Fi'Il Amr - Contoh, Ciri, Tashrif, Tanda Mabni Dan Penjelasannya Dalam Bahasa Arab
Fi'Il Amr - Contoh, Ciri, Tashrif, Tanda Mabni Dan Penjelasannya Dalam Bahasa Arab
Bahasa Arab
Penulis: Nahwu Shorof Online, pada: Agustus 22, 2021
Fiil Amr
Fi’il amr adalah kata kerja yang digunakan untuk memberikan perintah atau instruksi kepada
mukhatthab (lawan bicara). Contoh fi’il amr seperti kata “ﺲ ْ ( ”إِﺟْ ِﻠduduklah), “( ”إِ ْر ِﺟ ْﻊpulanglah),
“( ”أ ُ ْد ُﺧ ْﻞmasuklah), dan sebagainya. Dalam kepenulisan bahasa Indonesia, kata kerja perintah
biasanya diakhiri dengan partikel; -lah, intonasi keras, dan tanda seru (!). Akan tetapi, ciri-ciri
tersebut tentunya berbeda dengan fi’il amr dalam tata bahasa Arab. Apa itu fi’il amr? Bagaimana
penjelasannya dalam bahasa Arab? Selengkapnya kami rangkum dalam kajian Nahwu Shorof
Online berikut.
٦٧ :ة ن ا ّ َ َ ُ ُ ُ ْ أ ْن َ ْ َ ُ ا َ َ َة ً }ا
ّ }إ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.” (QS. Al-
Baqarah 2:67)
Berangkat dari penjelasan tersebut, pengertian fi’il amr adalah setiap fi’il dalam bahasa Arab yang
menunjukkan arti kata perintah atau permohonan dan terikat dengan zaman mustaqbal (akan
datang).
ٍ َ ْ َ ْ ُ ٍ َ َ َ َ َ ْ ً وَز ْ ّ َوَ ُ َ َ ِ َ ٌ د
“Fi’il amar adalah kata yang menunjukkan atas makna (perintah/permohonan) dan memuat zaman
yang akan datang.”
Contoh penggunaan fi’il amr bisa dilihat dalam ayat Al-Qur’an berikut:
٣٢ :ان َ ُ ّ } ُ ْ أ ِ ُ ا ا ّ َ و َا
ل }آل
Artinya: “Katakanlah: taatilah Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Ali Imran ayat 32)
Pada ayat tersebut, kata “ ”ﻗُ ْﻞadalah bentuk fi’il amr dari madhi qaala-yaquulu (ُﯾَﻘُ ْﻮل-َ)ﻗَﺎل.
Sedangkan lafadz “ ”أ َ ِطﯿﻌُﻮاmerupakan contoh fi’il amr dari tsulasi mazid biharfin athaa’a-yuthii’u
(ﯾ ُِﻄ ْﯿ ُﻊ-ع َ َ )أ. Keduanya sama-sama berstatus mabni sesuai dengan i’rab fi’il mudhari ketika
َ طﺎ
menempati keadaan jazm.
ْ ِ ُ ٌ ْ ن ِ ْ َ ا ْ ِ إ ْن أ
ِ ْ ّ ِ | ْ ِ َ و...
“Bedakanlah fi’il amr (kata perintah) dengan nun taukid jika perintahnya telah dipahami.”
Dari penjelasan Imam ibnu Malik dalam bait Alfiyah tersebut, kurang lebihnya terdapat 2 poin
penting yang menjadi ciri dari fi’il amr, yaitu “( ”ﺑِﺎﻟﻨﱡ ْﻮ ِنdengan nun) dan “( ”إِ ْن أ َ ْﻣ ٌﺮ ﻓُ ِﮭ َﻢjika perintahnya
bisa dimengerti). Maksudnya, fi’il tersebut menunjukkan makna perintah secara mandiri tanpa
adanya qayyid lain. Lebih lanjut lagi mengenai ciri-ciri tersebut bisa disimak sebagaimana berikut.
