berjudul “KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN”

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan, bantuan, dan doa dari berbagai
pihak, makalah ini idak dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Oleh karena itu penulis
mengharapkan segala bentuk sraan serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN...............................................................................................................3

2.1 Penyalahgunaan atau kecurangan pada kas.................................................................3


2.2 Penyalahgunaan atau kecurangan Persediaan barang dan Aktiva Tetap......................3
2.3 Penyalahgunaan atau kecurangan pada Kewajiban.....................................................3
2.4 Penyalahgunaan atau kecurangan pada Penjualan.......................................................3
2.5 Penyalahgunaan atau kecurangan pada Biaya.............................................................4
2.6 Penyalahgunaan atau kecurangan pada Pembelian .....................................................7

BAB III

PENUTUP........................................................................................................................9

3.1 Saran............................................................................................................................9
3.2 Kesimpulan..................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAK
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Setiap tahun selalu muncul kasus-kasus fraud yang menjadi permasalahan di dalam
perusahaan, dan lebih parahnya para pelaku kecurangan merupakan orang-orang yang
memiliki kekuasaan pada perusahaan tersebut [5]. Association of Certified Fraud
Examiner [3] menunjukkan bahwa setiap tahun perusahaan kehilangan 5% dari
pendapatan mereka akibat fraud. Potensi kerugian global akibat tindakan fraud hampir
mencapai 3,7 triliun USD menurut Gross World Product 2013.
Kecurangan, terutama atas laporan keuangan, terjadi karena adanya motivasi dan
dorongan dari berbagai pihak, baik dari dalam perusahaan, maupun dari luar perusahaan.
Dorongan dan motivasi agar laporan keuangan yang disajikan terlihat baik dan menarik
perhatian investor ataupun calon investor, sehingga manajer akan berusaha melakukan
berbagai cara untuk menyajikan laporan keuangan yang baik. Teknik kecurangan (fraud)
yang dilakukanpun bervariasi, mulai dari mengakali prinsip akuntansi berlaku umum
(Standar Akuntansi Keuangan), melakukan manajemen laba yang agresif hingga
melakukan tindakan ilegal yang kemudian disembunyikan, dan berujung pada
kebangkrutan perusahaan. Tidak jarang pula kasus kecurangan pelaporan keuangan yang
terjadi, juga melibatkan auditor perusahaan
Perilaku dan alasan/motif manajemen melakukan fraud atau kecurangan dalam
laporan keuangan banyak dijelaskan dalam teori fraud. Tekanan (pressures) yang dihadapi
manajemensebagai agent bagi investor (principal) seperti tekanan untuk meningkatkan
kinerja atau menaikkan nilai perusahaan di bursa misalnya, juga dapat dijadikan semacam
pembenaran/rasionalisasi (rationalization) bagi manajemen untuk melakukan manipulasi
laporan keuangan
1.2 Rumusan masalah
1. Mengidentifikasi Penyalahgunaan/kecurangan pada Kas
2. Mengidentifikasi Penyalahunaan/kecurangan pada Persediaan barang dan Aktiva
Tetap
3. Mengidentifikasi Penyalahgunaan/kecurangan pada Kewajiban
4. Mengidentifikasi Penyalahgunaan/kecurangan pada Penjualan
5. Mengidentifikasi Penyalahgunaan/kecurangan pada Biaya
6. Mengidentifikasi penyalahgunaan/kecurangan pada Pembelian
1.3 Tujuan
1. Mengetahui penyalahgunaan kecurangan pada Kas
2. Mengetahui penyalahgunaan kecurangan pada Persediaan barang dan Aktiva Tetap
3. Mengetahui penyalahgunaan kecurangan pada Kewajiban
4. Mengetahui penyalahgunaan kecurangan pada Penjualan
5. Mengetahui penyalahgunaan kecurangan pada Biaya
6. Mengetahui penyalahgunaan kecurangan pada Pembelian
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyalahgunaan/Kecurangan pada Kas


Kas merupakan aktiva lancar yang paling berharga bagi perusahaan karena sifatnya
yang likuid. Hampir semua transaksi bermula dan berakhir kepenerimaan kas atau
pengeluaran kas. Tanpa tersedianya kas yang memadai, perusahaan akan mengalami
kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Akibatnya, kegiatan atau aktivitas
perusahaan akan terhambat dan tujuan tidak dapat dicapai.
Kas adalah aktiva perusahaan yang selalu berputar kesegenap bagian dalam tubuh
perusahaan. Kas merupakan media pertukaran dan dasar untuk mengukur perkiraan yang
terdapat didalam laporan keuangan karena kas bersifat relevan, sederhana serta dipakai
secara universal didalam menilai perubahan modal dan pertukaran barang dan jasa
Kas juga dimasukkan sebagai aktiva lancar karena kas memiliki tingkat likuiditas
yang tinggi, bahkan paling tinggi diantara semua aktiva perusahaan yang ada. Oleh
karena itu didalam mengelola kas harus diterapkan suatu pengendalian yang baik atas kas,
kerena kas sering dijadikan alat untuk melakukan penyelewengan dan kecurangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (31.3: 2002 ) menyebutkan bahwa : "Kas


adalah mata uang kertas dan logam, baik rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku
sebagai alat pembayaran yang sah."
Pengertian kas adalah termasuk mata uang rupiah dan valuta asing yang ditarik dari
peredaran dan yang masih dalam masa tenggang untuk pertukarannya ke Bank Indonesia
atau bank sentral negara yang bersangkutan. Sementara itu pengertian kas tersebut tidak
termasuk emas batangan dan uang logam yang diterbitkan untuk memperingati peristiwa
nasional
1. Bentuk Kecurangan Kas
a. Kecurangan dalam penerimaan kas
 Lapping, yaitu menyelewengakan kas dengan cara melaporkan penerimaan
lebih lambat dari pada saat penerimaannnya, perkiraan debitur yang
bersangkutan baru akan dikredit setelah diterima pembayaran dari debitur
lain
 Menggunakan dana untuk sementara waktu, tanpa melakukan catatan atau
pembukuan atau hanya dengan tidak mencatat uang yang telah diterima
 Dengan mencantumkan angka penjumlahan buku kas yang lebih besar atau
lebih kecil atas penerimaan daripada jumlah yang sebenarnya
 Dengan terlalu tinggi membukukan potongan harga dan potongan lainnya
 Dengan menghapuskan piutang sebagai tak tertagih dan mengantungi uang
hasil penagihan piutang
 Dengan mengantongi kelebihan kas
 Menaikan jumlah cek setelah ditandatangani
 Menguangkan cek kontan
b. Kecurangan dalam Pengeluaran Kas
 Kitting, yaitu pinjaman tanpa mendapat persetujuan dengan tidak mencatat
pembayaran, tetapi mencatat penyetoran dalam hal melakukan transfer
bank
 Mencantumkan jumlah total yang tidak benar dalam buku kas
 Menaikan jumlah cek setelah ditandatangani
 Mencantumkan potongan harga dengan jumlah yang lebih rendah daripada
yang sebenarnya
 Menguangkan cek gaji/upah/deviden yang belum ditagih oleh yang berhak
 Memalsukan cek dan memusnahkan nya pada saat telah diterima dari
bank, menggantikannya dengan cek lain yang dibatalkan atau dengan nota
pembebanan
 Dengan membukukan pengeluaran palsu
2. Kasus Penyalahgunaan/Kecurangan Pada Kas
PT Hasjrat Multifinance memiliki standar operasional perusahaan (SOP) yang
dibuat oleh manajemen yang mengacu pada pengendalian committee of sponsoring
organizations of the treadway commission (COSO) dengan tujuan untuk memastikan,
agar semua divisi serta seluruh karyawan dapat menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya masing-masing yang dapat memberikan dampak yang positif bagi
perusahaan tersebut. Salah satunya manajemen perusahaan membuat suatu kebijakan
yang baru untuk prosedur penerimaan kas melalui pembayaran angsuran tidak hanya
melalui pembayaran secara langsung ke kantor cabang akan tetapi dapat dilakukan
melalui beberapa cara yaitu pembayaran menggunakan rekening virtual bank melalui
bank danamon, bank rakyat indonesia dan bank central asia, bank mandiri,
pembayaran via kantor pos serta pembayaran via Alfamart
Kasus tersebut bermula saat yang bersangkutan di tunjuk oleh pimpinan cabang
untuk memegang jabatan kasir pada tanggal 01 Juli 2020. Selama menjadi kasir yang
bersangkutan melakukan tindakan kecurangan melalui penerimaan angsuran yang
bersumber dari costumer. Tindakan kecurangan yang dilakukan dengan cara lapping,
saat costumer melakukan pembayaran angsuran secara tunai lebih dari 1 atau 2
angsuran, misalnya costumer membayar angsuran untuk 3 atau 6 bulan ke depan,
maka, angsuran pertama dan kedua akan dibukukan secara langsung dan sudah
tercatat pada sistem perusahaan, akan tetapi untuk 4 angsuran selanjutnya tidak
dibukukan oleh kasir tersebut, tetapi diterbitkan kwitansi fiktif yang samaDari kasus
diatas, terlihat bahwa terjadinya kecurangan (fraud) menunjukkan lemahnya
pengendalian internal perusahaan
persis dengan kwitansi perusahaan, sehingga costumer menyadari bahwa seluruh
pembayaran angsurannya sudah terinput di sistem perusahaan, akan tetapi hanya 2
angsuran saja yang terinput di sistem perusahaan. Tindakan kecurangan yang
dilakukan oleh kasir dilakukan sudah sekitar 6 bulan, terhitung saat ditunjuk sebagai
kasir pada tanggal 01 Juli 2020 sampai dengan 01 Januari 2021. Kasus kecurangan
juga berlanjut bukan hanya kasir saja yang melakukan tindakan kecurangan. Akan
tetapi tindakan kecurangan juga dilakukan oleh petugas lapangan dengan membuat
kwitansi pasar dan kwitansi proforma penagihan saat melakukan kunjungan ke
costumer untuk melakukan penagihan pembayaran angsuran yang sudah jatuh tempo.
1) Faktor penyebab dilakukannya kecurangan Oleh PT Hasjrat Multifinance
a. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
menyebabkan terjadi kesalahan prosedur SOP Kas dan Bank yang
dijalankan yang mengacu pada SOP Hasjrat Abadi, karena pada saat itu PT
Hasjrat Abadi Kotamobagu dan PT Hasjrat Multifinance Kotamombagu masih
gabung, sehingga SOP Kas dan Bank yang dijalankan adalah SOP dari Hasjrat
Abadi Kotamobagu, padahal SOP nya berbeda, sehingga karena SOPnya
berbeda, maka terjadi salah prosedur dalam pemeriksaan kwitansi angsuran
b. Adanya rangkap jabatan yang terjadi pada lingkungan pekerjaan pada PT
Hasjrat Multifinance Cabang Kotamobagu, menyebabkan terjadinya
tindakan fraudyang dilakukan oleh beberapa petugas lapangan yang terkait
dengan penggelapan uang costumer
c. Perekrutan karyawan, Akibat tidak dijalankannya prosedur SOP terkait
perekrutan karyawan, menyebabkan si calon karyawan tersebut ternyata
memiliki sikap dan perilaku yang tidak baik di perusahaan tempat kerja
sebelumnya, terkait kasus tindakan kecurangan dan yang bersangkutan
sudah memiliki catatan kriminal di kepolisian
Sikap dan perilaku yang buruk yang dilakukan di perusahaan
sebelumnya, dilakukan juga di PT Hasjrat Multifinance Cabang Kotamobagu,
saat yang bersangkutan dipercayakan sebagai kasir pada bulan Juli sampai
dengan Desember 2020 dengan menggelapkan uang costumer dengan cara
lapping, yaitu dengan menerbitkan kwitansi fiktif yang sama persis dengan
kwitansi yang tercetak di perusahaan, apabila ada costumer yang melakukan
pembayaran angsuran lebih dari 1 (satu) angsuran, maka angsuran berikutnya
tidak diinput di sistem perusahaan tetapi dibuatkan kwitansi fiktif yang sama
persis dengan kwitansi yang tercetak diperusahaan sehingga costumer
menyadari bahwa angsuran yang dibayarkan sudah masuk ke kas
perusahaan
d. Pimpinan cabang tidak bisa memberikan keputusan yang tegas terhadap setiap
karyawan yang melakukan tindakan kecurangan, karena pimpinan cabang juga
sebelumnya melakukan tindakan kecurangan terkait kendaraan tarikan yang
ditarik oleh petugas penagihan, karena costumer sudah tidak lagi melakukan
pembayaran angsuran, kemudian costumer datang ke kantor dan menghadap
pimpinan cabang untuk melakukan negosiasi terkait tunggakan pembayaran
angsuran, agar kendaraan yang sudah ditarik dapat dibawah pulang oleh
costumer. Pimpinan cabang menyetujui negosiasi terkait pembayaran
angsuran, sehingga costumer melakukan pembayaran angsuran terhadap
seluruh tunggakan angsuran dan uang tersebut diterima langsung oleh
pimpinan cabang dan tidak disetorkan ke kas perusahaan
2) Dampak/Akibat dilakukannya kecurangan oleh PT Hasjrat Multifinance
a. Mengakibatkan terjadi salah prosedur yang berhubungan dengan kwitansi
angsuran, sehingga tidak dilakukan pemeriksaan berapa banyak kwitansi
yang terpakai setiap hari, yang menyebabkan adanya peluang untuk
melakukan tindakan kecurangan dengan menerbitkan kwitansi fiktif yang
sama persis dengan kwitansi perusahaan
b. Terjadinya rangkap pekerjaan diantara beberapa bagian (sesuai struktur
organisasi) yang mengakibatkan fungsi pengawasan diantara setiap bagian
tidak berjalan dengan baik
c. Prosedur Perekrutan karyawan masih dipengaruhi oleh karyawan-
karyawan yang memiliki posisi yang tinggi, tanpa melihat latar
belakang karyawan tersebut, sehingga proses perekrutan karyawan tidak
berjalan dengan baik.
d. Pimpinan cabang tidak tegas di dalam menindak lanjuti terhadap setiap
karyawan yang melakukan tindakan kecurangan, dan hal tersebut
diketahui oleh setiap karyawan dan dijadikan sebagai suatu sikap
rasionaliasi untuk mencari suatu pembenaran terhadap tindakan
kecurangan
3) Solusi pencegahaan kecurangan oleh PT Hasjrat Multifinance
a. Dilakukan sosialiasi terkait fraud yang berhubungan dengan SOP Kas dan
Bank sebagai bagian dari program perusahaan untuk memberikan pemahaman
dan pengetahun tentang indikasi-indikasi kecurangan yang terjadi di lingkup
perusahaan
b. Manajemen perlu melakukan penambahan man power, yang bertujuan agar
tidak terjadi overload pekerjaan serta adanya pemisahan tugas dan tanggung
jawab yang tidak dikerjakan oleh orang yang sama
c. Perlu dibuat suatu aturan bahwa setiap penerimaan calon karyawan baru harus
dilakukan pengecekan verifikasi terkait latar belakang serta sikap dan perilaku
calon karyawan baru serta dihilangkan budaya yang memiliki koneksi
d. Perlu adanya tindakan yang lebih tegas terkait kecurangan yang merugikan
pihak perusahaan dan pihak lain, harus diberikan punishment sesuai dengan
aturan perusahaan sehingga sikap rasionalisasi dapat dihilangkan dari
lingkungan perusahaan agar mereka menyadari bahwa tindakan kecurangan
tidak dapat ditawar lagi

