Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEBAGAI PRODUK AKHIR DARI TUGAS CRITICAL BOOKS REVIEW


MATERI

SENYAWA IONIK

Disusun Oleh

Kelompok : 1

1. Anisyah Rahmi (4203131062)


2. Clarisa Yesilia Br Simanjuntak (4203131024)
3. Nurul Arifah Hasinah (4203131069)
4. Sri Tiara Ompusunggu (4203331038)
5. Vioni Angel Prisilya.S (4203131066)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

AGUSTUS 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas Critical Book
Review ini dengan tepat waktu. Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk
mengetahui Senyawa Ionik berdasarkan referensi buku, dan untuk memenuhi
tugas mata kuliah kimia logam.

Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh


pihak yang terlibat dalam penyelesaian tugas ini. Penulis juga ingin mengucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu, ibu Dr. Lisnawaty Simatupang, M.Si yang
telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas Critical Book Review ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan pada Critical Book Review ini.
Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca guna perbaikan kedepannya. Penulis juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Medan, 30 Agustus 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Identitas Buku Yang Direview .......................................................................1


1.2 Tujuan..............................................................................................................2

BAB II SENYAWA IONIK .................................................................................3

2.1 Ringkasan Buku Pertama................................................................................3


2.2 Ringkasan Buku Kedua...................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................11

3.1 Kelebihan Buku...............................................................................................11


3.2 Kelemahan Buku.............................................................................................12

BAB IV RANGKUMAN .....................................................................................13

4.1 Kesimpulan......................................................................................................13
4.2 Saran ...............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Identitas Buku yang direview


Buku Pertama :
 Judul Buku : Kimia Anorganik Logam
 Penulis : 1. Kristian H. Sugiyarto
2. Retno D. Suyanti
 Penerbit : Graha Ilmu
 Kota Terbit : Yogyakarta
 Tahun Terbit : 2010
 Jumlah Halaman : 356 Halaman
 ISBN : 978-979-756-582-4

Buku Kedua :
 Judul Buku : Buku Ajar Ikatan Kimia
 Penulis Jurnal : 1. Dr. M.Hasan, M.Si
2. Dra. Zarlaida Fitri, M.Sc
3. Ratu Fazlia Inda Rahmayani, S.Pd., M.Sc
 Penerbit : Syiah Kuala University Press
 Tahun Terbit : 2017

1
 Kota Terbit : Banda Aceh
 Jumlah Halaman : 124 Halaman
 ISBN : 978-602-5679-04-9

1.2 Tujuan
Adapun Critical Book Review ini bertujuan :

1. Penyelesaian tugas mata kuliah Kimia Logam


2. Menambah pengetahuan untuk melihat atau membandingkan dua atau
beberapa buku yang baik dan yang benar
3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
salah satu bab dari buku pertama dan buku kedua
4. Meningkatkan diri dalam mengkaji dan mengkritik buku

2
BAB II

SENYAWA IONIK

2.1 Buku Pertama


BAB 1
IKATAN PADA LOGAM DAN SENYAWA-SENYAWANYA

Ikatan kimia tidak hanya terjadi dengan cara pembentukan persekutuan


pasangan elektron antara atom-atom yang bergabung seperti halnya pada
ikatan kovalen, melainkan dapat juga terjadi dengan cara perpindahan
elektron yang menghasilkan ion positif (kation) dan ion negatif (anion).
Gaya tarik elektrostatik antara kedua ion yang berbeda.muatan inilah yang
memelihara kestabilan ikatan dalam spesies yang Terjadi. Ikatan demikian
ini dikatakan sebagai ikatan ionik, namun kenyataannya hanya sedikit
senyawa yang bersifat ionik murni.

