Anda di halaman 1dari 2

Jika seseorang Kakek menghibahkan sebidang Tanah kepada cucu sah dari

perkawinan anak kandungnya, apakah termasuk Objek Pajak? Jelaskan dasar


hukumnya.
Pengalihan harta berupa hibah sebidang tanah tersebut termasuk Objek Pajak. Dalam
hukumnya, dinyatakan bahwa keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan,
atau sumbangan merupakan Objek Pajak, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan
sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan. Dimana keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
meliputi ayah, ibu, dan anak, sedangkan cucu merupakan keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus derajat kedua. Maka pada kasus ini, hibah sebidang tanah dari kakek kepada
cucunya termasuk Objek Pajak.
Kendaraan Toyota Avanza yang dipakai untuk operasional bagian marketing dan
tercatat sebagai Aset tetap suatu perusahaan, dan semua biaya operasional termasuk
bensin, maintenance dan lain yang berhubungan dengan kendaraan tersebut
ditanggung seluruhnya menjadi biaya perusahaan. Jelaskan kasus diatas apakah semua
biaya-biaya yang tercatat dapat dikurangkan sebagai biaya?
Seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang, biaya pemeliharaan kendaraan termasuk
biaya-biaya yang diijinkan untuk dikurangkan terhadap penghasilan (deductible expenses).
Biaya pemeliharaan kendaraan, perbaikan rutin untuk kendaraan operasional perusahaan
seluruhnya dapat dibebankan sebagai biaya, termasuk untuk kendaraan antar jemput
karyawan. Maka dalam kasus ini, biaya-biaya yang tercatat seperti biaya bahan bakar,
maintenance, dll atas kendaraan Toyota Avanza yang dipakai untuk kegiatan operasional
bagian marketing tersebut dapat dikurangkan sebagai biaya.
Seorang Wajib Pajak baru merupakan pengusaha furniture yang memiliki peredaran
bruto sebesar 600.000.000 setahun, tidak mengetahui dasar-dasar akuntansi. Bertanya
kepada anaknya seorang mahasiswa pajak mengenai kewajiban perpajakan yang perlu
diketahui setelah beliau mendaftarkan diri memiliki NPWP? 
Di dalam Pasal 28 ayat UU KUP disebutkan bahwa pencatatan merupakan kegiatan
pengumpulan data yang dilakukan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto
dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang. Hal
ini termasuk penghasilan yang bukan merupakan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak
yang bersifat final.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2017 tentang Bentuk Dan


Tata Cara Pencatatan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, syarat-syarat penyelenggaraan
pencatatan pajak adalah sebagai berikut:
1. Pencatatan harus dilakukan secara teratur dan mencerminkan keadaan yang
sebenarnya dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah,
serta harus disusun menggunakan bahasa Indonesia.
2. Pencatatan dalam satu tahun harus dilakukan secara kronologis.
3. Dalam pencatatan pajak, harus menggambarkan peredaran atau penerimaan bruto
dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima dan/atau diperoleh. Selain itu juga
harus menggambarkan penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan
yang pengenaan pajaknya bersifat final.
Pengesahan PMK Nomor 54 Tahun 2021 memberikan tambahan kriteria Wajib Pajak Orang
Pribadi yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan pembukuan, sehingga yang
dikecualikan dari kewajiban pembukuan namun wajib melakukan pencatatan adalah WP OP
yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dengan peredaran bruto dari kegiatan
sebagaimana dimaksud kurang dari Rp4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah)
dalam 1 tahun pajak dan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto (NPPN)
untuk menghitung penghasilan neto.

Maka dalam kasus ini, Wajib Pajak baru tersebut tidak perlu melakukan pembukuan
melainkan pencatatan. Dimana pencatatan tersebut meliputi:

1. Peredaran bruto yang berasal dari kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas yang
dikenai PPh yang tidak bersifat final;
2. Penghasilan bruto yang berasal dari luar kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas
yang dikenai PPh yang bersifat tidak final, serta biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan tersebut;
3. Peredaran bruto dan/atau penghasilan bruto yang bukan objek pajak dan/atau dikenai
PPh yang bersifat final, baik yang berasal dari kegiatan usaha dan/ atau pekerjaan
bebas maupun dari luar kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas;
4. Harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai