KESEHATAN
ASPEK-ASPEK SOSIAL, BUDAYA YANG BERKAITAN
DENGAN PRAKTIK PERKAWINAN, KEHAMILAN,
PERSALINAN, NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR
DOSEN PEMBIMBING : ALEXANDER, SE, M.Kes
DISUSUN OLEH:
PAULINA NOVERA AGATHA
REVALDA MARA MAGESKHA
WITA MAYA SYARI
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat
dan Karunia-Nya kita dapat berkumpul diruangan ini, dan karena rahmatnya buku
PERKAWINAN, KEHAMILAN, PERSALINAN, NIFAS DAN BAYI BARU LAHIR” ini telah
Ucapan terima kasih, kami ucapkan kepada seluruh pembicara sekaligus penulis
yang telah bersedia membuat makalah sehingga semua yang disampaikan di saat
presentasi akan lebih mudah diterima sekaligus dapat digunakan sebagai sumber rujukan
apabila diperlukan.
Maaf jika di makalah ini terdapat kesalahan baik dikata dan di penulisan, dan
kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah kami.
Terima kasih.
Penyaji
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Makalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Aspek Sosial Budaya Perkawinan 3
B. Aspek Sosial Budaya Kehamilan 4
C. Aspek Sosial Budaya Persalinan 6
1. Kala I 7
2. Kala II 7
3. Kala III 8
4. Kala IV 9
D. Aspek Sosial Budaya Masa Nifas 11
E. Aspek Sosial Budaya Terkait Bayi Baru Lahir 16
Kesimpulan 22
A. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi sekarang ini dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem
menuntut manusia memperhatikan aspek social budaya. Salah satu masalah yang kini banyak
merebak dikalangan masyarakat adalah kematianataupun kesakitan pada ibu dan anak yang
tidak terlepas dari factor-faktor social budaya dan lingkungan di dalam masyrakat dimana
mereka berada. Disadari atau tidak, factor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti
kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, sering kali membawa dampak baik positif
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik
maupun mental, karena tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di
Kawasan perdesaan mempunyai tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan
masyarakat yang mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. Apa lagi
masalah proses persalinan yang umum masih banyak menggunakan dukun beranak.
Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di perdesaan adalah kemiskinan,
Pendidikan rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari
solusi Bersama masyarakat menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan. Untuk itu,
seorang bidan perlu mempelajari sosial budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat
pandangan norma dan nilai, agama, Bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
wilayah tersebut.
1
B. Rumusan Masalah
3. Apa itu aspek sosial budaya selama persalinan kala I, II, III dan IV?
5. Apa itu aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru lahir?
C. Tujuan Makalah
1. Supaya memahami apa itu aspek sosial budaya pada setiap perkawinan?
2. Supaya memahami apa itu aspek sosial budaya pada setiap kehamilan?
3. Supaya memahami apa itu aspek sosial budaya selama persalinan kala I, II, III dan
IV?
4. Supaya memahami agar mengetahui Apa itu aspek sosial budaya dalam masa
nifas?
5. Supaya memahami apa itu aspek sosial budaya yang berkaitan dengan bayi baru
lahir?
2
BAB II
PEMBAHASAN
dalam satu tujuan yang sama. Salah satu tujuan perkawinan adalah mencapai kebahagiaan
yang langgeng Bersama pasangan hidup. Namun, jalan menuju kebahagiaan tak selamanya
mulus. Banyak hambatan, tantangan, dan persoalan yang terkadang mengagalkan jalannya
rumah tangga. Perbedaan latar social, budaya, ataupun factor lainnya merupakan penyebab
munculnya hambatan dan konflik dalam proses komunikasi dalam membina hubungan
perkawinan, sebab karakter tiap individu berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya
sehingga hal itu dapat berpengaruh pada cara pandanganya. Dalam aspek social budaya
saling memberi dan menerima cinta, ekspresi afeksi, saling menghormati dan menghargai,
saling terbuka antara suami dan istri. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami-
istri menjaga kualitas hubungan antarpribadi dan pola-pola perilaku yang dimainkan oleh suami
maupun istri, serta kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul, sehingga
3
Faktor penghambat yang mempersulit penyesuaian perkawinan, terletak dalam hal, baik
suami maupun istri, tidak dapat menerima perubahan sifat dan kebiasaan di awal perkawinana,
suami maupun istri tidak berinisiatif menyelesaikan masalah, perbedaan budaya dan agama di
anatara suami dan istri, suami maupun istri tidak tahu peran dan tugasnya dalam rumah tangga.
Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menyikapi perubahan,
perbedaan, pola penyesuaian yang dimainkan dan munculnya hal-hal baru dalam perkawinan,
yang kesemuanya itu dirasa kurang membawa kebahagiaan hidup berumah tangga, sehingga
Selain menimbulkan kebahagiaan bagi wanita dan pasangannya, kehamilan juga dapat
menimbulkan kekhawatiran pada wanita pada trisemester awal hingga akhir. Dengan
Masa kehamilan dan persalinan pada manusia merupakan fokus perhatian yang sangat
penting dalam kehidupan masyarakat. Ibu hamil dan yang akan bersalin dilindungi secara adat,
religi dan moral atau kesusilaan berdasarkan tujuan untuk menciptakan keseimbangan fisik
antara ibu dan bayi, serta terutama untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan. Kondisi
tersebut dihadapkan pada kenyataan adanya trauma persalinan dalam masyarakat, yang
4
Pada dasarnya, masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan karena
menganggap masa terebut kritis karena dapat membahayakan bagi janin atau ibunya.tingkat
kekritisan ini dapat dipandang berbeda oleh setiap individu, dan direspon oleh masyarakat
dengan berbagai strategi atau sikap, seperti upacara kehamilan, anjuran dan larangan secara
tersebut dilakukan warga masyarakat agar dapat dicapai kondisi kehamilan dan persalinan ideal
tanpa gangguan.
1. Keinginan ideal perorangan untuk memilki anak dengan jenis kelamin tertentu.
lain.
Berbagai pandangan budaya dan factor-faktor social tersebut dapat menjadi stressor
yang mendukung pandangan bahwa masa hamil dan bersalin dianggap kritis dan
Pada masa kehamilan dan saat menjelang kelahiran aspek finansial juga dapat menjadi
masalah jika ibu hamil dan pasangannya belum bekerja, berhenti bekerja, atau dengan
penghasilan yang kurang. Ibu hamil mungkin tinggal di rumah kontrakan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan dan dalam lingkungan kumuh sehingga membuat ibu rentang terhadap
kekurangan gizi pada masa kehamilan. Dalam setiap masyarakat ada mitos atau kepercayaan
tertentu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan social budaya dan adat istiadat tertentu,
diantaranya:
3. Ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang
lebih banyak dan bagian yang lebih baik dari pada anggota keluarganya yang lain.
4. Anak laki-laki diberi makan lebih dulu dari pada anak perempuan dan lain sebagainya.
Yang menentukan kuatitas, kualitas, dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan
tidak seharunya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan
kedudukan, usia jenis kelamin, dan situasi-situasi tertentu. Walaupun pola makan ini sudah
menjadi tradisi atau kebiasaan, yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan
mendistribusikan makanan kepada keluarga adalah ibu. Dengan kata lain, ibu mempunyai
Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir secara spontan
dengan presentasi belakang kepala dan tanpa komplikasi. Persalinan/partus dibagi menjadi 4
1. Kala I
a. Fase laten: pembukaan servik kurang dari 3 cm, servik membuka perlahan selama fase
b. Fase aktif: kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit, lama kontraksi 40 detik atau lebih dan
mulas, pembukaan dari 4 cm-10 cm (lengkap) dan terdapat penurunan bagian bawah
janin.
2. Kala II
Periode ini dimulai dari ketika pembukaan lengkap sampai lahirnya seluruh tubuh janin.
b. Perineum menonjol.
Diagnosis pasti persalinan kala II adalah bila saat dilakukan pemeriksaan dalam
didapatkan pembukaan serviks lengkap dan kepala bayi terlihat pada introitus vagina.
