Nama Kelompok :
Seorang ulama tradisional, yaitu Jurjani (740-816 H) mengatakan Dalalah adalah suatu fakta
yang harus diketahui, atau pengetahuan tentang sesuatu yang lain, yang pertama disebut tanda
dan yang kedua disebut konsep. Dia mengatakan yang penting adalah bahwa ada sesuatu dalam
kondisi pengetahuan yang dibutuhkan oleh pengetahuan tentang sesuatu yang lain, yang pertama
disebut penanda dan yang kedua adalah artinya (Farid, 2005:11).
Pada abad ke-19 ilmu Dalalah mengalami kemapanan ilmu yaitu ditandai dengan
munculnya tokoh linguistik yaitu Ferdinand De Saussure, Noam Chomsky, dan Bloomfield.
(Aminallah, 2020)
1. Ferdinand De Saussure
Ferdinand De Saussure merupakan bapak linguistik modern yang sangat berpengaruh pada
linguistik dan ilmu lain hingga kini. Ferdinand lahir di Jenewa pada 26 November 1857 dari
keluarga protestan Perancis (Huguenot) yang berimigrasi dari daerah Lorraine. Umur 15 tahun ia
sudah mulai menulis sebuah karangan yang berjudul Essai sur les langues. Pendidikannya di
perguruan tinggi ia tempuh sekitar tahun 1876-1879, yang mana di perguruan tinggi itu ia belajar
langsung dari tokoh besar linguistik kala itu, yakni Brugmann dan Hubschmann. Dari riwayat
pendidikan Ferdinand dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruhnya dalam kajian linguistik
didasari oleh karyanya yang telah ia tulis semenjak dewasa (Rizky, 2022).
Ferdinand de Saussure memperoleh pengakuan sebagai ahli linguistik historis pada usia 21
tahun pada tahun 1878 dengan karya berjudul "Memoire sur le systeme primitive des voyelles
dans les langues indo-europeenes," yang merupakan contoh penerapan metode rekonstruksi
dalam menjelaskan hubungan bahasa-bahasa di Eropa. Namun, ia lebih terkenal karena karyanya
dalam linguistik umum. Materi kuliahnya di sebuah universitas di Paris dikumpulkan dan
diterbitkan sebagai "Cours de Linguistique generale," yang menjadi landasan linguistik modern.
Meskipun buku tersebut tidak ditulis langsung oleh Ferdinand, isinya mencerminkan konsep-
konsep pemikirannya dalam linguistik modern.
2. Noam Chomsky
Avram Noam Chomsky lahir di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, pada tanggal
7 Desember 1928. Ia dibesarkan di tengah keluarga yang berlatarbelakang pendidikan tinggi dari
pasangan Dr. William Zev Chomsky dan Elsie Simonofsky. Ia adalah seorang profesor linguistik
dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT) dan murid dari Z.S. Haris. Salah satu reputasi
Chomsky di bidang linguistik terpahat lewat teorinya tentang tata bahasa generatif. Ia terkenal
dengan bukunya yang berjudul Syntactic Structures (1957). Kemudian, teori tersebut ia
kembangkan dalam bukunya yang kedua Aspect of The Theory of Syntax (1965). Kemunculan
buku keduanya ini pada akhirnya telah memunculkan fase linguistik baru dan revolusi ilmiah
dalam bidang linguistik. (Andrian, 2015)
3. Leonard Bloomfiel
Leonard Bloomfield lahir pada tanggal 1 April 1887, di Chicago. Dia lulus dari Harvard
College pada usia 19 dan melakukan pekerjaan pascasarjana selama 2 tahun di University of
Wisconsin, dimana ia juga mengajar di Jerman. Minatnya dalam linguistik terangsang oleh
Eduard Prokosch, seorang ahli bahasa di departemen Jerman. Bloomfield menerima gelar doktor
dari University of Chicago pada tahun 1909.
