Anda di halaman 1dari 16

ISIM DHOMIR

(MUTTASHIL DAN MUNFASHIL)

Disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Bahasa Arab

Dosen Pengampu: M. Sholihin Pranoto, S.S., M.Si

Disusun Oleh:

HANDRA HUMALA DALIMUNTHE


NIM: 0704222057

KELAS BIOLOGI 3
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh
komponen yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia
khususnya para mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami


yakin dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Selasa, 22 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI................................................................................3
2.1 Isim Dhomir...................................................................................................3
2.2 Dhomir Muttashil...........................................................................................4
2.2.1 Pengertian................................................................................................4
2.2.2 Pembagian Dhamir Muttashil.................................................................5
2.2.3 Posisi Mungkin Diisi Dhomir Muttashil.................................................7
2.3 Dhomir Munfasil............................................................................................8
2.3.1 Pengertian................................................................................................8
2.3.2 Pembagian Dhomir Munfashil................................................................9
BAB III KESIMPULAN......................................................................................12
1.1 Simpulan......................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................1

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa Arab merupakan salah satu rumpun bahasa semit yang paling tua
dan tetap eksis sampai sekarang. Kemampuan bahasa Arab tetap eksis sampai
sekarang disebabkan oleh posisinya sebagai bahasa yang dipilih oleh
Allah sebagai bahasa kitab suci Al Qur’an, dan sebagai bahasa agama (dalam
shalat, dzikir, dan doa).1
Bahasa Arab adalah bahasa yang sangat erat dengan unsur-unsur
keagamaan, yaitu agama islam. Bahasa Arab adalah kunci untuk mempelajari
islam karena bersumber-sumber hukum islam semuanya menggunakan bahasa
Arab. Adapun ilmu yang dimaksud yakni Nahwu dan Shorof. Sementara Ilmu
Nahwu adalah tentang pokok-pokokyang dengannya dapat diketahui oleh hal
ihwal kata-kata bahasa Arab dari segi I’rob dan Bina’nya yaitu dari sisi apa
yang dihadapinya dalam keadaan kata- kata itu disusun.
Ilmu nahwu adalah ilmu yang kaidah untuk mengenal fungsi-fungsi kata
yang masuk pada kalimat, mengenal hukum akhir dan untuk mengenal cara
mengi’rob. Ilmu Nahwu adalah ilmu yang dengan kaidah tersebut diketahui
hukum-hukum bahasa Arab baik dalam keadaan tersusun dari segi i’rab bina’
dan sesuatu yang mengikutinya berupa syarat-syarat nawasih (merubah
mubtada dengan khabar) dan terbuangnya ‘aid.
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu nahwu adalah
ilmu yang mempelajari kaidah tata bahasa Arab agar kita dapat mengetahui
hukum-hukum akhir dari kata, baik dari segi susunan (tarkib), i’rab dan
bina’nya, yaitu dari sisi apa yang dihadapinya dalam kata-kata itu disusun.
Adapun tujuan utama penyusunan ilmu Nahwu ialah agar bahasa Arab yang
fasih tetap terjaga sehingga Al Qur’an dan Al Hadits Nabi juga bisa tetap
terjaga dari kesalahan. Disisi lain, ilmu Nahwu juga bisa dipakai untuk
mengungkap keajaiban bahasa Al-Qur’an.
Tidak diragukan lagi bahwasanya bahasa Arab merupakan bahasa yang
1 1
Abd. Wahab Rosyidi dan Mamlu’atun Ni’mah, Memahami Konsep Dasar
Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Maliki Press, Cet.2, 2012), h. 4.
paling utama, paling luas cakupannya dan bahasa Arab dikarenakan bahasa
yang digunakan sejak Nabi Adam A.s. Abdul Malik bin Habib berkata bahwa
bahasa Arab merupakan bahasa yang pertama kali diturunkan kepada nabi
Adam As di surga, juga merupakan bahasa klasik dalam sejarah umat
manusia.
Tidak diragukan lagi bahwasanya bahasa Arab merupakan bahasa yang
paling utama, paling luas cakupannya dan bahasa yang paling baik,
dikarenakan bahasa yang digunakan sejak nabi Adam AS dari Ibnu Abas
meriwayatkan: ”Bahwasanya bahasa nabi Adam AS di surga adalah bahasa
Arab; maka ketika nabi Adam melakukan ma’siat Allah menghilangkan
bahasa Arab, maka nabi Adam berbica dengan Bahasa Suryaniah; ketika nabi
Adam bertaubat Allah mengembalikan Bahasa Arab”.2
Isim dhomir dalam bahasa Indonesia adalah kata ganti. Kata ganti,
sebagaimana diketahui ada 3 yaitu kata ganti orang pertama, kata ganti orang
kedua dan kata ganti orang ketiga. Dhomir adalah bentuk kata ganti orang.
Kata ganti atau dhomir memiliki kelompok kata tersendiri yang dalam ilmu
nahwu disebut isim mabni yaitu isim yang tidak dapat berubah baris akhirnya
walaupun bermacam-macam amil atau kata yang mempengaruhinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan isim dhomir?
2. Bagaimana pembagian pada dhomir muttashil?
3. Bagaimana pembagian pada dhomir munfashil?