7
3. Kala III
Periode ini dimulai sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Normalnya pelepasan plasenta
berkisar 15-30 menit setelah bayi lahir. Pada persalinan kala III miometerium akan berkontraksi
mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus ini menyebabkan pula berkurangnya ukuran
tempat pelekatan plasenta. Karena tempat pelekatan menjadi kecil, sedangkan ukuran plsenta
tidak berubah, plasenta akan terlepas dari dindig uteri. Setelah lepas, plasenta akan turun ke
a. Cara Schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah plasenta dan terjadi hematoma retroplasentae
atasnya sekarang jatuh ke bawah dan menarik lepas selaput janin. Bagian plasenta
yang tampak pada vulva adalah permukaan fetal, sedangkan hematoma sekarang
berada dalam kantong yang berputar balik. Pada pelepasan secara Schultze tidak ada
b. Cara Ducan
Pelepasan dimulai dari tepi plasenta. Darah mengalir antara selaput janin dan dinding
Rahim,jadi pendarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta lepas dan terus berlangsung
sampai plasenta lepas secara keseluruhan. Pelepasan secara Ducan sering terjadi pada
4. Kala IV
Periode ini dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 1 jam setelah itu. Pemantauan
c. Laserasi atau luka episiotomy pada perineum dengan pendarahan aktif, dan
Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode yang kritis bagi para ibu hamil
karena segala kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan
kematian. Di daerah perdesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak
untuk menolong persalinan yang biaanya di lakukan di rumah. Data survei kesehatan rumah
tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak.
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa maasih terdapat praktek
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan oleh
b. Biaya murah.
c. Mengerti dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran
anak.
d. Dapat merawat ibu dan bayi sampai 40 hari di samping akibat keterbatasan jangkauan
Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan
sangan menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup. Secara medis,
penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah pendarahan, infeksi dan ekslamsia
(keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan
professional dapat berakibat fatal bagi ibu dan proses persalinan. Namun, kefatalan ini sering
terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik tetapi, juga karena ada factor
Selain itu, sering kali kondisi tersebut diperberat oleh factor georafis, karena jarak rumah
ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau
kendala ekonomi dan adanya tanggapan bahwa membawa ibu ke rumah sakit akan
membutuhkan biaya yang mahal. Selain factor keterlambatan dalam pengambilan keputusan,
factor geografis dan factor ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga sikap
pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tidak dapat
dihindari. Selain pada masa hamil, pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa
pasca persalinan.
10
Pantangan atau anjuran yang berkaitan dengan proses pemulihan kondisi fisik,
misalnya:
1. Ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI.
2. Ada makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan
bayi.
untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan.
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerpurium dimulaisejak 1 jam setelah
2. Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3. Memberikan Pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara
11
1. Memberikan dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama
2. Sebagai promotor hubungan yang era tantara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis.
1. Puerpurium dini, yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-
jalan.
lebih 6 minggu.
3. Remote puerpurium, yakti waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam
keadaan sempurna terutama bila ibu waktu hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi.
1. Gizi
Gizi pada ibu menyusui sangan berkaitan dengan produksi susu yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Kebutuhan kalori selama menyusui proposional
dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibandingkan
selama hamil. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2300-2700 kalori ketika menyusui. Makanan
yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolism, cadangan dlam tubuh dan
12
Ibu memerlukan 20gr protein di atas kebutuhan normal ketika menyusui. Protein diperlukan
untuk pertumbuhan dan pergantian sel-sel yang rusak atau mati. Sumber protein dapat
diperoleh dari protein hewani (telur, daging, ikan, susu, udang, kerrang, dan keju) dan protein
2. Ambulasi dini
Disebut juga carly ambulation. Early ambulation adalah kebijakan untuk untuk selekas
mungkin untuk membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya sekelas
mungkin berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam
postpartum.
c. Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat atau memelihara
penelitian yang saksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak
episiotomy atau luka diperut, serta tidak memperbesar kemungkinan prolapses atau
retrotexto uteri.
3. Eliminasi
a. Mikasi
13
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan
dapat buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindakan:
Bila tidak berhasil dengan cara di atas maka dilakukan katerisasi. Karena prosedur
katerisasi membuat klien tidak nyaman dan infeksi saluran kencing tinggi, kateterisasi
tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam postpartum. Douwer kateter diganti setelah 48 jam.
a. Defekasi
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ketiga
belum juga bias buang besar maka diberi laksan suposotoria dan minum air hangat. Agar dapat
buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diet teratur, pemberian cairan yang
4. Kebersihan diri
Pada masa postpartum, sseorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu,
kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,
14
Mengajarkan pada ibu bagaimana cara membersigkan daerah kelamin dengan air dan
sabun. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil dan besar.
Sarankan ibu untuk mengganti pembbalut setidaknya 2x1. Jika ibu mempunyai luka episiotomy
Bersihkan perinium dengan sabun yang lembut minimal sekali sehari. Biasanya ibu akan
merasa takut pada kemungkinan jahitan-jahitannya akan lrepas, juga merasa sakit sehingga
perinium tidak dibersihkan, atau dicuci. Cairan sabun atau sejenisnya sebaiknya dipakai setelah
BAK/BAB.
