Anda di halaman 1dari 21

Masukkan

Menu kata kunci pencarian...


Cari S

› Opini › Fantasi Kekuasaan dalam...

Iklan

GAYA HIDUP PEJABAT

Fantasi Kekuasaan dalam ”Flexing”


Mekanisme kontrol yang tak efektif dan lemahnya pengawasan pemerintah
menyuburkan tindakan pamer. Fakta tersebut menjadi bukti bahwa mekanisme
pendidikan karakter selama ini dihasilkan dari pola pendidikan yang rumpang.

Oleh SAIFUR ROHMAN


6 Maret 2023 04:15 WIB · 4 menit baca

Baca di Aplikasi
S

HERYUNANTO
Ilustrasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, 24 Februari 2023, mencopot


jabatan Rafael Alun Trisambodo (RAT) sebagai Kepala Bagian Umum
Direktorat Jenderal Pajak atau DJP Kantor Wilayah Jakarta Selatan.

Keputusan itu menyusul viralnya gaya hidup yang dipertontonkan sang


anak, Mario Dandy Satriyo (20), dengan memamerkan mobil dan motor
mewah, serta kasus penganiayaan yang dilakukan Mario terhadap David,
anak pengurus pusat GP Ansor, hingga
Baca koma.
di Aplikasi
Selain pembebastugasan, Sri Mulyani juga meminta agar harta kekayaan S

RAT diaudit karena dinilai tak lazim dan melanggar asas kepatutan
sebagai pejabat publik. Komunitas motor gede, Klub Blasting Rijder DJP,
turut serta dibubarkan.

Merujuk pada laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN),


harta kekayaan RAT adalah Rp 56 miliar, belum termasuk mobil dan
motor yang dipamerkan oleh anaknya.

Keputusan tersebut hanya mengacu pada kasus yang mencuat di


tengah-tengah publik. Bagaimana penanganan kasus serupa yang tidak
mendapatkan perhatian luas? Bagaimana sebaiknya pejabat berperilaku?
Apakah yang dimaksud asas kepatutan di depan publik?

Baca juga : Gaya Hidup Mewah Pejabat Jadi Pertanyaan, Sri Mulyani
Copot RAT

Baca juga : Gaya Hidup Pejabat Negara

Melanggar tertib sosial

Dalam media sosial, tak sulit untuk mencari perilaku para istri pejabat
yang memamerkan barang-barang mewah. Hal itu merupakan bagian
dari perilaku pamer (flexing) yang menjadi tren di tengah-tengah publik.

Contoh, sejumlah sosok publik membuat tayangan yang berisi


kepemilikan harta kekayaan yang jauh di atas normal. Ada pula tayangan
hadiah kepada istri berupa mobil mewah supaya kaget ketika bangun
Baca di Aplikasi
tidur, pamer saldo di rekening, pemakaian jet pribadi, hingga gaya S

hidup sehari-hari dalam berbelanja di toko swalayan.

Tayangan semacam itu memicu dua hal. Pertama, menimbulkan


persoalan sosial, seperti kecemburuan sosial, sesat logika, hingga
kejahatan.

Kedua, pelanggaran etika sosial. Dalam etika sosial terdapat norma


perilaku pantas dan tidak pantas diperlihatkan di tengah publik. Salah
satunya adalah nilai kepatutan yang memuat sikap rendah hati.

Kebajikan para leluhur ialah menghindari perilaku adigang (merasa


berkuasa), adigung (merasa terbaik), dan adiguna (merasa pintar).
Perilaku pamer bukan hanya tak pantas untuk pejabat publik, tetapi bagi
siapa pun yang memang memiliki harta kekayaan berlimpah.

Baca di Aplikasi
S

KOMPAS
Presiden Joko Widodo, Kamis (2/3/2023), menyentil perilaku pejabat Ditjen Pajak dan Bea Cukai yang menjadi sorotan
masyarakat akhir-akhir ini karena gaya hidup mewah dan pamer kekayaan. Jokowi minta mereka didisiplinkan.

Contoh untuk soal sok kuasa, belum lama ini ada seorang anak muda
yang mengendarai mobil Fortuner berani melakukan perusakan
terhadap mobil Brio di Senopati, Jakarta (13/2/2023). Hal itu dipicu oleh
peringatan sopir Brio kepada pengemudi Fortuner agar tidak melawan
arus. Setelah diperika, polisi memutuskan untuk ”memulangkan” pelaku
karena pelaku perusakan dinilai kooperatif dan datang sendiri.
Baca di Aplikasi
Hasil penyelidikan kepolisian tak menyebutkan keluarga pelaku, tetapi S

cukup menyatakan bahwa sopir Fortuner adalah ”karyawan magang” di


sebuah kantor pengacara. Kasus itu menunjukkan sikap sok kuasa
sehingga berani melanggar norma hukum dan norma sosial.

