PROPOSAL
DAFTAR ISI................................................................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
1.1. Latar Belakang Masalah..............................................................................
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................
2.1. Kinerja Karyawan.......................................................................................
2.2. Kompensasi...............................................................................................
2.3. Disiplin Kerja..............................................................................................
2.3.1. Jenis-Jenis Pelaksanaan Disiplin Pegawai......................................
2.4. Kepuasan Kerja.........................................................................................
2.5. Review Penelitian Terdahulu.....................................................................
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN..........................................................
3.1. Kerangka Konseptual....................................................................................
3.2. Hipotesis Penelitian.......................................................................................
3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian........................................................
BAB IV METODE PENELITIAN...............................................................................
4.1 Jenis dan Pendekatan...............................................................................
4.2 Lokasi Penelitian........................................................................................
4.3 Sumber Data..............................................................................................
4.4 Populasi dan Sampel.................................................................................
4.5 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................
4.6 Teknik Pengukuran Instrumen...................................................................
4.7 Teknik Analisis Data..................................................................................
4.7.1 Analisis Statistik Deskriptif................................................................
4.7.2 Metode Analisis Data........................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
DAFTAR TABEL
ditetapkan.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik sebuah garis besar bahwa kinerja
karyawan adalah perilaku karyawan yang terkait dengan kontribusinya terhadap
perusahaan. Disamping itu kinerja juga merupakan hasil kerja yang dicapai oleh
seseorang dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan kepadanya sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Adapun pengukuran kinerja karyawan
dapat berfungsi sebagai kriteria untuk promosi, penyesuaian upah, imbalan,
hukuman dan
evaluasi yang nantinya juga memiliki dampak terhadap kinerja suatu organisasi.
Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan
(ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Davis
dalam Mangkunegara (2013) yang merumuskan bahwa:
Human Performance = Ability x Motivation
Motivation = Attitude x Situation
Ability = Knowledge x Skill
Penjelasan :
a. Faktor Kemampuan (Ability)
Secara psikologis, kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Oleh karena itu,
karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahliannya (the right man in the right place, the right man on the right
job).
b. Faktor Motivasi (Motivation)
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan dalam
menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan
organisasi tujuan kerja). Menurut A. Dale Timpe dalam Mangkunegara
(2013) faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.
c. Faktor Internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-
sifat seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik karena mempunyai
kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras, sedangkan
seseorang yang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut
mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-
upaya untuk memperbaiki kemampuannya.
d. Faktor Eksternal yaitu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang
berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan
rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi.
Berbicara tentang kinerja aparatur sipil negara (ASN), erat kaitannya dengan
cara mengadakan penilaian terhadap pekerjaan seorang pegawai, sehingga
untuk melakukan penilaian tersebut perlu ditetapkan standar kinerja (standar
performance). Menurut T.R. Mitchell (dalam Sedarmayanti, 2013) menyebutkan
aspek-aspek yang meliputi kinerja yang dapat dijadikan ukuran kinerja seorang
pegawai,yaitu sebagai berikut :
1) Kualitas kerja (quality of work)
15
2.2. Kompensasi
Pada dasarnya manusia bekerja juga ingin memperoleh uang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah seorang karyawan mulai
menghargai kerja keras dan semakin menunjukkan loyalitas terhadap
perusahaan dan karena itulah perusahaan memberikan penghargaan terhadap
prestasi kerja karyawan yaitu dengan jalan memberi kompensasi. Menurut
Handoko (dalam Sutrisno, 2016), mengemukakan bahwa kompensasi adalah
segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai balas jasa untuk kerja
mereka. Andrew Sikula (Mangkunegara, 2013) menyatakan bahwa proses
administrasi upah atau gaji (kompensasi) melibatkan pertimbangan atau
keseimbangan perhitungan. Kompensasi merupakan sesuatu yang
dipertimbangkan sebagai suatu yang sebanding. Dalam kepegawaian, hadiah
yang bersifat uang merupakan kompensasi yang diberikan kepada pegawai
sebagai penghargaan dari pelayanan mereka. Bentuk-bentuk pemberian upah,
bentuk upah, dan gaji digunakan untuk mengatur pemberian keuangan antara
atasan dan pegawainya. Wibowo (2011) menyatakan bahwa “kompensasi
merupakan kontra prestasi terhadap penggunaan tenaga atau jasa yang telah
diberikan oleh tenaga kerja. Kompensasi merupakan jumlah paket yang
ditawarkan organisasi kepada pekerja sebagai imbalas atas penggunaan tenaga
kerjanya. Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang
17
langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa
yang diberikan kepada perusahaan (Hasibuan, 2017). Dari beberapa pendapat
para ahli diatas mengenai pengertian kompensasi maka dapat disimpulkan
bahwa kompensasi merupakan suatu balas jasa dari sebuah perusahaan atau
organisasi kepada karyawannya atas kontribusi yang telah karyawan berikan
untuk perusahaan. Simamora (2006) memetakan bentuk kompensasi dalam dua
kelompok besar yaitu:
1. Kompensasi Keuangan
A. Kompensasi Langsung
2.4.Disiplin Kerja
Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang bergabung
dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan
senang hati. Gordon memberi pengertian disiplin sebagai kondisi atau sikap yang
ada pada semua anggota organisasi yang tunduk dan taat pada aturan
organisasi (Ebuara dan Coker, 2012). Singodimedjo dalam Sutrisno (2016),
menyatakan bahwa disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang
untuk mematuhi dan menaati norma-norma peraturan yang berlaku disekitarnya.