Penelitiannya dalam bidang bahasa ia tuangkan dalam bukunya Language, tahun 1933 setebal
566 halaman. Buku ini sangat lengkap karena mengungkap segala hal yang terkait dengan
bahasa. Dan, tidak berlebihan jika buku ini dianggap sebagai babonnya ilmu bahasa. Dengan
paparan strukturalnya ini, alirannya sering disebut Struktural Amerika. Dari karya akademiknya
ini, tahun 1940 ia menjadi Guru Besar Linguistik di Yale University Amerika. Dari tahun 1930-
1950, aliran deskriptif inilah yang berkembang dan berpengaruh di Amerika, sebelum akhirnya
ditentang oleh Chomsky yang akhirnya menghilang pada tahun 1960-an. (Ubaidillah, 2021)
Ilmu ad-Dalalah adalah salah satu bagian dari tata bahasa yang meliputi fonologi, tata
bahasa dan semantik. Sebagaimana pengertian ilmu ad-Dalalah yaitu ilmu pengetahuan tentang
makna. Ilmu ad-Dalalah merupakan ilmu yang mempelajari makna suatu bahsa, baik pada
tatanan mufradat (kosa kata) maupun pada tatanan tarakib (struktur). Di dalam ilmu ad-Dalalah
ada juga ilmu al-Romzi (semiotik) yang mempelajari tanda secara umum, baik berkaitan dengan
bahasa atau non bahasa, hanya saja dalam ilmu ad-Dalalah hanya mengkaji masalah tanda dalam
bahasa.
Kata sesuatu yang disebutkan pertama disebut “madlul” atau yang ditunjuk. Dalam
hubungannya dengan hukum, yang disebut madlul itu adalah “hukum” itu sendiri. Kata sesuatu
yang disebut kedua kalinya disebut “dalil” atau yang menjadi petunjuk. Dalam hubungannya
dengan hukum, dalil itu disebut dengan “dalil hukum” (Mastur, 2020)
Muhammad Ali al-Khuli menjelaskan bahwa di dalam kajian bahasa Arab ilmu ad-
Dalalah dibedakan dengan ilmu al-ma’na. menurutnya ilmu ad-Dalalah adalah ilmu yang
mengkaji makna yang berhubungan antara bahasa dengan dunia luar, sedangkan ilmu al Makna
adalah ilmu yang mengkaji makna yang berhubungan antar bahasa itu sendiri.
Ibnu Sina menyatakan bahwa proses semantik ditentukan oleh 3 hal, yaitu pertama,
mengacu pada stimulasi pendengaran kemudian menghadirkannya dalam gambaran dan
maknanya. Kedua, benda benda fisik baik yang ada atau tidak ada dari segi rasa, ide dan abstrak.
Ketiga, kata – kata indah yang ditulis dari ucapan-ucapan dan suara. Ibnu sina dalam bukunya
yang berjudul As Syifa mengatakan bahwa sesungguhnya manusia telah dianugerahi kekuatan
sensorik untuk menggambarkan atau mendeskripsikan objek eksternal sesuai dengan perasaan
dan pikiran mereka, sehingga ketika mereka tidak melihat obyek tersebut mereka akan memiliki
gambaran kedua yang sama.
Dari pendapat Ibnu Sina dapat disimpulkan bahwa proses semantik berasal dari
pendengaran ataupun pengelihatan manusia terhadap suatu ibyek tertentu. Proses semantik pada
hakikatnya merupakan sikap naluriyah manusia yang memang telah dianugerahi perasaan, dan
akal oleh sang pencipta. Sehingga dengan kedua hal tersebut manusia bisa melahirkan sebuah
makna dan konsep terhadap suatu obyek (Mivtakh, 2020)
Bahasa merupakan sarana bagi seseorang untuk bisa berinteraksi dengan sesama. Dengan
bahasa, seseorang bisa menyampaikan pikiran atau ide kepada orang lain. Salah satu ciri yang
sekaligus menjadi hakikat setiap bahasa ada;ah bahwa bahasa itu bersifat dinamis. Dinamis
dalam konteks hakikat bahasa adalah bahwa bahasa itu tidak terlepas dari segala kemungkinan
perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Pada awalnya suatu kata memang sudah
ditunjukkan untuk suatu makna, namun dalam perkembangnnya, makna tersebut mulai
mengalami perubahan.