A. Pembentukan Ikatan Ion

Senyawa Ionik sederhana terbentuk hanya antara unsur-unsur metalik


dan nonmetalik yang keduanya sangat aktif. Dua persyaratan penting,
yaitu Energi ionisasi untuk membentuk kation dan afinitas elektron untuk
membentuk anion, harus lebih menguntungkan (favourable) ditinjau dari
pertimbangan energi. kedua reaksi pembentukan ion-ion tersebut harus
eksotermik,reaksi tidak membutuhkan energi yang terlalu besar. Jadi,
persyaratan untuk terjadi ikatan ionik adalah salah satu atom unsur harus
mampu melepas Satu atau dua elektron (jarang tiga elektron) tanpa
memerlukan banyak energi, dan atom unsur lain harus mampu menerima
sati atau dua elektron (hampir tidak pernah tiga elektron) tanpa
memerlukan banyak energi. Oleh karena itu, ikatan ionik banyak dijumpai
pada senyawa dari logam golongan 1, 2, sebagian 3, dan beberapa logam
transisi dengan bilangan oksidasi rendah, dan nonlogam golongan halogen,
oksigen,dan nitrogen. Semua energi ionisasi adalah endotermik, dan

3
afinitas elektron untuk halogen adalah eksotermik, tetapi untuk oksigen
dan nitrogen sedikit endotermik.

B. Karakteristik Senyawa Ionik

Pada temperatur kamar, senyawa kovalen dapat berwujud padat, cair,


dan gas, tetapi senyawa ionik berwujud padat dan mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :

(1) Senyawa ionik cenderung mempunyai konduktivitas listrik sangat rendah


dalam bentuk padatan, tetapi menghantar listrik sangat baik pada keadaan
leburannya. Daya hantar listrik ini diasosiasikan dengan adanya ion-ion
positif dan negatif yang bergerak bebas karena pengaruh listrik. Dalam
keadaan padat, ion-ion ini diikat kuat dalam kisi, tidak mengalami migrasi
atau perpindahan, dan juga tidak membawa arus listrik. Sebagai catatan,
sesungguhnya tidak ada bukti yang mutlak adanya ion-ion dalam padatan,
misalnya NaCl. Kenyataan bahwa ion-ion didapat dalam larutan (air)
bukan merupakan bukti bahwa ion-ion yang bersangkutan juga ada dalam
kristal padatannya, sehingga keberadaan ion-ion dalam padatanhanyalah
merupakan asumsiberdasarkan sifat-sifat yang diinterpretasikan dengan
gaya tarik-menarik elektrostatik.
(2) Senyawa ionik cenderung mempunyai titik leleh tinggi. Ikatan ionik
biasanya sangat kuat dan terarah ke segala arah. Ini bukan berarti bahwa
ikatan ionik lebih kuat daripada ikatan kovalen, melainkan karena sebaran
arah ikatan ke segala arah, dan inilah yang merupakan faktor penting
dalam kaitannya dengan titik leleh yang tinggi. Intan, yang mempunyai
struktur ikatan kovalen dan bersifat multiarah, juga mempunyai titik leleh
sangat tinggi.
(3) Senyawa ionik biasanya sangat keras tetapi rapuh. Kekerasan senyawa
ionik sesuai dengan argumen di atas, sekalipun perlakuannya melalui
pemisahan secara mekanik ketimbang pemisahan secara termal terhadap
gaya-gaya tarik-menarik antar ion. Kecenderungan kerapuhan merupakan
akibat sifat alami ikatan ionik. Jika cukup gaya untuk menggeser sedikit

4
ion-ion (misalnya dalam unit sel NaCl, panjang ikatan menjadi memendek
separohnya), maka gaya yang semula tarik-menarik akan berubah menjadi
gaya tolak-menolak karena kontak antar anion dan antar kation menjadi
lebih signifikan. Akibatnya, kristal menjadi mudah terpecah-belah, dan hal
inilah yang banyak ditemui pada banyak mineral.
(4) Senyawa ionik biasanya larut dalam pelarut polar dengan permitivitas
(tetapan dielektrikum) tinggi.

C. Model Ionik dan ukuran Ion

Berdasarkan elektronegativitas Pauling, jika perbedaan


edektronegativitas antara dua atom yang berikatan kovalen membesar,
sifat ikatan menjadi semakin polar. Akhirnya, jika perbedaan tersebut
sedemikian besarnya sehingga pasangan eektron sekutu menjadi
terabaikan karena lebih mendekat kepada salah satu pihak, maka ikatan
yang terjadi dapat dikatakan sebagai ikatan ionik. Dengan demikian, ikatan
ionik secara sederhana adalah gaya atraksi (tarik-menarik) elektrostatik
antara ion positif dengan ion negatif.

Pauling melukiskan bahwa kenaikan perubahan perbedaan


elektronegativitas akan mengakibatkan kenaikan sifat ionik secara
perlahan dan kontinu. Perbedaan elektronegativitas nol merupakan titik
ekstrem sifat kovalen murni, perbedaan berkisar 1,7 merupakan
pertengahan sifat kovalen-ionik, dan perbedaan lebih besar 3,4 merupakan
titik ekstrem sifat ionik murni. Jadi, sesungguhnya tidak ada garis
pembatas yang tegas antara karakter kovalen dan ionik, dan kenyataannya
banyak ditemui senyawa yang termasuk kategori “intermediat” (antara),
atau sering disebut kovalen polar. Kovalen polar ini dapat bersifat ionik
parsial atau dapat bersifat kovalen parsial.

Karena logam umumnya mempunyai sifat elektronegativitas rendah dan


nonlogam bersifat edektronegativitas tinggi, senyawa yang dibentuk dari
keduanya sering termasuk kategori ionik. Menurut model ionik murni, satu

5
atau dua elektron valensi telah berpindah dari atom berelektronegativitas
rendah ke atom berelektronegativitas tinggi.

Ukuran atom dalam periode semakin kecil dengan naiknya nomor atom
(dari kiri ke kanan) sebagai akibat naiknya muatan inti efektif, Z ef Tetapi,
perubahan atom menjadi ion mengakibatkan perubahan yang komparatif
besar pada ukurannya. Pembentukan ion logam (kation) dari atomnya
biasanya melibatkan pelepasan semua elektron valensi, sehingga ukuran
kation akan menjadi jauh lebih kecil ketimbang ukuran atom induknya.

2.2 Buku Kedua

BAB 7

IKATAN IONIK DAN DAUR BORN HABER

Ikatan ion merupakan ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik menarik
antar ion negatif (anion) dengan ion positif (kation). Gaya tarik menarik ini
disebut juga sebagai gaya elektrostatik. Pada suhu kamar, senyawa ionik terdapat
dalam bentuk kristal yang disebut kristal ion. Kristal ion terdiri dari ion postif dan
ion negatif, dengan susunan/struktur yang teratur dan ditentukan oleh muatan dan
jari-jari.

A. Penggolongan dan Karakter Senyawa Ionik

Berdasarkan jenis ionnya, senyawa ionik terbagi menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Senyawa ionik sederhana, merupakan senyawa yang terbentukdari ion-ion


sederhana. Contohnya: NaCl, KCl, MgO, K2O, dan Na2O.
2. Senyawa ionik yang terbentuk dari kation sederhana dan anion poliatomik.
Contohnya: Na2SO4, KNO3, K4[Fe(CN)6].
3. Senyawa ionik yang terbentuk dari kation poliatomik dan anion sederhana.
Contohnya: NH4Cl, N(CH3)4Br, [Ag(NH3)2]Cl.
4. Senyawa ionik yang terbentuk dari kation poliatomik dan anion poliatomik.
Contohnya: NH4[Fe(CN)6], (NH4)2SO4, NH4NO3, [Co(NH3)6](NO3)3.