Selain itu Sutrisno (2016), mengemukakan bahwa disiplin adalah sikap hormat
terdapat peraturan dan ketetapan perusahaan, yang ada dalam diri karyawan,
yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada peraturan
dan ketetapan perusahaan. Tujuan utama disiplin adalah untuk meningkatkan
efisiensi semaksimal mungkin dengan cara mencegah pemborosan waktu dan
energi. Disiplin adalah kondisi untuk melakukan koreksi atau menghukum
pegawai yang melanggar ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan
organisasi (Sedarmayanti, 2013).
Dari beberapa pengertian disiplin kerja yang telah diuraikan di atas
menurut beberapa ahli dapat peneliti simpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap
kesadaran, kerelaan, dan kesediaan seseorang atau karyawan dalam mematuhi
dan menaati peraturan serta norma-norma yang berlaku di dalam perusahaan
maupun lingkungan perusahaan. Menurut Robbins (2015) mengemukakan tipe
permasalahan dalam kedisiplinan, antara lain kehadiran, perilaku dalam bekerja
(dalam lingkungan kerja), ketidakjujuran, dan aktivitas di luar lingkungan kerja.
Arifin (2015) mengemukakan bahwa pembentukan sikap disiplin, bukan
merupakan sesuatu yang terjadi secara otomatis pada diri seseorang, melainkan
21
Kemudian dalam pasal 3 ayat (1) PP No.53 Tahun 2010 diatur mengenai
larangan-larangan yang tidak boleh dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil yaitu:
a. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan dan martabat Negara,
Pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil;
b. Menyalahgunakan wewenangnya;
c. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk Negara Asing;
d. Menyalahgunakan barang-barang, uang, atau surat-surat berharga milik
Negara;
e. Memiliki, menjual, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan barang-
barang, dokumen atau surat-surat berharga milik negara secara tidak sah;
f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau
orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan Negara;
g. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam
terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan
kerjanya;
h. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja, dari siapapun
juga yang diketahui atau patut diduga bahwa pemberian itu menguntungkan
yang bersangkutan.
pada waktu kerja. Jam kerja yang dilalui itu sangat berharga apabila
karyawan itu sendiri tidak memanfaatkan jam kerjanya. Ketika
karyawan menyelesaikan tanggung jawab pada jam kerja itu akan
lebih merasakan kepuasan dan tidak membuang-buang waktu,
kecuali apabila karyawan meminta izin dalam waktu tertentu untuk
tidak bekerja.
4. Tanggung jawab kerja, dengan indikator :
a. Melakukan target pekerjaan
Pekerja melakukan perintah yang telah ditetapkan agar perusahaan
dapat bertumbuh dengan baik, dan pertumbuhan itu disebut target.
Target kerja dilakukan agar karyawan bisa lebih produktiv dengan
tanggung jawab karyawan.
b. Dengan adanya peraturan karyawan diharapkan mematuhinya
Peraturan kerja dipastikan ada disetiap perusahaan dan karyawan
diminta untuk mematuhi peraturan yang berlaku di perusahaan
tersebut. Pentingnya peraturan kerja memberikan keseimbangan
antara hak dan kewajiban pekerja serta memberikan
dalam sebuah organisasi. Istilah kepuasan kerja pada awalnya diusulkan oleh
Hoppock (1935) dalam Tsai et al. (2010) yang menyatakan bahwa kepuasan
kerja
berarti emosi dan sikap terhadap pekerjaan karyawan serta reaksi subjektif
mereka
terhadap suatu pekerjaan. Menurut Ozer dan Gunluk (2010) dalam Tsai et al.
(2010)
kepuasan kerja mengacu pada reaksi afektif terhadap pekerjaan seseorang.
Kepuasan kerja merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting bagi
seorang
individu untuk menjadi sukses, bahagia dan produktif dalam sebuah organisasi.
Definisi tersebut mengacu pada tingkat kepuasan dan perbedaan antara hasil
aktual
yang didapat dan hasil yang diharapkan oleh individu. Adapun menurut Porter
dan
Lawler (1968) dalam Tsai et al. (2010) menyatakan bahwa tingkat kepuasan
tergantung pada perbedaan antara hasil aktual yang didapat dan hasil yang
diharapkan oleh individu.
Kepuasan kerja merupakan salah satu aspek yang penting di dalam
praktek manajemen Sumberdaya manusia dan perilaku organisasi. Ini
dikarenakan kepuasan kerja dapat mempengaruhi kebahagiaan, semangat kerja,
dan motivasi pegawai di dalam meningkatkan produktivitasnya (Mabaso dan
Dlamini, 2017). Kepuasan kerja yang tinggi sangat diharapkan karena hal itu
berkaitan dengan hasil yang positif dan merupakan tanda organisasi yang
dikelola dengan baik. Kepuasan kerja juga merupakan ukuran proses
pembangunan manusia yang berkelanjutan. Selain itu, kepuasan kerja penting
artinya bagi setiap organisasi karena kepuasan kerja merupakan kriteria untuk
mengukur keberhasilan organisasi dalam memenuhi kebutuhan anggotanya.
Kepuasan kerja merupakan suatu hal yang sangat personal, artinya yang bisa
merasakan hanyalah yang bersangkutan, dan mempunyai sifat tidak selalu sama
antara orang yang satu dengan yang lainnya.
Kepuasan kerja memiliki definisi yang beragam serta dijelaskan dengan
berbagai penjelasan yang berbeda. Adapun definisi kepuasan kerja menurut
beberapa para ahli adalah sebagai berikut:
• Kepuasan kerja menurut Hakim dan Hurst (2008) dalam Barakat et al. (2015)
didefinisikan sebagai sikap umum keadaan emosi yang positif yang
mencerminkan respon, reaksi, atau penilaian afektif individu terhadap
pengalaman kerja. Kepuasan kerja pada umumnya dianggap sebagai hasil dari
sebuah kerja dalam sebuah organisasi.
• Kepuasan kerja menurut Robbins & Judge (2013) adalah perasaan positif
tentang pekerjaan seseorang yang dihasilkan dari evaluasi karakteristiknya. Inti
dari definisi tersebut adalah bahwa pekerjaan tidak hanya sekedar melakukan
pekerjaan itu sendiri, melainkan terkait juga dengan aspek lain seperti interaksi
dengan rekan, atasan, mengikuti aturan yang sudah ditetapkan dalam sebuah
organisasi, dan kondisi lingkungan kerja.
29
• Kepuasan kerja menurut Yousaf dan Sanders (2012) juga dibentuk sebagai
pendahulu dari hasil pekerjaan lain seperti perilaku organisasi, komitmen
organisasi dan kinerja.
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan bentuk sikap karyawan
terhadap pekerjaannya pada organisasi tempat dia bekerja, yang diperoleh
berdasarkan persepsinya. Kepuasan kerja dimaksudkan sebagai suatu keadaan
emosional karyawan di mana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai
balas jasa kerja karyawan dari organisasi atau organisasi dengan tingkat nilai
balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan, baik
yang berupa finansial maupun non finansial. Bila kepuasan kerja tercapai, maka
tercermin perasaan karyawan terhadap pekerjaannya, yang sering diwujudkan
dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang
dihadapi ataupun ditugaskan kepadanya. Monitoring yang cermat dan kontinyu
dari kepuasan kerja karyawan tersebut sangat penting untuk menjadi perhatian
pimpinan organisasi, terutama bagian personalia.
Teori-teori tentang kepuasan kerja telah banyak dikeluarkan oleh para
ahli, misalkan teori hirarki kebutuhan Maslow, FW. Taylor, teori X dan Y, teori
Alderfer, teori Kebutuhan dari McClelland, goal setting theory, teori harapan atau
expectancy dari Vroom, dan teori Dua Faktor Herzberg. Prinsip dari teori
Herzberg sebenarnya berfokus pada masalah faktor kepuasan dan ketidak
puasan. Ia menganggap bahwa kedua hal tersebut merupakan dua hal yang
berbeda, artinya kepuasan dan ketidak puasan kerja terhadap pekerjaan bukan
merupakan suatu variabel yang continue (Owuslu, 2014).
Herzberg dalam penelitiannya membagi situasi yang mempengaruhi sikap
seseorang terhadap pekerjaanya menjadi dua kelompok, yaitu satisfier dan
dissatisfier. Kelompok pertama (Satisfier), yaitu situasi yang menjadi sumber
kepuasan kerja yang teriri dari tanggung jawab kerja, prestasi, penghargaan,
promosi, dan pekerjaan itu sendiri. Kehadiran faktor ini akan mengakibatkan
kepuasan bagi karyawan, akan tetapi ketidak hadirannya bukan berarti
menimbulkan ketidak puasan. Sedangkan, kelompok kedua (Dissatisfier) yaitu
faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber ketidak puasan yang terdiri dari
kondisi kerja, gaji, supervise, teman kerja, kebijakan administrasi, dan
keamanan. Perbaikan pada faktor-faktor tersebut dapat mengurangi atau
menghilangkan ketidakpuasan, akan tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan
kerja, karena faktor-faktor tersebut bukanlah sumber kepuasan kerja.
Mangkunegara (2009) menyebutkan dua faktor yang mempengaruhi
kepuasan kerja yaitu:
a. Faktor karyawan, yaitu meliputi kecerdasan, kecakapan, umur, jenis kelamin,
kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, kepribadian, emosi, persepsi dan
sikap kerja.
b. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat
(golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan
promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.
Sedangkan Arnold dan Fieldman (1996) menyatakan bahwa:
30
”…there are a variety of factors that lead people to feel positively or negatively
about their job. Below, we look at the six most frequently studied causes of job
satisfaction: (1) pay; (2) the work itself; (3) promotion; (4) supervision; (5) the
work group; (6) working conditions”.
Artinya bahwa terdapat beberapa faktor yang membuat seseorang merasa positif
atau negatif tentang pekerjaan mereka. Kita amati terdapat enam faktor utama
dari kepuasan kerja, yaitu: (1) gaji; (2) pekerjaan itu sendiri; (3) peluang promosi;
(4) pengawasan; (5) kelompok kerja; (6) kondisi kerja.
7. Dias, et. al. Tracing the links Analisis Kinerja secara signifikan
(2020) between executive Kluster dan positif berhubungan
compensation Hierarki dengan variable insentif,
structure and firm MANOVA yaitu kompensasi berbasis
performance: evidence kinerja.
from the Brazilian
market
10. Geys, et. al. Are bureaucrats paid descriptive Hasil penelitian
(2017) like CEOs? statistics menunjukkan pengaruh
33
karyawan, sedangkan
lingkungan kerja tidak
berpengaruh. Keempat,
motivasi dan kepuasan
kerja berpengaruh terhadap
kinerja karyawan.
14. Al-Haidar Administrative Analisis Tugas dan hak istimewa
disciplinary and
(2017) Data pegawai negeri yang diatur
grievance procedures for
public employees in Kualitatif dalam UU Kepegawaian
Kuwait and UK
Kuwait tidak cukup
seimbang karena hukuman
disiplin untuk karyawan
berpangkat lebih tinggi lebih
rendah daripada karyawan
di pangkat lebih rendah.
15. Priyono, et Influence of motivation Linier Motivasi dan disiplin
and discipline on the
al. (2015) Regression berpengaruh terhadap
performance of
Employees (studies on, Analysis kinerja.
cv. eastern star home in
surabaya)
16. Sofyan, et The Effect of Career SEM Terdapat hubungan dan
Development and
al. (2016) pengaruh yang positif
Working Discipline
Towards Working antara pengembangan karir
Satisfaction and
dengan kinerja yang
Employee Performance
in The Regional Office of dimediasi oleh kepuasan
Ministry of Religious
kerja, sedangkan hubungan
Affairs in South Sulawesi
antara disiplin kerja
terhadap kepuasan,
pengembangan karir
terhadap kinerja, dan
disiplin kerja terhadap
kinerja tidak signifikan.
Sementara itu, Kepuasan
kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja
karyawan.
17. Tumilaar The Effect of Discipline, Multiple Disiplin, kepemimpinan,
Leadership, and
(2015) regression dan motivasi secara
Motivation on Employee
Performance at BPJS analysis simultan berpengaruh
Ketenagakerjaan Sulut
terhadap kinerja karyawan,
35
MEDIA
SI
KEPUA
SAN
KERJA
(Z1) KEPUASAA
KINERJ
DISIPLI N KINERJA
A
N (Z3)
PEGAW
KERJA
AI
(X)
KOMPENS
ASI
KERJA
(Z2) 40
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pengadilan agama malang
Kesehatan propinsi malang yang berjumlah 89 pegawai, maka teknik sampling
yang digunakan adalah sensus. Alat analisis data yang digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis Regresi Linier Berganda Untuk mengetahui atau mengukur hubungan
antara variabel terikat (Y) dengan beberapa variabel bebas (X) (Ghozali, 2013).
b. Uji t Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013).
c. Koefisien Determinasi (R2 ) Koefisien determinasi (R2 ) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel terikat (Ghozali, 2013)
Sumber:
1: Odunlade (2012); Jamil dan Raja (2012); Dias et al. (2020); Heninger (2019);
Hameed (2014); Sopiah (2013) ); Geys et al. (2017)
2: Espinosa dan Rakowska (2017); Zulkifli (2022); Mabaso dan Dlamini (2017);
Chinyio dan Salisu (2017); Aman-Ullah et al. (2022); Sopiah (2013); Yaseen
(2013); Salisu (2015); Nasurdin et al. (2020); Rojikinnor et al. (2021)
3: Odunlade (2012); Kaltsum et al. (2021); Amiroso dan Mulyanto (2015); Sofyan
(2016); Mira et al. (2019); Tsai et al. (2010)
4: Ebuara dan Coker (2012); Sofyan et al. (2016); Luviansi (2012)
5: Kaltsum et al. (2021); Agusalim et al. (2016); Amiroso dan Mulyanto (2015);
Priyono et al. (2015); Tumilaar (2015); Triyaningsih (2015)
6: Maguongo et al (2015); Nasurdin et al (2020); Rojikinnor et al (2021)
41
7: Amiroso dan Mulyanto (2015); Ebuara dan Coker (2012); Sofyan et al. (2016)
Gaji pokok yang dimaksudkan di dalam penelitian ini merupakan gaji dasar yang
diterima karyawan perusahaan sebagai bentuk balas jasa karena telah
memberikan sumbangan tenaga dan pikirannya dalam pencapaian tujuan
perusahaan yang dibayarkan secara periodik bersamaan dengan komponen gaji
lain yang umumnya berlaku untuk tarif mingguan maupun bulanan. PT.Sampurna
Kuningan Juwana memberikan gaji kepada para karyawannya setiap minggunya
di hari Sabtu.
Dari data yang dikumpulkan oleh penulis mengenai persepsi responden
terhadap besaran gaji pokok karyawan dapat dilihat melalui tabel 3.6 berikut :
Tabel 3.4.3
Lalu, untuk posisi kepala bagian juga diberikan gaji lebih tinggi dan rata-rata
responden yang menjawab sangat sesuai dan sesuai memiliki masa kerja cukup
lama dibanding karyawan lain yang diisi pada bagian identitas responden,
sehingga responden mangaku cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sedangkan karyawan yang menjawab cukup dan tidak sesuai beralasan bahwa
mendapatkan gaji pokok yang dirasa masih kurang, dan menginginkan besaran
gaji non kepala bagian tidak hanya tergantung pada masa kerja karyawan, tetapi
juga pada kemampuan karyawan itu sendiri.
Berdasarkan tabel 3.4.6 dapat diketahui bahwa pernyataan yang paling banyak dipilih
responden adalah sesuai, yakni sebanyak 30 (34%) responden dan
17 (34%) responden menjawab sangat sesuai, sedangkan 29 (32%) responden menjawab cukup
sesuai. Rata-rata karyawan memberikan alasan bahwa memang kerja lembur karyawan lembur
di pengadilan agama kota malang /kabupaten malang dibayarkan berdasarkan jumlah jam
lembur di luar jam kerja karyawan perusahaan, yakni dengan perhitungan 1/80 gaji pokok/bulan
pada setiap jamnya.
49
1. Kesesuaian Gaji
Upah atau dengan
Gaji Pekerjaan yang
dilakukan
2. Insentif atau
bonus yang
diberikan sesuai Espinosa dan
Insentif
dengan waktu Rakowska
Kompensas kerja lembur 5
(2017);
i yang dilakukan Skala
Zulkifli
(X1) 3. Tunjangan yang Likert
(2022); Dias,
diberikan sudah et al. (2020)
Tunjangan
sesuai dengan
yang diharapkan
4. Organisasi
memperhatikan
Fasilitas pemenuhan
kebutuhan dan
fasilitas karyawan
5. Kehadiran tepat
Kehadiran
waktu
Agussalim, et
6. Melaksanakan
al. (2016);
Disiplin tugas sesuai 5
Katsum, et.
Kerja Ketaatan aturan dan Skala
al. (2021);
(X2) prosedur yang Likert
Tumilaar
berlaku
(2015)
7. Menyelesaikan
pekerjaan
Kecermatan
dengan penuh
kehati-hatian
Mabaso dan
Kepuasan Pekerjaan 8. Pekerjaan saat 5 Dlamini
Kerja Itu ini sangat Skala (2017);
(Z) sendiri menarik Likert Kaltsum et al.
(2021); Mira
50
9. Kemudahan
bekerjasama
Kerjasama
dengan rekan
kerja
10. Kesempatan
Promosi yang sama untuk
promosi jabatan et al. (2019)
waktu
21. Datang tepat
waktu sesuai jam
kerja
22. Tidak
Kehadiran
meninggalkan
kantor sebelum
jam kantor
berakhir
23. Kesediaan
berpartisipasi
dalam organisasi
Kerjasama
24. Kerjasama antara
atasan dan
bawahan
BAB IV
METODE PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan dan maksud penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh kompensasi dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan yang
dimediasi oleh kepuasan kerja, maka penelitian ini tergolong dalam penelitian
explanatory atau yang biasa disebut explanatory research. Hal ini dilakukan tidak
lain dalam rangka untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan
antara dua variabel atau lebih melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya (Sekaran, 2010).
Sumber data pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama, baik dari
individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara atau hasil pengisian angket
Kuisioner (Husein, 2000). Data primer ini diperoleh langsung dari penyebaran
daftar pertanyaan kepada responden yang dipilih untuk penelitian. Sedangkan,
data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi dan
pengolahannya sudah dilakukan oleh pihak-pihak lain sehingga peneliti tinggal
memanfaatkannya. Data sekunder ini dipergunakan sebagai pelengkap data
53
primer. Data ini dikumpulkan melalui publikasi hasil penelitian, jurnal penelitian,
dan sumber lainnya yang ada hubungannya dengan permasalahan dalam
penelitian (Sekaran, 2010).
Populasi adalah kumpulan data atau objek penelitian yang memiliki kualitas
dan ciri-ciri yang telah ditetapkan berdasarkan kualitas dan ciri tersebut. Populasi
dapat dipahami sebagai kelompok individu atau objek pengamatan yang minimal
suatu persamaan atau karateristik (Sugiyono, 2007). Sedangkan menurut
Sekaran (2010) populasi mengacu pada seluruh kelompok, sebuah kelompok,
peristiwa atau hal-hal dari kepentingan yang peneliti akan teliti. Berdasarkan
pemahaman tersebut, maka populasi pada penelitian ini adalah para pegawai
yang ada di Pengadilan Agama Malang yang berjumlah 89 orang.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karateristik yang relatif
sama dan dianggap bisa mewakili populasi (Singarimbun, 1991). Sampel pada
penelitian ini adalah sampel jenuh yaitu keseluruhan populasi. Seperti yang
diungkapkan oleh Sugiyono (2007) bahwa sampel jenuh adalah teknik
pengambilan sampel jika semua populasi digunakan sebagai sampel dalam
penelitian. Oleh karena itu, sampel dari penelitian ini berjumlah 63 pegawai di
Pengadilan Agama Malang.
Alasan pemilihan seluruh karyawan atau pegawai yang ada di Pengadilan
Agama Malang sebagai populasi dan sampel dalam penelitian ini diantaranya
adalah; pertama, karyawan atau pegawai merupakan ujung tombak pelayanan
proses peradilan; kedua, penelitian ini berfokus pada pegawai yang ada di
pengadilan; ketiga, klasifikasi pegawai dan non-pegawai ASN (Tenaga Honorer)
dilakukan dalam rangka memperluas kajian yang lebih mendalam pada objek
penelitian. Dalam penelitian ini berfokus pada seluruh pegawai di Pengadilan
Agama Malang dengan memasukkan seluruh pegawai dari Pejabat Eselon
hingga Tenaga Honorer (Non ASN) dalam populasi responden yang diteliti.
Skala ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Adapun
bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur pendapat maupun persepsi
seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial yang ada.
Pernyataan/
STS TS N S SS
Pertanyaan
Tanggapan Sangat Tidak Netral Setuju Sangat
terhadap tingkat Tidak Setuju Setuju
kompensasi, Setuju
disiplin kerja,
kepuasan kerja
terhadap kinerja
pegawai
Pengadilan
Agama Malang.
Metode analisa data merupakan bagian dari proses pengujian data yang
dilakukan setelah tahap pengumpulan data penelitian. Penelitian ini
menggunakan statistik sebagai metode yang dapat digunakan untuk menarik
kesimpulan.
4.7.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran karakteristik
masing-masing variabel yang diukur dari sejumlah indikator-indikator penelitian.
Teknik analisa yang digunakan adalah statistics descriptive sehingga
menghasilkan nilai frekuensi, nilai rata-rata (mean), median (nilai tengah), nilai
maksimum, dan nilai minimum dari masing-masing indikator penelitian (Solimun,
2006).
4.7.2 Metode Analisis Data
55
Dalam penelitian ini, Partial Least Square (PLS) digunakan sebagai analisis
data. Alasan penggunaan Partial Least Square (PLS) karena dengan alat ini
dimungkinkan melakukan pemodelan persamaan struktural dengan ukuran
sampel relatif kecil dan tidak membutuhkan asumsi normal multivariate.
PLS adalah salah satu metode analisis yang serba bisa. Hal ini dikarenakan
PLS dapat diterapkan pada hampir semua skala data. PLS selain dapat
digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk membangun
hubungan yang belum ada landasan teorinya atau untuk pengujian proposisi.
PLS juga dapat digunakan untuk pemodelan struktural dengan indiaktor bersifat
reflektif ataupun formatif. Hal ini dimungkinkan karena algoritma dalam PLS
mengunakan analisis series ordinary least square sehingga identifikasi model
bukan masalah dalam model rekursif dan tidak mengasumsikan bentuk distribusi
tertentu dari pengukuran variabel. Selanjutnya efisiensi perhitungan algoritma
mampu mengestimasi model yang besar dan komplek.
Dengan menggunakan pendekatan PLS diasumsikan bahwa semua ukuran
varian adalah varian yang berguna untuk dijelaskan. Karena pendekatan untuk
mengestimasi variabel laten dianggap sebagai kombinasi linear dari indikator,
maka dapat menghindari masalah indeterminasi dan memberikan definisi yang
pasti dari skor komponen (Ghozali, 2006).
Melalui pendekatan Partial Least Square yang berbasis varian ini
diasumsikan semua varian yang dihitung adalah varian yang mempunyai nilai
guna untuk penjelasan. Pendekatan asumsi variabel laten dalam PLS yaitu
sebagai exact kombinasi linier dari indikator sehingga mampu mengatasi
masalah indeterminacy dan dengan tepat dapat menghasilkan skor komponen
yang benar. Dengan menggunakan algoritma iteratif yang terdiri atas beberapa
analisis dengan metode ordinary least square, membuat persoalan identifikasi
tidak menjadi persoalan karena model yang digunakan bersifat rekursif.
Pendekatan PLS mendasarkan pada pergeseran analitis pengukuran
estimasi parameter model ke pengukuran prediksi yang relevan sehingga fokus
analisis bergeser hanya pada estimasi dan penafsiran signifikansi parameter ke
validitas dan akurasi prediksi. Di dalam PLS variabel laten dapat berbentuk hasil
pencerminan indikatornya, yang diistilahkan dengan inkubator reflektif (reflective
indicator). Di samping itu juga bisa berupa variabel laten yang dibentuk oleh
indikatornya, yang disebut indikator formatif (formative indicator).
Model indikator reflektif melihat (secara matematis) variabel laten seolah-olah
sebagai variabel yang mempengaruhi indikator. Dengan demikian, indikator-
indikator sebuah variabel laten seolah-olah dipengaruhi oleh faktor (variabel
laten) yang sama. Hal ini mengakibatkan apabila terjadi perubahan dari satu
indikator, dengan arah yang sama akan berakibat pada perubahan pada
indikator lainnya. Metode refleksif disebut juga principal factor model yang mana
variabel laten seolah-olah mempengaruhi covariance pengukuran indikator atau
mencerminkan variasi dari variabel laten.
Model indikator formatif melihat (secara matematis) variabel laten seolah-olah
sebagai variabel yang dipengaruhi oleh indikator. Adanya perubahan pada
indikator mempengaruhi perubahan pada nilai variabel laten. Berbeda dengan
56
model reflektif, model formatif tidak berasumsi bahwa indikator dipengaruhi oleh
variabel laten, akan tetapi, sebaliknya berasumsi bahwa semua indikator dapat
mempengaruhi variabel laten.
Model struktural pada pendekatan Partial Least Square (PLS), hubungan
kausalitas antar variabel laten disebut dengan inner model, sedangkan model
pengukuran setiap indikator untuk menilai validitas dan reliabilitas model disebut
outer model. Inner model diukur dengan melihat persentase varian yang
dijelaskan yaitu dengan melihat R2 sebagai parameter ketepatan model prediksi.
Melalui proses bootstrapping, parameter uji t-statistic diperoleh untuk
memprediksi adanya hubungan kausalitas. (Jogianto, 2007).
Tujuan metode PLS yaitu untuk membantu peneliti di dalam mendapatkan
nilai variabel laten sebagai prediksi. Secara formal, variabel laten dalam model
merupakan agregat linier dari indikator-indikatornya. Weight estimate atau
penduga bobot untuk mendapatkan skor variabel laten didapat dari hasil
spesifikasi inner model dan outer model. Inner model merupakan model
struktural yang mengukur hubungan antar variabel laten sedangkan outer model
merupakan model pengukuran yang menilai hubungan antar indikator (variabel
manifes) dengan konstruknya (variabel latennya).
Dengan PLS, peneliti dapat menghasilkan estimasi parameter; pertama,
weight estimate yang mana diperuntukan untuk menciptakan skor variabel laten.
Kedua, merefleksikan estimasi jalur (path estimate) yang mana menilai hubungan
antar variabel laten dan antar variabel laten dengan indikatornya (loading).
Ketiga, mencerminkan means dan lokasi parameter yaitu nilai konstanta regresi
bagi indikator dan variabel laten. Untuk dapat menghasilkan ketiga estimasi ini,
PLS memproses iterasi 3 tahap, yaitu weight estimate, estimasi inner model dan
outer model, dan estimasi means dan lokasi (Ghozali, 2006).
1. Model Struktural atau Inner Model
Inner model, atau disebut juga inner relation, structural model atau substantive
theory menjelaskan kausalitas hubungan antar variabel laten. Model struktural
diukur dengan memakai R-square untuk konstruk dependen, Stone-GeisserQ-
square test untuk predictive relevance dan menggunakan uji t dan signifikansi
koefisien parameter jalur struktural.
R-square untuk setiap variabel laten dependen digunakan untuk menilai model
dengan PLS. Interpretasinya tidak berbeda dengan interpretasi dengan
menggunakan regresi. Penilaian pengaruh variabel laten independen tertentu
terhadap variabel laten dependen dapat diketahui melalui perubahan nilai R-
square apakah mempunyai pengaruh yang substantif atau tidak (Ghozali, 2006).
Di samping itu, ia juga dapat diukur dengan menggunakan Q-square prediktif
relevansi untuk model konstruktif. Q-square menilai baik tidaknya nilai observasi
yang dihasilkan oleh model dan estimasi parameternya.
2. Model Pengukuran atau Outer Model
Convergent validity untuk model reflektif, korelasi antara item score/component
score dengan construct score menjadi dasar untuk menilai indikator. Pengukuran
standar reflektif dikatakan tinggi, jika nilai korelasi melebihi 0, 70 dengan konstruk
57
yang ingin diukur. Akan tetapi, bagi penelitian yang masih dalam kategori
penjajagan atau tahap awal pengembangan, untuk standar skala pengukurannya
bisa dengan nilai loading hanya 0, 5 atau 0, 60 (Chin, 1998 dalam Ghozali,
2006). Discriminant validity untuk model reflektif, pengukuran indikator
didasarkan pada cross loading konstruk. Apabila nilai korelasi item konstruk lebih
tinggi atau lebih besar daripada konstruk lainnya, maka dapat dikatakan bahwa
konstruk laten dapat memprediksi ukuran pada blok yang lebih baik daripada
ukuran blok lainnya.
Pengujian Variabel Mediasi: Uji Sobel
Analisis variabel mediasi digunakan sebagai metode pemeriksaan terhadap
pengaruh tidak langsung dalam penelitian melalui koefisien hubungan tidak
langsung. Metode pemeriksaan variabel mediasi mengacu pada teori yang yang
dikemukakan oleh Baron dan Kenny (1986) yang mana dijelaskan bahwa di
dalam menentukan ada dan tidak adanya hubungan langsung maupun tidak
langsung dilihat berdasarkan beberapa pemeriksaan sebagaimana berikut:
a. Pemeriksaan pengaruh variabel independen terhadap variabel mediasi (X-Y)
disimbolkan dengan (a)
b. Pemeriksaan pengaruh variabel mediasi terhadap variabel dependen (Z-Y)
disimbolkan dengan (b)
c. Pemeriksaan pengaruh variabel independen terhadap dependen tanpa
melalui variabel mediasi (X-Y) disimbolkan dengan (c)
d. Pemeriksaan pengaruh variabel independen terhadap dependen melalui
variabel mediasi (X-Z-Y) disimbolkan dengan (c’)
Untuk dikatakan sebagai variabel mediator, hubungan X-Y pada persamaan c
haruslah tidak signifikan (nol) atau disebut mediasi penuh (full/complete
mediation). Akan tetapi jika persamaan a-c terpenuhi, namun persamaan c’ tidak
artinya sama-sama signifikan, maka disebut mediasi parsial (partial mediation).
Pengujian hipotesis tentang variabel mediasi dilakukan dengan prosedur Uji
Sobel (Sobel Test). Uji Sobel berkenaan dengan menguji signifikansi koefisien
jalur pengaruh tidak langsung. Pada penelitian untuk tesis ini digunakan taraf
nyata α = 0,05. Proses perhitungan menggunakan uji sobel online di
http://quantpsy.org/sobel/sobel.htm , dimana variabel independen dilambangkan
dengan X, variabel dependen dengan Y, dan variabel mediasi diberi lambang Z.
DAFTAR PUSTAKA
Heninger, William G., Smith, Steven D., Wood, David A. 2019. Reward type and
performance: An examination of organizational wellness programs.
Management Accounting Research, 44 (2019) 1-11.
Mabaso, C. M., & Dlamini, B. I. 2017. Impact of Compensation and Benefits on
Job Satisfaction. Research Journal of Business Management, 11(2), 80–
90. https://doi.org/10.3923/rjbm.2017.80.90.
Mahkamah Agung. 2020. Putusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor
210/KMA/SK/VIII/2020. Jakarta.
Mahsun, Mohammad. 2016. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:
BPFE. Mangkunegara, A. A. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan.: PT Remaja Rosdakarya.
Makena Muguongo, M. 2015. Effects of Compensation on Job Satisfaction
Among Secondary School Teachers in Maara Sub - County of Tharaka
Nithi County, Kenya. Journal of Human Resource Management, 3(6), 47.
https://doi.org/10.11648/j.jhrm.20150306.11.
Mangkunegara, A. A. 2014. Evaluasi kinerja SDM. PT. Refika Aditama, Bandung.
Mathis, Robert L dan Jackson John H. 2001. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta : Salemba Empat.
Mondy, R. Wayne (terj. Bayu Airlangga). 2009. Manajemen Sumber Daya
Manusia, Jilid 1 Edisi 10. Jakarta : Erlangga.
Nasurdin, Aizzat Mohd., Tan, Cheng Ling., Khan, Sabrina Naseer. (2020) Can
high performance work practices and satisfaction predict job
performance? An examination of the Malaysian private health-care sector.
International Journal of Quality and Service Sciences, Vol. 12 No. 4, 2020
pp. 521-540 Emerald Publishing Limited.
Pasolong, H. 2012. Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta.
Pawirosumarto, Suharno and Sarjana, Purwanto Katijan., Muchtar, Muzaffar.
2016. International Journal of Law and Management Vol. 59 No. 4, 2017
pp. 602-614, Emerald Publishing Limited.
Pengadilan Agama Malang. 2020. Laporan Tahunan. https://pa-
malangkota.go.id/laporan-tahunan/ diakses pada 09 Juni 2023.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil.
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil.
Revida. Erika. 2009. Manajemen Personalia Publik di Indonesia. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
60