Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi

kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan

manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta

mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas

hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan

dengan pengelolaan hutan. Salah satu upaya perlindungan hutan adalah dengan

cara mengidentifikasi kesehatan tanaman hutan.

Mata Kuliah Perlindungan Hutan yang memiliki 3 SKS mengharuskan

kita sebagai mahasiswa untuk mengikuti kegiatan praktik ini. Praktik Mata Kuliah

Perlindungan Hutan ini menggunakan metode Identifikasi Kesehatan Tanaman

Hutan yang harus dilakukan setiap Mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah

tersebut. Praktik ini adalah salah satu syarat wajib agar dapat lulus dari Mata

Kuliah Perlindungan Hutan.

Praktik ini sebagai salah satu media pendidikan alternatif bagi para

mahasiswa yang kurang paham dalam kajian teoritis. Praktik ini mengajak kita

sebagai mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan dan mengamati secara

langsung kerusakan-kerusakan apa saja yang terjadi pada tumbuhan yang ada

pada plot. Pentingnya perlindungan hutan menjadikan dasar bagi kita sebagai

mahasiswa kehutanan untuk terjun langsung ke lapangan dan mengamati secara

langsung hal apa saja yang terjadi pada tumbuhan di hutan.


2

B. Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini sebagai berikut :

1. Mengenali bentuk-bentuk kerusakan pada tanaman hutan yang terdapat pada

plot contoh.

2. Mengetahui ranking tertinggi dari sejumlah kerusakan yang terjadi pada

tanaman hutan pada plot contoh.

3. Mendokumentasikan berbagai jenis serangga dan hama yang ditemui pada saat
penilaian kesehatan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Identifikasi Kesehatan Tanaman Hutan (IKTH)

Mangold (1997) menyebutkan Forest health Monitoring/Pemantauan

Kesehatan Hutan merupakan metode untuk memantau, menilai dan melaporkan

tentang status saat ini, perubahan dan kecenderungan jangka panjang kesehatan

ekosistem hutan dengan menggunakan indikator-indikator ekologis yang terukur.

Kerusakan pohon merupakan indikator ekologi yang dapat diukur dan dinilai.

Penilaian kesehatan pohon sangat penting untuk dilakukan guna semakin

memastikan kondisi kesehatan hutan apakah masuk kategori sehat atau tidak.

Kondisi kesehatan pohon yang digunakan untuk peneduh misalnya dapat

mencapai 68 %, presentase ini akan berbeda pada masing-masing wilayah. Nilai

kesehatan hutan diperoleh dari hasil perkalian antara nilai tertimbang (nilai eigen)

dan nilai skor (nilai transformasi) dari indikator ekologis. Data dan informasi yang

diperoleh sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan manajemen oleh pengelola hutan sehingga hutan dapat dimanfaatkan

dengan maksimal sesuai fungsinya dan kelestariannya tetap terjamin (Safe’i dan

Tsani, 2016).

Sumardi dan Widyastuti (2004) menyebutkan bahwa, banyak faktor yang

dapat menyebabkan kerusakan bagi hutan dan tanaman penyusunnya. Kerusakan

itu baik bisa dari lingkungan hutan yang ada yang sangat berhubungan dengan

faktor penyusunnya maupun berasal dari luar hutan itu sendiri. Penyebab-

penyebab kerusakan hutan dapat dikenali dan di evaluasi, kemudian di tekan

sedini mungkin sebelum kerusakan yang besar terjadi dan kondisi menjadi

semakin parah.
III. METODE PRAKTIK

A. Tempat dan Waktu

Kegiatan Praktk Mata Kuliah Perlindungan Hutan dilaksanakan di

Lapangan 3 KHDTK Tahura Sultan Adam. Waktu pelaksanaan kegiatan Praktk

Mata Kuliah Perlindungan Hutan dilakukan pada tanggal 3 Juni 2023.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan saat praktik adalah :

1. Tali rafia untuk membatasi petak perkelompok

2. Pita meter (phiban) untuk mengetahui besar diameter pohon tegakan yang

diamati

3. Alat pengukur/penggaris untuk mengukur kerusakan yang terjadi

4. Binokuler, jika ada untuk mengamati bagian yang tidak terjangkau mata

secara langsung

5. Alat tulis menulis

6. Folio dan HVS

7. Kamera untuk dokumentasi

8. Download aplikasi Timestamp camera


5

C. Prosedur Praktik

Cara kerja proses Identifikasi Kesehatan Tanaman Hutan diantaranya

adalah :

1. Mengunjungi areal yang dijadikan tempat praktik dan merupakan

areal yang ditanami oleh sejumlah tegakan yang akan diamati

2. Membuat petak ukur sehingga memungkinkan dilakukannya pengamatan

100%

3. Melakukan pengamatan pada objek tanaman satu persatu sampai seluruh plot

area terpenuhi

4. Melakukan pengamatan dengan model scoring yang sudah ditentukan

5. Mengambil objek/foto objek pengamatan, hama dan serangga

yang dianggap dapat menunjang data praktik

6. Menganalisis hasil monitoring berdasarkan kondisi ranking kerusakan


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan


Lokasi Tipe Tingkat
No Nama Pohon
Kerusakan Kerusakan Keparahan
3 100 5
4 600 8

Eukaliptus 6 800 2
1
(Eucalyptus Sp.) 7 200 6
8 200 4
9 100 5
1 800 2
3 200 2
Madang
6 600 6
2 (Phoebe
7 200 3
hunanensis)
8 400 2
9 100 5
4 100 6
5 100 6
Karet
6 100 5
3 (Hevea
7 100 6
brassiliensis)
8 100 4
9 300 2
7