Terkuaknya kasus ”merasa berkuasa” karena perilaku itu telah membuat


orang lain celaka. Dalam kasus keluarga pejabat pajak, hal itu dimulai
dari kasus penganiayaan yang dilakukan Mario terhadap Cristalino
David Ozora (17) pada pukul 20.30 WIB, Senin (20/2/2023).

Akibat penganiayaan itu, korban mengalami koma. Tiga hari kemudian,


rekaman video penganiayaan itu viral. Tampak pelaku melakukan
penganiayaan lalu melakukan selebrasi ketika korban tergeletak.
Warganet menelusuri perilaku pamer dari pelaku penganiayaan yang
juga berstatus mahasiswa.

Buntut dari kasus itu, Rektor Universitas Prasetiya Mulya mengeluarkan


pelaku penganiayaan terhitung sejak 23 Februari 2023. Menteri
Keuangan sendiri sudah menjenguk korban di rumah sakit, Sabtu
(25/2/2023).

Jika dipercayai sebagai gunung es, ada


tiga fakta penting yang membuat kasus
itu akan muncul pada masa depan.
Baca di Aplikasi
Terus bermunculan S

Tindakan Sri Mulyani mencerminkan penyesalan secara pribadi sebagai


pejabat publik. Kasus itu memperlihatkan efek sosial atas perilaku
pamer kekayaan dan kekuasaan. Jika dipercayai sebagai gunung es, ada
tiga fakta penting yang membuat kasus itu akan muncul pada masa
depan.

Pertama, publik mengawasi melalui media sosial secara spontan. Hasil


kesaksian yang dilakukan warganet membuat kasus penganiayaan ini
melebar pada perilaku pamer oleh pelaku, jumlah kekayaan orangtua
pelaku, hingga pencopotan jabatan orangtuanya.

Bola salju ini membuat pelaku kebijakan merepons dengan cepat.


Namun, perilaku warganet bersifat sporadis. Karena itu, perlu adanya
kebijakan yang bisa melakukan pengawasan secara berkesinambungan.

Kedua, di lain pihak, mekanisme kontrol yang tak efektif. Pemerintah


memiliki mekanisme kontrol terhadap kekayaan melalui formulir
LHKPN. LHKPN ini dikelola Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
melalui situs elhkpn. Meski demikian, mekanisme kontrol ini tidak
efektif karena didasarkan pada pengakuan dari pejabat secara subyektif
tanpa disertai pengecekan secara mendalam.

Ketiga, kontrol sosial yang spontan dan lemahnya pengawasan


pemerintah menyuburkan tindakan pamer. Fakta tersebut menjadi bukti
bahwa mekanisme pendidikan karakter selama ini dihasilkan dari pola
pendidikan yang rumpang. Baca di Aplikasi
S

Apabila mengacu pada Kurikulum Merdeka, pendidikan karakter hanya


diserahkan pada paradigma Profil Pelajar Pancasila, yakni beriman,
mandiri, bergotong royong, berkebinekaan global, bernalar kritis, dan
kreatif.

Suka atau tidak, pendidikan karakter hanya membuat peserta didik


terbiasa melakukan sesuatu tanpa memahami maksudnya. Mengucapkan
tanpa memahami. Fakta bahwa internalisasi nilai merupakan praktik
kurikulum tersembunyi yang tidak sekadar dihafalkan, seperti pola
Baca di Aplikasi
kepemimpinan, keteladanan, serta pemahaman tentang perbedaan gaya S

hidup dan kebutuhan hidup.

Oleh karena itu, selama tidak ada perhatian atas pentingnya etika sosial
melalui kebijakan yang menyeluruh, perilaku pamer kekuasaan dan
kekayaan ini pada masa depan akan terus bermunculan.

Saifur Rohman,Pengajar Program Doktor Bidang Filsafat Universitas


Negeri Jakarta

Baca di Aplikasi
S

Baca di Aplikasi
HTTPS://FBS.UNJ.AC.ID/SASTRAINDONESIA/
S
Saifur Rohman

Editor: SRI HARTATI SAMHADI, YOHANES KRISNAWAN


Bagikan

sri mulyani indrawati fenomena analisis ahli opini saifur rohman saifur rohman flexing gaya hidup pejabat

pamer kekayaan pamer kekuasaan

Baca di Aplikasi
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 6 Maret 2023 di halaman 6 dengan judul S

"Fantasi Kekuasaan dalam ".

Baca Epaper Kompas

Komentar Pembaca

Belum ada komentar.

Tulis Komentar

Komentar Anda..

Kirim

Artikel Terkait

Baca di Aplikasi
Setelah Rafael, Muncul Pegawai Bea Cukai yang Pamer
S
Gaya Hidup Mewah
1 Maret 2023

Shenina Syawalita Cinnamon, Menulis Fantasi


11 Februari 2023

Pemilu untuk Kekuasaan


11 Februari 2023

Baca di Aplikasi
Narasi Subversif
S
13 September 2022

Indonesia Kaya Hadirkan Serial Musikal Payung Fantasi


27 Oktober 2022

Hakim Agung Terlibat Suap, Mahfud MD: Jangan Diampuni


23 September 2022

Baca di Aplikasi
Menuju Ekuilibrium Kekuasaan Polri
S
25 Oktober 2022

Iklan

Terpopuler

Super Hercules Pertama Tiba di Tanah Air, Empat Lainnya Menyusul


3 jam lalu

Cooking Oil and Food Task Force


8 Maret 2022 · 12:40 WIB

Presiden Berharap Tahapan Pemilu 2024 Tetap Berjalan


Baca di Aplikasi
S
Pesawat Super Hercules Pesanan Kemenhan Tiba di Tanah Air
1 jam lalu

Peluang Aldila Sutjiadi ke Ajang Elite


12 jam lalu

Lainnya Dalam Opini

Politik Identitas
6 jam lalu

Berkaca pada Bung Hatta


7 jam lalu

Baca di Aplikasi
Obsesi Pamer dan Dinasti-dinasti Kecil
S
12 jam lalu

Pilih-pilih Saham yang Royal Membagi Dividen


13 jam lalu

UU PPRT untuk Indonesia Naik Kelas


14 jam lalu

Baca di Aplikasi
Proteksi Optimal Obyek Vital
S
16 jam lalu

China Perkuat Pengawasan Keuangan


16 jam lalu

Iklan

Terbaru Baca di Aplikasi


Cakupan KUR Ditargetkan Meluas
S

1 jam lalu

Nyawa Manusia hingga Devisa Hilang karena Layanan Rumah Sakit Kurang
1 jam lalu

Muryanto: Partai Politik Gagal Bertransformasi di Era Digital


1 jam lalu

Setelah Ditata, Kawasan Suci Pura Besakih Harus Dijaga


1 jam lalu

Pesawat Super Hercules Pesanan Kemenhan Tiba di Tanah Air


1 jam lalu

LAYANAN PELANGGAN

KOMPAS KRING
+6221 2567 6000
EMAIL
hotline@kompas.id
WHATSAPP
+62812 900 50 800
JAM KERJA
06.00 - 16.00 WIB

Harian Kompas adalah surat kabar Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta. Kompas diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari kelompok usaha
Kompas Gramedia (KG), yang didirikan oleh P.K. Ojong (almarhum) dan Jakob Oetama sejak 28 Juni 1965.

Mengusung semboyan "Amanat Hati Nurani Rakyat", Kompas dikenal sebagai sumber informasi tepercaya, akurat, dan mendalam.

Baca di Aplikasi
@hariankompas
@hariankompas
S
@hariankompas

Harian Kompas

KANTOR REDAKSI

Gedung Kompas Gramedia


Jalan Palmerah Selatan 26-28,
DKI Jakarta, Indonesia
10270

+6221 5347 710


+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200

KANTOR IKLAN

Menara Kompas Lantai 2


Jalan Palmerah Selatan 21
Jakarta Pusat, DKI Jakarta,
Indonesia 10270

+6221 8062 6699

PRODUK

ePaper
Kompas.Id
Interaktif
Kompas Data

BISNIS

Advertorial
Gerai
Event
Klasika
Tarif
Klasiloka

TENTANG Baca di Aplikasi


Profil Perusahaan
Sejarah S
Organisasi

LAINNYA

Bantuan

© PT Kompas Media Nusantara

Organisasi Tanya Jawab Hubungi Kami Sidik Gangguan Pedoman Media Siber Syarat & Ketentuan

Karier Iklan Berlangganan

Baca di Aplikasi

Anda mungkin juga menyukai