Abstrak
Nasikh mansukh merupakan merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang
penghapusan dan penjelasan mengenai berhentinya hukum dalil al-Qur’an
dengan hukum dalil yang datang setelahnya. Dalam tulisan ini penulis
memberikan konsentrasi kajian pada nasikh mansukh terhadap prespektif kitab
tafsir al-baghawi. Dengan mengetahui bagaimana sosok al-baghawi
mentafsirkan ayat yang di nasikh. Penulis menemukan kitab yang di nasikh
tersebut dalam surat al-baqarah ayat 180 yang hukunya di nasakh dengan
adanya hadist shahih dan juga ayat lain dalam al-Qur’an. Metode penafsiran dan
nasikh mansukh perspektif tafsir al-baghawi cenderung menggunakan metode
tafsir bil ma’tsur dal bil ra’yi yang mana penafsiran tersebut diambil dari sumber
ayat al-Qur’an, hadist Nabi dan riwayat sahabat. Hal ini agar memperkuat
gagasan dari segala penjelasannya pada riwayat.
1. Pendahuluan
2. Metode Pembahasan
Artikel tentang Nasikh Mansukh prespektif tafsir. .Al-Baghawi
ini. .adalah. .penelitian. .kepustakaan. . (library. .research) .yang membahas ayat-
ayat. .al-Qur’an. .yang di Nasikh. .Mansukh dalam buku maupun jurnal.
pengumpualan data terkait dengan bahasan Nasikh Mansukh dalam artikel ini
merujuk dalam kitab tafsir Al-Baghawi. Setelah data di temukan, makaa
selanjutny dilakukan analisis isi
(content. .analysis) .untuk. .mendapatkan. .hasil. .dan. .kesimpulan. . .
1
Pada Fakultas Ushuluddin and Filsafat Politik, “Penerapan Nasikh Mansukh Dalam Al-
Qur ’ an” (2016): 4–5.
2
Ahmad Syaifulloh, “Nasikh Dan Mansukh: Langkah Ulama’Dalam Memahami Al-
Qur’an Dan Hadis,” Jurnal Studi Islam dan Sosial 1, no. 1 (2018): 2.
Biografi
Pada saat mencari ilmu al-baghawi banyak belajar kepada para huffadz,
belajar kepada para ahli fiqih, ahli hadis dan juga pada gurunya Al Qodiri Husein,
kemudian beliau mempelajari tafsir al-kalbi kepada gurunya yang bernama
Muhammad Bin Hasan al-Marwazi. Selain itu, al-baghawi juga dikenal sebagai
seorang mufassir dan juga ahli hadits. Dalam hal tersebut beliau juga tergolong
tokoh muhaddisin pada tabaqad ke-enam, yang seangkatan dengan Ibnu
huzaimah, Ibnu Hiban dan lainnya. Beliau digelar Muhyi Al Sunnah Ruknun al-
3
Quraish Shihan, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), hlm 143
4
Muhammad Hayyan al-Dzahabi, al-Tafsir wa al-Mufasshirun (Kairo: Maktabah Mu’assasah al-
Tarikh al’Arabi, 1976), Juz. 1, 235.
10
Fazlida binti Mustafa, Sumbangan al-Baghawi dalam Pengajian Hadith: Kajian terhadap Kitab
Syarh al-Sunnah, (Kuala Lumpur: Jabatan al-Qur’an dan al-Hadith Bahagian Pengajian Usuluddin
Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, 2000/2001), 71-79.
11
Sakina Saparinah Maamor, Hadith Da‘if dalam Kitab Fiqh: Tumpuan terhadap Bab Solat di
dalam Kitab al-Tahzib, (Kuala Lumpur: Jabatan al-Qur’an dan al-Hadith Bahagian Pengajian
Usuluddin Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, 2000/2001), 61.
12
Abdul Rashid Ahmad, “al-Baghawi (433H-516H) Seorang Tokoh Tafsir”, dalam Jurnal al-
Bayan, (Kuala Lumpur: Jabatan al-Qur’an dan al-Hadith Akademi Pengajian Islam Universiti
Malaya, No. 1, Mei 2003/Rabi‘ul Awal 1424), 57-68.
13
Romlah Abubakar Askar, Hadith al-Imam al-Baghawi...,177.
14
Al-Baghawi, Ma‘alim al-Tanzil, Jil. I, (Beirut: Dar al-Ma‘rifah, 1413 H), 17-25.
Jika dilihat dari secara masa kitab Ma'alim al-Tanzil, ditulis sekitar abad
pertengahan atau pada masa Dinasti Abbasiyah. Penulisan kitab secara eksklusif
mampu diambil pada jangka waktu saat beliau lahir hingga wafat nya (432/436-
516 H). Kalau dilihat secara keseluruhan memang belum bisa ditemukan pada
tahun berapa buku atau kitab Ma'alim Al Tansil ditulis. Akan tetapi, hanya bisa
memprediksi asal waktu dituliskannya kitab tersebut pada kehidupannya. Yaitu
pada masa Bani Abbasiyah yang dikenal dengan zaman keemasan ilmu
15
Al-Baghawi, Syarh al-Sunnah, Jil. I, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1992), 34-35
16
Al-Baghawi, Masabih al-Sunnah, Jil. I, (Beirut: Dar al-Ma‘rifah, 1996), 4-120.
