Anda di halaman 1dari 17

TEKNOLOGI TEPAT GUNA

DALAM PELAYANAN KEHAMILAN

A. TEKNOLOGI TEPAT GUNA


Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan
bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi tepat guna adalah suatu alat
yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan fungsinya. Selain itu,
teknologi tepat guna atau yang disingkat dengan TTG adalah teknologi yang digunakan
dengan sesuai (tepat guna). Ada yang menyebutnya teknologi tepat guna sebagai teknologi
yang telah dikembangkan secara tradisional, sederhana dan proses pengenalannya banyak
ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat tertentu.
Secara teknis TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan teknologi maju.
Oleh karena itu aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga merupakan dimensi yang harus
diperhitungkan dalam mengelola TTG. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna
haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak
polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi
banyak limbah dan mencemari lingkungan.
Dengan demikian teknologi tepat guna mempunyai kriteria yang dapat dikatan sebagai
TTG, yaitu:
1. Apabila teknologi itu sebanyak mungkin mempergunakan sumber-sumber yang tersedia
banyak di suatu tempat.
2. Apabila teknologi itu sesuai dengan keadaan ekonomi dan sosial masyarakat setempat.
3. Apabila teknologi itu membantu memecahkan persoalan/ masalah yang sebenarnya
dalam masyarakat, bukan teknologi yang hanya bersemayam dikepala perencananya.
4. Suatu yang harus diperhatikan bahwa, masalah-masalah pembangunan boleh jadi
memerlukan pemecahan yang unik dan khas, jadi teknologi-teknologi tersebut tidak
perlu dipindahkan ke negara-negara atau kedaerah lain dengan masalah serupa. Apa yang
sesuai disuatu tempat mungkin saja tidak cocok di lain tempat. Maka dari itu tujuan TTG
adalah melihat pemecahan-pemecahan terhadap masalah-masalah tertentu dan
menganjurkan mengapa hal itu sesuai.
B. KEHAMILAN
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).( Prawirohardjo, 2014 : 213 )
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari : ovulasi,
migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada
uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.
(Manuaba,2012 :75 ).
Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, yaitu: Triwulan I (0 – 14 minggu), Triwulan II
(14 – 28 minggu) dan Triwulan III (29 – 40 minggu).
1. Trimester I antara 0-14 minggu
Pada Trimester I, calon ibu akan melakukan sejumlah penyesuaian. Kebutuhan
penambahan gizi pada Trimester ini masih relatif kecil. Hal itu dimungkinkan karena
pertumbuhan janin yang masih lambat. Trimester I merupakan masa penting bagi ibu
menginvestasikan zat gizi sebanyak-banyaknya. Setiap sari pati makanan yang
disantap pada Trimester I akan dijadikan cadangan untuk Trimester berikutnya.
2. Trimester II antara 14 -28 minggu
Pada Trimester II janin mulai tumbuh pesat. Trimester II ini bisa dikatakan sebagai
kontak antara bayi dan ibu, dimana adanya gerakan janin yang mulai dapat dirasakan,
morning sickness mulai berlangsung hilang, Trimester II bisa dikatakan sebagai
periode yang paling menyenangkan, karena ibu merasa nyaman.
3. Trimester III antara 28 –40 minggu
Pada Trimester III ini ibu membutuhkan vitamin dan mineral. Hal ini diperlukan
untuk mengimbangi pesatnya pertumbuhan tubuh dan pembentukan otak janin.
Pasalnya, selama proses pertumbuhan yang pesat ini, janin memanfaatkan cadangan
energi yang disimpan ibu pada masa-masa kehamilan sebelumnya. Penting
diperhatikan bahwa pada Trimester III ini ibu hamil cenderung terkena anemia, ini
terjadi karena janin menimbun cadangan zat besi untuk ketahanan dirinya pada bulan
pertama sesudah lahir.
C. OBAT DAN VAKSIN PADA KEHAMILAN
1. Vaksin
Imunisasi yang dilakukan sebelum dan selama kehamilan merupakan tindakan
preventif untuk meningkatkan kekebalan tubuh ibu terhadap infeksi parasit, bakteri, dan
virus. Pemberian vaksin dari virus yang hidup tidak dianjurkan. Karena, selama hamil daya
tahan tubuh ibu sedikit menurun sehingga pemberian vaksin hidup dikhawatirkan malah
menyebabkan infeksi dan membahayakan janin. Imunisasi boleh diberikan jika vaksinnya
mengandung virus mati atau tidak aktif. Pemberian vaksinasi untuk ibu hamil adalah atas
dasar pertimbangan bila penyakit infeksi yang ingin dicegah itu mempunyai kemungkinan
besar bisa menginfeksi ibu hamil dan efek jelek dari penyakit tersebut adalah sedemikian
buruknya, misal menimbulkan cacat bawaan janin yang melebihi “kemungkinan efek jelek”
yang mungkin disebabkan oleh vaksin itu sendiri.
Vaksin yang diberikan kepada calon ibu yang akan hamil bertujuan sebagi berikut:
a. Vaksinasi pada awal atau sebelum kehamilan berlangsung, tujuannya adalah untuk
mencegah agar supaya selama kehamilan berlangsung, maka ibu akan terhindar dari
beberapa penyakit yang bila diderita oleh ibu yang sedang hamil, akan menyebabkan
cacat fisik bawaan bagi janin yang nanti dilahirkan, misalnya cacat fisik dan kelainan
bayi yang disebut “congenital rubella syndrome“, yang terjadi pada ibu sedang hamil
dan mendapatkan infeksi virus rubella, yang sebenarnya dapat dicegah dengan
vaksinasi MMR pada ibu yang merencanakan akan hamil. Juga jangan dilupakan
vaksin tetanus untuk calon ibu untuk mencegah infeksi kuman tetanus melalui tali
pusat bayi atau “tetanus neonatorum” yang sangat tinggi angka kematiannya pada
bayi.
b. Pada saat kehamilan berkangsung, diberikan vaksin untuk mencegah si ibu hamil
terhindar dari penyakit infeksi pernafasan seperti penyakit influenza yang banyak
terdapat sekeliling kita. Dengan pemberian vaksin influenza ini, maka kita dapat
mencegah keguguran janin atau aborsi, atau janin lahir prematur, atau bayi lahir
dengan berat badan lahir yang rendah dan lain-lain hal buruk pada ibu dan janinnya,
akibat pengaruh buruk dari penyakit influenza yang diderita si ibu selama kehamilan.
c. Setelah bersalin dan kehamilan telah selesai, maka si ibu masih perlu diberikan atau
mengulang vaksin untuk mencegah batuk rejan atau pertusis atau “batuk seratus hari“.
Dari penelitian yang dilakukan para ahli kedokteran, terbukti bahwa ibu merupakan
sumber infeksi utama penyakit batuk rejan untuk bayi mereka, setelah itu baru orang
tua dan saudara yang ada disekeliling bayi tersebut,yang akan menjadi sumber yang
potensial untuk menularkan penyakit batuk rejan kepada bayi yang baru lahir ini.
Macam-Macam Vaksin :
1. Vaksin Rubella atau campak Jerman
Infeksi campak Jerman bisa menyebabkan janin dalam kandungan menderita cacat fisik
yang serious dan berlangsung seumur hidup sang bayi, atau bahkan meninggal sewaktu
masih dalam kandungan atau segera setelah dilahirkan. Periksalah diri apakah Anda telah
mengandung zat antibody terhadap penyakit ini sebelum menjadi hamil.
Umumnya kita semua pernah mendapatkan vaksinasi MMR semasa kecil, namun karena
telah begitu lama vaksinasi itu pernah kita terima, sehingga ada kemungkinan zat
antibody kita sudah hampir tidak ada lagi dalam tubuh kita, akibatnya tubuh kita sudah
tidak kebal lagi terhadap infeksi virus ini, dan invasi virus ini menyebabkan infeksi
sewaktu kita sedang hamil dan menimbulkan cacat fisik bawaan bagi janin yang sedang
dikandungan, bahkan kematian janin sebelum atau sewaktu dilahirkan. Ini yang dikenal
sebagi Congenital Rubella Syndrome Seandainya Anda harus mendapatkan vaksinasi
ulangan vaksin MMR, maka vaksinasi MMR ini harus dilakukan sebelum Anda menjadi
hamil, atau tepatnya minimal satu bulan atau bahkan lebih setelah vaksinasi MMR
dilakukan Anda TIDAK BOLEH MENJADI HAMIL.
2. Vaksin Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus, penyakit ini
bisa mengakibatkan kerusakan hati berat seperti hati yang mengeras atau sirosis hati dan
bahkan kanker hati dan menyebabkan kematian pada akhirnya. Sebelum menjadi hamil,
seharusnya calon ibu memeriksakan diri untuk memastikan bahwa dirinya tidak sedang
terinfeksi dengan virus Hepatitis B. Karena untuk bayi yang lahir ini akan terinfeksi juga
dari ibu yang positif terinfeksi virus Hepatitis B, maka begitu bayi dilahirkan, kita harus
segera memberikannya vaksin Hepatitis B ditambah dengan zat immunoglobulin anti
Hepatitis B, untuk melawan infeksi virus Heppatitis B dari ibunya.
3. Vaksin Pertusis (batuk rejan atau batuk seratus hari)
Batuk rejan atau pertusis adalah salah satu jenis penyakit yang mudah bisa dicegah
dengan vaksinasi. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang sangat mudah menyebar
dari satu orang ke orang lain melalui kontak fisik, atau sewaktu batuk dan bersin .
Penyakit ini bisa menjadi sedemikian beratnya bagi bayi, bayi akan batuk-batuk hebat,
hingga terjadi sesak nafas dan pada bayi yang masih sangat muda, penykait ini bisa
menyebabkan kematian. Gangguan pernafasan ini menjadi salah satu penyebab utama
bayi harus dirawat secara intensif dirumah sakit. Bayi mendapatkan infeksi bakteri ini
dari angggota keluarga yang tinggal bersamanya, misalnya dari kakak-kakanya atau dari
orang tuanya atau kakek nenek yang tinggal serumah dengan mereka, yang orang-orang
tersebut bahkan tidak sadar bahwa mereka menjadi sumber penularan penyakit batuk
rejan ini bagi bayi mereka.
Wanita hamil yang belum pernah mendapatkan Vaksin Tdap baik sebelum hamil, atau
sedang hamil atau setelah melahirkan harus diberikan Vaksin Tdap ini untuk mencegah
penularan batuk rejan bagi bayi mereka. Demikian juga anggota keluarga dekat atau
yang merawaat bayi harus diberikan vaksinasi Tdap ini sebelumnya. Ini yang dikenal
sebagai “cocoon strategy“, yaitu memvaksinasi naggota keluarga agar menjadi kebal
sehingga bisa mencegah transmisi penyakit infeksi batuk rejan untuk bayi yang baru
dilahirkan.
4. Vaksin Influenza
Vaksin ini aman dan sangat penting untuk wanita hamil sepanjang waktu musim
penyakit influenza, karena wanita hamil bila menderita penyakit influenza akan
mendapatkan komplikasi yang serius baik bagi dirinya sendiri juga bagi janin yang
sedang dalam kandungan. Misalnya ada kemungkinan terjadi kelahiran prematur, bayi
lahir dengan berat badan rendah, dan komplikasi serius lainnya. Vaksinasi influenza
untuk wanita hamil bisa diberikan kapan saja sepanjang waktu kehamilan berlangsung.
Sedangkan vaksinasi influenza bagi bayi adalah setelah bayi berusia 6 bulan atau lebih,
demi menjaga bayi jangan sampai terkena penyakit infleunza, maka sangat dianjurkan
vaksinasi influenza bagi anggota keluarga atau yang merawat bayi tersebut. Vaksinasi
influenza sebaiknya diulang setiap tahun untuk melindungi diri kita terhadap infeksi
virus influenza.
5. Vaksin Tetanus
Penyakit tetanus adalah sangat berbahaya bagi bayi yang baru dilahirkan (tetanus
neonatorum) dan juga bagi wanita hamil, dengan angka kematian yang tinggi. Untuk
mencegah hal ini, maka setiap wanita yang menikah dan akan menjadi hamil, sangat
dianjurkan untuk mendapatkan imunisasi vaksin Tetanus ini, untuk memproteksi dirinya
sendiri disaat melahirkan juga melindungi bayinya yang baru dilahirkan. Jenis vaksinnya
bisa dalam bentuk vaksin Tdap atau bentuk TT (tetanus toksoid).
Sebagai panutan umum, bahwa setiap vaksin yang mengandung antigen hidup yang
dilemahkan (life attenuated vaccines) adalah KONTRA INDIKASI bagi wanita hamil,
karena resiko (meskipun secara teoritis dan kebenarannya belum terbukti) kemungkinan
transmisi virus atau bakteri yang berasal dari vaksin ke janin dan terjadi gangguan
perkembangan janin.
Berikut ini adalah jenis vaksin hidup yang dilemahkan (life attenuated vaccines) yang
tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, kecuali dalam keadaan luar biasa atau
keadaan darurat medis :
Jenis vaksin yang tidak boleh diberikan kepada wanita hamil:
a. Vaksin influenza hidup (bentuk vaksin influenza semprot hidung), bentuk vaksin
influenza ini belum beredar di Indonesia
b. Oral Polio Vaccine (OPV), vaksin polio tetes kedalam mulut
c. Vaksin yang mengandung antigent virus campak
d. Vaksin yang mengandung antigent virus gondongan
e. Vakisn yang mengandung antigent virus campak Jerman
f. Vaksin MMR yang mengandung antigent virus campak, campak Jerman dan
gondongan
g. Vaksin cacar air Variola
h. Vaksin typhus oral yang mengandung bakteri hidup yang dilemahkan (Ty21a)
i. Vaksin Varicella dengan antigent virus hidup yang dilemahkan
j. Vaksin Demam Kuning atau Yellow fever