2.2 Penyalahgunaan/kecurangan pada persediaan barang dan aktiva tetap


Persediaan merupakan salah satu faktor yang penting di dalam menunjang
aktivitas perusahaan, karena tanpa adanya persediaan maka aktivitas perusahaan
akan terganggu, selain itu ketersediaan perusahaan dalam jumlah yang cukup dibutuhkan
untuk berjaga-jaga kalau setiap saat ada konsumen yang ingin membeli produk kita.
Pada setiap perusahaan terdapat beraneka ragam masalah. Tidak jarang antara
perusahaan yang satu dan yang lain memiliki masalah yang sama, namun pemecahan
masalah yang diterapkan pada perusahaan belum tentu sesuai apabila diterapkan
diperusahaan yang lain
Aktiva atau biasa disebut asset merupakan harta yang menjadi sumber ekonomi
perusahaan yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Menurut Standar
Akuntansi Keuangan, dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Untuk menghasilkan produk ini maka peranan aktiva tetap sangat besar, seperti lahan
sebagai tempat berproduksi, bangunan sebagai tempat pabrik dan kantor, mesin dan
peralatan sebagai alat untuk berproduksi dan lain-lain.
1. Persediaan barang
1) Bentuk Kecurangan Persediaan
 Overstating atau menggelembungkan jumlah persediaan, Ini terjadi ketika
seseorang memasukkan jumlah persediaan yang tidak sesuai dengan jumlah
yang sebenarnya ada di gudang atau toko. Hal ini biasanya dilakukan untuk
meningkatkan nilai aset perusahaan dan membuatnya terlihat lebih baik di
mata investor atau pemegang saham
 Understating atau merendahkan jumlah persediaan, Sebaliknya dengan
over stating, understating terjadi ketika seseorang memasukkan jumlah
persediaan yang lebih rendah daripada yang sebenarnya ada di gudang atau
toko. Hal ini biasanya dilakukan untuk menyembunyikan kelebihan persediaan
atau ketidakmampuan perusahaan untuk menjual persediaan dengan cepat
 Memalsukan laporan persediaan, Seseorang dapat memalsukan laporan
persediaan dengan cara memasukkan barang-barang yang tidak ada di gudang
atau toko, atau mengubah angka pada laporan untuk menunjukkan bahwa
persediaan lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang sebenarnya. Hal ini
dapat menyebabkan perusahaan membuat keputusan bisnis yang salah dan
menimbulkan kerugian keuangan
 Penjualan persediaan yang tidak tercatat, Ketika seseorang menjual barang
dari gudang atau toko tetapi tidak mencatat penjualan itu, hal itu dapat
menyebabkan kerugian keuangan yang signifikan bagi perusahaan. Ini dapat
terjadi ketika seorang karyawan mencuri persediaan dan menjualnya di luar
perusahaan, atau ketika seorang karyawan membeli persediaan untuk
digunakan secara pribadi
 Pemindahan persediaan antar toko atau gudang tanpa catatan, Ini terjadi
ketika persediaan dipindahkan dari satu toko atau gudang ke yang lain tanpa
mencatatnya di laporan persediaan. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan
atau kelebihan persediaan di toko atau gudang yang bersangkutan, dan
menyebabkan kesulitan dalam manajemen persediaan.
2) Kasus Penyalahgunaan/Kecurangan pada persediaan
Kasus kecurangan persediaan yang terjadi di PT Garuda Indonesia Tbk pada
tahun 2019 adalah suatu tindakan yang tidak dapat diterima dan melanggar etika
bisnis yang baik. Menurut laporan, kecurangan ini dilakukan oleh pejabat
perusahaan yang seharusnya bertanggung jawab atas pengelolaan persediaan dan
hadiah-hadiah yang diberikan kepada penumpang.
Kecurangan ini dilakukan dengan menjual hadiah-hadiah tersebut kembali
kepada pihak ketiga, sehingga merugikan perusahaan sebesar Rp 49,9 miliar.
Dalam hal ini, perusahaan harus menanggung kerugian yang sangat besar akibat
tindakan pejabat yang tidak bertanggung jawab.
Tindakan kecurangan seperti ini sangat merugikan perusahaan, tidak hanya dari
segi finansial, tetapi juga dampak negatif pada reputasi perusahaan
a. Faktor penyebab dilakukannya kecurangan Oleh PT garuda Indonesia
Tbk
Salah satu faktor penyebab dilakukannya kecurangan adalah kebutuhan
keuangan yang mendesak yang mungkin menjadi faktor pendorong
kecurangan persediaan. PT Garuda Indonesia Tbk mungkin menghadapi
masalah keuangan pada saat itu dan pejabat perusahaan yang terlibat dalam
kecurangan mungkin melihat kesempatan untuk mendapatkan uang tambahan
dengan menjual barang-barang mewah yang seharusnya diberikan sebagai
hadiah kepada penumpang kelas bisnis
b. Dampak/Akibat dilakukannya kecurangan Oleh PT Garuda Indonesia
Tbk
Kasus kecurangan persediaan yang dilakukan oleh PT Garuda
Indonesia Tbk pada tahun 2019 memiliki dampak yang signifikan
Dampak utama dari kasus ini adalah kerugian finansial yang dialami oleh
perusahaan. Kecurangan ini diperkirakan merugikan PT Garuda Indonesia Tbk
sebesar Rp 49,9 miliar, yang dimana kerugian ini dapat berdampak pada
kondisi keuangan perusahaan, kredibilitas perusahaan, dan kepercayaan
investor. Tak hanya itu akibat lainnya yaitu dapat menurunkan reputasi
perusahaan di mata publik. Hal ini dapat berdampak pada penurunan
kepercayaan konsumen, dan juga kepercayaan pelanggan bisnis, seperti
perusahaan yang menggunakan layanan penerbangan dari PT Garuda
Indonesia Tbk.
c. Solusi pencegahan kecurangan Oleh PT Garuda Indonesia Tbk
Berikut merupakan beberapa solusi dalam pencegahan kecurangan
yaitu dengan Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas: Perusahaan harus
memastikan bahwa semua proses persediaan terdokumentasi secara akurat dan
transparan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan sistem manajemen
persediaan yang canggih dan melibatkan berbagai pihak dalam pengawasan,
seperti auditor internal dan eksternal. Meningkatkan pengawasan internal:
Perusahaan harus meningkatkan pengawasan internal dengan memperkuat
sistem kontrol internal, termasuk pengendalian persediaan yang ketat.
Pengawasan ini dapat dilakukan dengan mengembangkan tim internal yang
terdiri dari auditor dan ahli di bidang persediaan.

2. Aktiva Tetap
1) Bentuk Kecurangan Aktiva Tetap
 Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation)
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta
perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah
dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined
value)
 Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement)
Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau
eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi
keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial
engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh
keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing
 Korupsi (Corruption)
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama
dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis
yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan
hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik
sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali
tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati
keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya adalah
penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest),
penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan
pemerasan secara ekonomi (economic extortion)
2) Kasus Penyalahgunaan/Kecurangan pada Aktiva Tetap
Pada tahun 2020, PT Garuda Indonesia Tbk terlibat dalam kasus kecurangan
terkait dengan penyusutan aktiva tetap. Perusahaan ini melakukan penyajian nilai
aset yang tidak wajar dan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Kasus ini mengakibatkan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan dan juga
merusak reputasi perusahaan di mata publik
a. Faktor penyebab dilakukannya kecurangan Oleh PT garuda Indonesia
Tbk
Kasus kecurangan yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia Tbk
terkait dengan penyusutan aktiva tetap diduga sebagai upaya untuk menutupi
kerugian perusahaan yang sebenarnya. Namun, ada beberapa yang mungkin
menjadi faktor penyebab dari kecurangan yang di lakukan oleh PT Garuda
Indonesia Tbk salah satunya adalah Tekanan keuangan yang tinggi. Seperti
yang diketahui PT Garuda Indonesia Tbk merupakan salah satu maskapai
penerbangan terbesar di Indonesia yang terkena dampak pandemi COVID-19
yang mengakibatkan penurunan jumlah penumpang dan pendapatan yang
signifikan. Maka dari itu Tekanan keuangan yang tinggi ini dapat menjadi
salah satu pemicu dilakukannya kecurangan akuntansi.
b. Dampak/Akibat dilakukannya kecurangan Oleh PT Garuda Indonesia
Tbk
Dilakukannya kecurangan oleh PT Garuda Indonesia Tbk terkait dengan
penyusutan aktiva tetap pasti memiliki dampak di antaranya adalah Kerugian
keuangan: Kecurangan dalam penyusutan aktiva tetap yang dilakukan oleh PT
Garuda Indonesia Tbk mengakibatkan kerugian keuangan yang signifikan bagi
perusahaan. Hal ini dapat berdampak pada kinerja keuangan perusahaan,
termasuk menurunnya nilai saham dan penurunan kredibilitas perusahaan di
mata investor.
c. Solusi pencegahan kecurangan Oleh PT Garuda Indonesia Tbk
Kasus kecurangan yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia Tbk sangat
merugikan perusahaan dan juga mempengaruhi kepercayaan publik terhadap
perusahaan. Berikut adalah beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya kecurangan
 Transparansi dan akuntabilitas: PT Garuda Indonesia Tbk harus lebih
transparan dalam mengungkapkan informasi keuangan dan operasional
perusahaan kepada publik. Hal ini akan membantu mengurangi risiko
terjadinya kecurangan karena perusahaan akan lebih terbuka dan
akuntabel dalam menjalankan bisnisnya
 Audit independen: Perusahaan harus melakukan audit independen
secara berkala untuk memastikan bahwa penyajian laporan keuangan
dan aktivitas bisnis sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
 Pemberian sanksi yang tegas: Jika terbukti melakukan kecurangan, PT
Garuda Indonesia Tbk harus memberikan sanksi yang tegas kepada
pelaku kecurangan untuk menunjukkan bahwa perusahaan tidak
mentolerir perilaku yang tidak etis dan merugikan perusahaan.

2.2 Penyalahgunaan/Kecurangan pada kewajiban/liabilitas


Liabilitas dikategorikan lancar atau tidak lancar sesuai dengan tanggal jatuh
temponya. Cakupannya termasuk jasa terutang kepada pihak ketiga, pinjaman dana tunai
dari perbankan atau perorangan, atau transaksi yang telah terjadi tapi belum dibayarkan
oleh perusahaan. Liabilitas yang paling umum adalah yang berjumlah paling besar seperti
utang dagang dan utang obligasi. Kebanyakan perusahaan besar memiliki dua akun ini
dalam neraca saldonya karena sudah menjadi hal lumrah bagi perusahaan untuk mendanai
operasional baik jangka pendek maupun panjang.
Dalam perusahaan, liabilitas merupakan aspek penting karena dapat digunakan untuk
membiayai operasional dan ekspansi dalam skala besar. Liabilitas juga dapat
mempermudah transaksi bisnis antar dua perusahaan dan menjadikannya lebih efisien
1. Bentuk Kecurangan kewajiban/liabilitas
 Mengabaikan kewajiban: Salah satu bentuk kecurangan kewajiban adalah
dengan sengaja mengabaikan kewajiban yang telah disepakati. Misalnya, seorang
karyawan yang tidak memenuhi tugas-tugasnya secara tepat waktu atau seorang
kontraktor yang tidak menyelesaikan proyek sesuai dengan jangka waktu yang
telah disepakati
 Mengubah isi perjanjian: Bentuk kecurangan kewajiban lainnya adalah dengan
mengubah isi perjanjian tanpa persetujuan pihak lain. Misalnya, seorang penjual
yang mengubah jumlah barang yang telah disepakati atau mengubah harga tanpa
sepengetahuan pembeli
 Menyembunyikan informasi: Kecurangan kewajiban juga dapat terjadi jika
salah satu pihak menyembunyikan informasi yang penting atau relevan untuk
perjanjian yang telah disepakati. Misalnya, seorang pihak yang mengetahui
adanya cacat pada barang yang dijual tetapi menyembunyikannya dari pembeli
 Memalsukan dokumen: Salah satu bentuk kecurangan kewajiban adalah dengan
memalsukan dokumen atau surat yang berkaitan dengan perjanjian yang telah
disepakati. Misalnya, seorang karyawan yang memalsukan laporan keuangan
perusahaan atau seorang penjual yang memalsukan faktur penjualan
 Melakukan kegiatan yang bertentangan dengan perjanjian: Bentuk
kecurangan kewajiban juga dapat terjadi jika salah satu pihak melakukan kegiatan
yang bertentangan dengan perjanjian yang telah disepakati. Misalnya, seorang
kontraktor yang tidak memenuhi spesifikasi pekerjaan yang telah disepakati atau
seorang pembeli yang tidak membayar sesuai dengan jangka waktu yang telah
disepakati.
2. Kasus penyalahgunaan/kecurangan pada kewajiban/Liabilitas
Salah satu kasus kecurangan dalam perusahaan di Indonesia terkait
penyalahgunaan kewajiban adalah kasus PT Bank Century. Pada tahun 2008, PT Bank
Century mengalami masalah likuiditas dan keuangan yang serius sehingga
memerlukan bantuan dari pemerintah. Namun, setelah pemerintah memberikan
bantuan, terungkap bahwa sejumlah pihak di dalam perusahaan melakukan tindakan
penyelewengan dana dan penyalahgunaan kewajiban, yang menyebabkan kerugian
bagi perusahaan dan negara.
Dalam kasus ini, sejumlah pejabat di PT Bank Century diduga melakukan
tindakan korupsi, seperti memberikan kredit yang tidak sehat kepada pihak yang tidak
memiliki kelayakan, memberikan suap kepada pihak tertentu, dan melakukan
manipulasi laporan keuangan. Tindakan ini membuat kondisi keuangan Bank Century
semakin buruk dan mengancam stabilitas sistem keuangan nasional
1) Faktor Penyebab Terjadinya Kecurangan Oleh PT Bank Century
Penyebab dilakukannya kecurangan dalam kasus PT Bank Century bisa
bermacam-macam. Beberapa kemungkinan penyebab meliputi:
a. Ambisi dan keserakahan individu: Dalam beberapa kasus kecurangan di
perusahaan, individu-individu yang terlibat didorong oleh ambisi dan
keserakahan pribadi. Mereka mungkin mengambil keuntungan dari posisi dan
akses mereka untuk mengalihkan dana perusahaan ke rekening pribadi mereka
atau mengambil keputusan bisnis yang merugikan perusahaan tetapi
menguntungkan diri mereka sendiri
b. Tekanan kinerja: Dalam beberapa kasus, individu yang terlibat dalam
kecurangan mungkin merasa terpaksa untuk melakukan tindakan yang tidak
etis karena tekanan kinerja yang tinggi. Mereka mungkin merasa bahwa
mereka harus mencapai target atau menghasilkan keuntungan tertentu untuk
mempertahankan posisi mereka dalam perusahaan.
c. Sistem pengendalian internal yang lemah: Kecurangan juga bisa terjadi ketika
perusahaan memiliki sistem pengendalian internal yang lemah atau tidak
memadai. Ini bisa memungkinkan individu untuk mengeksploitasi celah dalam
sistem dan melakukan kecurangan tanpa terdeteksi
d. Kebijakan perusahaan yang buruk: Kebijakan perusahaan yang buruk atau
tidak jelas bisa menciptakan situasi di mana kecurangan lebih mudah
dilakukan. Misalnya, jika perusahaan tidak memiliki kebijakan yang jelas
tentang konflik kepentingan atau penggunaan dana perusahaan, individu
mungkin merasa lebih bebas untuk melakukan tindakan yang tidak etis
e. Kurangnya pengawasan: Akhirnya, kecurangan bisa terjadi ketika perusahaan
tidak memiliki pengawasan yang memadai untuk mencegahnya. Ini bisa
terjadi jika manajemen tidak memantau dengan cermat aktivitas keuangan dan
bisnis perusahaan, atau jika lembaga pengawas seperti otoritas pasar modal
atau bank sentral tidak melakukan tugas mereka dengan baik
2) Dampak/Akibat dilakukannya kecurangan Oleh Pt Bank Century
Kasus kecurangan PT Bank Century memiliki dampak yang sangat besar terhadap
perekonomian dan reputasi Indonesia. Beberapa dampak yang dapat yang terjadi
dalam penyalahgunaan Kewajiban:
a. Kerugian Keuangan: Kasus penyalahgunaan kewajiban dalam PT Bank
Century menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan dan negara.
Pemerintah Indonesia telah menyuntikkan dana sebesar Rp 6,7 triliun untuk
menyelamatkan bank tersebut, namun sejumlah pihak dalam perusahaan
melakukan penyelewengan dana sehingga menyebabkan kerugian yang lebih
besar
b. Ketidakpercayaan Investor: Kasus kecurangan dalam PT Bank Century
menyebabkan hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan di
Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan investor menarik investasi mereka dari
perusahaan-perusahaan di Indonesia, yang pada akhirnya dapat merusak
perekonomian negara
c. Kerugian bagi Masyarakat: Kasus kecurangan dalam PT Bank Century juga
memberikan dampak buruk bagi masyarakat, terutama bagi nasabah dan
pemegang saham. Mereka kehilangan kepercayaan terhadap perusahaan dan
merasakan kerugian finansial karena nilai saham mereka turun.