Lokasi Tipe
No Nama Pohon Tingkat
Kerusakan Kerusakan Keparahan
5 200 3

4. Mahoni 6 200 2
(Swietenia
macrophylla) 7 999 4

2 100 3
Wangun Gunung
5 200 7
(Premna
5. 6 200 6
serratifolia)
7 999 4

Gambar 1. Ulat Daun Gambar 2. Batang Terkena Jamur


B. Pembahasan

Tumbuhan karet (Hevea brassiliensis) yang diamati pada saat praktik

Identifikasi Kesehatan Tanaman Hutan memiliki keliling batang sebesar 00 cm.

Diameter dari tumbuhan karet (Hevea brassiliensis) dapat diketahui sebesar 00 cm

dengan cara membagi keliling dengan phi. Diameter tumbuhan karet ini belum

dapat dikatakan pohon karena masih memiliki diameter dibawah 20 cm, sehingga

masih dikatakan sebagai tiang. Tumbuhan ini memiliki batang utama yang jelas,

sehingga dapat dikatakan sebagai tumbuhan monopodial, sehingga bagian-bagian

yang diamati adalah akar, batang bawah, batang atas, cabang, anak ranting, tunas

pucuk dan daun.

Pengamatan yang dilakukan dapat diketahui bahwa tumbuhan karet

(Hevea brassiliensis) memiliki kerusakan ringan. Sebagian besar tumbuhan ini

terkena gangguan atau tipe kerusakan yaitu hama. Hama yang ada pada tumbuhan

ini tersebar dari batang bawah hingga batang atas dan batang di dalam tajuk.

Hama yang tersebar ini yaitu berupa jamur-jamur yang tersebar dari batang bawah

hingga batang atas. Terlihat berbagai corak putih yang tersebar di Sebagian besar

batang yang menandakan adanya jamur yang menyebar di batang tumbuhan

tersebut.

Daun pada tumbuhan ini memiliki tipe kerusakan berupa karat daun yang

tidak begitu parah yaitu 20-29 %. Daun-daun yang ada pada tumbuhan ini

memiliki bagian-bagian yang menguning seperti berkarat. Karat daun ini hanya

tersebar di bagian daun awal, tidak terdapat karat daun pada daun dibagian atas

hingga ku pucuk. Terdapat juga aktivitas hewan yaitu berupa ulat daun pada daun-
daun dibawah kurang dari 5 meter. Ulat daun ini terlihat sedang memakan daun,

sehingga didapati beberapa bagian daun yang sudah berlubang.


V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktik Perlindungan Hutan ini adalah sebagai berikut :

1. Bentuk-bentuk kerusakan pada tumbuhan karet (Hevea brassiliensis) yaitu

terdapatnya hama berupa jamur yang tersebar dari batang bawah hingga

batang atas tumbuhan serta terdapatnya karat daun dan ulat daun yang

terdapat pada daun dibawah 5 meter pada tumbuhan.

2. Jenis kerusakan yang memiliki ranking tertinggi ialah terdapatnya hama yaitu

sebanyak 4 dari 5 pohon terserang hama berupa jamur ataupun hewan-hewan

kecil yang dapat mengakibatkan timbulnya hama.

3. Hewan ataupun hama yang ada pada tumbuhan ialah ulat daun dan jamur

yang ada pada daun dan batang tumbuhan.

B. Saran

Pembuatan plot pada saat praktik Identifikasi Kesehatan Tanaman Hutan

sebaiknya menggunakan kompas agar plot yang digunakan untuk pengamatan

tidak berbelok arah dan tetap lurus serta memiliki bentuk kotak sempurna. Tali

yang digunakan untuk pembuatan plot sebaiknya disiapkan dari awal sebelum ke

lapangan agar waktu saat pembuatan plot dapat lebih efisien.


DAFTAR PUSTAKA

Mangold R. 1997. Overview of the Forest Health Monitoring Program. USDA

Forest Service, USA (Diakses pada tanggal 4 Juni 2023)

https://nepis.epa.gov/Exe/ZyNET.exe/300041HI.TXT?

ZyActionD=ZyDocument&Client=EPA&Index=1991+Thru+1994&Doc

s=&Query=&Time=&EndTime=&

Safe’i, R., Tsani, M.K. 2016. Kesehatan Hutan; Penilaian Kesehatan Hutan

Menggunakan Teknik Forest Health Monitoring. Plantaxia, Yogyakarta.

(Diakses pada tanggal 4 Juni 2023)

https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1145598

Sumardi, S.M, Widiaastuti. 2004. Dasardasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada

University. (Diakses pada tanggal 4 Juni 2023)

https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=505142
LAMPIRAN
13

DOKUMENTASI KEGIATAN

Gambar 3. Pembuatan Gambar 4. Pengukuran


Plot Keliling

Gambar 5. Karat Daun Gambar 6. Kelompok 3A

Anda mungkin juga menyukai