Membersihkan dimulai dari simpisi sampai ke anal sehingga tidak terjadi infeksi. Ibu
diberitahu cara mengganti pembalut yaitu bagian dalam jangan sampai terkontaminasi oleh
5. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8
jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam
15
6. seksual
hubungan seksual aman dilakukan ketika darah telah berenti. Hal yang dapat
b. kelelahan
d. kecemasan berlebihan
hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomy telah sembuh
dan lokia telah berhenti. Sebaiknya hubungn seksual ditunda sampai 40 hari karena pada saat
Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula pada 6 minggu. Oleh karena itu,
ibu akan berusaha memulihkan dan mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal ini dapat dilakukan
dengan sena nifas. Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan
Bayi baru lahir adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu). Bayi
baru lahir yang dilahirkan dalam kondisi normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
16
e. Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 denyut/menit kemudian menurun
kali/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi verniks
kaseosa.
j. Pada bayi laki-laki testis sudah turun, pada bayi perempuan genetalia labia mayora telah
l. Refleks moro sudah baik, bayi dikagetkan akan memperlihatkan Gerakan tangan seperti
memeluk.
m. Refleks graff sudah baik, bila diletakkan suatu benda ke telapak tangan maka akan
menggenggam.
diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonates sedikitnya 3x, selama
periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui
kunjungan rumah.
17
a) Kunjungan Neontal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir. Hal
yang dilaksanakan:
b) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3 sampai dengan
3) Cegah infeksi
c) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan
2) Lakukan:
a). jaga kehangatan tubuh
kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada
neonatus.
18
Resiko bila terbesar kematian neonates terjadi 24 jam pertama kehidupan, minggu
pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat
ke puskesmas. Banyaknya jenis sarana pelayanan kesehatan yang ada di sekitar puskesmas
dan krang memadainya fasilitas yang ada dipuskesmas memungkinkan masyarakat mecari
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status social ekonomi ini akan memengaruhi
masyarakat berdasarkan pendapatan perbulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan
19
Keadaan social ekonmi sangat memengaruhi kehamilan ibu dan bayi karena
Menurut penelitian Hartaty tahun 2006, bahwa ada hubungan antara social ekonomi
dengan keinginan ibu untuk melakukan kunjungan terhadap bayinya ke petugas kesehatan.
Factor tersebut menyebabkan ibu membawa bayinya ke petugas kesehatan saat sakit saja.
Social budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya
b. Bayi dibedong supaya tidak mudah terkejut, juga dapat menghangatkan badannya.
d. Ari-arinya harus dicuci bersih sebelum dikubur supaya bau badan tidak bau nantinya.
20
e. Ibu tidak boleh membiasakan duduk dalam posisi tidur waktu menggendong bayi agar
f. Bayi baru lahir diberi minum grape water agar perutnya tidak kembung.
g. Bayi baru lahir diberikan minum kopi setets agar tidak terkena penyakit stroke.
h. Bayi baru lahir rambutnya dipotong atau dibotakkin dan diberi minyak kemiri atau lidah
i. Bayi cegukan diberi tisu basah atau kertas dibasahi di kening agar cegukannya hilang.
j. Sapu lidi atau bangle bamboo dapur ditaruh di sebelah bantal untuk mengusir hantu
jahat.
m. Dibawah bantal bayi ditaruh gunting lipat dan di tempat tidurnya dipukulpukul
n. Bayi yang baru lahir tidk boleh difoto agar tidak menjadi narsis ketika dewasa.
cabe rawit utuh , padahal maksudnya adalah mencegah bayi mengalami sakit perut jika
ibu mengkonsumsi makanan pedas, makan semangka menyebabkan perut bayi besar
21
BAB III
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari Makalah ini adalah social budaya merupakan segala hal yang
diciptakan manusia dengan pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Social
budaya juga memiliki berbagai keragaman dan kebudayaan di dalam masyarakat. Dan akan
berbeda menurut pandangan orang lain atau budaya masing-masing. Perubahan social budaya
adalah perubahan yang terjadi baik disengaja maupun tidak terhadap kehidupan bermasyarakat
B. Saran
Hargailah setiap perbedaan yang ada di sekitar kita karena kita hidup dimasyarakat
yang tidak memiliki hanya satu budaya saja dan itu kembali lagi kepada keyakinan masing-
masing individu.
22
DAFTAR PUSTAKA