Dalam keseluruhan, kasus kecurangan PT Bank Century memberikan dampak


yang sangat besar bagi perekonomian dan reputasi Indonesia. Hal ini juga
menunjukkan pentingnya tindakan pencegahan dan penegakan hukum dalam
melindungi kepentingan perusahaan, masyarakat, dan negara

3) Solusi pencegahan penyalahgunaan atau kecurangan Oleh PT Bank Century


Berikut beberapa solusi pencegahan kecurangan yang dapat diimplementasikan
untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa depan:
a. Membuat kebijakan anti-kecurangan yang jelas dan tegas, dimana Perusahaan
harus memiliki kebijakan anti-kecurangan yang jelas dan tegas, serta
memastikan bahwa kebijakan tersebut diterapkan secara konsisten dan ketat.
Kebijakan ini harus mencakup prosedur dan aturan yang jelas tentang
penggunaan dana dan kewajiban perusahaan
b. Menerapkan prinsip tata kelola yang baik: Perusahaan harus menerapkan
prinsip tata kelola yang baik, termasuk pengawasan dan pemantauan yang
ketat terhadap kinerja perusahaan, tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
para karyawan, dan keputusan-keputusan penting yang diambil oleh
manajemen
c. Menjaga transparansi dan akuntabilitas: Perusahaan harus memastikan
transparansi dan akuntabilitas dalam semua aspek bisnis, termasuk dalam
pengelolaan keuangan dan pelaporan keuangan. Hal ini dapat dilakukan
dengan menyediakan laporan keuangan yang lengkap dan terpercaya kepada
publik
d. Melakukan pelatihan dan sosialisasi anti-kecurangan: Perusahaan harus
memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada seluruh karyawan mengenai
pentingnya pencegahan kecurangan dan tindakan yang harus diambil jika
terjadi tindakan yang mencurigakan
e. Memiliki mekanisme pengaduan yang efektif: Perusahaan harus memiliki
mekanisme pengaduan yang efektif, sehingga karyawan dapat melaporkan
tindakan-tindakan yang mencurigakan tanpa takut akan reaksi negatif atau
penghukuman
f. Melakukan audit internal dan eksternal: Perusahaan harus melakukan audit
internal dan eksternal secara rutin untuk memastikan kepatuhan terhadap
kebijakan anti-kecurangan dan prinsip tata kelola yang baik
g. Mengimplementasikan teknologi keamanan: Perusahaan harus
mengimplementasikan teknologi keamanan yang terbaru dan terpercaya untuk
mengamankan data dan informasi penting perusahaan, serta untuk
meminimalisir tindakan kecurangan seperti penyelewengan dana