Ciri-ciri fi’il amr yang pertama adalah menerima masuknya nun taukid baik itu khafifah maupun
tsaqilah. Nun taukid khafifah adalah nun yang berfaedah ta’kid (penguat/penegas) tanpa adanya
tasydid sehingga ringan ketika diucapkan. Sedangkan nun taukid tsaqilah merupakan nun yang
disertai tasydid sehingga berat dalam pengucapannya.
Misalkan fi’il “( ”أ ُ ْﺷ ُﻜ ْﺮbersyukurlah), ketika dipasangi nun taukid di akhir kalimahnya menjadi
“أ ُ ْﺷ ُﻜ َﺮ ﱠن/”أ ُ ْﺷ ُﻜ َﺮ ْن, maka mutakallim (pembicara) menegaskan perintahnya kepada mukhatthab (lawan
bicara) untuk benar-benar bersyukur. Contoh lain fi’il amr dengan nun taukid seperti kalimat
berikut:
ً ِإ ْذ َ َ ّ ِ ّ ْ ِ َ ِ َ د ُ ْ َ َ ر
Lafadz “ ”إِ ْذ َھﺒَ ﱠﻦdalam kalimat barusan merupakan contoh fi’il amr dengan nun taukid tsaqilah dan
berstatus mabni fathah. Adanya nun tersebut berfungsi sebagai partikel penegas kepada
mukhatthab supaya benar-benar pergi untuk berefreshing.
Oleh karena itu, kalimah fi’il yang menunjukkan makna perintah sebab adanya pengaruh dari
kalimah lain tidak bisa dikatakan sebagai fi’il amr. Contohnya adalah ayat Al-Qur’an berikut:
ُ ّ ِ ُ ْ ِ ْ ذ ُو َ َ ٍ ِ ْ َ َ ِ ِ ۖ و َ َ ْ ُ ِر َ َ َ ْ ِ رِ ْز ُ ُ َ ْ ُ ْ ِ ْ ِ ّ آ َ ه ُ ا
Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang
yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah
kepadanya.” (QS. At-Talaq ayat 7)
Lafadz “ ” ِﻟﯿُ ْﻨ ِﻔ ْﻖdan “ ”ﻓَ ْﻠﯿُ ْﻨ ِﻔ ْﻖdalam ayat Al-Qur’an di atas tidak dapat disebut sebagai fi’il amr.
Karena timbulnya arti kata perintah pada fi’il ini sebab adanya lam amr, sekalipun ia layak apabila
bertemu dengan nun taukid (khafifah dan tsaqilah).
Ada juga kalimah dalam bahasa Arab yang memiliki makna perintah secara mandiri, akan tetapi
َ ” (diamlah), “( ” َﺣﯿﱠ َﮭ ْﻞterimalah), dan “”آﻣﯿ ُْﻦ
tidak termasuk dalam kategori fi’il amr. Seperti “ْﺻﮫ ِ
(kabulkanlah). Meskipun bermakna perintah atau permohonan, namun lafadz-lafadz tersebut
merupakan kelompok isim fi’il amr, karena tidak menerima tambahan nun taukid di akhir
kalimahnya.
1. Mabni sukun
2. Mabni fathah
3. Mabni hadzfu nun (terbuangnya huruf nun)
4. Mabni hadzfu harfil illah (terbuangnya huruf illat)
Fi’il amar mabni sukun apabila berupa fi’il shahih akhir (tidak diakhiri alif, wawu, atau ya’), tidak
pula disambung dengan alif tasniyah, wawu jamak, ya’ mukhathabah dan nun taukid baik khafifah
maupun tsaqilah. Contohnya seperti “ﺲ ْ ( ”إِﺟْ ِﻠduduklah [lk 1]), “ َ( ”ﻗُ ْﻤﻦberdirilah [pr >2]), “”أ ُ ْد ُﺧ ْﻞ
ُ ( ”أ ُ ْﻧmenolonglah [pr >2]), dan sebagainya.