Dengan adanya kedinamisan bahasa tersebut, Ilmu ad Dalalah hadir sebagai ilmu kajian
tentang makna, atau cabang linguistik yang mengkaji teori makna, syarat syarat yang harus
dipenuhi untuk mengungkap lambang lambang bunyi sehingga mempunyai makna.
Perkembangan ilmu ad Dalalah adalah salah satu bentuk perkembangan bahasa yang obyeknya
adalah kata dan makna kata. Arti sebuah kata sebenarnya tidak permanen tetapi mengalami
perubahan terus menerus. Perkembangan semantik atau perubahan makna merupakan bagian dari
perkembangan bahasa (Zaky, 2017)
Para linguist membahas semantic dari berbagai sudut pandang. Hal ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan dalam bidang makna sehingga timbullah bermacam-macam teori semantk.
Semantik memiliki cabang-cabang sebagai berikut :
A. SEMANTIK GRAMATIKAL
Pada semantik gramatikal ini terdapat yang namanya proses tiga gramatikalisasi:
Semantik leksikal adalah kajian semantik yang lebih meluas apda pembahasan sistem makna
yang terdapat dalam kata. Semantik leksikal memperhatikan makna yang terdapat di dalam kata
itu sendiri. Kamus sangat membantu dalam pencarian makna suatu kata. Semantik leksikal,
membahas makna secara leksikal atau pada tataran kosa kata,
1. Pengertian makna,
3. Perubahan makna,
4. Sekitar makna
C. SEMANTIK HISTORIS
Semantik historis mengkaji Sistem makna dalam rangkaian waktu bukan perubahan bentuk
kata. Contoh: Kata juara, dahulu bermakan pengatur pesta atau hakim apda waktu menyambung
ayam, kini makna hakim pada waktu menyambung ayam telah dilupakan orang dan sekarang
lebih banyak dihubungkan dengan orang yang mendapat peringkat teratas dalam pertandingan
dan perlombaan. Semantik historis, membahas tentang sejarah dan perubahan makna.
D. SEMANTIK DESKRIPTIF
Semantik deskriptif membicarakan makna yang sekarang berlaku. Makna kata ketika kata
itut untuk pertama sekali muncul tidak lagi diperhatikan. Misalnya: Kata pura dalam bahasa
Indonesia bermakna ‘tempat beribadat bagi umat Hindu Dharma’ dan bukan bermakna lain
misalnya dalam bahasa Minangkabau yaitu:
b. Bursa
E. SEMANTIK LOGIKA
Lyons (I, 1997:139) mengatakan “semantik logika adalh cabang logika modern yang
berkaitan dengan konsep-konsep dan notasi simbolik dalam analisis bahasa. Semantik logika
mengkaji sistem makna yang dilihat dari logika seperti yang dalam matematika yang mengacu
kepada pengkajian atau penafsiran ujaran, terutama yang dibentuk dalam sistem logika (Pateda
1996:75). Semantik logika membahas makna proporsi yang dibedakan dari kalimat, sebab
kalimat yang berbeda dalam bahasa yang sama dapat saja diujarkan dalam proporsi yang sama,
sebaliknya sebuah kalimat dapat diujarkan dalam dua atau lebih proporsi. Proporsi boleh benar,
boleh salah dan lambing disebut variable proposisional dalam semantik logika. Misalnya p,q,r,
dapat berupa
Masih banyak sekali pembagian cabang semantik karena banyaknya sudut pandang yang diambil
para ilmuwan dan itu muncul karena berdasarkan hasil mereka mengkritik salah satu teori yang
sudah ada sehingga memunculkan sebuah teori baru, tapi bukan untuk menjatuhkan salah satu
teorinya melainkan sebagai perkembangan dari teori yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
Mivtakh, B. A. (2020). Sejarah Perkembangan Ilmu Dalalah dan Para Tokoh Tokohnya.
Tatsqifiy, 91.
Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh Jilid II, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999, 126-131.
Ginting, Herlina & Ginting, Adeliana. BEBERAPA TEORI DAN PENDEKATAN SEMANTIK
dalam Jurnal ISSN 15421-71667 Volume 2 Nomor 2 Desember 2019.