Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian Suatu cara melakukan seleksi korban berdasarkan skala prioritas


kebutuhan terapi korban dengan sember daya yang tersedia
2. Tujuan Sebagai acuan untuk melakukan seleksi pasien gawat darurat
sehingga dapat memberikan tindakan medik dengan segera, cepat
dan tepat sesuai skala prioritas.
3. Kebijakan

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/MENKES/514/2015


tentang Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
5. Prosedur 1. Pedoman triase
2. Rekam medis
6. Langkah-langkah 1. Petugas menerima pasien yang datang di ruang gawat darurat
2. Petugas melakukan anamnesa sambil memeriksa pasien dengan
cepat untuk menentukan derajat kegawatan
3. Petugas melakukan penilaian pasien dalam triase dapat
dilakukan dengan :
a. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
b. Menilai kebutuhan medis
c. Menilai kemungkinan bertahan hidup
d. Menilai bantuan yang memungkinkan
e. Memprioritaskan penanganan definitif
4. KartuTriase diatas tempat tidur pasien :
a. Merah (immediate) / P1:setiap korban dengan kondisi yang
1dari4
mengancam jiwanya dan dapat mematikan dalam ukuran
menit, harus ditangani dengan segera.
b. Kuning (Delay) / P2 :setiap korban dengan kondisi cedera
berat namun penangananya dapat ditunda
c. Hijau (walking wounded) / P3: korban dengan kondisi yang
cukup ringan, korban dapat berjalan
d. Hitam (Dead and Dying) / P4 : korban meninggal atau
dalam kondisi yang sulit untuk diberi pertolongan
5. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap
pertolongan harus dilakukan sesegera mungkin.
6. Melakukan langkah awal dari START : memisahkan korban yang
sadar dan dapat berjalan. Mereka diminta untuk pindah yang
lebih aman, tempat yang telah ditentukan sebagai area bagi yang
terluka, mereka diberi tag hijau dan akan ditangani setelah
korban yang lebih berat tertangani.
7. Melakukan langkah START selanjutnya : Menilai Pernapasan,
nilai frekuensi napas dan adekuatnya penarpasan. Jika korban
tidak bernapas periksa jalan napas, segera bersihkan jika
ditemukan adanya sumbatan. Reposisi kepala dalam usaha
membebaskan jalan napas harus memperhatikan control pada
servikal. Jika korban tidak bernapas spontan, korban
dikategorikan Hitam/P4. Jika korban bernapas lebih dari 30
kali/menit, korban dikategorikan Merah/P1. Jika napas kurang
dari 30 kali/menit korban dikategorikan KuningP2.
8. Menilai Perfusi, cara terbaik menilai perfusi adalah menilai
capillary refill di kuku jika capillary refill lebih dari 2 detik,
menandakan system sirkulasi tidak adekuat, dikategorikan
Merah/P1. Jika capillary refill kurang dari 2 detik, segera periksa
status mental. Jika capillary refill tidak dapat dinilai, palpasi arteri
radialis, jika tidak teraba dapat berarti tekanan darah sistole
dibawah 80 mmHg dan korban kemungkinan mengalami syok.
Segera kontrol perdarahan dengan membebat tekan dan

2dari4
meninggalkan ekstremitas bawah.
9. Status Mental, status mental dievaluasi pada korban dengan
pernapasan dan perfusi yang adekuat. Untuk menilai, gunakan
perintah sederhana seperti ”buka dan tutup mata” atau “genggam
tangan saya”. Jika korban tidak dapat mengikuti perintah
dikategorikan Merah/P1, jika dapat mengikuti perintah maka
korban dikategorikan Kuning/P2.
10. Identifikasi Pasien sesuai dengan triase

7. Bagan Alir
Pasien Datang

Petugas melakukan
anamnesa dan pemeriksaan
secara cepat

kesadara
Sadar dan dapat berjalan
P3
n

Tidak dapat berjalan/Tidak sadar

Petugas melakukan
START PENILAIAN

Petugas melakukan Petugas melakukan


penilaian penilaian
PERNAFASAN PERFUSI

Negatif > 30 <30 >2” <2”

Petugas melakukan
P4 P1 P2 P1 penilaian
SATUS MENTAL

P1 P2

3dari4
8. Ha-hal yang perlu -
diperhatikan

9. Unit Terkait Ruang Tindakan Gawat Darurat

10. Dokumen terkait 1. Rekam medis


2. Catatan tindakan

11. Rekam historis


No Yang diubah Isi perubahan Tanggal
perubahan
diberlakukan

4dari4

Anda mungkin juga menyukai