2. Obat
Perempuan hamil tidak boleh sembarangan mengonsumsi obat meski ada beberapa
obat yang aman untuk dikonsumsi. Biasanya obat aman itu direkomendasikan oleh dokter.
Obat untuk perempuan hamil dikategorikan sesuai dengan prosedur keselamatan dan sesuai
dengan trimester kehamilan. Ada kategori yang aman dan berbahaya. Inilah kategori obat ibu
hamil
a. Obat hamil kategori A
merupakan obat paling aman dikonsumsi selama kehamilan, bahkan aman untuk
trimester pertama. Contoh: Vitamin B6, Asam Folat, dan obat Tiroid
b. Obat hamil kategori B
merupakan obat yang sering dikonsumsi perempuan hamil tanpa menyebabkan
kerusakan atau efek samping. contoh: Antipiretik seperti Accetaminophen,
Antidiabetics seperti Amoksisilin dan sefalosporin, Antikonvulsan seperti Magnesium
Sulfat, Prednisolon, Damotidine
c. Obat hamil kategori C
merupakan obat hamil yang hanya digunakan jika diperlukan
d. Obat hamil kategori D
merupakan Obat dapat memengaruhi perkembangan janin. Contoh: alkohol, lithium,
dan phenytoin
e. Obat hamil kategori X
Merupakan paling berbahaya dikonsumsi perempuan hamil karena dapat menyebabkan
cacat lahir. Contoh: thalidomide, salisilat, dan Asprin. Jika obat-obat ini dikonsumsi
pada trimester terakhir dapat meningkatkan risiko perdarahan
f. Obat yang harus dihindari
Contohnya : Ciprofloxacin dan Flukonazol

D. ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM KEHAMILAN


1. Fetal Doppler
Adalah merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi denyut jantung bayi, yang
menggunakan prinsip pantulan gelombang elektromagnetik, alat ini adalah sangat berguna
untuk mengetahui kondisi kesehatan janin, sangat disarankan untuk dimiliki dirumah sebagai
deteksi harian, selain aman juga mudah dalam penggunaannya serta harga yang sangat
terjangakau untuk dimiliki.

2. Staturmeter
Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini adalah sangat
sederhana pada disainnya karena hanya ditempelkan pada tembok bagian atas dan ketika akan
digunakan hanya perlu untuk menariknya sampai ke bagian kepala teratas, sehingga dapat
diketahui tinggi badan orang tersebut.
3. Eye Protector Photo Therapy
Adalah alat bantu yang digunakan untuk melindungi bagian mata bayi pada saat
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan sinar X-ray atau jenis pemeriksaan lain yang
menggunakan media sinar agar tidak menggangu pengelihatan bayi yang akan diperiksa.

4. Menggunakan stetoskop (stethoscope).


Stetoskop adalah symbol alat kesehatan yang paling umum dan hampir tak
tergantikan. Aneh rasanya seorang tenaga medis memeriksa pasien tanpa alat stetoskop.
Fungsi stetoskop adalah untuk memperkuat suara internal dalam tubuh kita seperti jantung
dan paru-paru.
5. Menggunakan Pinard Horn (bentuknya seperti terompet).
Pinard horn adalah alat yang terbuat dari kayu dan digunakan pada jaman dulu untuk
mendengar jantung bayi. Bagian datar yang lebar ditempatkan pada telinga suami, dokter atau
bidan, sedangkan bagian ujung yang menyerupai cerobong ditempelkan pada perut ibu hamil.
Penggunaan pinard horn juga baru bisa dilakukan setelah janin berusia 18 – 20 minggu.
Sekalipun alat ini sederhana tapi masih ada yang menggunakan.

