Anda di halaman 1dari 12

Al-MUBARAK

Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir


Volume 6, No. 2, 2021
ISSN (print) : 2548-7248 / ISSN (online) : 2715-5692
Email : almubarakj1@gmail.com
Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak
DOI : https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v7i1

NASIKH MANSUKH DALAM PRESPEKTIF TAFSIR AL-


BAGHAWI

Tegar Ahmad Firmansyah, Muhammad Nur Yusuf


Universitas Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
Korespondensi Penulis. E-mail: muhamadyusuf000001@gmail.com
Korespondensi Penulis. E-mail: tegarahmad624@gmail.com

Abstrak
Nasikh mansukh merupakan merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang
penghapusan dan penjelasan mengenai berhentinya hukum dalil al-Qur’an
dengan hukum dalil yang datang setelahnya. Dalam tulisan ini penulis
memberikan konsentrasi kajian pada nasikh mansukh terhadap prespektif kitab
tafsir al-baghawi. Dengan mengetahui bagaimana sosok al-baghawi
mentafsirkan ayat yang di nasikh. Penulis menemukan kitab yang di nasikh
tersebut dalam surat al-baqarah ayat 180 yang hukunya di nasakh dengan
adanya hadist shahih dan juga ayat lain dalam al-Qur’an. Metode penafsiran dan
nasikh mansukh perspektif tafsir al-baghawi cenderung menggunakan metode
tafsir bil ma’tsur dal bil ra’yi yang mana penafsiran tersebut diambil dari sumber
ayat al-Qur’an, hadist Nabi dan riwayat sahabat. Hal ini agar memperkuat
gagasan dari segala penjelasannya pada riwayat.

Kata Kunci: Nasikh, Mansukh, al-Baqarah, al-Baghawi

1. Pendahuluan

Al-Qur’an sebagai rahmat seluruh makhluk hidup di alam semesta tak


terkecuali manusia. Manusia yang di ciptakan dengan akal oleh Allah SWT
menjadikan manusia itu sendiri dapat memiliki derajat tinggi melebihi malaikat
atau hina melebihi hewan, tergantung bagaimana manusia itu sendiri
menggunakan akalnya untuk selalu bertaqwa kepada-Nya. Oleh karena itu dari
zaman nabi pertama Adam As sampai nabi yang terakhir Muhammad SAW Allah
memberikan sebuah petunjuk berupa wahyu yang diturunkan kepada nabi dan
rasulnya sebagai perantara dengan manusia yang lain. wahyu tersebut disebut
kitab suci, dan kitab suci terakhir adalah al-Qur’an sebagai penyempurna dari
kitab-kitab terdahulu.
Al-Qur’an sendiri memuat berbagai rahasia di dunia ini maupun di akhirat
nanti. Diantaranya bahkan masih belum diketahui manusia sampai sekarang. Oleh
karena itu al-Qur’an istimewa. Ini membuktikan berapa pentingnya kandungan
dalam al-Qur’an, khususnya kendungan terkait hukum yang terdapat didalamnya.

AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir 1


Al-MUBARAK
Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir
Volume 6, No. 2, 2021
ISSN (print) : 2548-7248 / ISSN (online) : 2715-5692
Email : almubarakj1@gmail.com
Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak
DOI : https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v7i1
Yang merupakan pokok vital dalam mengatur dan membatasi dengan batasan
tertentu dalam keseharian kehidupan manusia.
Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang ayat-ayatnya disusun secara rapi dan
dijelaskan dengan terperinci yang juga diturunkan dari sisi Allah swt. 1 Oleh
karenanya al-Qur’an sesuai dengan karakteristik hukumnya yang bersifar
universal atau umum.. Dalam al-Qur’an sendiri cukup banyak kosa kata yang
tidak mudah difahami seperti kosa kata yang di pandang kontradiktif. Dengan
demikian kita memerlukan pemahaman yang tepat mengenai al-Qur’an untuk
mengetahui sebuah kebenaran. Tentu saja hal ini tidak mudah untuk dilakukan,
dibutuhkan seorang ahli dalam bidang ini. mereka adalah seorang mufassir, yaitu
orang-orang yang yang menafsirkan al-Qur’an. Para mufassir juga banyak
ditemukan di lingkungan akademis.
Al-Qur’an berisi kalam-kalam Allah atau firman-firman Allah. oleh karena
itu apapun yang ada dalam al-Qur’an mutlak kebenarannya, tak terkecuali
mengenai sebuah hukum. Allah sendiri tidak akan menetapkan sebuah hukum
yang tidak ada gunanya ataupun bertentangan antara satu hukum dengan hukum
yang lainnya. Umat islam menempatkan Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran
islam dan menjadi pedoman hidup yang sifatnya universal siapapun dapat
mempelajarinya. Kandungan-kandungan yang tertera didalamnya meliputi aqidah,
muamalah, kisah-kisah, ubudiyah dan masih banyak lagi dan itu semua berlaku
sepanjang masa.2
Al-Qur’an yang di turunkan secara baerangsur-angsur dan juga penjelasan
yang berbeda beda dari tingkat kejelasannya, maksudnya ada ayat yang dapat
lansung di fahami karena pesan dalam ayat tersebut jelas namun ada ayat yang
belum terlalu jelas karena masih bersifat umum dan ayat seperti ini perlu untuk di
pahami dengan cara menafasirkannya. Pada kenyataannya ada ayat yang
membahas dalam konteks sama tetapi dengan maksut yang berbeda, dalam hal ini
muncul lah kontradiksi sehingga muncullah nasikh dan mansukh ini.