2
As- Suyuti, Al- Muzhir Fi Ulumi al- Lughah Wa Anwâihâ, Jilid I, (Bairut:
AlMaktabah Al- Ashriyah, 1986), hlm: 30.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Isim Dhomir


Ilmu nahwu dan Shorof adalah ilmu yang membahas setiap kata dan
penyusunan dalam bahasa arab. Dalam ilmu nahwu terdapat beberapa istilah
yang perlu kita ketahui diantaranya adalah mubtada’, khobar, fi’il, fa’il,
maf’ul, dhomir.
Secara etimologi (bahasa) indonesia, dhomir artinya kata ganti.
Sedangkan menurut terminologi (istilah) dhomir adalah isim ma’rifat yang
berfungsi sebagai kata ganti kalimat (aku, kita, kami, dia, mereka, dan
lainnya).
Dhomir termasuk dalam kelompok isim ma’rifat, yaitu isim yang
menunjukkan sesuatu yang sudah jelas. Dhomir yaitu isim yang menunjukkan
arti kata ganti orang pertama (mutakallim), orang kedua (mukhatab) atau
orang ketiga (ghaib). Didalam kitab Jamiud Durus ‘Arabiyah dijelaskan
bahwa:
Artinya: Dhomir adalah suatu kata yang terdiri dari si pembicara
(mutakallim), orang yang diajak bicara (mukhatab) atau orang yang
dibicarakan (ghaib).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat diketahui bahwa Dhamir adalah
isim/kata yang seorang yang berbicara (mutakallim), orang yang diajak
berbicara (Mukhatab), dan orang yang dibicarakan (ghoib).
Definisi dhomir adalah lafadz yang menunjukkan seseorang perkara
yang memiliki keadaan ghoib atau hadir. Dhomir juga dapat diartikan sebagai
kata ganti orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga. Sementara isim
dhomir sebagai isim mabni yang menunjukkan orang pertama (yang
berbicara), orang kedua (yang diajak bicara) atau orang ketiga (yang
dibicarakan).3 Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa isim dhomir
adalah isim yang berfungsi sebagai kata ganti orang dalam bahasa Arab. Kata
3
Alifa Dzatun Nitho Qoin, “Nomina Permanen (isim mabni) dalam buku
khulashoh Nurul Yaqin, Juz 3 (Analisis Sintaksis)”, (Skripsi, Program studi pendidikan
bahasa Arab Jurusan bahasa dan Sastra Asing, Bahasa dan Senin Universitas Semarang,
2015), h. 19

3
ganti orang tersebut menunjukkan orang pertama, orang kedua, dan orang
ketiga.