6
Pada senyawa biner, karakter ioniknya dapat diperkirakan melalui selisih
keelektronegatifan atom-atom penyusun senyawa biner tersebut. Apabila selisih
keelektronegatifan antara atom penyusun senyawa memiliki nilai ≥ 1,7 maka
senyawa biner tersebut dapat dianggapsebagai senyawa ionik. Akan tetapi jika
selisih keelektronegatifan atom-atomnya < 1,7 dapat dianggap sebagai senyawa
kovalen.

B. Pembentukan dan Sifat-Sifat Senyawa Ionik


1. Pembentukan Senyawa Ionik
Mudah atau sukarnya senyawa ionis terbentuk, ditentukan oleh (a) ionisasi
potensial, (b) afinitas elektron dari atom penyusun senyawa ionis dan (c)
energi kisi senyawa ion tersebut. Makin kecil ionisasi potensial, makin besar
afinitas elektron serta makin besar energi kisi, makin mudah senyawa ion
terbentuk. Pada pembentukan senyawa ionik, terjadi transfer satu atau lebih
elektron valensi dari satu atom ke atom lainnya. Contoh: Ca(g) + O 2(g) Ca2+
(
g) + O2- (g) (transfer 2 buah elektron dari atom Ca ke atom O)

Atom Ca yang dua buah elektron valensinya pindah akan menjadi ion positig
(kation), sedangkan atom O yang menerima elektron menjadi ion negatif
(anion).Pada pembentukan senyawa ionik, terjadinya transfer elektron juga
diikuti dengan terjadinya gaya tarik menarik antara ion positif dan ion negatif
sehingga terbentuk senyawa ionik yang tersusun atas ion-ion yang merupakan
pasangan ion.

2. Sifat-Sifat Senyawa Ionik


Adapun beberapa sifat senyawa ionik yaitu:
a) Struktur/ susunan kristal
Pada suhu kamar, senyawa ionik terdapat dalam bentuk kristal yang
disebut kristal ion. Kristal ion terdiri dari ion postif dan ion negatif, dengan

7
susunan/struktur yang teratur dan ditentukan oleh muatan dan jari-jari ion
pembentuknya.
b) Isomorf (mempunyai bentuk kristal yang sama)
Senyawa-senyawa ion mempunyai susunan kristal yang mirip. Misalnya
NaF dengan MgO, NaCl dan KNO3, CaCl2 dan K2S. Fakta ini dapat
dijelaskan dengan meninjau konfigurasi elektron dari ion-ion penyusun
kristal.
c) Daya Hantar listrik
Senyawa ionik memiliki sifat daya hantar listrik yang rendah dalam bentuk
padat, tetapi cukup tinggi dalam bentuk leburan ataupun dalam pelarut
polar. Daya hantar listrik yang tinggi dalam bentuk lelehan atau dalam
pelarut polar disebabkan karena kation dan anion yang dapat bergerak
bebas. Sedangkan dalam bentuk padat, kation dan anion terikat kuat dalam
kisi kristal.
d) Titik didih dan titik leleh tinggi
Kation dan anion dalam senyawa ionik terikat kuat satu sama lain karena
adanya gaya elektrostatis. Untuk memisahkan ion-ion tersebut dibutuhkan
energi yang cukup besar. Oleh sebab itu senyawa ionik mempunyai titik
didih dan titik leleh yang tinggi.
e) Senyawa ionik larut dalam pelarut polar
Senyawa ionik larut dalam pelarut polar yang mempunyai tetapan
dielektrik yang tinggi, maupun dalam pelarut yang mengandung gugus –
OH seperti H2O dan C2H5OH.
f) Keras tapi rapuh
Kristal dari senyawa ionik umumnya tidak stabil dan mudah pecah. Hal ini
disebabkan karena gaya tarik ion-ion yang berbeda jenis dan gaya tolak
ion-ion yang sejenis.

C. Jari-Jari Ion

Faktor yang mempengaruhi jari-jari ion yaitu bilangan koordinasi dan


muatan ion. Jari-jari kation dan anion bertambah besar dengan
bertambahnya bilangan koordinasi. Bertambahnya bilangan koordinasi

8
kation dan anion menyebabkan tolakan antara ion-ion positif (yang terikat
pada kation) dan ion-ion negatif (yang terikat pada anion). Tolakan ini
dapat dikurangi apabila jarak antara ion-ion bertambah. Bertambahnya
jarak antata ion-ion negatif akan memperbesar jarak anatara kation dengan
ion-ion negatif yang diikatnya, akibatnya jari-jari kation tersebut
bertambah besar pula. Penjelasan yang sama juga berlaku pada anion.
Bertambahnya muatan ion positif akan memperkecil jari-jari ion tersebut
dibandingkan jari-jari atomnya. Hal ini karena muatan inti efektif
bertambah. Sedangkan jari-jari ion negatif lebih besar dari jari-jari
atomnya, karena muatan inti efektif berkurang.

 Untuk ion-ion yang isoelektronik, jari-jari ion akan berkurang jika


muatan inti bertambah. Contoh: rMg2+<rNa+<rF-< rO2-
 Untuk ion yang segolongan, jari-jari ion bertambah jika massa atomnya
bertambah. Contoh: rF-<rCl-< rBr- < rI-
 Untuk unsur yang memiliki muatan yang bervariasi, makin besar
muatan positif, makin kecil jari-jari ionnya. Contohnya: rFe3+< rFe2+
 Untuk unsur golongan transisi, ion-ion yang memiliki muatan yang
sama, bertambahnya nomor atom tidak mempengarui ukuran jari-jari
ion. Hal ini dikarenakan bertambahnya elektron pada orbital d
diimbangi dengan bertambahnya muatan inti.

D. Kisi Kristal dan Energi Kisi

Kristal senyawa ionik terdiri dari kation-kation dan anion-anion yang


tersusun secara teratur, bergantian dan berulang dalam sel satuan kristal
(kisi kristal). Kristal senyawa ionik mempunyai bentuk kisi yang berbeda.
Kisi kristal NaCl berbentuk kisi kubus berpusat muka, CsCl berbentuk kisi
kubus sederhana (kubus primitif), CuF berbentuk kisi kubus berpusat
muka, ZnO berbentuk kisi kristal heksagonal primitif, dan TiO2 berbentuk
kisi kristal tetragonal primitif.Struktur kristal senyawa ionik ditentukan
oleh dua faktor yaitu ukuran relatif dari kation dan anion serta muatan
struktur kristal secara keseluruhan harus netral. Perbandingan jari-jari

9
kation dan anion dapat digunakan untuk menentukan bentuk kristal pada
kisi kristal senyawa ionik. Pengaruh jari-jari ion terhadap struktur kristal
dapat diperhatikan melalui bilangan koordinasi. Bilangan koordinasi yang
memungkinkan kristal ion menjadi stabil ditentukan melalui perbandingan
jari-jari ion dengan menganggap ion-ion berbentuk bulat.
Pembentukan kisi kristal ionik dari ion-ionnya disertai dengan
pembebasan sejumlah energi yang disebut energi kisi (Uo). Energi kisi
dapat didefinisikan sebagai energi yang dibebaskan apabila sejumlah mol
kation dan mol anion dalam fase gas didekatkan dari jarak tak hingga
sampai kedudukan setimbang dalam suatu kisi kristal 1 mol senyawa ionik
pada suhu 0 K. Energi kisi dapat diperoleh dengan membuat reaksi
pembentukan senyawa ionik melalui tahapan-tahapan yang digambarkan
dalam suatu siklus (Daur Born-Haber.

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan Buku


 Buku Pertama
 Secara keseluruhan buku pertama sudah cukup baik dan telah memenuhi
standard penulisan. Buku pertama memiliki kedalaman atau kelengkapan
uraian materi yang cukup lengkap dan menjelaskannya secara terstruktur
serta dapat dipahami serta memuat gambar dan tabel yang mendukung
pembahasan materi.
 Penulis memberikan soal latihan pada bagian akhir dari setiap bab dari
buku tersebut untuk mengasah kembali kemampuan mahasiswa. Buku ini
juga terdapat sampul yang menarik perhatian pembaca

 Buku Kedua
 Secara keseluruhan buku ini sudah cukup baik dan telah memenuhi
standard penulisan. Buku ini memiliki kedalaman atau kelengkapan uraian
materi yang cukup lengkap dan menjelaskannya secara terstruktur serta
dapat dipahami serta memuat gambar dan tabel yang mendukung
pembahasan materi.
 Jika ditinjau dari segi pemakaian bahasa, penulis menggunakan bahasa
yang mudah dipahami dan ejaannya sesuai dengan EYD. Hal ini dapat
memudahkan mahasiswa untuk memahami materi yang dipaparkan
didalam buku.
 Penulis memberikan soal latihan pada bagian akhir dari setiap bab dari
buku tersebut untuk mengasah kembali kemampuan mahasiswa, buku ini
memakai berbagai warna atau tidak hitam putih sehingga tidak monoton
untuk dibaca.

11
3.2 Kelemahan Buku
 Buku Pertama
Dari segi tampilan dari tulisan, gambar dan tabel tidak ada diberi variasi
warna, hanya memakai warna hitam putih saja. Jika diberikan variasi
warna, kemungkinan daya tarik untuk membaca buku ini juga akan
bertambah lagi.
 Buku ini tidak memuat peta konsep dan tidak menyertakan rangkuman di
setiap babnya. Sehingga mengharuskan pembaca untuk membaca secara
keseluruhan isi dari bab tersebut.
 Dari segi bahasa, ada beberapa bahasa yang sulit dipahami pembaca dan
menyebabkan pembaca tidak memahami apa yang dimaksudkan penulis.

 Buku Kedua
 Penulis tidak memuat peta konsep dan kesimpulan akhir bab pada setiap
babnya. Tampilan luar (cover) buku ini juga kurang menarik sehingga
daya tarik membaca menajdi kurang.
 Buku ini tidak memuat peta konsep dan tidak menyertakan rangkuman di
setiap babnya. Sehingga mengharuskan pembaca untuk membaca secara
keseluruhan isi dari bab tersebut.

12
BAB IV

RANGKUMAN

4.1 Kesimpulan

Ikatan ion merupakan ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik
menarik antar ion negatif (anion) dengan ion positif (kation). Gaya tarik
menarik ini disebut juga sebagai gaya elektrostatik. Senyawa ionik terbagi
menjadi 4 golongan, yaitu senyawa ionik sederhana, senyawa ionik yang
terbentuk dari kation sederhana dan anion poliatomik, senyawa ionik yang
terbentuk dari kation poliatomik dan anion sederhana, dan senyawa ionik
yang terbentuk dari kation poliatomik dan anion poliatomik. Pada suhu
kamar, senyawa ionik terdapat dalam bentuk kristal yang disebut kristal
ion, senyawa ion juga mempunyai susunan kristal yang mirip, memiliki
sifat daya hantar listrik yang rendah dalam bentuk padat, tetapi cukup
tinggi dalam bentuk leburan ataupun dalam pelarut polar, titik didih dan
titik leleh tinggi, larut dalam pelarut polar dan keras tapi rapuh.

4.2 Saran

Kedua buku ini pada dasarnya sangat baik digunakan sebagaibuku


pedoman yang baik bagi para mahasiswa untuk menambah pengetahuan
yang lebih baik lagi dan buku ini cocok untuk dijadikan sebagai bahan ajar
perkuliahan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hasan. M., Fitri, Z & Rahmayani, R. (2017). Ikatan Kimia. Banda Aceh: Syiah
Kuala University Press.

Sugiryato, K & Suyanti, R. (2010). Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

14

Anda mungkin juga menyukai