Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah umum Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Jember

OLEH:

Achmad Rizky Alfacrezy 221910301011

Ratu Ayuthia Sekar Adia Vangga 221910301013

Muhammad Bintang Ramadhani 221910301081

Dwi Agus Prabowo 221910301086

Yudha Nurfahreza 221910301107

Nathania Bertha Nastiti 221910301117

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii


BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
2.1 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
3.1 Tujuan .......................................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
2.1 Pelaksanaan Kegiatan .................................................................................................. 2
2.2 Hasil Penelitian ............................................................................................................ 2
2.2.1 Upacara Cheng Beng ............................................................................................ 2
2.2.2 Persediaan yang harus dibawa ke festival Ceng Beng ......................................... 3
2.2.3 Aturan Festival Ceng Beng .................................................................................. 3
2.2.4 Mendirikan Makam yang Unik, Megah, dan Penuh Makna................................. 4
2.2.5 Vihara Jagatnata Maitreya. ................................................................................... 5
2.2.6 Echo Enzyme ........................................................................................................ 5
BAB III
PENUTUP ................................................................................................................................. 7
Kesimpulan ............................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, kebudayaan, dan agama. Terdapat
beberapa macam agama di Indonesia diantaranya yaitu Islam, Katholik, Protestan, Hindu,
Buddha, dan Konghucu.Rumah ibadah merupakan sarana keagamaan yang berfungsi
sebagai simbol keberadaan pemeluk agama, tempat penyiaran agama, dan tempat
melakukan ibadah. Selain itu rumah ibadah didirikan untuk memberikan pelayanan bagi
masyarakat pengguna rumah ibadah, yaitu seperti keperluan taklim, penataran jamaah, dan
peringatan hari besar keagamaan. Pelayanan rumah ibadah bermaksud untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, membina manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, memiliki pengetahuan, kemandirian, serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Kerukunan dirumuskan dalam UUD
1945 pasal 29 yaitu sebagai jaminan bagi setiap warga negara untuk memeluk agama dan
mengungkapkan kepercayaannya masing-masing.
Selain itu, makna semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi
tetap satu, pada hakikatnya juga mengungkapkan kesadaran bangsa Indonesia mengenai
kerukunan. Kerukunan umat beragama yang dimaksud ialah suatu keadaan hubungan
antar umat beragama dilandasi sikap toleransi, saling pengertian, dan saling menghormati.
Sikap toleransi dibuktikan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, kami sebagai
mahasiswa melakukan penelitian dan observasi dengan bagaimana kami berinteraksi
dengan Umat Tionghoa, mengetahui apa saja tradisi dan kegiatan yang biasa dilakukan
oleh Umat Buddha yang beribadah di Vihara Jagatnata Maitreya.
2.1 Rumusan Masalah
a. Apa saja tradisi dan kegiatan yang biasa dilakukan oleh Umat Buddha?
b. Apa yang biasa dilakukan Umat Vihara Jagatnata Maitreya?
c. Apa itu Echo Enzyme? Apa manfaatnya bagi ligkungan?

3.1 Tujuan
Agar apa yang kami teliti bisa kami eksplore lagi dengan mengetahui berbagai hal yang
bersangkutan dengan tradisi dan kegiatan yang biasa dilakukan oleh Umat Buddha. Juga
supaya kami lebih mengenal lagi berbagai hal tentang Agama Buddha dengan tahu secara
langsung.
1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pelaksanaan Kegiatan

1. Deskripsi Kegiatan
Kegiatan yang kami lakukan adalah mengikut serangkaian kegiatan yang dilakukan di
Vihara Jagatnata Maitreya, dan juga Tempat Pemakaman Umum Kaliwates.. Kami juga
melakukan observasi kegiatan/tradisi Umat Buddha-Konghucu dalam melaksanakan
kebaktian di Pemakaman dan Vihara Jagatnata Maitreya. Melakukan wawancara
bersama para pengurus, dosen pengajar dan juga umat yang kebetulan saat itu kami
temui. Kami pun mengikuti kebaktian yang pada saat itu sedang dilaksanakan.