Isim dhomir juga berfungsi untuk pengganti atau mewakili penyebutan


sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda atau orang. Dhomir bersifat
mabni (tetap).4
Dhomir adalah “kata ganti”, istilah ini dikenal dalam bahasa Arab dengan tiga
kategori yaitu:
1) Mutakallim yaitu: Dhomir/kata ganti untuk orang pertama, yakni aku dan
kami.
2) Mukhatab yaitu: Dhomir/kata ganti untuk orang kedua, yakni kamu dan
kalian.
3) Ghaib yaitu: Dhomir/kata ganti untuk orang ketiga, yakni dia dan
mereka.
Jadi, dilihat dari aspek perannya sebagai pelaku didalam dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu 1) Orang pertama, 2) Orang kedua dan 3) Orang
ketiga.

2.2 Dhomir Muttashil


2.2.1 Pengertian
ِ َّ‫)ض ِم ْي ٌر ُمت‬
Dhomir Muttashil (‫ ٌل‬L‫ص‬ َ yaitu dhomir yang selalu bersambung
dengan kata (‫ )الكلمة‬setelahnya. Dhomir Muttashil dapat berkedudukan:
1. Rofa’ (‫ )ضمائر رفع متصّل‬sebagai
َ َ‫]ن‬
a) Faa’il (‫ )فاعل‬yaitu ketika bersambung dengan Fi’il (‫)فعل‬. [cth: َ‫ص ْرت‬
b) Isim Kaana dan saudara saudaranya (‫ان و أخواتها‬LL‫م ك‬LL‫ ;)اس‬yaitu ketika
bersambung dengan Kaana dan saudara-saudaranya. [cth: ُ‫] ُك ْنت‬
2. Nashob (‫)ضمائر نصب متصّل‬sebagai
a) Maf’uulun bihi (‫ )مفعول به‬yaitu ketika bersambung dengan fi’il (‫)فعل‬.
[cth: َ‫]ِإيَّاك‬
ّ  ‫م‬LLL‫ )اس‬yaitu ketika
b) Isim Inna dan saudara saudaranya (‫إن و أخواتها‬
bersambung dengan Inna dan saudara saudaranya (‫)إنَّه‬

4
Hakim Taufiqul, Program Permulaan Baca Kitab Kuning, (Jepara: Al-Falah
Mengimbangi 2003), h. 2.

4
3. Jarr/Khofd (‫ ج ّر متصّل‬ ‫)ضمائر‬
a) Susunan Jar-Majrur (‫ )جر و مجرور‬ketika bersambung dengan huruf Jar
(‫)حرف الج ّر‬. [cth: ‫]فِ ْي ِه‬
b) Mudhof ilayh (‫ )مضاف إليه‬ketika bersambung dengan Isim (‫)االسم‬. [cth:
ُ‫] َبلَ ُده‬
2.2.2 Pembagian Dhamir Muttashil
1. Dhamir rafa’ muttasil
yaitu dhamir yang selalu bersambung dengan fi’il, isim khana dan saudara
khana, seperti:5
a) Ta’ Fa’il
Contoh:
‫ﺩﺭﺳﺖ‬ darastu saya telah belajar
‫ﺩﺭﺳﺖ‬ darasta kamu telah belajar (lk.)
‫ﺩﺭﺳﺘﻤﺎ‬ darastumā kamu berdua telah belajar (lk./pr. Dual)
‫ﺩﺭﺳﺘﻢ‬ darastum kamu semua telah belajar ( lk. Jamak)
‫ﺩﺭﺳﺘﻦ‬ darastunna kamu semua telah belajar (pr. Jamak)

b) Nā
Contoh:
‫سنَا‬
ْ ‫َد َر‬ Darasna Kami telah belajar

c) Alif Mutsann
Contoh:
‫ﺩﺭﺳﺎ‬ Darasā mereka berdua telah belajar (lk. Dual)
‫ﺩﺭﺳﺘﺎ‬ Darastā Mereka berdua telah belajar (pr. Dual)
‫ﻳﺪﺭﺳﺎﻥ‬ Yadrisāni mereka berdua sedang belajar (lk. Dual)
‫ﺗﺪﺭﺳﺎﻥ‬ Tadrisāni Mereka berdua sedang belajar (pr. Dual)
‫ﺍﺩﺭﺳﺎ‬ Idrisā belajarlah kamu (lk./pr. Dual)

d) Huruf Waw Jamak


Contoh:
‫درسو‬ Darasū mereka telah belajar
5
Quraish Syihab,Kaidah Tafsir, Syarat, Ketentuan Dan Aturan Yang Patut
AndaKetahui Dalam Memahami Ayat-Ayat Al-Qur’an (Tangerang: Lentera Hati, 2013),61.

5
‫يدرسون‬ Yadrusūna mereka sedang belajar
‫ادرسوا‬ udrusū Belajarlah kamu semua

e) Huruf ya’ untuk orang yang diajak bicara


Contoh :
‫ﺗﺪﺭﺳﻴﻦ‬ tadrisīna kamu berdua sedang belajar (pr. Dual)
‫ﺍﺩﺭﺳﻰ‬ idrisī belajarlah kamu (pr.)

2. Dhamir nashab muttasil


yaitu dhamir mabni yang bersambung dengan fi’il, isim inna dan saudara isim
inna:6
a. Huruf (‫) ي‬ya untuk orang yang berbicara
contoh:
‫( ﺷﻜﺮﻧﻲ‬dia telah berterimakasih kepada saya)
b. Huruf (‫ )نا‬nun,
contoh:
‫( ﺷﻜﺮﻧﺎ‬dia telah berterimakasih kepada kami)
c. Huruf (‫ ) ك‬kaf untuk orang yang di ajak bicara,
contoh:
‫ﺷﻜﺮﻙ‬ syakaraka dia telah berterimakasih kepadamu (lk.)
‫ﺷﻜﺮﻙ‬ syakaraki dia telah berterimakasih kepadamu (pr.),
‫ﺷﻜﺮﻛﻤﺎ‬ syakarakumā dia telah berterimakasih kepadamu berdua (lk.
Pr.)
‫ﺷﻜﺮﻛﻢ‬ syakarakum dia telah berterimakasih kepada kamu semua
(lk.)
‫ﺷﻜﺮﻛﻦ‬ syakarakunna dia telah berterimakasih kepada kamu semua
(pr.)

d. Huruf ha’ untuk orang yang dibicarakan,

6
Imanuddin Sukamto, Tata Bahasa Arab Sistematis (Pendekatan Baru Mempelajari
Tata Bahasa Arab), (Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2007), h.4.

6
contoh:
‫ﺷﻜﺮﻩ‬ syakarahu dia telah berterimakasih kepadanya (lk.),
‫ﺷﻜﺮﻫﺎ‬ syakarahā dia telah berterimaksih kepadanya (pr.),
‫ﺷﻜﺮهما‬ syakarahumā dia telah berterimakasih kepada mereka berdua
(lk.Pr.)
‫ﺷﻜﺮﻫﻢ‬ syakarahum dia telah berterimaksih kepada mereka (lk.),
‫ﺷﻜﺮهن‬ syakarahunn dia telah berterimakasih kepada mereka (lk.)
a

3. Dhamir jar muttasil


adalah dhamir yang bersambung dengan isim dan huruf jar, seperti:
1) Huruf (‫ )ي‬ya’ untuk orang yang berbicara, contoh: ‫ ﻛﺘﺎﺑﻲ‬kitabi (buku
saya)
2) Huruf (‫ )ن‬nun, seperti: ‫ ﻛﺘﺎﺑنا‬kitabuna (buku kami)
3) Huruf (‫ )ك‬kaf untuk orang yang di ajak berbicara,
seperti:
‫ﻛﺘﺎﺑﻚ‬ kitābuka bukumu (lk.),
‫ﻛﺘﺎﺑﻚ‬ kitābuki bukumu (pr.),
‫ﻛﺘﺎﺑﻜﻤﺎ‬ kitābukumā bukumu (lk./pr.dual ),
‫ﻛﺘﺎﺑﻜﻢ‬ kitābukum bukumu ( lk. Jamak),
‫ﻛﺘﺎﺑكن‬ kitābukunna bukumu ( pr. Jamak)

2.2.3 Posisi Mungkin Diisi Dhomir Muttashil


Pada pembahasan berikut akan dijelaskan pengecualian dari posisi-posisi
yg tidak mugkin diisi oleh Dhomir Muttashil (kata ganti yang bersambung),
yaitu:7
1. Jika ‘Amil Dhomir (kata yang mempengaruhi Dhomir) tersebut
sebenarnya mempengaruhi Dhomir lain yang lebih tinggi derajat Ma’rifat-
nya yang Dhomir tersebut posisinya terletak lebih dahulu dan tidak dalam
keadaan Marfu’.

7
Mushtafa Al-Ghulayaini, Jami’ud Durusil Arabiyah (Beirut, Dar al-Kutub al
Islamiyah, 1980), h.116.

7
2. Jika ternyata ‘Amil Dhomir adalah Fi’il biasa, maka penggunaan Dhomir
Muttashil adalah lebih tepat dan lebih kuat dibanding penggunaan Dhomir
Munfashil meskipun kedua-duanya diperbolehkan.
3. Jika ternyata ‘Amil Dhomir adalah Fi’il Nasikh, maka menurut Jumhur
atau kebanyakan ahli Nahwu, penggunaan Dhomir Munfashil adalah lebih
tepat dan lebih kuat dibanding penggunaan Dhomir Muttashil meskipun
kedua-duanya diperbolehkan.
4. Jika ternyata ‘Amil Dhomir adalah Isim, maka yang paling Rojih atau
yang paling kuat dan tepat adalah menggunakan Dhomir Munfashil,
meskipun pada dasarnya, baik Munfashil ataupun Muttashil adalah
diperbolehkan.
5. Jika Dhomir pertama yang terkait dengan masalah ini ternyata dalam
posisi Marfu’ maka Dhomir kedua wajib dibaca dalam bentuk Muttashil.
6. Jika Dhomir kedua yang terkait dengan masalah ini ternyata lebih Ma’rifat
dari Dhomir sebelumnya, maka Dhomir kedua wajib dibaca dalam bentuk
Munfashil.
7. Jika 2 Dhomir yang terkait dengan masalah ini ternyata tingkat Ma’rifat-
nya sama, maka Dhomir kedua wajib dibaca dalam bentuk Munfashil. Hal
ini berlaku selama kedua Dhomir ini bukanlah Dhomir Ghaib (Kata ganti
untuk orang ke-3) yang berbeda bentuknya, seperti apabila salah satunya
tunggal dan yang lain jamak.
8. Jika Dhomir yang dimaksud berada pada posisi Manshub disebabkan oleh
َ‫ َكان‬atau salah satu dari jenisnya.

2.3 Dhomir Munfasil


2.3.1 Pengertian
Munfashil adalah pisah. Artinya tidak bisa bersambung dengan lafadz
apapun. Jadi Dhomir Munfashil yaitu:8

‫ما يصح االبتداء به كما يصح وقوعه بعد اال على كل حال‬

8
Dr. Hamsa, M.Hum, Cara Cepat Menguasai Bentuk Perubahan Dhomir
(Makassar: Cet.1,Gundadarma Ilmu, 2019), h.7

8
Kata ganti atau isim yang digunakan untuk mewakili mutakallim,
Mukhottob, atau Ghoib tetapi tidak bisa disambung dengan kalimah yang lain.
Ia bisa berada pada awal permulaan dan juga bisa berada setelah
lafadz ‫اال‬ dalam keadaan apapun ( baik dalam tingkah syi’ir atau tidak)
Contoh:   ‫انا‬ ‫احبك وما احبك اال‬
“Saya mencintaimu dan tidak ada yang mencintaimu kecuali saya”