(masuklah [lk 1]), “ َﺼ ْﺮن
ُﺳﻮﻟَﮫ ُ اﻟﺰ َﻛﺎة َ َوأ َ ِط ْﻌﻦَ ﱠ َ َو َر ( َوأَﻗِ ْﻤﻦَ اﻟ ﱠDan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah
ﺼ َﻼة َ َوآﺗِﯿﻦَ ﱠ
Allah dan Rasul-Nya.) (QS. Al-Ahzab ayat 33)
ﺐ اﻟ ِﻌ ْﻠ َﻢ ِﻣﻦَ اﻟ َﻤ ْﮭ ِﺪ إِﻟَﻰ اﻟﻠﱠﺤْ ِﺪ ْ ُ ( أTuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang kubur)
ِ ُطﻠ
( ُﻛ ْﻦ ﻟَﮫُ ُﻣ ِﻌ ْﯿﻨًﺎJadilah penolong baginya)
Fi’il amr mabni fathah apabila bertemu dengan nun taukid khafifah atau tsaqilah. Contohnya
seperti “( ”أ ُ ْﺷ ُﻜ َﺮ ﱠنbersyukurlah !), “( ” ِإ ْﻋﻠَ َﻤ ﱠﻦketahuilah !), “( ” ِإ ْﺷ َﺮﺑَ ْﻦminumlah !), dan lain-lain.
Fi’il amar mabni hadzfu nun apabila bertemu dengan alif tasniyah, wawu jamak, dan ya’ muannats
mukhathabah. Maka ketika hendak memberi perintah kepada dua orang, lebih dari dua, atau kepada
seseorang berjenis perempuan, ucapkanlah “( ”ﻗُ ْﻮ َﻣﺎlk/pr), “( ”ﻗُ ْﻮ ُﻣﻮاlk), “( ”ﻗُ ْﻮ ِﻣ ْﻲpr).
ْ ( ﯾَﺎ َﻣ ْﺮﯾَ ُﻢ ا ْﻗﻨُﺘِﻲ ِﻟ َﺮ ِﺑّ ِﻚ َوا ْﺳ ُﺠﺪِي َوHai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan
ار َﻛ ِﻌﻲ َﻣ َﻊ ﱠ
َاﻟﺮا ِﻛﻌِﯿﻦ
ruku'lah bersama orang-orang yang ruku'.) (QS. Ali Imran ayat 43)
ِ ار ِﺟﻌَﺎ إِﻟَﻰ اﻟﺒَ ْﯿ
ﺖ ْ ف َ ( أ ُ ﱡﻣ ُﻜ َﻤﺎ ﺗ َ ْﻨﺘ َِﻈ ُﺮ ُﻛ َﻤﺎIbu menunggu, pulanglah kalian berdua ke rumah)
ِق ﱠ ِ ( ُﻛﻠُﻮا َوا ْﺷ َﺮﺑُﻮا ِﻣ ْﻦ ِر ْزMakan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah)
Fi’il amar mabni dengan membuang huruf akhirnya ketika berupa salah satu dari huruf illah yang
tiga, yaitu wawu, alif, dan ya’. Contohnya kita hendak memerintahkan seseorang untuk berzakat,
maka katakanlah “( ”زَ ِّكzakatkanlah). Asal polanya yaitu “ ”زَ ِ ّﻛﻲdari fi’il “ﯾُﺰَ ِ ّﻛ ْﻲ-”زَ ﱠﻛﻰ, huruf ya’
kemudian dibuang (sebab mu’tal) dengan menetapkan harokat kasroh.
Contoh fi’il amr mabni hadzfu harfi illah dalam kalimat:
Semua tanda mabni fi’il amar tersebut diambil berdasarkan keadaan akhir fi’il mudhari ketika
menempati tempat jazm (ُﻋﮫ
ُ ﺎر
ِ ﻀَ ﻋﻠَﻰ َﻣﺎ ﯾُﺠْ ﺰَ ُم ﺑِ ِﮫ ُﻣ
َ ). Hal ini berawal dari kaidah nahwu yang
menjelaskan mengenai tata cara membuat fi’il amar dari bentuk mudhari’nya, seperti:
Artinya: “Ketika kamu hendak membentuk fi’il amr maka datangilah fi’il mudhari’nya yang dibaca
jazm, kemudian lepaskanlah huruf mudhara’ah dan huruf yang menjazemkan darinya.”
Misalkan kita ingin membuat fi’il amr dari “َﺎم َ ( ”ﻧtidur), fi’il mudhari’nya ketika menduduki tempat
jazm yaitu “( ”ﻟَ ْﻢ ﯾَﻨَ ْﻢbelum/tidak tidur), kemudian huruf lam (jazim) dan ya’ (mudhara’ah) dibuang,
maka jadilah “( ”ﻧَ ْﻢtidurlah).
Kecuali jika terdapat huruf mati setelah huruf mudhara’ah, maka harus mendatangkan hamzah
washal, adalah hamzah yang tetap tetap bila berada di awal dan gugur ketika berada di tengah.
Sehingga memungkinkan untuk diucapkan, karena suatu kata yang diawali huruf mati tidak
mungkin dapat diucapkan tanpa adanya hamzah washal.
Contohnya kita berkeinginan membuat fi’il amr dari kata “َﻋ ِﻤﻞ َ ” (berbuat), fi’il mudhari’nya ketika
jazm adalah “”ﻟَ ْﻢ ﯾَ ْﻌ َﻤ ْﻞ, huruf lam jazim dan ya’ mudhara’ah dibuang, sehingga tampak adanya huruf
mati di awal kalimah, maka wajib mendatangkan hamzah washal menjadi “( ”إِ ْﻋ َﻤ ْﻞberbuatlah).
Catatan: Hamzah washal nya fi’il amr tsulatsi mujarrad yang mengikuti wazan “ُﯾَ ْﻔﻌُﻞ-َ ”ﻓَﻌَﻞmaka harus
dibaca dhammah, selainnya dibaca kasrah.
Oleh karena itulah para ulama ahli nahwu merumuskan mabninya fi’il amr dengan memakai
kaidah:
ُُ ُ ُ ُ ُ ُ
ُ ُ َِ َ َ ُ ْ َم ُ ِ ِ ُ َ ر َ ُْ ِ ْ ِ ْ ُ ا
Artinya: “Fi’il amr dimabnikan atas harokat fi’il mudhari’nya yang dibaca jazm.”