2. Waktu dan Tempat


Hari : Minggu
Tanggal : 2 April 2023
Tempat :
a. Vihara Jagatnata Maitreya : Jl. Sultan Agung Gg.IX No.10-12, Kepatihan, Kec.
Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68131.
b. Tempat Pemakaman Umum Kaliwates : Kaliwates, Kec. Kaliwates, Kabupaten
Jember, Jawa Timur 68131 Bahan Lantai

2.2 Hasil Penelitian


2.2.1 Upacara Cheng Beng
Upacara Cheng Beng atau Qing Ming (清明) adalah salah satu ritual ziarah
dan doa tahunan bangsa Tionghoa menurut ajaran Konghucu. Festival ini berlangsung
15 hari setelah titik balik musim semi, biasanya pada tanggal 4 atau 5 April setiap
tahun. Namun, ziarah bisa dilakukan 10 hari sebelum Hari Cheng Beng atau 10 hari
setelah Hari Cheng Beng

Cheng Beng juga dikenal sebagai Hari Semua Arwah, Festival Bersih Terang,
Festival Ziarah Kuburan, Hari Menyapu Kuburan, dan Hari Peringatan Musim Semi.
Dalam upacara ini, warga Tionghoa akan pergi ke kuburan leluhur untuk
membersihkan kuburan dan berdoa dengan membawa makanan tradisional, teh,
anggur, dupa, kertas doa, perkakas dan berbagai persembahan untuk leluhur mereka.
Perayaan Ceng Beng diadakan untuk mengingat dan menghormati leluhur,
berdasarkan penekanan Konfusius Xiao (孝), untuk merawat orang tua dan
2
menghormati leluhur, baik dalam kehidupan maupun setelah mereka meninggal.
Tujuan lain dari Ceng Beng adalah untuk menyatukan keluarga dan mempererat
hubungan keluarga. Pada saat upacara Ceng Beng perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

2.2.2 Persediaan yang harus dibawa ke festival Ceng Beng


1) persediaan makanan
Secara tradisional, nampan persembahan untuk leluhur meliputi buah, kue, teh,
anggur, kembang gula, dan menu utama. Aturan untuk menu utama adalah aturan
penyajian Sam Seng (三牲) harus digunakan, yang berarti menu utama harus
mencakup 3 hewan dari 3 elemen - ayam (elemen udara), babi (elemen tanah) dan ikan
(elemen air). Selain itu, keluarga juga bisa membawa serta makanan kesukaan nenek
moyangnya yang masih hidup.
2) Sapu dan alat kebersihan lainnya
Salah satu kegiatan utama Ceng Beng adalah membersihkan makam. Oleh karena itu,
penting untuk membawa sapu, sikat dan lain-lain untuk menunjang kegiatan tersebut.
3) Kertas perak
Uang kertas (atau mungkin mahkota bagi orang Kristen) harus diletakkan di atas
kuburan sebagai tanda bahwa kuburan telah dibersihkan.
4) Perlengkapan sembahyang.
Barang yang harus dibawa adalah lilin, dupa, kertas persembahan dan foil.

2.2.3 Aturan Festival Ceng Beng


Aturan festival Ceng Beng didasarkan pada ajaran Fengshui. Berikut beberapa
aturannya:
1) Wanita hamil tidak boleh ikut berziarah, karena energi Yin di pemakaman dapat
mempengaruhi kehamilan.
2) Jangan memakai baju merah mencolok. Disarankan untuk menggunakan baju putih
atau baju bernuansa gelap.
3) Orang-orang yang bukan anggota keluarga disarankan untuk tidak ikut dalam upacara.
4) Jangan berziarah jika sedang kurang sehat atau dalam tahun ciong.
5) Rapikan rerumputan panjang yang ada di sekitar makam.
6) Batu nisan tidak boleh dipindahkan.
7) Jangan menutupi dahi (dengan rambut) dan jangan membeli sepatu.

3
8) Jangan tertawa atau berteriak terlalu keras.
9) Upacara lebih baik dilakukan antara jam 9 pagi dan 3 sore.
10) Segera mandi dan berganti baju saat sampai di rumah.

2.2.4 Mendirikan Makam yang Unik, Megah, dan Penuh Makna.


a) Ukuran yang Besar
Makam Tionghoa memiliki beberapa komponen. Dan tidak jarang 1 makam juga
diperuntukkan untuk dua orang, yaitu suami dan istri. Oleh karena itu, kuburan ini
memiliki ukuran yang besar. Tentu saja hal ini akan berpengaruh pada biaya
pemakaman.
Tak hanya disebabkan oleh komponen dan jumlah orang yang dimakamkan.
Status sosial juga mempengaruhi ukuran makam. Semakin tinggi status sosial,
misalnya pejabat masyarakat, maka kuburan orang tersebut akan semakin besar.
b) Ukiran nama pada nisan
Ciri khas lain dari nisan kuburan Tionghoa ada pada ukiran namanya. Nama
orang yang telah meninggal akan terukir dengan warna emas. Sedangkan nama
keluarga yang masih hidup akan terukir dengan warna merah
c) Komponen Makam
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, makam orang Tionghoa memiliki
delapan komponen. Pertama adalah Mu Gui atau Karapas Kura-Kura. Ini adalah
gundukan bukit sebagai tempat peti jenazah disemayamkan.
Kedua adalah Mu An Qian Kao, yaitu bangunan berupa tembok yang
mengelilingi makam itu sendiri. Ketiga adalah Mu Cheng, tembok pembatas pada sisi
luar Mu An Qian Kao. Tembok ini bermakna untuk membatasi dunia arwah dengan
dunia manusia. Selanjutnya adalah Mu Bei, yaitu nisan yang memuat tulisan identitas
makam. Berikutnya adalah altar sebagai tempat doa dan meletakkan persembahan.
Kemudian Mu Shou, yaitu tembok yang mengelilingi bagian depan kuburan Tionghoa.
Tembok ini melambangkan keturunan dari pemilik makam. Ada juga altar untuk
Dewa Bumi, sedangkan komponen terakhir adalah tempat membakar kertas doa yang
berada di sisi kanan dan kiri.

4
2.2.5 Vihara Jagatnata Maitreya.
Vihara Jagatnatha Maitreya berdiri pada tahun 1956 Imlek bulan 8 tanggal 19.
Dirintis oleh Anwa Zain Zuin dari Pasuruan yang kita kenal sebagai sesepuh Sasana Wira.
Kala itu, beliau menyewa tempat sederhana di lorong Gang Jalan Sultan Agung Gang 5
nomor 60 Jember ke-4. Tahun kemudian yaitu tahun 1960 pandit al-insyirah mulai
memimpin Vihara jember, sosok yang sangat sahaja dan penuh ketulusan hati. Pada tahun
1964 bangunan Vihara yang lama tak mampu lagi menampung banyaknya umat yang
datang berbakti Puja hingga diputuskanlah membeli sebuah bangunan yang dulunya
adalah pabrik roti di Jalan Sultan Agung Gang 8 Nomor 10-12 yang lebih lebar dan
representative. Vihara Jagatnata Maitreya masih berdiri kokoh dan terbuka lebar untuk
umat Buddha yang ingin melakukan peribadatan sampai sekarang.
Dalam kegiatan yang diadakan pada hari Minggu 2 April 2023 kemarin, kami
melakukan rutinitas pembuatan Echo Enzyme yang dimana nantinya akan disimpan
selama 2-3 bulan. Selain itu, kami juga mengikuti kegiatan acara selanjutnya yakni
bincang-bincang narasumber antar agama. Membahas sedikit sejarah Vihara dan fasilitas
yang disediakan untuk beribadah, penjelasan mengenai tradisi Cheng Beng, dan obrolan-
obrolan menarik mengenai banyak hal seputar agama yang dimana kita sebagai
mahasiswa harus tau dan saling menghormati serta menghargai keyakinan umat beragama
lainnya. Karena kita tahu bahwa semua agama dan semua keyakinan yang diyakini sama-
sama mengajarkan kebaikan dan harus hidup berdampingan.

2.2.6 Echo Enzyme


Eco Enzyme bisa diartikan sebagai cairan serba guna yang dibuat dari
hasil fermentasi mulai dari sisa buah, sayuran, hingga air, dan gula. Setelah melewati tahap
pemrosesan, hasil akhirnya adalah berupa cairan dengan warna kecoklatan dan aroma asam
yang segar. Meski demikian, warna dari produk ini bisa berbeda, tergantung dari bahan yang
digunakan. Berikut ini adalah manfaat dan kegunaan yang bisa didapatkan dari Eco Enzyme
terutama untuk kegiatan pertanian yang menguntungkan, seperti halnya :
a) Sebagai Pupuk Tanaman
Anda bisa menggunakannya untuk menjadikan tanaman menjadi lebih subur.
Jika tanaman subur, maka hasil panen juga akan berlimpah.
b) Pengusir Hama
Ada banyak jenis hama yang membuat tanaman layu hingga tidak mampu
menghasilkan panen yang baik. Jika tidak segera diatasi, hama juga bisa membuat
tanaman mati.

5
c) Mengurangi Sampah Lingkungan
Ada banyak sampah rumah tangga yang membuat lingkungan tercemar. Namun
dengan dimanfaatkan menjadi Eco Enzyme, sampah juga akan teratasi bahkan bisa
diolah menjadi sesuatu yang lebih berguna.
d) Meningkatkan Hasil Panen
Hasil panen menjadi lebih meningkat karena Eco Enzyme yang bisa
menyuburkan tanaman. Perhatikan cara penggunaan dan pastikan jika takaran yang
digunakan sudah tepat.Bukan hanya dibidang pertanian, penggunaan Eco Enzyme juga
bagus untuk dimanfaatkan sebagai cairan pembersih hingga disinfektan untuk
kebutuhan sehari-hari.

6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia
adalah negara yang majemuk dan mencakup banyak suku, bahasa, agama, budaya, dan
kedudukan sosial. Keanekaragaman dapat menjadi “kekuatan pemersatu” yang menyatukan
masyarakat, tetapi juga dapat menimbulkan konflik antar budaya, ras, etnis, agama dan nilai-
nilai kehidupan. Keanekaragaman seperti keragaman budaya, latar belakang keluarga, agama
dan suku saling berinteraksi dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, moderasi beragama
memang menjadi kunci untuk menciptakan toleransi dan kerukunan di tingkat lokal, nasional,
dan global. Memilih moderasi dengan menolak ekstrimisme dan liberalisme dalam beragama
adalah kunci untuk menyeimbangkan, mempertahankan peradaban dan membangun
perdamaian

Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yaitu
memahami dan mengamalkan ajaran agama tanpa ekstrim, baik ekstrim kanan maupun
ekstrim kiri. Ekstrimisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech) dan putusnya
hubungan antar umat beragama merupakan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia
saat ini. Moderasi beragama mengajarkan kita betapa baik dan benarnya pandangan hidup
beragama kita, tidak ekstrim bahkan radikal. Moderasi beragama pun memberitahu kita
sebagai seorang muslim untuk bertoleransi antar sesama umat beragama, tidak diskriminasi
antar ras, suku, agama, juga mengajarkan bagaimana cara kita berpikir dinamis dan inovatif.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://travel.kompas.com/read/2018/02/11/081021227/6-fakta-menarik-soal-makam-
tionghoa-yang-belum-anda-ketahui

https://youtu.be/25ePJUzmVxk

https://www.orami.co.id/magazine/eco-enzyme

Anda mungkin juga menyukai