Anda di halaman 1dari 2

KEKUATAN DOA

Oleh : William Hendri

Kata “doa” berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti permintaan atau permohonan. K.H.
Ahmadi Isa dalam bukunya yang berjudul Doa-Doa Pilihan menjelaskan pengertian doa menurut
bahasa dan istilah.

Menurut bahasa, doa adalah merupakan permintaan dan permohonan. Sedangkan menurut
istilah, doa adalah penyerahan diri kepada Allah SWT dalam memohon keinginan dan meminta
dihindarkan dari hal yang dibenci. Doa berarti ibadah. Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa berdoa
menjadi ibadah utama. Berdoa kepada Allah Swt. membuat setiap makhluk dicintai-Nya.

Untaian-untaian doa Islam yang banyak sekali bisa kita dapatkan yang bersumber dari para
Nabi, kelurga Nabi, sahabat, tabi'in dan tabi'ut tabi'in memiliki nilai sastra yang sangat tinggi dan
indah. Menurut Dr. Ali Syariati dalam bukunya yang berjudul Makna Doa, beliau
mengklasifikasikan karakter doa Islami menjadi tiga.

Pertama, ia merupakan percakapan dan dialog dengan Allah Swt. Di dalamnya, sifat-sifat,
kedudukan, dan zat Tuhan serta hubungannya dengan makhluk, terutama manusia, segaja
diutarakan. Jika kita hapuskan redaksi percakapan itu, maka ia tampak seperti text book teologi,
dan sama sekali tidak serupa dengan doa-doa lazimnya. Yakni, ia tidak lagi menggambarkan
seorang yang memohon sesuatu dari Allah Swt., tapi ia merupakan percakapan denganp-Nya. Doa
Islam adalah sebuah ucapan dan seruan yang tingkat keindahan, ketelitian, dan kedalamannya layak
untuk dijadikan argumen terkuat, terdalam dan terjeli akan wujud Allah Swt.

Kedua, iradat atau kehendak Ilahi yang meluap di dalamnya. Iradat ini bukanlah berasal dari
hasrat dan kebutuhan material yang kita saksikan dan kenali. Tetapi, ia adalah sesuatu yang berasal
dari perangai-perangai yang terpuji dan keutamaan-keutamaan yang mulia. Dalam doa-doa islami
anda akan sering menemukan permintaan atau doa seperti demikian : “Allahumma, ya Allah!
Anugerahkan kepada manusia seperti yang Dikau anugerahkan padaku, keluargaku dan rakyatku
dari nikmat kebajikan, kebahagiaan dan keadilan. Ya Allah! Hindarkanlah kami semua dari
kehinaan dan kerendahan. Jagalah kami semua dari meminta-minta, berbuat zalim, dan
kelemahan”.

Ketiga, adalah saripati ideologisnya. Doa islami, mengandung dan mendiskusikan tema-tema
teologis, manusia, etika, masyarakat, dan hubungan interpersonal (antar individu). Juga tema
tentang takut dan lari dari bahaya dan petaka sosial, individual, maupun moral. Ini salah satu reflek
kehendak. Ia bukan permintaan seseorang akan sesuatu hal belaka, melainkan deklarasi hasrat,
gelora, slogan, identitas, dan pandangan hidup. Segi lain doa ini, tidak lebih kecil nilainya bila
dibandingkan dengan segi “pemenuhan kebutuhan”.

Dr. Ali Syariati selanjutnya, menyampaikan bahwa doa-doa islami memiliki beberapa
komposisi utama di dalamnya, yakni: Pertama, ia terhimpun dalam bahasa yang lugas dan elok.
Tek-teks doa islami adalah karya kesusastraan yang paling indah yang pernah ada. Ia adalah model
bacaan terbaik bagi para pecinta sastra berkenaan dengan kefasihan, kelugasan dan
keelokannya. Dengan lain sisi, ini merupakan bukti perhatian Islam akan estetika dan seni pada
umumnya, selama keduanya mampu mendukung penyempurnaan spiritual manusia. Islam tidak
hanya mempedulikan hal-ihwal estetika dan seni, tetapi juga dengan tegas meminta perhatian serius
manusia kepada keduanya; dan Kedua, adalah komponen-komponen musikalnya. Doa-doa Islami
tergabung dalam diksi-diksi (pilihan kata yang tepat) yang, jika dilantunkan secara serasi, akan
menjadi sebuah lagu yang indah. Dalam setiap diksinya, anda akan menemukan huruf-hurufnya
bernada musikal. Doa-doa itu mazmur-mazmur (pujian-pujian Ilahi). Masing-masing kalimatnya
seolah mengalir secara musikal. Secara keseluruhan, ia adalah sebuah orkestra musik simfonis.
Huruf-huruf sekaligus arti masing-masingnya, menari bersama mengikuti melodi secara lincah
tetapi tetap khikmat. Ucapan indah itu akan sangat berkesan pada jiwa manusia. Impresi (kesan)
yang menyongsong kecintaan, kekuatan, serta pengaruh doa padanya.