2. Metode Pembahasan
Artikel tentang Nasikh Mansukh prespektif tafsir. .Al-Baghawi
ini. .adalah. .penelitian. .kepustakaan. . (library. .research) .yang membahas ayat-
ayat. .al-Qur’an. .yang di Nasikh. .Mansukh dalam buku maupun jurnal.
pengumpualan data terkait dengan bahasan Nasikh Mansukh dalam artikel ini
merujuk dalam kitab tafsir Al-Baghawi. Setelah data di temukan, makaa
selanjutny dilakukan analisis isi
(content. .analysis) .untuk. .mendapatkan. .hasil. .dan. .kesimpulan. . .
1
Pada Fakultas Ushuluddin and Filsafat Politik, “Penerapan Nasikh Mansukh Dalam Al-
Qur ’ an” (2016): 4–5.
2
Ahmad Syaifulloh, “Nasikh Dan Mansukh: Langkah Ulama’Dalam Memahami Al-
Qur’an Dan Hadis,” Jurnal Studi Islam dan Sosial 1, no. 1 (2018): 2.

AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir 1


Al-MUBARAK
Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir
Volume 6, No. 2, 2021
ISSN (print) : 2548-7248 / ISSN (online) : 2715-5692
Email : almubarakj1@gmail.com
Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak
DOI : https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v7i1

3. Hasil dan Pembahasan


Pengertian Nasikh Mansukh

Nasikh merupakan isim fail dari kata nasakha, sedangkan mansukh


merupakan isim maf’ulnya. Secara gampang nasikh merupakan ayat atau dalil
yang menghapus, sedangkan mansukh adalah ayat atau dalil yang di hapus. Dalam
al-Qur’an kata nasakh di temukan sebanyak 4 kali dalam berbagai bentuk,
diantaranya pada surat al-baqarah ayat 106, al-a’raf ayat 154, al-hajj ayat 52 dan
al-qamar ayat 29.

Al-naskh secara bahasa memiliki bebrapa makna antara lain al-izalah


(menghilangkan), al-tabdil (pergantian), al-tahwil (memalingkan), dan an-naql
(memindahkan dari satu tempat ke tampat lain).3 sedangkan secara istilah nasakh
adalah menghapuskan hukum syara’ dengan kitab syara’ pula atau menghapus
hukum syara’ dengan dalil syara’ yang lain

Biografi

Abu Muhammad Al Husein bin Mas'ud bin Muhammad Al Fara Al


baghawi adalah nama lengkap dari al-baghawi dan biasa sering disebut dengan al-
baghawi, beliau lahir pada tahun 438 Hijriyah atau 1046 Masehi di khurasan
Kemudian beliau wafat pada tahun 510 Hijriyah atau 1122 masehi di marwarus
dan dimakamkan di samping makam gurunya yang bernama Al Qodli Husein di
pemakaman tholikoni. Kemudian al-baghawi lahir dan dibesarkan dalam
lingkungan masyarakat yang mana masyarakat tersebut bermadzabkan Imam
Syafi'i, tidak diherankan lagi bahwa mazhab Al-Baghawi bisa berpengaruh dan
bisa dinisbatkan dengan mazhab Syafi'iyah serta aliran-aliran kalam beliau yaitu
al-Asy'ariyah.4

Pada saat mencari ilmu al-baghawi banyak belajar kepada para huffadz,
belajar kepada para ahli fiqih, ahli hadis dan juga pada gurunya Al Qodiri Husein,
kemudian beliau mempelajari tafsir al-kalbi kepada gurunya yang bernama
Muhammad Bin Hasan al-Marwazi. Selain itu, al-baghawi juga dikenal sebagai
seorang mufassir dan juga ahli hadits. Dalam hal tersebut beliau juga tergolong
tokoh muhaddisin pada tabaqad ke-enam, yang seangkatan dengan Ibnu
huzaimah, Ibnu Hiban dan lainnya. Beliau digelar Muhyi Al Sunnah Ruknun al-
3
Quraish Shihan, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), hlm 143
4
Muhammad Hayyan al-Dzahabi, al-Tafsir wa al-Mufasshirun (Kairo: Maktabah Mu’assasah al-
Tarikh al’Arabi, 1976), Juz. 1, 235.

AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir 1


Al-MUBARAK
Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir
Volume 6, No. 2, 2021
ISSN (print) : 2548-7248 / ISSN (online) : 2715-5692
Email : almubarakj1@gmail.com
Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak
DOI : https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v7i1
Din shohib Al tashanif dan ‘Alim ahl al Khurasan. Pada masa hidupnya Beliau
juga dikenal sebagai orang yang zahid dan orang yang sangat wara’. Bukti
diantaranya yaitu di masa hidupnya beliau hanya memakan roti yang terkadang
ditambah oleh minyak zaitun dan kewara’an beliau juga dapat dilihat dari sikap
disiplin beliau yang selalu suci dalam keadaan berwudhu dan setiap aktivitas
belajarnya selama hidupnya tidak pernah terlibat dalam dunia pemerintahan.5

Imam Abu Muhammad Al Husain Bin Masud al-baghawi Alvaro Al


Syafi'i juga termasuk ulama yang berjasa dalam usaha pemeliharaan hadis dan
ilmunya yang biasa dijuluki oleh Muhyi Al Sunnah atau (penghidup sunnah)
beliau hidup antara tahun 444 sampai 516 Hijriyah dalam usia kurang lebih 70
sampai 80 tahun dan juga beliau tergolong seorang ahli hadits.6

Dapat diketahui juga dari beberapa penelitian ulama kontemporer yang


ikut menambah Khazanah literatur tokoh ini dalam kajian sebanyak ini peneliti
memberikan informasi mengenai karya-karya ataupun ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan al-baghawi diantaranya adalah:

1) Al-Madkhal ila-Syarh al-Sunnah li al-Imam al-Baghawi, tesis master oleh


'Ali bin 'Umar bin Ahmad Badadah. Karya ini banyak berbicara tentang
biodata al-Baghawi jika dibandingkan dengan karya lainnya. Hal ini
didukung oleh beberapa manuskrip yang jarang ditemukan di
perpustakaan.7
2) Manhaj al-Imam al-Baghawi fi-Kitabih Syarh al-Sunnah, tesis master oleh
Abdurrahman Husain Mahrus. Menurutnya, metodologi al-Baghawi dalam
Syarh al-Sunnah sangat sederhana yang mencakup teknik-teknik
periwayatan hadits dan komentar terhadap semua gharib (kerumitan
makna) hadits dengan baik, sehingga mudah dipahami oleh santri dan
masyarakat.8
3) Al-Baghawi wa Manhajuh fi al-Tafsir, kitab yang unggul dalam
bidangnya, karya 'Afaf 'Abd al-Ghafur Humayd. Ia memotret metodologi
tafsir al-Baghawi dalam Ma'alim al-Tanzil secara detail. Ia menyimpulkan
bahwa Tafsir Ma'alim termasuk dalam kategori Tafsir bi al-Ma'tsur yang
kualitasnya sangat tinggi.9
5
Sayyid Muhammad Ali Iyazi, al-Mufasshirun, 646
6
Hadis Abu, “Uluww Al-Isnad,” kalimah 14, no. 01 (2016): 57–59.
7
‘Ali bin ‘Umar bin Ahmad Badahdah, al-Madkhal ila Syara al-Sunnah li al-Imam al-Baghawi,
Jil. I, (Jeddah: Dar al-Andalus al-Khadra’, 1999), 18.
8
Abdurrahman Husain Mahrus, “Manhaj al-Imam al-Baghawi fi Kita bih Syarh al- Sunnah”,
Disertasi, (Islamabad: Qism al-Hadith wa al-Tafsir, Kulliyah Usul al-Din, al-Jami‘ah al-
Islamiyyah al-Dawliyyah, No. T-1027, 1997), 131
9
‘Afaf ‘Abd al-Ghafur Humaid, al-Baghawi wa Manhajuh fi al-Tafsir, (Amman: Dar al-Furqan,
1982), 81.

AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir 1


Al-MUBARAK
Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir
Volume 6, No. 2, 2021
ISSN (print) : 2548-7248 / ISSN (online) : 2715-5692
Email : almubarakj1@gmail.com
Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak
DOI : https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v7i1
4) Kontribusi Al-Baghawi dalam kajian hadits: Kajian kitab syarh al-Sunnah,
tesis atau risalah pelatihan keilmuan untuk gelar Sarjana (S1), oleh Fazlida
binti Mustafa di Jurusan Tafsir Hadits, Fakultas Ilmu Usuluddin,
Universitas Malaya Kuala Lumpur.10
5) Hadits dha'if dalam kitab fiqh: Fokus bab shalat dalam kitab al-Tahdzib
[karya Al-Baghawi], sebuah risalah tentang pelatihan ilmiah untuk Sarjana
(S1), oleh Sakina Saparinah Maamor di Departemen Ilmu Tafsir Hadits
Fakultas Usuluddin Universitas Malaya. Kajian ini menyoroti 16 hadis
yang dianggap dha'if namun dijadikan dalil dalam pengambilan keputusan
oleh al-Baghawi.11
6) Al-Baghawi (433H-516H) Tokoh Tafsir, oleh Abdul Rashid Ahmad,
artikel yang dimuat di Jurnal al-Bayan terbitan Jurusan al-Qur'an dan al-
Hadits, Akademi Kajian Islam, Universitas Malaya Kuala Lumpur, No. . 1
Mei 2003/Rabiulawal 1424, halaman 57-86. Menurutnya, al-Baghawi
dikenal di kalangan ulama sebagai imam dalam tiga disiplin ilmu, yakni
tafsir, hadis, dan fikih.12
7) Hadits al-Imam al-Baghawi dalam Tafsir Ma'alim al-Tanzil: Kajian
Khusus Surat al-Fatihah dan al-Baqarah, disertasi doktor oleh Romlah
Abubakar Askar, Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Usuluddin, Universitas
Malaya. Disertasi ini diperkuat dengan metode penilaian sebuah hadits
apakah valid, hasan, da'if, atau maudu'. Selain itu, diungkap pula
sistematika sanad al-Baghawi yang meliputi 'uluww al-sanad dan nazil al-
sanad.13

Karya karya al-Baghawi meliputi:

1. Muqaddimah Tahqiq wa I‘dad Tafsir al-Baghawi al-Musamma bi


Ma‘alim al-Tanzil oleh Khalid ‘Abd al-Rahman al-‘Ak dan Marwan
Siwar;14

10
Fazlida binti Mustafa, Sumbangan al-Baghawi dalam Pengajian Hadith: Kajian terhadap Kitab
Syarh al-Sunnah, (Kuala Lumpur: Jabatan al-Qur’an dan al-Hadith Bahagian Pengajian Usuluddin
Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, 2000/2001), 71-79.
11
Sakina Saparinah Maamor, Hadith Da‘if dalam Kitab Fiqh: Tumpuan terhadap Bab Solat di
dalam Kitab al-Tahzib, (Kuala Lumpur: Jabatan al-Qur’an dan al-Hadith Bahagian Pengajian
Usuluddin Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya, 2000/2001), 61.
12
Abdul Rashid Ahmad, “al-Baghawi (433H-516H) Seorang Tokoh Tafsir”, dalam Jurnal al-
Bayan, (Kuala Lumpur: Jabatan al-Qur’an dan al-Hadith Akademi Pengajian Islam Universiti
Malaya, No. 1, Mei 2003/Rabi‘ul Awal 1424), 57-68.
13
Romlah Abubakar Askar, Hadith al-Imam al-Baghawi...,177.
14
Al-Baghawi, Ma‘alim al-Tanzil, Jil. I, (Beirut: Dar al-Ma‘rifah, 1413 H), 17-25.

AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir 1


Al-MUBARAK
Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir
Volume 6, No. 2, 2021
ISSN (print) : 2548-7248 / ISSN (online) : 2715-5692
Email : almubarakj1@gmail.com
Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak
DOI : https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v7i1
2. Muqaddimah Tahqiq wa Ta‘liq Syarh al-Sunnah li Abi Muh}ammad al-
Husayn bin Mas‘ud al-Baghawi oleh ‘Ali Muhammad al-Mu‘awwad dan
‘Adil Ahmad ‘Abd al-Mawjud;15
3. Muqaddimah Tahqiq Masabih al-Sunnah, oleh Yusuf ‘Abd al-Rahman al-
Mur‘asyiliy, kitab-kitab komentar terhadap karya yang terakhir itu
mencapai 38 karya sebagaimana disebutkan oleh Badahdah.16

Al-Baghawi wafat pada tahun 516 H, tepatnya di bulan Shawwal. Ia


dimakamkan di Marwa Rudh dekat makam gurunya, al-Qadi Husein di
pemakaman Talqan.17

Seputar Kitab Tafsir Ma’alim al- Tanzil

Dalam buku tafsir ma'alim Al Tanzil, pada bab pendahuluan ditegaskan


bahwa beliau lebih masyur dengan sebutan al-Baghawi. Dalam buku tersebut
sekarang juga beredar dengan metode penafsiran, biografi, hingga komentar-
komentar ulama pada kitab tafsirnya. Pada awalnya kitab Ma'alim Al Tanzil
dicetak bersamaan dengan kitab tafsir Ibnu Katsir, kemudian dicetak di pinggir
kitab tafsir Al Khazin. Dengan bentuk awal tafsir al-Baghawi hanyalah hasyiyah,
tetapi dengan Seiring berjalannya waktu saat menggunakan percetakan kitab-kitab
tafsir pada saat itu. Dan akhirnya kita tafsir al-baghawi berhasil dicetak secara
berdikari serta tidak menempel di buku atau kitab tafsir lainnya, dimana hal
tersebut memuat secara terpisah sampai terbagi menjadi empat jilid. Setiap
jilidnya terdapat sekitar 700 hingga 900 isi dan jumlah halaman sendiri tergantung
pada percetakannya.18

Jika dilihat dari secara masa kitab Ma'alim al-Tanzil, ditulis sekitar abad
pertengahan atau pada masa Dinasti Abbasiyah. Penulisan kitab secara eksklusif
mampu diambil pada jangka waktu saat beliau lahir hingga wafat nya (432/436-
516 H). Kalau dilihat secara keseluruhan memang belum bisa ditemukan pada
tahun berapa buku atau kitab Ma'alim Al Tansil ditulis. Akan tetapi, hanya bisa
memprediksi asal waktu dituliskannya kitab tersebut pada kehidupannya. Yaitu
pada masa Bani Abbasiyah yang dikenal dengan zaman keemasan ilmu

15
Al-Baghawi, Syarh al-Sunnah, Jil. I, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1992), 34-35
16
Al-Baghawi, Masabih al-Sunnah, Jil. I, (Beirut: Dar al-Ma‘rifah, 1996), 4-120.
17
’Ali Ayaziy, “al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum", hlm. 645
18
Mohammad Rohmanan and M Lytto Syahrum Arminsa, “Tafsir Al-Baghawi: Metodologi,
Kelebihan Dan Kekurangan,” Al-Dzikra Jurnal Studi Ilmu Al-Qur an dan Al-Hadits 14, no. 1
(2020): 142–149.

AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir 1


Al-MUBARAK
Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir
Volume 6, No. 2, 2021
ISSN (print) : 2548-7248 / ISSN (online) : 2715-5692
Email : almubarakj1@gmail.com
Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak
DOI : https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v7i1
pengetahuan Islam serta memiliki kepedulian terhadap perkembangan peradaban
manusia baik itu perintah resmi penerjemahan atau percetakan buku-buku.19
Dibalik hadirnya kita Ma’alim al-Tanzil terdapat beberapa faktor yang melatar
belakangi kemunculannya.

Latar belakang kemunculan kitab Ma’alim al-Tanzil ditandai dengan


permintaan asal beberapa sahabat dan muridnya. Faktor eksternal memang sudah
banyak menghipnotis hadirnya kitab-kitab para ulama’. pada sisi lain,
kegelisahan intelektualnya pula sangat mempengaruhi latar belakang penulisan
kitab, yakni sambil merujuk di sebuah hadits dari Abu Said Al-Khudri. Demikian
telah jelas bahwa imbas eksternal dan internal sangat menyampaikan dorongan
pada Al-Baghawi buat menuliskan sebuah buku tafsir yg diberi nama Ma’alim al-
Tanzil.20

Setelah hadirnya kitab tersebut, ternyata masih banyak komentar dan


pujian dari beberapa ulama, salah satunya ialah al-Khazin dalam kitabnya lubab
al-Ta’wil memberikan komentar bahwa kitab Ma’alim al-Tanzil merupakan
karangan yang agung pada ilmu tafsir, yg mengumpulkan pendapat-pendapat yg
sahih, bebas asal pengaburan, pelencengan, serta pemalsuan, diberi hiasan berupa
hadits-hadits nabi, diberi tambahan berupa aturan-aturan syar'i, diberi bordiran
berupa kisah-kisah yang aneh dan berita-fakta orang dahulu yang menakjubkan. 21
Dirangkai menggunakan isyarat yang paling indah, diungkapkan dengan
ungkapan yang paling terlihat dan dituangkan dengan keindahan menggunakan
perkataan yang fasih.

Langkah penafsiran al-Baghawi dalam kitabnya mengatakan bahwa ia


lebih memfokuskan penyajian kitab-kitab tafsir dari ulama’ sebelumnya.

Gambaran umum mengenai langkah-langkah penafsiran al-Baghawi antara


lain: Pertama, penyebutan pada nama surat dan jumlah ayatnya. kedua,
22

memaparkan penjelaskan terkait surat makkiyah atau madaniyah, yang kemudian


dilakukan perincian dalam hal ini, yakni menyebutkan klasifikasi apakah
madaniyyah atau makkiyah. Ketiga, mengungkapkan sebab turunnya ayat.
Keempat, menyebutkan makna lafadz atau kalimat eksklusif dengan cara mencari
makna asli serta makna kontekstual, yang merujuk pada ayat-ayat al-Qur’an,
hadits-hadits Nabi saw., atau pendapat salaf shalih.

19
Abdul Mustaqim, “Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an Studi Aliran-aliran Tafsir dari Periode
Klasik, Pertengahan hingga Modern Kontemporer" (Yogyakarta: Idea Press, 2016), hlm. 91
20
Al-Baghawiy, “Ma’alim al-Tanzil", hlm. 34.
21
Abu Al-Hasan Al-Khaziniy, “Lubab al-Ta’wil fi Ma’ani al-Tanzil" (t.t: Tab’ah Hasan Hilmiy,
1317), hlm. 3.
22
Abd al-Ghafur, “al-Baghawiy wa Manhajuhu fi al-Tafsir,” hlm. 60

AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir 1


Al-MUBARAK
Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir
Volume 6, No. 2, 2021
ISSN (print) : 2548-7248 / ISSN (online) : 2715-5692
Email : almubarakj1@gmail.com
Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak
DOI : https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v7i1
Kelima, menjelaskan dan menyebutkan beberapa i’rab asal kalimat tadi
serta pengaruhnya terhadap makna. Keenam, ketika terdapat ayat yang
berhubungan menggunakan akidah serta tauhid, beliau menjelaskan berdasarkan
pendapat ahl al-sunnah serta melakukan penolakan atas peredaran lain. Ketujuh,
saat ada ayat yang berafiliasi menggunakan aturan, beliau mengungkapkan
pendapat-pendapat pakar fikih mirip imam Syafi'i, Abu Hanifah, serta lain-lain.
Kedelapan, membuat periwayatan, yang isinya mengungkapkan seluruh sanad
periwayatannya pada awal buku sebagai akibatnya ketika menafsirkan ayat dia
tidak perlu lagi menjelaskan sanadnya.

Berdasarkan sumber penafsirannya, al-Dhahaby dan ulama’ ulama’ lain


mengategorikan tafsir ma’alim al-Tanzil kedalam tafsir bil-ma’tsur.23 Dengan
alasan, penafsiran ayat yang dijumpai di buku Tafsir Al-Baghawi bersumber di
ayat al-Qur’an, hadits Nabi, riwayat sahabat. Akan tetapi, Abu Shahbah
mengatakan bahwa tafsir al-Baghawi bukanlah murni tafsir bi al-ma'thur,
melainkan perpaduan antara tafsir bi al-ma'thur serta tafsir bi al-ra'y wa al-ijtihad
al-maqbul.Pendapat Abu Shahbah juga diikuti sang Mani' Abdul Halim

Mahmud dan Abdullah Shahatah. Penulis sendiri cenderung mengambil


pendapat Abu Shahbah sebab proporsi tafsir bi al-ma'thur dan tafsir bi al-ra'yi
hanya selisih sedikit walaupun jika dipandang secara teliti penguasaan terbesarnya
permanen pada bi al-ma'thur. Selain itu, sebagian dari langkah-langkah yg
ditempuhnya ialah bagian dari tafsir bi al-ra'yi.

Dalam kitab ma’alim al-Tanzil al-Baghawi sering mengatakan terkait cara


penafsiran dengan perbedaan pendapat para ulama’. Akan tetapi al-Baghawi
sendiri jarang melakukan tarjih dari perbedaan tersebut. Pada saat Al-Baghawi
mengambil pendapat dari Ad-Dhahak serta Mujahid, lalu diperkuat menggunakan
pendapat ulama’-ulama’ lain, beliau tidak pernah melakukan ulasan atau kabar
(tarjih) dari pendapat yang sudah diambil. sebagai akibatnya dalam hal ini, cara
penerangan yang dipergunakan oleh Al-Baghawi cenderung masuk pada kategori
metode tafsir bayani (deskripsi), hanya sekedar menggambarkan tanpa melakukan
analisis sedikit pun. Hal ini bertujuan buat memperkaya gagasan serta
pengetahuan pada buku tafsirnya. tidak hanya itu, ia pula menyandarkan segala
penjelasannya pada riwayat.

Nasikh Mansukh Prespektif Tafsir Al-Baghawi

23
Muhammad Husain Al-Dzahabiy, “Al-Tafsir wa al-Mufassirun" (Kairo: Maktabah Wahbah,
2000), hlm. 170.

AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir 1


Al-MUBARAK
Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir
Volume 6, No. 2, 2021
ISSN (print) : 2548-7248 / ISSN (online) : 2715-5692
Email : almubarakj1@gmail.com
Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak
DOI : https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v7i1
Dalam pembahasan nasikh masukh prespektif kitab tafsir al-baghawi
penulis memberikan contoh nasikh mansukh yang terdapat dalam surat al-baqarah
ayat 180 yang di nasakh hukumnya dengan hadis shahih yang dijelaskan setelah
menjelaskan tafsiran al-baqarah ayat 180. Yang secara garis besar dalam al-
baqarah ayat 180 menjelaskan bahwa apabila seseorang mati meninggalkan
kedua orang tua maka orang tua tersebut memiliki hak atas wasiat dari orang yang
meninggal, hukum pada ayat ini di hapuskan dengan hadis sahih bahwasannya
orang tua tidak lagi mendapatkan wasiat dari orang yang meninggal.

Dalam kitab al-baghawi surat al baqarah ayat 180 di tafsirkan oleh al-
baghawi sebagai berikut:

Diwajibkan bagimu apabila kematian menjemputmu (akibat datangnya


penyakit) dan jika meninggalkan sesuatu yang baik yaitu uang harta, Allah yang
maha kuasa berfirman “apapun harta yang kamu infakkan maka (kebaikannya)
untuk dirimu sendiri” (al baqarah ayat 272) dan warisan kepada orang tua dan
kerabat. Dan kewajiban pada awal islam untuk orang tua dan kerabat dari orang
yang meninggal yang memiliki uang kemudian dibatalkan dengan ayat waris.

Disini al-baghawi langsung memberikan nasakh terhadap ayat ini, setelah


itu penjelasan tafsir ayat ini al-baghawi memberikan sebuah hadis pada ayat ini
sebagai alasan penghapusan hukumnya sebagai berikut:

Imam Abu Ali al-Hussein bin Muhammad al-Qadi memberi tahu kami
Abu Taher Muhammad bin Muhammad bin Muhamish al-Ziyadi memberi tahu
kami Abu Bakr Muhammad bin Omar bin Hafs al-Tajer memberi tahu kami
Muhammad bin Ahmed bin al-Walid memberi tahu kami Al-Haytham bin Jamil
memberi tahu kami Hammad bin Salamah memberi tahu kami tentang otoritas
Qatada atas otoritas Shahr bin Hawshab atas otoritas Abd al-Rahman bin
Ghannam atas otoritas Amr bin Kharjah, dia berkata: Saya memegang kendali
unta Nabi SAW, dan dia berkata: "Allah telah memberikan haknya kepada setiap
orang yang memiliki haknya, dan tidak ada wasiat untuk ahli waris" dari orang tua
dan kerabat yang merupakan perkataan Ibnu Abbas, Tawus, Qatadah dan Al-
Hasan.

Tawus berkata: barang siapa yang mewariskan kepada suatu kaum lalu
mewariskannya dan meninggalkan kerabat yang membutuhkan, maka diambil dari
mereka dan dikembalikan kepada kerabatnya yang membutuhkan. Mayoritas
menyatakan bahwa kewajiban itu dibatalkan di hak semua, dan itu tidak bisa
dihindari di hak mereka yang tidak mewarisi

AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir 1


Al-MUBARAK
Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir
Volume 6, No. 2, 2021
ISSN (print) : 2548-7248 / ISSN (online) : 2715-5692
Email : almubarakj1@gmail.com
Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak
DOI : https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v7i1
Untuk memperkuat penghapusan hukum dalam surat al baqarah ayat 180
al-baghawi menjelaskan kemudian dibatalkan dalam ayat waris. Ada beberapa
ayat waris yang ada dalam al quran, seperti dalam surat an-nisa yang mendukung
atas penasakhan / penghapusan dalam al-baqarah ayat 180. Namun ada juga ayat
lain yang menjelaskan tentang hak waris; an nisa ayat 12, an nisa ayat 176 dan
lain lain.

4. Simpulan
Nasikh merupakan isim fail dari kata nasakha, sedangkan mansukh
merupakan isim maf’ulnya. Secara gampang nasikh merupakan ayat atau dalil
yang menghapus, sedangkan mansukh adalah ayat atau dalil yang di hapus. Al-
naskh secara bahasa memiliki bebrapa makna antara lain al-izalah
(menghilangkan), al-tabdil (pergantian), al-tahwil (memalingkan), dan an-naql
(memindahkan dari satu tempat ke tampat lain). sedangkan secara istilah nasakh
adalah menghapuskan hukum syara’ dengan kitab syara’ pula atau menghapus
hukum syara’ dengan dalil syara’ yang lain

Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud bin


Muhammad al-Fara’ al-Baghawi, yang kemudin lebh dikenal dengan sebutan al-
Baghawi. Lahir di Khurasan pada tahun 438 H atau 1046 M, dan wafat pada tahun
510 H atau 1122 M di Marwarus dan dimakamkan di samping makam gurunya al-
Qadli Husain di pemakaman Tholiqani.
Dalam pendahuluan buku tafsir Ma’alim al-Tanzil, telah ditegaskan bahwa
dia lebih masyhur dengan sebutan Tafsir Al-Baghawi. buku Ma’alim al-Tanzil yg
sekarang beredar diperkaya dengan metode penafsiran, biografi hingga komentar
ulama’ pada kitab tafsirnya. Awalnya, kitab Ma’alim al-Tanzil dicetak
bersamaan dengan tafsir Ibn Katsir. kemudian dicetak juga dipinggir kitab Tafsir
al-Khazin. Bentuk awalnya, Tafsir Al-Baghawi hanyalah hasyiyah. tetapi, seiring
berjalannya saat menggunakan masifnya proses percetakan kitab -kitab tafsir
pada ketika itu, akhirnya kitab Tafsir Al-Baghawi mampu dicetak secara
berdikari serta tidak menempel di buku tafsir lain, yg memuat secara terpisah
sampai terbagi empat jilid. Setiap jilidnya berisi sekitar 700 hingga 900 page. buat
jumlah halaman sendiri tergantung percetakannya.
Dalam pembahasan nasikh masukh prespektif kitab tafsir al-baghawi
penulis memberikan contoh nasikh mansukh yang terdapat dalam surat al-baqarah
ayat 180 yang di nasakh hukumnya dengan hadis shahih yang dijelaskan setelah
menjelaskan tafsiran al-baqarah ayat 180. Yang secara garis besar dalam al-
baqarah ayat 180 menjelaskan bahwa apabila seseorang mati meninggalkan
kedua orang tua maka orang tua tersebut memiliki hak atas wasiat dari orang yang

AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir 1


Al-MUBARAK
Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir
Volume 6, No. 2, 2021
ISSN (print) : 2548-7248 / ISSN (online) : 2715-5692
Email : almubarakj1@gmail.com
Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak
DOI : https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v7i1
meninggal, hukum pada ayat ini di hapuskan dengan hadis sahih bahwasannya
orang tua tidak lagi mendapatkan wasiat dari orang yang meninggal.

Daftar Pustaka

Adnan Amal, Taufiq. (1990) Tafsir Kontekstual al-Quran, Cet. II. Bandung:
Mizan
Manna Khalil al-Qattan. (1996). Mabahith Fi ‘Ulum al-Qur’an, diterjemah
Mudzakkir. Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa
Hashbi ash-Shiddiqi. M. (1972). Ilmu-ilmu al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang
Fakultas Ushuluddin and Filsafat Politik. (2016). Penerapan Nasikh Mansukh
Dalam Al- Qur ’ an
Syaifulloh, Ahmad. (2018). Nasikh Dan Mansukh: Langkah Ulama’Dalam
Memahami Al-Qur’an Dan Hadis. Jurnal Studi Islam dan Sosial 1, no. 1
Baidawi, Ahmad. (2001). Nasikh-Mansukh Dalam Pandangan al-Tabataba'i.,
Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an Dan Hadis, Vol. I
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan
Dainori. (2019). “Nasikh Mansukh Dalam Studi Ilmu Al-Qur’an”, JPIK Vo. 2 No
1
Hayyan al-Dzahabi, Muhammad. (1976). Al-Tafsir wa al-Mufasshirun. Kairo:
Maktabah Mu’assasah al-Tarikh al-‘arabi.

Husain Makrus, Abdurrahman. Disertasi. (1997). Manhaj al-Imam al-Baghawi fi


Kitabih Syarh al-Sunnah. Islamabad: Qism al-Hadisth wa al-Tafsir,
Kulliyah Usul al-Din, al-Jami’ah al-Islamiyyah al-Dawliyyah, No. T-1027.

Abd al-Ghafur Humaid, ‘Afaf. (1082). Al-Bagawi wa Manhajuh fi al-Tafsir.


Amman: Dar al-Furqan

Fazlida binti Mustafa. (2000/2001). Sumbangan dalam Pengajian Hadith: Kajian


terhadap kitab Syarh al-Sunnah. Kuala Lumpur: Jabatan al-Qur’an dan al-
Hadith Bahagian Pengajian Ushuludin Akademi Pengajian Islam
Universiti Malaya.

AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir 1


Al-MUBARAK
Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir
Volume 6, No. 2, 2021
ISSN (print) : 2548-7248 / ISSN (online) : 2715-5692
Email : almubarakj1@gmail.com
Homepage : http://journal.iaimsinjai.ac.id/indeks.php/al-mubarak
DOI : https://doi.org/10.47435/al-mubarak.v7i1
Saparinah Maamor, Sakina. (2000/2001). Hadith Dha’if dalam Kitab Fiqh:
Tumpuan Terhadap Bab Sholat di dalam Kitab al-Tahzib. Kuala Lumpur:
Jabatan al-Qur’an dan al-Hadith Bahagian Pengajian Ushuludin Akademi
Pengajian Islam Universiti Malaya.

Rohmanan, Mohammad & Syahrum Arminsa, M Lytto. (2020). Tafsir Al-


Baghawi: Metodologi, Kelebihan dan Kekurangan. Al-Dzikra Jurnal Studi
Ilmu Al-Qur’an dan Al-Hadits. No. 1

Mustaqim, Abdul. (2016). Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an Studi Aliran-aliran


Tafsir dari Periode Klasik, Pertengahan hingga Modern Kontemporer.
Yogyakarta: Idea Press.

Husain Al-Dzhahabiy. (2000). Al-Tafsir wa al-Mufassirun. Kairo: Maktabah


Wahbah

AL-MUBARAK Jurnal Kajian Al-Quran & Tafsir 1

Anda mungkin juga menyukai