Anda di halaman 1dari 3

Pembuatan Bibit Padi

a. Penyiapan Lahan
Hal yang perlu dilakukan antara lain adalah areal produksi benih harus terpisah dengan
pertanaman padi disekitarnya yaitu sekitar 3 meter agar tidak terjadi percampuran varietas.
Kemudian dilakukan pengaturan waktu tanam pada areal produksi benih dengan areal
disekitarnya dengan perbedaan waktu berbunga sekitar 21 hari. Sawah diolah sempurna,
umumnya dibajak 2 kali dan digaru serta diperlukan waktu jeda agar singgang padi yang
tumbuh dapat dimusnahkan. Tanah diratakan sampai tekstur betul-betul berlumpur. Tahapan
terakhir untuk menekan pertumbuhan gulma semprot lahan dengan herbisida pra tumbuh,
minimal 5 hari sebelum tanam atau sesuai dengan anjuran.
b. Persemaian
Pesemaian merupakan kegiatan yang dilakukan dengan cara membuat bedengan dengan
tinggi 5 sampai 10 cm, lebar 110 cm dan panjang sesuai kebutuhan. Kemudian benih sumber
yang digunakan harus jelas asal-usulnya. Benih sumber yang digunakan hendaknya dari kelas
yang lebih tinggi. Kebutuhan benih sumber per hektar diperkirakan sebanyak 10 kg benih
penjenis untuk menghasilkan benih dasar, 25 kg benih dasar untuk menghasilkan benih
pokok; dan 25 kg benih pokok untuk menghasilkan benih sebar. Varietas yang ditanam
hendaknya selain disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, memperhatikan pula aspek
kecocokan lahan, umur tanaman, dan ketahanan terhadap hama serta penyakit. Sebelum
disemai benih direndam selama 24 jam, kemudian ditirskan dan diperam selama 48 jam.
Sebelum benih disebar atau disemai ke lahan, lahan persemaian diberi pupuk Urea, SP36 dan
KCL masing-masing sebanyak 15 gr/m2. Kemudian benih ditaburkan dengan kerapatan 25
gr/m2 atau 1 kg benih/40 m2
c. Penanaman
Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari, satu tanaman perumpunan.
Penanaman padi di lahan dilakukan dengan sistem tanam jajar legowo 2 : 1 ; dengan jarak
tanam 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25 cm. Penyulaman dilakukan tujuh hari setelah tanam
dan bibit ditanam pada kedalaman 2 -3 cm
d. Pemupukan
Takaran dan waktu pemupukan P dan K berdasarkan analisis tanah menggunakan
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) atau rekomendasi setempat. Pupuk P dan K diberikan
sebagai pupuk dasar. Takaran dan waktu pemberian pupuk Urea disesuaikan dengan
kebutuhan tanaman berdasarkan metode Bagan Warna Daun (BWD).

e. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman dapat dilkukan dengan penyiangan secara intensif dengan
menggunakan alat manual maupun menggunakan herbisida. Kemudian dilakukan
pengendalian hama dan penyakit secara intensif dengan mengacu pada metode PHT yang
dianjurkan. Pengaturan air dilakukan sejak penanaman sampai menjelang panen yaitu air
lahan pertanaman setelah selesai per-tanaman setinggi 3 cm selama 3 hari. Kekeringan lahan
sampai kondisi macak macak selama 10 hari. Kemudian penggenangan lahan setinggi 3 cm
pada saat mulai pembentukan anakan sampai masa bunting
f. Seleksi
Untuk menghasilkan benih murni perlu dilakukan pembuangan rumpun-rumpun yang
tidak dikehendaki.
 Seleksi saat anakan maksimum (50 hari setelah tanam) : - Cabut dan buang tanaman yang
tumbuh diluar jalur barisan. - Cabut dan buang tanaman yang mempunyai bentuk dan
ukuran daun yang berbeda. - Cabut dan buang tanaman yang tinggi berbeda.
 Seleksi saat berbunga (80-90 hari setelah tanam) : - Cabut dan buat tanaman yang terlalu
cepat atau lambat berbunga. - Cabut dan buang tanaman yang ukuran gabahnya berbeda.
 Seleksi saat masak (110-115 hari setelah tanam) : - Cabut dan buang tanaman yang
mempunyai malai dengan jumlah bulir isi normal. - Cabut dan buang tanaman yang
memiliki bentuk, warna dan ukuran gabah berbeda.
g. Panen
Panen dilakukan setelah lulus pemeriksaan lapangan oleh petugas/pengawas benih
(BPSB). Panen dilakukan pada saat tanaman masak fisiologis 90-95% gabah telah bernas dan
berwarna kuning dengan menggunakan sabit bergerigi. Tanaman yang berada dipinggir yaitu
dua baris dipanen terpisah dan tidak digunakan menjadi calon benih. Hasil panen segera
dirontokan menggunakan Power tresher untuk mengurangi kehilangan hasil. Calon benih
dimasukkan kedalam karung, beri label dengan identitas nama varietas, tanggal panen, berat
dan kelas calon benih.
h. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara manual dengan menggunakan sinar matahari dan
pengeringan buatan dengan menggunakan mesin. Pengeringan dengan sinar matahari
menggunakan lantai jemur terbuat dari semen yang harus bersih dari sisa-sisa varietas atau
komoditas lainnya dan dilapisi terpal agar suhu tidak terlalu tinggi. Kemudian gabah dibolak
balik setiap 3 jam sekali. Pengeringan dilakukan sampai kadar air maksimal 13 % dan
sebaiknya 10 smapai 12 % agar tahan lama.
Pengeringan buatan dengan mesin dilakukan dengan membersihkan dryer dari sisa-sisa
varietas dan komoditas lain didahului dengan hembusan angin sekitar 3 jam, selanjutnya
dipanasi dengan suhu rendah (32oC), meningkat sesuai dengan penurunan kadar air biji (43 oC
pada kadar air 14 %). Pengkontrolan kadar air setiap 2 sampai 3 jam, untuk penyesuaian suhu.
Akhiri pengeringan jika kadar air telah mencapai lebih kecil 13 % (paling baik kadar air 10
sampai 12 %)
i. Pembersihan
Pembersihan dilakukan untuk memisahkan kotoran, biji hampa menggunakan tampi
(nyiru) untuk jumlah gabah sedikit, apabila jumlah gabah besar gunakan mesin pembersih
seperti Blower. Kemudian masukan gabah kedalam karung yang baru, pasang label atau
keterangan diluar dan dalam kemasan.
j. Pengemasan dan Penyimpanan Benih
Benih yang layak disimpan adalah benih dengan daya tumbuh awal sekitar 90% dan KA
10-12%. Simpan dengan menggunakan kantongan yang kedap udara. Kemudian disimpan
dalam gudang yang terbuat dari lantai semen, pentilasi cukup dan sirkulasi udara lancar serta
bebas dari hama gudang seperti tikus, hama bubuk, dan lainnya. Setelah itu kemasan ditata
teratur dan setiap varietas terpisah dari varietas lainnya, tidak bersentuhan langsung dengan
lantai dan dinding gudang.

Anda mungkin juga menyukai