2.3 Penyalahgunaan/Kecurangan pada penjualan


Penjualan adalah sebuah usaha atau langkah konkrit yang dilakukan untuk
memindahkan suatu produk, baik itu berupa barang atau jasa, dari produsen kepada
konsumen sebagai sasarannya. Tujuan utama penjualan yaitu mendatangkan keuntungan
atau laba dari produk atau barang yang dihasilkan produsennya dengan pengelolaan yang
baik. Dalam pelaksanaannya, penjualan sendiri tak akan dapat dilakukan tanpa adanya
pelaku yang bekerja didalamnya seperti agen, pedangang, dan tenaga pemasaran.
Melakukan penjualan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari pembeli,
mempengaruhi, dan memberi pembeli agar pembelian dapat menyesuaikan kebutuhannya
dengan produksi yang ditawarkan serta mengadakan perjanjian yang ditawarkan serta
mengadakan perjanjian mengenai harga yang menguntungkan kedua belah pihak jadi
kesimpulannya bahwa penjualan adalah suatu kegiatan dan cara untuk mempengaruhi
pribadi agar terjadi pembelian (penyerahan) barang atau jasa yang ditawarkan,
berdasarkan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam kegiatan tersebut.
1. Bentuk kecurangan penjualan
Ada beberapa bentuk kecurangan yang dapat terjadi dalam penjualan, di
antaranya:
 Manipulasi harga: Penjual mengatur harga barang dengan cara yang tidak adil
untuk keuntungan mereka sendiri, seperti memberikan diskon yang palsu atau
menaikkan harga barang secara tiba-tiba untuk memanfaatkan situasi pasar
yang sedang menguntungkan
 Pemalsuan produk: Penjual memalsukan produk atau merek terkenal untuk
menjual barang palsu dengan harga yang sama atau lebih mahal daripada
produk asli
 Penipuan: Penjual menggunakan taktik penipuan, seperti memberikan
informasi yang salah tentang produk atau menjanjikan layanan yang tidak
dapat diberikan, untuk menipu pembeli
 Penjualan paksa: Penjual memaksa pembeli untuk membeli produk yang tidak
mereka inginkan atau membeli dalam jumlah yang lebih banyak dari yang
mereka butuhkan
 Perjanjian yang tidak adil: Penjual memaksa pembeli untuk menandatangani
perjanjian yang tidak adil, seperti kontrak yang mengikat pembeli untuk
membeli produk atau layanan di masa depan tanpa memberikan jaminan atau
jaminan yang cukup
 Informasi yang tidak lengkap: Penjual memberikan informasi yang tidak
lengkap atau mengecualikan informasi yang penting untuk keputusan
pembelian yang tepat
 Pengiriman dan tagihan yang salah: Penjual mengirim produk yang salah atau
tidak memenuhi standar kualitas yang dijanjikan dan mengenakan biaya yang
tidak seharusnya kepada pembeli
 Penggunaan taktik tekanan: Penjual menggunakan taktik tekanan untuk
memaksa pembeli untuk membeli produk atau layanan, seperti menawarkan
diskon yang berlaku hanya untuk waktu yang terbatas atau mengancam untuk
menarik tawaran jika pembeli tidak segera membeli
2. Kasus penyalahgunaan/kecurangan pada penjualan
Kasus kecurangan pada penjualan PT. Trans Retail Indonesia (Carrefour) Pada
tahun 2018, PT. Trans Retail Indonesia (Carrefour) dijatuhi sanksi oleh Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) karena melakukan praktik kartel dan monopoli
harga pada produk-produk tertentu di sejumlah toko mereka di Indonesia. Praktik ini
dilakukan dengan melakukan kesepakatan dengan beberapa distributor untuk
menaikkan harga produk hingga 35 persen
1) Faktor penyebab dilakukannya penyalahgunaan/kecurangan pada penjualan
Seseorang melakukan kecurangan dengan tujuan untuk memaksimalkan
keuntungan perusahaan dengan cara menaikkan harga produk secara tidak wajar.
Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab kecurangan pada penjualan PT.
Trans Retail Indonesia (Carrefour) yaitu
a. Tekanan Persaingan: Persaingan ketat di pasar retail Indonesia dapat memaksa
perusahaan untuk mencari cara agar dapat mempertahankan atau
meningkatkan pangsa pasar dan keuntungan. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan menaikkan harga produk yang dijual
b. Kebutuhan Keuntungan: Seperti bisnis pada umumnya, tujuan utama dari PT.
Trans Retail Indonesia (Carrefour) adalah untuk memperoleh keuntungan.
Namun, dalam beberapa kasus, perusahaan dapat melakukan kecurangan untuk
memaksimalkan keuntungan mereka dengan cara menaikkan harga produk
hingga tinggi yang tidak wajar
2) Dampak/Akibat dilakukannya kecurangan pada Oleh PT. Trans Retail
Indonesia (Carrefour)
Berdampak pada konsumen yang dimana Konsumen akan merasakan dampak
langsung dari peningkatan harga produk yang dilakukan oleh Carrefour.
Peningkatan harga dapat mengakibatkan konsumen membeli produk dengan harga
yang lebih mahal atau mencari alternatif produk dari toko lain. Hal ini dapat
mengurangi kepuasan konsumen dan membuat mereka kehilangan kepercayaan
pada Carrefour. Tidak hanya itu dampak lainnya terjadi pada persaingan usaha
yang dimana Praktik kartel dan monopoli harga dapat merugikan pesaing
Carrefour yang tidak terlibat dalam praktik tersebut. Hal ini dapat menghambat
persaingan usaha yang sehat dan mengakibatkan kerugian ekonomi
3) Solusi pencegahan penyalahgunaan atau kecurangan Oleh PT. Trans Retail
Indonesia (Carrefour)
Dalam kasus ini perlunya Menerapkan sistem kontrol internal yang ketat
dimana Perusahaan harus memiliki sistem kontrol internal yang ketat untuk
mencegah praktik kecurangan seperti kartel dan monopoli harga. Sistem ini harus
melibatkan pengawasan dari manajemen dan audit internal yang independen,
Memperkuat peraturan dan regulasi terkait praktik kartel dan monopoli harga,
serta memberikan sanksi yang tegas kepada perusahaan yang melakukan
pelanggaran, dan juga Meningkatkan transparansi yang memberikan informasi
yang jelas dan transparan kepada konsumen dan pihak terkait terkait harga produk.
Ini dapat dilakukan dengan mempublikasikan harga produk secara terbuka, serta
memberikan informasi tentang asal-usul produk dan distribusinya serta
Memperkuat pengawasan dan pemantauan: Pemerintah dan pihak terkait lainnya
seperti asosiasi industri dan konsumen harus memperkuat pengawasan dan
pemantauan terhadap praktik kartel dan monopoli harga. Mendorong persaingan
sehat: Pemerintah dan pihak terkait lainnya harus mendorong persaingan sehat di
industri, misalnya dengan memberikan dukungan dan insentif kepada pelaku
usaha yang menjalankan praktik bisnis yang sehat dan beretika.

2.4 Penyalahgunaan/Kecurangan Pada Biaya


Dalam ilmu bisnis dan akuntansi, pengertian biaya adalah nilai moneter atau jumlah uang
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu produk atau jasa. Beban
yang dikeluarkan mencakup persediaan, bahan baku, tenaga kerja, produk, peralatan,
layanan, dan lainnya. Jumlah yang dikeluarkan dicatat dalam catatan pembukuan sebagai
beban
1. Bentuk Kecurangan Biaya
 Mark-up harga: Ini terjadi ketika harga suatu barang atau jasa ditambahkan
dengan markup yang tidak masuk akal. Penambahan harga ini biasanya dilakukan
untuk meningkatkan keuntungan atau untuk menghindari kerugian
 Biaya tersembunyi: Biaya yang tidak diungkapkan sebelumnya atau disertakan
dalam kesepakatan awal. Biaya tersembunyi ini dapat mengejutkan dan
mengakibatkan biaya yang lebih tinggi dari yang diharapkan
 Double-billing: Ini terjadi ketika satu biaya atau transaksi dibebankan dua kali.
Hal ini bisa terjadi secara tidak sengaja atau disengaja, dan dapat mengakibatkan
biaya yang tidak perlu
 Biaya tambahan yang tidak diperlukan: Ini terjadi ketika biaya yang seharusnya
tidak diperlukan ditambahkan ke tagihan. Contohnya adalah biaya administrasi
atau biaya penanganan yang seharusnya sudah termasuk dalam harga yang
disepakati sebelumnya
 Penyembunyian biaya: Ini terjadi ketika biaya yang harusnya diungkapkan tidak
ditampilkan atau disebutkan dengan jelas pada tagihan. Ini dapat menyebabkan
keterkejutan atau kebingungan bagi konsumen
 Kesalahan penghitungan: Ini terjadi ketika kesalahan dalam perhitungan biaya
dilakukan, baik secara tidak sengaja maupun disengaja. Kesalahan penghitungan
dapat mengakibatkan tagihan yang salah dan merugikan pelanggan
 Overcharging: Ini terjadi ketika harga yang dibebankan untuk suatu produk atau
layanan lebih tinggi dari harga pasar yang sebenarnya. Ini dapat mengakibatkan
konsumen membayar lebih dari yang seharusnya mereka bayar
 Undercharging: Ini terjadi ketika harga yang dibebankan untuk suatu produk atau
layanan lebih rendah dari harga pasar yang sebenarnya. Ini dapat mengakibatkan
kerugian bagi penyedia layanan atau produk dan juga dapat mengganggu pasar
 Billing ghost: Ini terjadi ketika tagihan dikirimkan kepada konsumen untuk
layanan atau produk yang sebenarnya tidak pernah diberikan atau digunakan. Ini
merupakan bentuk penipuan yang jelas dan melanggar hukum

