Cekungan Jambi
Cekungan Jambi
1. Lokasi Cekungan
Cekungan Jambi terletak di propinsi Jambi, bagian Timur dari pulau
Sumatra. Cekungan Jambi merupakan sub cekungan dari cekungan Sumatra
Selatan, pada bagian Selatan berbatasan dengan cekungan Palembang Utara,
di Barat Daya berbatasan dengan cekungan Palembang Tengah, bagian Utara
berbatasan dengan cekungan Sumatra Tengah dan pada bagian Timur
berbatasan dengan selat Kalimantan.
2. Fisiografi Cekungan
3. Tektonik
Untuk cekungan Jambi sendiri terdapat dua trend struktur utama. Salah
satu yang paling tua berarah Timur Laut – Barat Daya yang berkembang pada
Formasi Lahat dan Formasi Talang Akar, hal ini ditunjukkan oleh kenampakan
Graben pada Formasi tersebut. Contoh dari struktur ini adalah zona patahan
tembesi-setiti yang merupakan batas dari basement tinggian Tigapuluh dengan
sub cekungan Jambi ada 3 depresi yang dalam yang mana dipisahkkan oleh
daerah yang tinggi. Depresi tersebut bergabung menuju arah Barat Daya untuk
membentuk depocenter, ortogonal ke arah cekungan Palembang Tengah. Trend
yang lebih muda merupakan perbukitan lipatan dengan arah Tenggara - Barat
Laut dan ini berhubungan dengan fase kompresional plio-plistosen.
4. Klasifikasi cekungan
5. Stratrigrafi Umum
Fase ke dua yaitu fase regresi, menghasilkan endapan yang terdiri dari:
1. Formasi Air Benakat, batuan satuan ini adalah serpih gampingan yang
kaya akan foraminifera di bagian bawahnya, makin ke atas dijumpai
batupasir yang mengalami glaukonitisasi. Pada puncak satuan ini
kandungan pasirnya meningkat, kadang-kadang dijumpai sisipan tipis
batubara atau sisa-sisa tumbuhan. Formasi ini diendapkan pada
lingkungan neritik dan berangsur-angsur menjadi laut dangkal dan pro-
delta. Diendapkan selaras diatas Formasi Gumai pada Miosen Tengah –
Miosen Akhir, dengan ketebalan kurang lebih 600 meter.
2. Formasi Muara Enim, terletak selaras di atas Formasi Air Benakat,
litologinya terdiri dari batupasir, batulanau, batulempung, dan batubara.
Lingkungan pengendapan formasi ini adalah paparan delta – lagoon.
Ketebalannya bervariasi antara 200 – 800 meter, berumur Miosen Akhir –
Pliosen.
3. Formasi Kasai, Litologi formasi ini terdiri dari interbeded tuffa, batupasir
tuffaan, batulanau tuffaan, batulempung tuffaan, diendapkan pada
lingkungan Fluviatil, selaras di atas Formasi Muara Enim. Ketebalan
Formasi ini antara 500 – 1000 meter dan berumur Miosen Atas – Pliosen.
6. Penampang Regional
7. Petroleum System
Source Rock
Mulai dari Eosen tengah sampai Eosen akhir, sepanjang Formasi Lahat,
termasuk Serpih pada Benakat mengandung kerogen tipe I dan II (oil prone) dan
kerogen tipe III (gas prone) bergantung pada daerahlokal pada masing masing
tempat (Suseno, 1992). Kelompok Serpih Benakat terdapat pada daerah yang
dalam pada cekungan ini, terdiri dari serpih yang berwarna coklat-abu dengan
serpih gampingan, batulanau, batupasir dan batubara (Hutchinson, 1996).
Lingkungan pengendapannya merupakan air payau (brackish water). Kandungan
total organic carbon pada formasi Lahat bervariasi dari 1,7- 8,5 wt% dan pada
daerah lokal tertentu 16.0 wt %. Nilai indeks hidrokarbon adalah 130 – 290 mg
hidrokarbon/g TOC. Suhu pematangan Formasi Lahat berkisar dari 0.64 – 1.40
% Ro. Formasi Lahat menghasilkan minyak pada banyak lokasi dan minyak dan
gas ketika terkubur lebih dalam lagi.
Pada oligocene sampai miosen Formasi Batu Raja limestone dan Formasi
Gumai pada awal proses pematangan terlebih dahulu dimatangkan gas pada
kedalaman tertentu dan oleh karena itu di hasilkan gas dalam petroleum sistem
ini. (Sardjono dan Sardjito,1989). Gas pada lapangan MBU-1 telah menunjukkan
pematangan pada source rock Gumai shale (Sardjono dan Sardjito, 1989)
Reservoir Rock
Basement Rock
Area pengangkatan dan dataran tinggi purba mesozoic dan juga
basement granit dan kuarsit berumur eosen yang telah terlapukan merupakan
reservoir yang efektif degan porositas sampai 7%.
Formasi Lahat
Formasi lahat yang berumur eosin-oligosen tersusun atas endapan synrift
setebal 1.070 m. Formasi ini diendapkan pada lingkungan pengendapan darat,
danau, dan rawa.
Kikim tuff atau yang disebut sebagai old lemat adalah batupasir tuffan,
konglomerat, breksi dan lempung yang terendapkan didataran rendah. Kikim ini
diperkirakan berumur kapur akhir sampai paleosen dan kebanyakan terdapat di
daerah kedalaman bagian selatan.
Fasies tertua dari young lemat adalah granit yang tertimpa oleh deposit
klastik kasar yang terdiri dari batupasir dan breksi dengan fragmen batuan yang
melimpah, batulempung, batubara dan tuff.
Benakat member/benakat gulley adalah serpih berwarna abu-abu sampai
dengan coklat dengan serpih tuffan, batulanau, batupasir, batubara, karbonat
dan batupasir glauconit yang terjadi di bagian dalam cekungan graben itu, yang
terendapkan dilingkungan air tawar-air payau dan selaras menimpa batuan
klastik kasar dari formasi lemat bawah.
Formasi Gumai
Formasi ini berumur oligosen-miosen tengah dikenal juga dengan nama
formasi telisa. Formasi ini terdiri atas serpih yang kaya akan fosil dengan
batugamping glauconit yang tipis yang mencerminkan penyebaran transgresi
maksimum yang cepat dimana transgresi ini berada timur laut dan kedalaman
airnya cukup dangkal ditimur laut dan cukup dalam (batial) dibarat daya.
Batupasir berbutir halus dan batulanau muncul di perbatasan cekungannya.
Ketebalan formasi ini bervariasi sekitar 2700 m.
Formasi ini merupakan seal rock (batuan perangkap) dari formasi batu
raja, well log telah digunakan untuk mengidentifikasi adanya turbidit dimana
turbidit ini menunjukkan adanya penurunan muka air laut secara cepat yang
terjadi pada akhir pengendapan formasi gumai ini pada kala miosen tengah.
Seal
Sepih yang terdapat dalam formasi (intraformational shale) membentuk
seal untuk akumulasi dari hidrokarbon pada cekungan ini. Hal tersebut terjadi
sebagai caprock yang terbentang secara konkordan, atau kemungkinan fasies
dapat berubah secara lateral dari batuan yang berbatasan dengan hidrokarbon
yang sebelumnya dengan batugamping atau serpih (shale). Contoh dari
perubahan fasies lateral menjadi seal terjadi pada batuagamping reefal Baturaja
dan pada reservoir fluvial batupasir dari Formasi Talangakar. Selain itu pada
Formasi Gumai memperlihatkan adanya transgresi maksimum yang terjadi
setelah diendapkannya formasi gamping Batu Raja. Batuan serpih dari formasi
Gumai ini menyekat reservoir karbonat dari batu raja dan hidrokarbon yang
ditemukan diatas dari formasi Gumai ini merupakan hasil migrasi dari formasi
yang ada dibawahnya. Migrasi ini disebabkan karena adanya patahan pada
formasi Gumai yang disebabkan karena gaya kompresi.
Migration
Waktu dari terbentuknya minyak kebanyakan diatur oleh pemendaman
oleh overburden dan kenaikan aliran panas yang berasosiasi dengan tektonisme
pada Miosen. Source rock dari Formasi Lahat dan Talang Akar membutuhkan
kedalaman yang cukup (5000 – 7400 kaki) untuk bergenerasi menjadi
hidrokarbon. Sarjono dan Sardjito (1989) menyimpulkan bahwa migrasi
hidrokarbon yang pertama dimulai pada akhir pertengahan Miosen, dengan
kemungkinan awal akumulasi hidrokarbon terdistribusi mengikuti orogenitas
pada Plio – Plistosen. Migrasi secara vertikal dan lateral terjadi pada saat ini.
Trap
1. Cebakan struktur
Dikontrol oleh topografi dari basement dan biasanya bentuk-bentuk umum
dari sesar yang ada diakibatkan oleh adanya sesar normal, seperti pada struktur-
struktur Malapari dan Sogo.
a. Hubungan antiklin dengan sesar-sesar synsedimentari. Kebanyakan
penyebaran ketebalan untuk sedimen (bagian dari Formasi
Talangakar) terjadi di sisi tinggian.
b. Antiklin kompresif, berhubungan dengan fase Plio-akhir Plistosen
yang kompresion, membungkus bagian-bagian pada tersier.
c. Disharmonic folding. Kejadian antiklin ini terjadi pada bagian atas
yang memanjang yaitu lipatan dimana basement atau seri
kompetent, tidak termasuk dalam deformasi. Struktur-struktur yang
terbentuk di cekungan Jambi, dimana Formasi Gumai menekan
batulempung Gumai yang homogen, tetapi tidak untuk lapisan-
lapisan batugamping.
d. Structures related to wrench tectonism. Wrench tectonism
pergerakannya pada sisi lateral suatu blok yang konsekuen sampai
plate konvergen. Tipe dari struktur untuk deformasi ini dideskripsikan
oleh Eubank dan Maliki (1981).
2. Cebakan stratigrafi
Cebakan (trap) stratigrafi juga terdapat pada cekungan ini, contohnya pada
formasi Gumai.
Konsep Eksplorasi