2.3.2 Pembagian Dhomir Munfashil


Dhomir Munfashil dilihat dari segi mahal I’rob nya di bagi menjadi 2 (dua):
1. Dhomir Munfashil Marfu’ (mahal rafa’)
Dhomir Munfashil Marfu’ jumlahnya ada 12.
‫وانت والفروع ال تشتبه‬         ‫وذو ارتفاع وانفصال انا هو‬
Dengan rincian sebagai berikut:
 Untuk Mutakallim (orang pertama) ada 2 bentuk dhomir
a. ANA ( ‫انا‬ (   = aku
Digunakan untuk Mutakallim Wahdah (sendirian)
b. Nahnu (‫نحن‬ ) = kami
Digunakan untuk Mutakallim ma’al ghoir (bersama orang lain)
 Untuk Mukhottob (orang yang di ajak bicara) ada 5 dhomir
a. Anta ( ‫انت‬ ) = kamu laki-laki
Digunakan untuk Mufrod Mudzakar (laki-laki satu)
b. Anti ( ‫انت‬ ) = kamu perempuan
Digunakan untuk Mufrod Muannas (perempuan satu)
c. Antuma (‫انتما‬ ) =  kamu (dua) laki-laki/perempuan
Digunakan untuk Mutsanna mudzakar/muannas
d. Antum ( ‫انتم‬ )= kamu laki-laki banyak
Digunakan untuk jamak mudzakar
e. Antunna (  ‫ =)انتن‬kamu perempuan banyak
Digunakan untuk jamak muannas
 Untuk Ghoibah (orang ketiga/yang dibicarakan) terdapat 5 dhomir,
yaitu:

9
a. Huwa (‫هو‬ ) = dia laki-laki satu
Digunakan untuk menunjukkan Mufrod Mudzakar ghoib
b. Hiya (‫هي‬ ) = dia perempuan satu
Digunakan untuk menunjukkan Mufrod Muannas Ghoibah
c. Huma (‫هما‬ ) = dia laki-laki/permpuan dua
Digunakan untuk menunjukkan mutsanna Mudzakar/muannas
Ghoib

d. Hum (‫هم‬ ) = mereka laki-laki


Digunakan untuk menunjukkan jamak Mudzakar ghoib
e. Hunna (‫هن‬ ) = mereka perempuan banyak
Digunakan untuk menunjukkan Jamak Muannas Ghoibah

2. Dhomir Munfashil Manshub


Dhomir Munfashil Manshub sendiri itu juga ada 12.9
‫اياي والتفريع ليس مشكال‬      ‫فى انفصال جعال‬  ‫وذو انتصاب‬
Dengan perincian sebagai berikut:
 Untuk Mutakallim (orang pertama) ada 2 bentuk dhomir
a. Iyyaya (‫إياي‬ ) = aku
Digunakan untuk Mutakallim Wahdah (sendirian)
b. Iyyana (‫ = )إيانا‬kami
Digunakan untuk Mutakallim ma’al ghoir (bersama orang lain)
 Untuk Mukhottob (orang yang di ajak bicara) ada 5 dhomir
a. Iyyaka (‫إياك‬ ) = kamu laki-laki
Digunakan untuk Mufrod Mudzakar (laki-laki satu)
b. Iyyaki (‫ = )إياك‬kamu perempuan
Digunakan untuk Mufrod Muannas (perempuan satu)
c. Iyyakuma (‫= )إياكما‬  kamu (dua) laki-laki/perempuan
Digunakan untuk Mutsanna mudzakar/muannas
d. Iyyakum ( ‫ =)إياكن‬kamu laki-laki banyak
Digunakan untuk jamak mudzakar