2. Kasus penyalahgunaan/kecurangan pada Biaya


PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Pada tahun 2019, PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk. melakukan kasus kecurangan yang terkait dengan biaya
operasional. Perusahaan ini diduga melakukan pemalsuan dokumen untuk mengelabui
auditor sehingga biaya operasional yang seharusnya dianggap sebagai beban
perusahaan, diubah menjadi beban nasabah
1) Faktor penyebab dilakukannya penyalahgunaan/kecurangan Oleh PT Bank
Negara Indonesia (Persero)
a. Faktor yang mendorong dilakukannya kecurangan karena adanya Tekanan
kinerja untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan oleh manajemen atau
regulator. Dalam situasi ini, beberapa karyawan atau manajemen perusahaan
mungkin merasa perlu untuk memanipulasi laporan keuangan agar terlihat
lebih baik dari kenyataannya
b. Ambisi Keuntungan menjadi faktor penting bagi perusahaan, terutama bagi
bank yang bergantung pada kinerja keuangan. Kecurangan dalam hal biaya
operasional dapat menghasilkan penampilan keuntungan yang lebih besar.
Namun, tindakan ini dapat membahayakan perusahaan dalam jangka panjang
jika ketidakjujuran terbongkar
c. Tidak adanya kontrol internal yang memadai: Kelemahan dalam sistem
pengendalian internal yang tepat dapat memungkinkan perilaku curang untuk
terjadi. Dalam hal ini, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mungkin
tidak memiliki sistem pengendalian internal yang memadai untuk memonitor
dan mencegah kecurangan.
2) Dampak/Akibat dilakukannya kecurangan Oleh PT Bank Negara Indonesia
(Persero)
Dampak dilakukan kecurangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. dapat
merugikan berbagai pihak, di antaranya:
a. Nasabah
Nasabah yang terdampak kecurangan dari PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk. akan merasa dirugikan karena biaya operasional yang
seharusnya menjadi beban perusahaan justru menjadi beban nasabah. Dengan
demikian, nasabah akan membayar biaya yang seharusnya seharusnya
ditanggung oleh perusahaan
b. Investor
Investor juga akan dirugikan karena tindakan kecurangan perusahaan dapat
memengaruhi kinerja keuangan dan reputasi perusahaan. Hal ini akan
berdampak pada harga saham perusahaan di pasar modal, sehingga investor
dapat mengalami kerugian
c. Kredibilitas perusahaan
Tindakan kecurangan dapat merusak reputasi perusahaan dan kredibilitasnya
di mata publik. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan perusahaan dengan
nasabah, investor, dan stakeholders lainnya
d. Kerugian finansial
Perusahaan dapat mengalami kerugian finansial akibat denda dan sanksi yang
diberikan oleh pemerintah atau regulator. Selain itu, reputasi yang rusak juga
dapat memengaruhi kinerja keuangan perusahaan dan membuat nasabah dan
investor kehilangan kepercayaan.
3) Solusi pencegahan penyalahgunaan atau kecurangan Oleh PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk harus menerapkan sistem pengendalian
internal yang kuat untuk mencegah terjadinya kecurangan di dalam perusahaan.
Sistem ini harus mencakup pengawasan yang ketat terhadap semua aktivitas
keuangan dan operasional perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan harus
memperketat kontrol dan pemisahan tugas antara bagian yang berbeda dalam
perusahaan, serta memperkuat sistem pelaporan keuangan dan pengawasan
internalnya. Meningkatkan Kepatuhan dan Etika KerjaPT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk. juga perlu meningkatkan kesadaran karyawan tentang pentingnya
kepatuhan dan etika kerja. Perusahaan dapat melakukan pelatihan dan pendidikan
secara teratur tentang standar etika bisnis yang berlaku dan memberikan sanksi
yang tegas bagi karyawan yang melanggar aturan tersebut. Memperkuat
Pengawasan dan Audit Internal PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. harus
memperkuat pengawasan dan audit internal untuk mencegah kecurangan. Audit
internal harus dilakukan secara teratur dan objektif untuk memastikan bahwa
semua transaksi keuangan dan operasional di perusahaan sesuai dengan standa dan
prosedur yang telah ditetapkan. Memperbaiki Sistem Pelaporan Keuangan PT
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. harus memperbaiki sistem pelaporan
keuangan agar lebih transparan dan akurat. Perusahaan harus menghindari
pemalsuan dokumen dan menyediakan informasi yang jelas dan lengkap tentang
semua transaksi keuangan yang dilakukan

2.6 Penyalahgunaan/Kecurangan pada Pembelian


Pembelian adalah kegiatan pengadaan barang atau jasa untuk mencapai tujuan
organisasi atau perusahaan. Tujuan utama dari purchasing department adalah untuk
menjaga kualitas dan nilai dari produk perusahaan, meminimalisasikan perputaran
modal yang dipakai untuk penyediaan stok barang, menjaga aliran barang masuk dan
barang keluar, dan memperkuat daya saing organisasi atau perusahaan. Purchasing
juga bisa dikatakan dalam penerimaan dan pemrosesan permintaan resmi (proses
pembelian barang), membuat penawaran dan mencari barang, evaluasi penawaran,
pemeriksaan atas barang yang diterima dan mengawasi atas penyimpanan dan
pemakaian yang tepat
Menurut Sofjan Assauri (2008) Pembelian merupakan salah satu fungsi yang
penting dalam berhasilnya operasi suatu perusahaan. Fungsi ini dibebani tanggung
jawab untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas bahan-bahan yang tersedia pada
waktu dibutuhkan dengan harga yang sesuai dengan harga yang berlaku. Pengawasan
perlu dilakukan terhadap pelaksanaan fungsi ini, karena pembelian menyangkut
investasi dana dalam persediaan dan kelancaran arus bahan ke dalam pabrik.
1. Bentuk Kecuranan Pembelian
Berikut adalah beberapa bentuk kecurangan pada penjualan yang sering terjadi:
 Penipuan: Penjualan barang palsu atau produk yang tidak sesuai dengan
deskripsi yang diiklankan, pengiriman barang palsu atau pengiriman produk
yang rusak
 Pemalsuan: Menjual produk palsu atau produk yang telah dipalsukan
 Penipuan Kredit: Mengajukan pinjaman atau kredit atas nama orang lain tanpa
izin atau menggunakan identitas palsu
 Penjualan di bawah meja: Menjual produk atau layanan secara ilegal dan tanpa
izin
 Penggunaan kembali produk yang dikembalikan: Menjual produk yang telah
dikembalikan ke toko, tanpa perbaikan atau modifikasi
 Penjualan produk yang kadaluarsa: Menjual produk yang sudah melewati
tanggal kedaluwarsa
 Pengisian data palsu: Mengisi data palsu dalam formulir penjualan untuk
menipu pelanggan atau lembaga pemberi pinjaman
 Pembebanan biaya yang tidak wajar: Mengeksplotasi pelanggan dengan
membebankan biaya yang tidak wajar atau biaya yang tidak diungkapkan
dengan jelas
 Penjualan paket atau produk yang tidak diperlukan: Memaksa pelanggan
untuk membeli paket atau produk tambahan yang sebenarnya tidak diperlukan
 Manipulasi harga: Menyesatkan pelanggan dengan memberikan diskon palsu
atau menaikkan harga dengan cara yang tidak wajar
 Pembelian barang dari supplier yang tidak sah: Membeli barang dari pemasok
yang tidak sah dan menjualnya sebagai barang asli
 Pelanggaran hak cipta: Menjual barang bajakan atau produk yang melanggar
hak cipta
2. Kasus Penyalahgunaan/kecurangan pada Pembelian
Proyek PLTU Riau-1 tersebut merupakan proyek pembangunan PLTU dengan
kapasitas 2x300 megawatt yang dikerjakan oleh PT Pembangkitan Jawa Bali
(PJB), sebuah anak perusahaan dari PT PLN (Persero). Proyek ini dibiayai oleh
pinjaman dari China Development Bank (CDB) senilai USD 1,6 miliar.
Dalam penyelidikan, KPK menemukan adanya dugaan tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh beberapa pejabat pemerintah dan perusahaan swasta yang terlibat
dalam proyek tersebut.
Dalam kasus ini, terdapat dugaan penyelewengan dana dalam proses pembelian
alat dan bahan bangunan yang digunakan dalam proyek PLTU Riau-1. Dalam
penyelidikan, KPK menemukan adanya transaksi yang mencurigakan antara
pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, seperti pembelian tanah yang dianggap
tidak sesuai dengan harga pasaran, pembelian kapal tongkang, dan pemberian
uang kepada sejumlah pejabat pemerintah
1) Faktor penyebab dilakukannya penyalahgunaan/kecurangan Oleh
PLTU Riau-1
Kesempatan: Proyek besar seperti PLTU Riau-1 menyediakan kesempatan
besar untuk mengambil keuntungan secara ilegal. Karena dana yang
terlibat dalam proyek ini sangat besar, para pelaku korupsi dapat
memperoleh keuntungan yang signifikan dengan memanipulasi proses
pembelian alat dan bahan bangunan

Ketidaktransparanan: Kurangnya transparansi dalam proses pengadaan


proyek dapat memudahkan pelaku korupsi untuk melakukan kecurangan.
Jika proses pengadaan tidak dilakukan secara terbuka dan transparan, para
pelaku korupsi dapat memanipulasi persyaratan dan hasil lelang, atau
memalsukan dokumen-dokumen yang diperlukan
2) Dampak/Akibat dilakukannya penyalahgunaan/kecurangan oleh
PLTU Riau-1
Kerugian finansial yang besar: Kecurangan dalam proyek ini diduga
melibatkan penyelewengan dana dalam proses pembelian alat dan bahan
bangunan. Hal ini mengakibatkan kerugian finansial yang besar bagi
negara dan pihak-pihak yang terlibat dalam proyek tersebut. Kerugian
tersebut dapat merugikan pembangunan infrastruktur yang lain yang
seharusnya mendapat prioritas Merusak citra Indonesia: Kasus korupsi
proyek PLTU Riau-1 menjadi sorotan dunia dan dapat merusak citra
Indonesia di mata dunia internasional. Hal ini mengakibatkan sulitnya
melakukan bisnis dan kerja sama dengan negara-negara lain, serta dapat
mengurangi kepercayaan investor terhadap pemerintah Indonesia.
3) Solusi pencegahan penyalahgunaan atau kecurangan Oleh PLTU
Riau-1
Mengusut tuntas pelaku dan menindak tegas: Pihak yang bertanggung
jawab harus mengusut tuntas pelaku kasus korupsi proyek PLTU Riau-1
dan menindak tegas pelaku yang terlibat dalam kasus tersebut. Tidak hanya
pelaku yang langsung terlibat dalam kasus tersebut, tetapi juga orang-
orang yang memberi atau menerima suap
Meningkatkan pengawasan dan transparansi: Pemerintah harus
meningkatkan pengawasan dan transparansi dalam proyek-proyek
pemerintah, termasuk dalam proyek pembangunan PLTU Riau-1. Hal ini
dapat dilakukan dengan membuka akses informasi publik terkait proyek
tersebut dan memberikan kesempatan kepada masyarakat dan media untuk
mengawasi jalannya proyek
Meningkatkan integritas dan etika kerja: Pemerintah dan perusahaan
swasta harus meningkatkan integritas dan etika kerja agar tindakan korupsi
tidak terulang kembali. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
pelatihan dan sosialisasi tentang etika dan integritas kerja kepada pegawai
pemerintah dan pekerja di perusahaan swasta.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
kecurangan pada laporan keuangan adalah bahwa hal tersebut dapat merugikan berbagai
pihak, termasuk pemilik perusahaan, karyawan, investor, dan masyarakat luas.
Kecurangan pada laporan keuangan dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti upaya
untuk memperbaiki kinerja keuangan yang buruk, menghindari pajak, atau untuk
memperoleh manfaat pribadi.

Dalam jangka pendek, kecurangan pada laporan keuangan mungkin berhasil


meningkatkan citra perusahaan atau memberikan manfaat finansial bagi pelaku
kecurangan. Namun, dalam jangka panjang, hal ini dapat menimbulkan konsekuensi yang
serius, termasuk tuntutan hukum, kerugian finansial, penurunan reputasi, dan hilangnya
kepercayaan dari para pemangku kepentingan.

Untuk menghindari kecurangan pada laporan keuangan, perusahaan harus menerapkan


sistem kontrol internal yang kuat, mempromosikan integritas dan transparansi di seluruh
organisasi, serta memastikan bahwa laporan keuangan disiapkan dengan benar dan akurat.
Perusahaan juga harus memastikan bahwa semua karyawan, termasuk manajemen,
memahami pentingnya integritas dan komitmen untuk menjalankan praktik bisnis yang
etis dan bertanggung jawab
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Pentagon | Jurnal Akuntansi
Keuangan dan Bisnis (pcr.ac.id)

View of ANALISIS TINDAKAN FRAUD TERHADAP PROSEDUR PENERIMAAN KAS PADA PT HASJRAT
MULTIFINANCE CABANG KOTAMOBAGU (unsrat.ac.id)

View of MENGUNGKAP KECURANGAN PENCATATAN PERSEDIAAN BARANG STUDI KASUS PADA PT.
AGUNG AQUATIC MARINE (stiesia.ac.id)

(99+) ANALISA KASUS BANK CNTURY | Dewi Hamdanah - Academia.edu

Evaluasi pengendalian intern pada siklus penjualan untuk mengidentifikasi risiko kecurangan : studi
kasus pada PT. MS (unpar.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai