Anda di halaman 1dari 3

Berkaca pada hadits tersebut, agar kita bisa memperoleh

keutamaan-keutamaan yang telah dijelaskan, maka setidaknya ada


dua syarat yang harus dilakukan: Puasa dalam keadaan iman. Iman
yang dimaksud adalah membenarkan semua balasan dan pahala
yang telah dijanjikan oleh Allah.

Puasa dalam keadaan ihtisab, yaitu mengharap ridha Allah. Bukan


puasa karena takut menjadi bahan penggunjingan orang lain. Oleh
karena itu, seyogianya kita dalam menjalani puasa Ramadhan
mengetahui kemuliaan ibadah ini, menjaga lisan dari bohong,
ghibah, fitnah, menjaga anggota badan dari perbuatan maksiat,
menjaga hati dari sifat hasad, dan tidak memusuhi sesama. Jika
kita tidak menjauhi sifat-sifat tercela tersebut, maka dikhawatirkan
kita masuk dalam golongan orang yang disabdakan oleh Rasulullah
SAW berikut ini:

ُ َ‫ع َوا ْل َعط‬


‫ش‬ ُ ‫ه اِاَّل ا ْل‬
ُ ‫ج ْو‬ ِ ‫صيَا ِم‬ ْ ‫س لَ ُه ِم‬
ِ ‫ن‬ َ ‫م لَ ْي‬
ٍ ‫صاِئ‬
َ ‫ن‬ ْ ‫َك‬
ْ ‫م ِم‬

Artinya: Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapat


secuil apapun dari puasanya kecuali hanya lapar dan haus. (Imam
al-Ghazali, Bidayatu-l Hidayah, bab Adabu-sh Shiyam)
Dengan demikian, bisa saja yang bersangkutan menahan lapar dan
haus seharian, akan tetapi hakikatnya tidak melakukan puasa.
Bahwa secara hukum yang bersangkutan telah melaksanakan
kewajiban, akan tetapi puasanya tidak memberikan atsar atau
pengaruh apa-apa dalam keseharian. Bagaimana mungkin? Dirinya
masih melakukan aneka perbuatan yang dilarang, kendati seharian
puasa. Begitulah maksud dari tidak ada pahala sama sekali yang
didapat. Hadirin Rahimakumullah

Ramadhan tidak melulu tentang kemuliaan, tapi ada juga ancaman


yang ditujukan bagi segelintir orang. Dikisahkan ketika Nabi
menaiki mimbar, pada tangga pertama beliau berucap âmîn. Pada
tangga kedua dan ketiga beliau juga berucap âmîn. Para sahabat
akhirnya bertanya: Wahai Rasulullah, kami mendengar engkau
mengucapkan âmîn tiga kali. Nabi menjelaskan: Pada tangga
pertama tadi, Jibril mendatangiku dan mengatakan:

‫م ُي ْغ َف ْر لَ ُه‬
ْ َ‫خ ِم ْن ُه َول‬
َ َ ‫سل‬ َ ‫ي َع ْب ٌد َأ ْد َر‬
َ ‫ َفا ْن‬T، َ‫ك َر َمضَان‬ َ ‫ش ِق‬
َ

Artinya: Celaka orang yang menjumpai Ramadhan dan melewatinya


tapi dosa-dosanya tidak diampuni.

Maka aku mengucapkan ‘âmîn’. Pada tangga kedua Jibril berkata:

َ ‫خاَل ُه ا ْل‬
‫ج َّن َة‬ ْ َ‫ما َفل‬
ِ ‫م ُي ْد‬ َ ‫ه‬ َ ‫ه َأ ْو َأ‬
ُ ‫ح َد‬ َ ‫ي َع ْب ٌد َأ ْد َر‬
ِ ‫ك َوالِ َد ْي‬ َ ‫ش ِق‬
َ

Artinya: Celaka orang yang menjumpai kedua orang tuanya atau


salah satu dari keduanya tapi hal itu tidak bisa memasukkannya ke
surga.
Maka aku mengucapkan ‘âmîn’.

Pada tangga ketiga Jibril berkata:

َ ‫ل َعلَ ْي‬
‫ك‬ ِّ ‫ص‬ ْ َ‫ع ْن َد ُه َول‬
َ ‫م ُي‬ ِ ‫ت‬
َ ‫ي َع ْب ٌد ُذ ِك ْر‬
َ ‫ش ِق‬
َ

Artinya: Celaka orang yang ketika namamu disebut di dekatnya,


tapi ia tidak bershalawat padamu.
Maka aku mengucapkan ‘âmîn’.
(Imam al-Bukhari, Al-Adabu-l Mufrad, bab Man Dzukira ‘Indahu an-
Nabiyyu Falam Yushalli ‘Alaihi).
Doa tersebut disampaikan oleh malaikat terbaik dan diaminkan oleh
manusia sekaligus makhluk terbaik. Maka sungguh rugi orang
beriman yang dosanya tidak diampuni oleh Allah setelah berlalunya
Ramadhan. Nau’udzubillahi min dzalik,
Maka aku mengucapkan ‘âmîn’. Pada tangga kedua Jibril berkata:

َ ‫خاَل ُه ا ْل‬
‫ج َّن َة‬ ْ َ‫ما َفل‬
ِ ‫م ُي ْد‬ َ ‫ه‬ َ ‫ه َأ ْو َأ‬
ُ ‫ح َد‬ َ ‫ي َع ْب ٌد َأ ْد َر‬
ِ ‫ك َوالِ َد ْي‬ َ ‫ش ِق‬
َ

Artinya: Celaka orang yang menjumpai kedua orang tuanya atau salah satu dari
keduanya tapi hal itu tidak bisa memasukkannya ke surga.
Maka aku mengucapkan ‘âmîn’.

Pada tangga ketiga Jibril berkata:

َ ‫ل َعلَ ْي‬
‫ك‬ ِّ ‫ص‬ ْ َ‫ع ْن َد ُه َول‬
َ ‫م ُي‬ ِ ‫ت‬
َ ‫ي َع ْب ٌد ُذكِ ْر‬
َ ‫ش ِق‬
َ

Artinya: Celaka orang yang ketika namamu disebut di dekatnya, tapi ia tidak
bershalawat padamu.
Maka aku mengucapkan ‘âmîn’.
(Imam al-Bukhari, Al-Adabu-l Mufrad, bab Man Dzukira ‘Indahu an-Nabiyyu Falam
Yushalli ‘Alaihi).
Doa tersebut disampaikan oleh malaikat terbaik dan diaminkan oleh manusia
sekaligus makhluk terbaik. Maka sungguh rugi orang beriman yang dosanya tidak
diampuni oleh Allah setelah berlalunya Ramadhan. Nau’udzubillahi min dzalik,

Anda mungkin juga menyukai