Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRA DAUN JATI

(Tectona grandis Linn. f) DALAM PAKAN TERNAK

OLEH : LIANA WULANDARI


NIM: 236050100111014
KELAS: A

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Daun jati merupakan bagian dari pohon jati yang memiliki kandungan nutrient cukup
baik dan berpotensi sebagai pakan ternak. Daun jati dapat mengantikan limbah pertanian dan
hijauan terutama saat musim kemarau serta sebagai feed additive. Akan tetapi, pemberian
daun jati tidak bisa diberikan secara langsung karena memiliki zat anti nutrisi tanin, tidak
semua ternak dapat tahan terhadap zat anti nutrisi sehingga pemberian daun jati perlu
pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan daun jati selama ini dapat dilakukan melalui tiga
acara yaitu dengan metode ekstraksi, penepungan, dan fermentasi. Hasil dari ketiga metode
tersebut berbeda-beda sesuai tujuan pengolahannya. Penggunaan daun jati baik difermentasi,
dimanfaatkan sebagai ekstrak dan tepung berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenak
(Fitriyah dkk., 2021)

Pakan yang berkualitas diperlukan untuk menunjang performa ternak yang optimal.
Upaya peningkatan kualitas pakan salah satunya adalah dengan ditambahnya additive dalam
pakan (Haryuni dkk., 2017). Pada umumnya penambahan additive pakan dapat berupa
antibiotik, prebiotik, probiotik, enzim, asam organik, fitobiotik atau bioaktif tanaman dan
minyak esensial (Magdalenaet al., 2014). Feed additive berupa antibiotik secara luas telah
digunakan oleh peternak ayam petelur untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan,
meningkatkan produksi dan menjaga kesehatan ternak.

Penepungan Daun Jati, Teknologi penepungan adalah salah satu metode pengolahan
yang menghasilkan produk setengah jadi. Penepungan bertujuan untuk memudahkan
pencampuran sebagai bahan pangan. Keunggulan dari bahan yang diolah menjadi tepung
yaitu lebih mudah dalam penyimpanan, umur simpan lebih lama, penggunaanya lebih luas,
lebih mudah difortifikasi, dan lebih mudah bercampur dengan bahan lain (komposit).
Pembuatan tepung daun jati oleh (Edi et al., 2018) yaitu dengan proses pelayuan terlebih
dahulu selama 24 jam, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 45℃ sealam 36 jam dan
digiling menjadi tepung hingga ukuran 60 mesh.

Salah satu alternaif yang dapat mengatasi ketersediaan pakan yaitu memanfaatkan
limbah hutan tanaman jati (Tektona grandis). Daun jati melimpah produksinya dan belum
dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh karena itu perlu melakukan pengolahan pakan ternak
dengan bahan dasar daun jati sebagai pakan hijaun alternative untuk ternak sapi. Kandungan
Protein kasar daun jati 5,05% dan serat kasar 31,02%. Rendahnya kadar protein dan serat
kasar daun jati (Tektona grandis) menjadi factor pembatas sebagai pakan, oleh karena itu
dilakukan pengolahan pakan. Silase daun jati dengan mengkombinasikan dengan gamal dapat
memperbaiki kualitas pakan daun jati. Silase merupakan teknologi pengolahan pakan dengan
metode fermentasi yang dapat menurunkan kadar serat pakan.

1.2 Rumusan masalah

Ketersediaan pakan terbatas karena semakin sempitnya lahan. Salah satu hasil hutan
yang melimpah dan belum dimanfaatkan yaitu dau jati (Tektona grandis). Pembatas daun jati
(Tektona grandis) sebagai pakan yaitu tingginya serat dan rendah protein. Silase merupakan
teknologi pengolahan pakan yang membutuhkan waktu berlangsung proses fermentasi akan
berdampak pada penguraian atau penambahan nutrien dalam media fermentasi. Silase dengan
lama penyimpanan tertentu nilai nutrisi akan optimal, namun apakah silase daun jati dengan
lama fermentasi tertentu dapat meningkatkan nilai nutrisinya ?