17
’Ali Ayaziy, “al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum", hlm. 645
18
Mohammad Rohmanan and M Lytto Syahrum Arminsa, “Tafsir Al-Baghawi: Metodologi,
Kelebihan Dan Kekurangan,” Al-Dzikra Jurnal Studi Ilmu Al-Qur an dan Al-Hadits 14, no. 1
(2020): 142–149.
19
Abdul Mustaqim, “Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an Studi Aliran-aliran Tafsir dari Periode
Klasik, Pertengahan hingga Modern Kontemporer" (Yogyakarta: Idea Press, 2016), hlm. 91
20
Al-Baghawiy, “Ma’alim al-Tanzil", hlm. 34.
21
Abu Al-Hasan Al-Khaziniy, “Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil" (t.t: Tab’ah Hasan Hilmiy,
1317), hlm. 3.
22
Abd al-Ghafur, “al-Baghawiy wa Manhajuhu fi al-Tafsir,” hlm. 60
23
Muhammad Husain Al-Dzahabiy, “Al-Tafsir wa al-Mufassirun" (Kairo: Maktabah Wahbah,
2000), hlm. 170.
Dalam kitab al-baghawi surat al baqarah ayat 180 di tafsirkan oleh al-
baghawi sebagai berikut:
Imam Abu Ali al-Hussein bin Muhammad al-Qadi memberi tahu kami
Abu Taher Muhammad bin Muhammad bin Muhamish al-Ziyadi memberi tahu
kami Abu Bakr Muhammad bin Omar bin Hafs al-Tajer memberi tahu kami
Muhammad bin Ahmed bin al-Walid memberi tahu kami Al-Haytham bin Jamil
memberi tahu kami Hammad bin Salamah memberi tahu kami tentang otoritas
Qatada atas otoritas Shahr bin Hawshab atas otoritas Abd al-Rahman bin
Ghannam atas otoritas Amr bin Kharjah, dia berkata: Saya memegang kendali
unta Nabi SAW, dan dia berkata: "Allah telah memberikan haknya kepada setiap
orang yang memiliki haknya, dan tidak ada wasiat untuk ahli waris" dari orang tua
dan kerabat yang merupakan perkataan Ibnu Abbas, Tawus, Qatadah dan Al-
Hasan.
Tawus berkata: barang siapa yang mewariskan kepada suatu kaum lalu
mewariskannya dan meninggalkan kerabat yang membutuhkan, maka diambil dari
mereka dan dikembalikan kepada kerabatnya yang membutuhkan. Mayoritas
menyatakan bahwa kewajiban itu dibatalkan di hak semua, dan itu tidak bisa
dihindari di hak mereka yang tidak mewarisi
4. Simpulan
Nasikh merupakan isim fail dari kata nasakha, sedangkan mansukh
merupakan isim maf’ulnya. Secara gampang nasikh merupakan ayat atau dalil
yang menghapus, sedangkan mansukh adalah ayat atau dalil yang di hapus. Al-
naskh secara bahasa memiliki bebrapa makna antara lain al-izalah
(menghilangkan), al-tabdil (pergantian), al-tahwil (memalingkan), dan an-naql
(memindahkan dari satu tempat ke tampat lain). sedangkan secara istilah nasakh
adalah menghapuskan hukum syara’ dengan kitab syara’ pula atau menghapus
hukum syara’ dengan dalil syara’ yang lain
Daftar Pustaka
Adnan Amal, Taufiq. (1990) Tafsir Kontekstual al-Quran, Cet. II. Bandung:
Mizan
Manna Khalil al-Qattan. (1996). Mabahith Fi ‘Ulum al-Qur’an, diterjemah
Mudzakkir. Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa
Hashbi ash-Shiddiqi. M. (1972). Ilmu-ilmu al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang
Fakultas Ushuluddin and Filsafat Politik. (2016). Penerapan Nasikh Mansukh
Dalam Al- Qur ’ an
Syaifulloh, Ahmad. (2018). Nasikh Dan Mansukh: Langkah Ulama’Dalam
Memahami Al-Qur’an Dan Hadis. Jurnal Studi Islam dan Sosial 1, no. 1
Baidawi, Ahmad. (2001). Nasikh-Mansukh Dalam Pandangan al-Tabataba'i.,
Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an Dan Hadis, Vol. I
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan
Dainori. (2019). “Nasikh Mansukh Dalam Studi Ilmu Al-Qur’an”, JPIK Vo. 2 No
1
Hayyan al-Dzahabi, Muhammad. (1976). Al-Tafsir wa al-Mufasshirun. Kairo:
Maktabah Mu’assasah al-Tarikh al-‘arabi.