Wazan tashrif lughawi fi’il amr bisa dilihat dalam tabel berikut:
أ ُ ْﻓﻌُ ْﻞ ِإ ْﻓ ِﻌ ْﻞ ِإ ْﻓﻌَ ْﻞ ِإ ْﺳﺘ َ ْﻔ ِﻌ ْﻞ َأ َ ْﻧﺖ
أ ُ ْﻓﻌُ َﻼ إِ ْﻓ ِﻌ َﻼ إِ ْﻓﻌَ َﻼ إِ ْﺳﺘ َ ْﻔ ِﻌ َﻼ أ َ ْﻧﺘ ُ َﻤﺎ
أ ُ ْﻓﻌُﻠُﻮا إِ ْﻓ ِﻌﻠُﻮا إِ ْﻓﻌَﻠُﻮا إِ ْﺳﺘ َ ْﻔ ِﻌﻠُﻮا أ َ ْﻧﺘ ُ ْﻢ
أ ُ ْﻓﻌُ ِﻠ ْﻲ ِإ ْﻓ ِﻌ ِﻠ ْﻲ ِإ ْﻓﻌَ ِﻠ ْﻲ ِإ ْﺳﺘ َ ْﻔ ِﻌ ِﻠ ْﻲ ِ أ َ ْﻧ
ﺖ
أ ُ ْﻓﻌُ َﻼ ِإ ْﻓ ِﻌ َﻼ ِإ ْﻓﻌَ َﻼ ِإ ْﺳﺘ َ ْﻔ ِﻌ َﻼ أ َ ْﻧﺘ ُ َﻤﺎ
َأ ُ ْﻓﻌُ ْﻠﻦ َإِ ْﻓ ِﻌ ْﻠﻦ َإِ ْﻓﻌَ ْﻠﻦ َإِ ْﺳﺘ َ ْﻔ ِﻌ ْﻠﻦ أ َ ْﻧﺘ ُ ﱠﻦ
Adapun contoh tashrif lughawi fi’il amr ditunjukkan oleh tabel berikut:
ْأ ُ ْﻛﺘُﺐ ِْإﺣْ ﺴِﺐ ِْإ ْﻓﺘَﺢ ِإ ْﺳﺘ َ ْﻐ ِﻔ ْﺮ َأ َ ْﻧﺖ
أ ُ ْﻛﺘُﺒَﺎ إِﺣْ ِﺴﺒَﺎ إِ ْﻓﺘ َ َﺤﺎ إِ ْﺳﺘ َ ْﻐ ِﻔ َﺮا أ َ ْﻧﺘ ُ َﻤﺎ
أ ُ ْﻛﺘُﺒُﻮا إِﺣْ ِﺴﺒُﻮا إِ ْﻓﺘ َ ُﺤﻮا إِ ْﺳﺘ َ ْﻐ ِﻔ ُﺮوا أ َ ْﻧﺘ ُ ْﻢ
أ ُ ْﻛﺘ ُ ِﺒ ْﻲ ِإﺣْ ِﺴ ِﺒ ْﻲ ِإ ْﻓﺘِ ِﺤ ْﻲ ْ ِإ ْﺳﺘ َ ْﻐ ِﻔ ِﺮ
ي ِ أ َ ْﻧ
ﺖ
أ ُ ْﻛﺘُﺒَﺎ ِإﺣْ ِﺴﺒَﺎ ِإ ْﻓﺘ َ َﺤﺎ ِإ ْﺳﺘ َ ْﻐ ِﻔ َﺮا أ َ ْﻧﺘ ُ َﻤﺎ
َأ ُ ْﻛﺘُﺒْﻦ َإِﺣْ ِﺴﺒْﻦ َإِ ْﻓﺘَﺤْ ﻦ َإِ ْﺳﺘ َ ْﻐ ِﻔ ْﺮن أ َ ْﻧﺘ ُ ﱠﻦ
Fi’il amr merupakan kata yang difungsikan untuk memberikan perintah, oleh karena itu ia hanya
berlaku bagi dhamir mukhatthab. Misalkan ingin menyatakan perintah kepada orang berjumlah
lebih dari dua berjenis perempuan, maka penggunaan fi’il amr yang tepat adalah “ َ( ”أ ُ ْﻛﺘُﺒْﻦtulislah).
Begitu juga ketika hendak membuat kata perintah yang lain, maka perhatikanlah dhamir-nya.
َ( َرﺑﱠﻨَﺎ َواﺟْ ﻌَ ْﻞﻧَﺎ ُﻣ ْﺴ ِﻠ َﻤﯿ ِْﻦ ﻟَﻚYa Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada
Engkau.) (QS. Al-Baqarah ayat 128)
ْ ( ﻓَ َﻼ ﺗ َْﺨﺸ َْﻮ ُھ ْﻢ َوMaka jangan kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku.) (QS.
اﺧﺸ َْﻮﻧِ ْﻲ
Al-Baqarah ayat 150)
فا ْﻋﻠَ ْﻢ أَﻧﱠ َﻤﺎ ﯾَﺘ ﱠ ِﺒﻌُﻮنَ أ َ ْھ َﻮآ َء ُھ ْﻢ
َ (Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanya mengikuti hawa nafsu
mereka belaka.) (QS. Al-Qashash ayat 50)
ﻈﻮا أ َ ْﯾ َﻤﺎﻧَ ُﻜ ْﻢ
ُ َ( َواﺣْ ﻔDan jagalah sumpahmu.) (QS. Al-Maidah ayat 89)
( ِإ ْر َﻛﻌُﻮا َوا ْﺳ ُﺠﺪُوا َوا ْﻋﺒُﺪُوا َرﺑﱠ ُﻜ ْﻢRuku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu.) (QS. Al-Hajj
ayat 77)
Sekarang coba buatlah kalimat menggunakan fi’il amar dengan contoh-contoh yang kami berikan
berikut.
1 ُ أ ُ ْﻧ
ﺼ ْﺮ Tolonglah!
2 ُﻣﺪﱠ Bentangkanlah!
3 ﺻ ْﻦ
ُ Jagalah!
4 أ ُ ْﻏ ُﺰ Sergaplah!
50 Contoh Fi’il Amar
5 أ ُ ْو ُﻣ ْﻞ Berharaplah!
11 ْ ُأ
ﺻﺪُ ْم Benturkanlah!
13 ﺿ ْﻊ
َ Letakkanlah!
16 َﻒ
ْ ﺧ Khawatirlah!
17 ض
َ إِ ْر Ridhalah!
18 ُ ْأُﺣ
ﺴ ْﻦ Baguskanlah!
19 ُ
ط ْﻞ Panjangkanlah!
20 ﺲ
ْ ِإﺟْ ِﻠ Duduklah!
33 أ َ ْﺧ ِﻤ ْﺪ Padamkanlah!
36 أ َ ْﻛ ِﺮ ْم Muliakanlah!
37 ِ أَﻋ
ْﻂ Memberilah!
38 ﻋ ْﺪ
َ ﺗَﺒَﺎ Menjauhlah!
40 ِ إِﺗ ﱠ
ﺼ ْﻞ Kaitkanlah!
45 ْ ِإ
ط َﻤﺌِ ﱠﻦ Tenteramkanlah!
48 ﺗَﺒَ ﱠ
ﺴ ْﻢ Tersenyumlah!
49 ﻋ ِﻘّ ْﻢ
َ Sterilkanlah!
Kesimpulan
Fi’il amr adalah kata yang menunjukkan arti perintah/permohonan kepada seseorang untuk
melakukan apa yang kita kehendaki.
Dalam tata bahasa Arab, fi’il amr (kata perintah) memiliki dua ciri-ciri, yaitu:
Fi’il amr dihukumi mabni secara mutlak, yang mengikuti keadaan akhir fi’il mudhari ketika
menduduki tempat jazm. Sehingga dapat dirinci bahwa tanda mabninya fi’il amr adalah:
1. Mabni sukun, apabila shahih akhir dan tidak bertemu dengan dhamir apapun, tidak pula
dengan nun taukid.
2. Mabni fathah, apabila disambung dengan nun taukid.
3. Mabni hadzfu nun, apabila bertemu alif tasniyah, wawu jamak, dan ya’ mukhathabah.
4. Mabni hadzfu harfi illah, apabila berupa fi’il mu’tal akhir.
Sedangkan tashrif fi’il amr hanya berjumlah enam khusus untuk dhamir mukhatthab.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bentuk kata perintah dalam bahasa Arab hanya berlaku
untuk kata ganti orang kedua mulai dari “ َ ”أ َ ْﻧﺖhingga “”أ َ ْﻧﺘ ُ ﱠﻦ. Semoga mengedukasi dan
menginspirasi.
KATEGORI