Berikut ini contoh beberapa untaian atau penggalan doa yang indah yang diajarkan Ali bin
Abi Thalib kepada sahabatnya:

Wahai Yang Mahacepat ridha-Nya!


Ampunilah orang yang tidak memiliki apa pun kecuali doa,
karena Engkau melakukan apa yang Engkau kehendaki

Wahai Yang nama-Nya adalah obat


Yang mengingat-Nya adalah penyembuhan
Yang ketaatan kepada-Nya adalah kekayaan
Kasihanilah orang yang modalnya hanya harapan dan senjatanya hanya tangisan

Duhai Penabur karunia!


Duhai Penolak bencana!
Wahai Nur yang menerangi mereka yang terhempas dalam kegelapan!
Wahai Yang Mahatahu tanpa diberitahu!
Sampaikan shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad
Lakukan padaku apa yang layak bagi-Mu

Untaian doa tersebut memiliki nilai makna yang sangat dalam. Ucapan indah ini sangat berkesan pada
jiwa manusia seperti yang disampaikan oleh Dr. Ali Syariati. Impresi (kesan) kecintaan, kekuatan pemaknaan
kata, serta memiliki pengaruh yang besar pada pembaca doa tersebut.

Alexis Carrel, seorang dokter bedah inovatif sekaligus ilmuwan asal Prancis peraih Hadiah Nobel
Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1912 yang dikutip oleh Dr. Ali Syariati pernah mengatakan bahwa "Doa
adalah pusaka yang selalu menyertai pendoa. Pendoa akan terimbas cahaya doa dan ibadah di saat-saat diam
dan bergeraknya, serta pada tatapan wajahnya. Pendoa akan selalu bersama pusaka itu di mana pun dia
berada".

Pada dasarnya, perintah di dalam Al Quran untuk umat manusia beroda kepada Allah termuat pada
beberapa surat dan ayat, diantaranya adalah: Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Aku perkenankan bagimu” (QS Gahfir ayat 60); Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu (Hai Muhammad)
tentang Aku, maka katakanlah kepada mereka bahwa Aku adalah dekat kepadanya dan Aku memperkenankan
doa orang yang berdoa kepada-Ku (QS Al-Baqarah: 186); Mohonlah kepada Allah Swt. sebagian dari
anugerah-Nya” (Q.S. An Nisa: 32).

Rasulullah saw. bersabda menunjukkan betapa besar nilai doa sekaligus merupakan anjuran memanjatkan
doa, ”Tiada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah Swt. melebihi doa.” Sabdanya dipertegas lagi dalam hadis
berikut,”Doa adalah ibadah” (H.R. Tirmidzi dan Abu Daud).

Apabila doa itu adalah ibadah atau bagian dari ibadah, maka kesadaran akan kebutuhan manusia kepada
Allah Swt. dan kesadarannya akan ketidakmampuan selain-Nya untuk memenuhi harapannya dilukiskan Allah
Swt. dalam surat Al Fatihah: 5, ”Hanya kepada-Mu kami mengabdi dan hanya kepada-Mu kami memohon
pertolongan.” Ucapan ini berarti, tidak ada satu pun yang dapat menolong kecuali Allah Swt. Siapa pun selain-
Nya yang secara lahiriah memberi pertolongan, pada hakikatnya kemampuannya itu bersumber dari Allah Swt.
dan atas izin-Nya.

Maka dengan ini, hikmah-himah yang dapat dipetik adalah bahwa kita sebagai manusia tetap diwajibkan
berdoa (tawakal) disamping melaksanaan ikhtiar-ikthiarnya, tujuanya adalah agar kita terhindar dari menjadi
manusia yang bersifat sombong, angkuh dan sifat buruk lainnya yang lambat laun akan menghancurkan
kedirian manusia itu sendiri.[]

Anda mungkin juga menyukai