9
Dr. Hamsa, M.Hum, Cara Cepat Menguasai Bentuk Perubahan Dhomir
(Makassar: Cet.1, 2019), h.6

10
e. Iyyakunna (‫ = )إياكن‬kamu perempuan banyak
Digunakan untuk jamak muannas
 Untuk Ghoibah (orang ketiga/yang dibicarakan) terdapat 5 dhomir,
yaitu:
a. Iyyahu ( ‫ = )إياه‬dia laki-laki satu
Digunakan untuk menunjukkan Mufrod Mudzakar ghoib

b. Iyyaha (‫إياها‬ ) = dia perempuan satu


Digunakan untuk menunjukkan Mufrod Muannas Ghoibah
c. Iyyahuma ( ‫ = )إياهما‬dia laki-laki/permpuan dua
Digunakan untuk menunjukkan mutsanna Mudzakar/muannas
Ghoib
d. Iyyahum ( ‫ = )إياهم‬mereka laki-laki
Digunakan untuk menunjukkan jamak Mudzakar ghoib
e. Iyyahunna ( ‫ = )إياهن‬mereka perempuan banyak
Digunakan untuk menunjukkan Jamak Muannas Ghoibah

11
BAB III
KESIMPULAN

1.1 Simpulan
 Dhamir adalah isim/kata yang seorang yang berbicara (mutakallim),
orang yang diajak berbicara (Mukhatab), dan orang yang dibicarakan
(ghoib).
 Dhomir Muttashil (‫َّص ٌل‬
ِ ‫)ض ِم ْي ٌر ُمت‬
َ yaitu dhomir yang selalu bersambung
dengan kata (‫ )الكلمة‬setelahnya.
 Dhomir Munfashil ialah kata ganti atau isim yang digunakan untuk
mewakili mutakallim, Mukhottob, atau Ghoib tetapi tidak bisa
disambung dengan kalimah yang lain. Ia bisa berada pada awal
permulaan dan juga bisa berada setelah lafadz ‫اال‬ dalam keadaan
apapun (baik dalam tingkah syi’ir atau tidak)

3.2 Saran
Dengan terbatasnya kemampuan penulis dalam menuliskan makalah ini,
dan jauh dari kata sempurna. Oleh Karena itu, penulis berharap penulisan
makalah selanjutnya dari ini akan lebih bagus dan rinci dengan metode atau
pendekatan yang lebih baik sehingga menghasilkan penulisan yang bagus
dalam Bahasa Arab. Penulis berharap hasil penulisan makalah ini dapat
menambah wawasan para pembaca dan meningkatkan spiritualitas keislaman
dalam kehidupan sehari-hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul Karim

Abd. Wahab Rosyidi dan Mamlu’atun Ni’mah, Memahami Konsep Dasar


Pembelajaran Bahasa Arab (Malang: UIN Maliki Press, Cet.2. 2012).

As- Suyuti, Al- Muzhir Fi Ulumi al- Lughah Wa Anwâihâ, Jilid I, (Bairut:
AlMaktabah Al- Ashriyah, 1986)

Alifa Dzatun Nitho Qoin, “Nomina Permanen (isim mabni) dalam buku
khulashoh Nurul Yaqin, Juz 3 (Analisis Sintaksis)”, (Skripsi, Program
studi pendidikan bahasa Arab Jurusan bahasa dan Sastra Asing, Bahasa
dan Senin Universitas Semarang, 2015)

Hakim Taufiqul, Program Permulaan Baca Kitab Kuning, (Jepara: Al-Falah


Mengimbangi 2003)

Quraish Syihab,Kaidah Tafsir, Syarat, Ketentuan Dan Aturan Yang Patut


AndaKetahui Dalam Memahami Ayat-Ayat Al-Qur’an (Tangerang:
Lentera Hati, 2013)

Imanuddin Sukamto, Tata Bahasa Arab Sistematis (Pendekatan Baru


Mempelajari Tata Bahasa Arab), (Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2007)

Mushtafa Al-Ghulayaini, Jami’ud Durusil Arabiyah (Beirut, Dar al-Kutub al


Islamiyah, 1980)

Dr. Hamsa, M.Hum, Cara Cepat Menguasai Bentuk Perubahan Dhomir


(Makassar: Cet.1,Gundadarma Ilmu, 2019)

Anda mungkin juga menyukai