1.2 Tujuan

Uraian pada latar belakang di atas memunculkan rangkaian penelitian yang bertujuan:

1) Mengkaji perbaikan nilai nutrisi daun jati sebagai pakan dalam bentuk sisalase dengan
lama yang berebeda.

2) Mengamati potensi kandungan nutrient silase pakan lengkap berbahan dasar daun jati
(Tektona grandis) dapat dijadikan pakan sapi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kandungan Daun Jati

Daun jati memiliki kandungan senyawa flavanoid dan sembilan senyawa asam fenolat atau
tanin. Dalam jumlah yang tidak melebihi tingkat optimum tanin memiliki efek positif, yaitu sebagai
senyawa untuk menghindari terjadinya bloat pada ternak dan membantu usus untuk mencerna dan
menyerap protein secara langsung (by pass protein), caranya dengan membentuk ikatan tanin-protein
yang dapat mencegah degradasi protein di dalam rumen. Kandungan nutrisi daun jati (Tektona
grandis) yaitu serat kasar 31.02%, protein kasar 5.05%, lemak kasar 0.6%, BETN 37.56%, dan abu
20.74%. Daun jati kadar bahan kering 89,21%, bahan organic 78,08%, protein kasar 6,73% dan
BETN 34,46%

2.2 Pembuatan Silase

Pembuatan silase membutuhkan waktu untuk berlangsungnya proses fermentasi yang


akan berdampak pada penguraian atau penambahan nutrien dalam media fermentasi
Selanjutnya dinyatakan bahwa penguraian nutrien terjadi akibat adanya enzim ekstrasellular
yang dihasikan oleh mikroba yang dapat mendegradasi nutrien, sebaliknya peningkatan
nutrien dapat terjadi akibat terbentuknya produk fermentasi misalnya asam lemak atau akibat
perkembangan mikroba di dalam media fermentasi, sehingga bioamssa mikroba akan
bertambah. Pada pembuatan silase, proses fermentasi akan berjalan sampai terjadi akumulasi
asam laktat dan terjadi kondisi asam dalam media fermentasi (silase menjadi matang).. Hal
yang diharapkan dari proses fermentasi untuk menghasilkan silase pakan lengkap adalah
meningkatnya nutrien, terutama kandungan protein bahan, tetapi degradasi bahan seminimal
mungkin. Proses ensilase diharapkan tidak mengurangi biomassa silase, namun
memungkinkan terjadinya peningkatan nutrien pakan akibat proses fermentasi.

kandungan bahan kering pakan lengkap yang berbahan dasar daun jati putih pada
penyimpanan 0 minggu 76.48%, 2 minggu 75.96%, 4 minngu 74.78%, 6 minggu 73.80%.
semakin lama penyimpanan bahan kering semakin menurun hal tersebut terjadi perombakan
kandungan nutrisi dan disebabkan meningkatnnya asam laktat serta kandungan air. Dimana
kandungan air tinggi, kandungan bahan kering akan turun. Peningkatan protein pada pakan
yang dibuat silase karena jumlah mikroba, karena mikroba merupakan sumber protein sel
tunggal yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil silase.
DAFTAR PUSTAKA

Haryuni, Widodo, E., & Sudjarwo, E., (2017). Efek penambahan jus & daun sirih (Piper
bettle linn) sebagai aditifpakan terhadap peforma ayam petelur. Jurnal Riset & Konseptual,
2(4), 429-433.

http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/22339/2/C031181301_skripsi_22-08-
2022%201-2.pdf

https://proceedings.polije.ac.id/index.php/animal-science/article/view/242

yanuartono, yanuartono, Purnamaningsih, H., Indarjulianto, S., & Nururrozi, A. (2017).


Potensi jerami sebagai pakan ternak ruminansia. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan, 27(1), 40–62.
https://doi.org/10.21776/ub.jiip.2017.027.01.05

Magdalena, S., Natadiputri, G. H., Nailufar, F., & Purwadaria, T. (2014). Utilization of natural products
as functional feed. Wartazoa. Indonesian Bulletin of Animal & Veterinary Sciences, 23(1), 31–40.
Cervantes, H. M. (2012). The future of antibiotic growth promoters in poultry production. In Worlds
Poultry Congress, XXIV.

Anda mungkin juga menyukai