Anda di halaman 1dari 3

Nama : Novita Dewi Permata

NIRM : 03.06.19.0094
Kelas : 5TB1
Mata Kuliah : Bioteknologi Pertanian
UJIAN AKHIR SEMESTER
1. Ulat grayak (Spodopteralitura) menyerang banyak tanaman seperti jagung, kedelai dan
bawang merah, hama tersebut memiliki musuh alami “Nuclear PolyhidrosisVirus”
sehingga dapat digunakan sebagai bahan aktif biopetisida.
a. Uraikan teknik pembuatan biopestisida Sl NPV?
Jawab :
Perbanyakan Melalui NPV (secara In Invivo): pelihara larva dg vial ,instar 4 (8-10 hari),
diberi pakan buatan atau daun yang sudah diinokulasi NPV. Lalu lakukan Inkubasi
sampai larva mati dan ambil bangkai larva serta simpan di freezer. Untuk 1000 bangkai
ulat ditambah air 500 ml dihaluskan dengan blender, kemudian di saring 3 kali.
Suspensi NPV yang sudah didapatkan dilakukan standarisasi 6 x 100.000.000.000
PIB/ml. Lalu untuk mengubahnya dalam bentuk Wetable Powder (WP) dilakukan
penambahan bahan pembawa kaolin atau laktosun dan ditambah ajuvan dengan takaran
300 g/ha /aplikasi. Suspensi NPV yang sudah distandarisasi tadi disiapkan dengan 400
suspensi NPV di tambah 300 g lactosum diaduk sampai menjadi pasta kemudian aduk
dengan mixer selama 15 menit. Tuangkan jus kedalam nampan dengan ketebalan 2- 2,5
mm dan kering anginkan selam 3 – 4 hari. Setelah mengering lakukan penumbukan
hingga diperoleh tepung halus. Serta Masukan dalam kemasan dan siap untuk
diaplikasikan.
b. Uraikan teknik standarisasi mutu Sl NPV?
Jawab :
1) Kerapatan spora
Kerapatan spora hasil perbanyakan jamur M anisopliae harus memiliki kerapatan
spora minimal 1.000.000 spora/gram biomas , penghitungan dilakukan dengan
pengenceran spora dan dihitung dengan alat haemocytometer
2) Viabilitas Spora
Spora hasil perbanyakan M anisopliae pada medium alami harus memiliki
kemampuan berkecambah pada medium buatan (PDA) minimal 90 persen, dengan
cara menabur larutan spora pada petridish yang telah berisi PDA (dari agar tegak)
dan diamati dengan mikroskup setiap 6 jam selama 2 hari
3) Daya phatogenisitas
Jamur hasil perbanyakan M anisopliae harus memiliki daya bunuh ( pathogeni sitas
) sebesar 100 persen dalam waktu uji selama 21 hari, dgn cara mencampur medium
alami yang ditumbuhi jamur dan permukaannya telah dipenuhi spora sebanyak 3
gram dengan medium (steril) larva kumbang kelapa dan dimasukan dalam bok
pemeliharaan larva, 1 bok berisi 1 larva , perlakuan diulang 30 kali dan dila kan
pengamatan tiap hari selama 21 hari, dan dicatat berapa waktu ( diketahui larva
sudah tidak bergerak/mati karena terserang M anisopliae)
4) Lethal Dose -50 dan lethal Time -50
Letal Dose -50 merupakan banyaknya pestisida yang diperlukan sehingga ½ dari
jumlah hewan uji ( misal 50 ekor) mati /terbunuh Lethal Time-50 merupakan
besarnya waktu yang diperlukan sehingga ½ dari jumlah hewan uji (misal 50 ekor)
mati/terbunuh Untuk mengetahui LD-50 dan LT-50 harus dilakukan serangkaian
seri pengujian
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penanda genetik (penanda molekuler)? Apa saja
manfaatnya dalam bidang pertanian?
Jawab :
Penanda genetik (penanda molekulerr) juga disebut dengan penanda, marker, marka, atau
markah genetik, merupakan penciri individu yang menunjukkan genotipe suatu individu.
Manfaat penanda genetik bidang pertanian seperti: pembuatan peta genetik, Seleksi
berbantuan marker (markerassisted selection, MAS), Deskripsi keanekaragaman genetik,
Analisis kekerabatan (taksonomi), Pengujian kemurnian genetik.
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)? Uraikan
tahapan dalam proses PCR!
Jawab :
PCR adalah Suatu teknik atau metode perbanyakan (replikasi) DNA secara enzimatik tanpa
menggunakan organisme.
Tahapan dalam proses PCR ada tiga yaitu :
1. Tahap peleburan (melting) atau DENATURASI. Pada tahap ini, ikatan hidrogen DNA
terputus (denaturasi) dan DNA menjadi berberkas tunggal. Tahap ini berlangsung pada
suhu tinggi, yaitu 94–96 °C. Biasanya, pada tahap awal PCR, tahap ini dilakukan agak lama
(sampai 5 menit) untuk memastikan semua berkas DNA terpisah. Pemisahan ini
menyebabkan DNA tidak stabil dan siap menjadi template ("patokan") bagi primer. Durasi
tahap ini 1–2 menit.
2. Tahap penempelan atau ANNEALING. Primer menempel pada bagian DNA template
yang komplementer urutan basanya. Ini dilakukan pada suhu antara 45–60 °C. Penempelan
ini bersifat spesifik. Suhu yang tidak tepat menyebabkan tidak terjadinya penempelan atau
primer menempel di sembarang tempat. Durasi tahap ini 1–2 menit.
3. Tahap pemanjangan atau ELONGASI. Suhu untuk proses ini tergantung dari jenis DNA
polimerase yang dipakai. Dengan Taq-polimerase, proses ini biasanya dilakukan pada suhu
76 °C. Durasi tahap ini biasanya 1 menit.
Setelah tahap 3, siklus diulang kembali mulai tahap 1

Anda mungkin juga menyukai