6. Fetal doppler Sunray


Fetal doppler Sunray adalah salah satu jenis dan merk doppler yang digunakan untuk
mengetahui denyut jantung janin dalam kandungan, fetal doppler ini sangat praktis digunakan
baik secara pribadi atau digunakan oleh kalangan paramedic.
7. Alat Pengukur Panjang Bayi
Alat Pengukur Panjang Bayi adalah merupakan peralatan sederhana yang biasa
digunakan oleh bidan dan petugas posyandu, untuk mengetahui perkembangan tinggi bayi
dari waktu ke waktu, terbuat dari kayu dengan mistar yang mudah dibaca.
8. Breast Pump
Breast Pump biasa digunakan oleh para ibu yang berkarier diluar rumah, agar ASI
tidak terbuang dengan percuma, sehingga bayi tetap bisa mendapatkan ASI dari bundanya.

9. Reflek Hammer / Reflek Patela


Reflek Hammer / Reflek Patela sejenis hammer yang dilapisi dengan karet yang
digunakan untuk mengetahui respon syaraf dari anggota tubuh biasanya kaki.
10. Umbilical Cord Clem Nylon
Umbilical Cord Clem Nylon adalah merupakan alat yang digunakan untuk menjepit
tali pusar bayi sesaat setelah bayi dilahirkan

11. Tourniquet
Tourniquet adalah alat bantu yang digunakan untuk sarana pendukung pada
pengambilan darah, pada umumnya dilingkarkan pada lengan tangan saat akan dilakukan
pengambilan darah, agar darah bisa lebih mudah untuk diambil.

E. PROCEDUR : SCREENING DAN DETEKSI DINI


Pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan secara teratur.
Hal ini bertujuan untuk menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama
dalam kehamilan, persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat. Selain
itu juga untuk mendeteksi dini adanya kelainan, komplikasi dan penyakit yang biasanya
dialami oleh ibu hamil sehingga hal tersebut dapat dicegah ataupun diobati. Dengan demikian
maka angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dapat berkurang.
1. Pemeriksaan Kehamilan Dini (Early ANC Detection)
Idealnya wanita yang merasa hamil bersedia untuk memeriksakan diri ketika haidnya
terlambat sekurang-kurangnya 1 bulan. Dengan demikian, jika terdapat kelainan pada
kehamilannya tersebut akan lekas diketahui dan segera dapat diatasi. Oleh karena itu, setiap
wanita hamil sebaiknya melakukan kunjungan antenatal sedikitnya 1 kali pada trimester 1
(sebelum minggu ke 14).

Tujuan pemeriksaan dini pada awal kehamilan adalah :


a. Kemungkinan hamil
b. Menetukan usia kehamilan
c. Melakukan deteksi adanya faktor resiko dan komplikasi pada kehamilan
d. Perencanaan penyuluhan dan pengobatan yang diperlukan
e. Melakukan rujukan dan kolaborasi bila kehamilan mengalami komplikasi dan faktor
resiko yang memungkinakan komplikasi terjadi

Faktor resiko yang berhubungan dengan kehamilan, yaitu :


a. Perdarahan pervaginam
b. Hipertensi (kenaiakan sistole 30 mmHg & diastole 15 mmHg)
c. Kenaikan atau penurunan BB > 13 kg atau < 9 kg selama kehamilan atau kenaikan <
½ kg/minggu pada triwulan akhir kehamilan
d. Oedema (terutama pada wajah dan kelopak mata)
e. Pusing dan pandangan berkunang-kunang
f. Kehamilan ganda (kembar)
g. IUFD
h. Usia kehamilan < 37 minggu atau > 42 minggu
i. Ibu hamil dengan penyakit menahun
j. Primigravida dengan penurunan kepala belum masuk PAP pada akhir kehamilan
k. Proteinuria (++)
l. Muntah berlebihan
m. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu banyak penyulit.

Faktor resiko lain yang berada di luar kehamilan, meliputi ;


a. Usia ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
b. Pendidikan ibu rendah
c. Paritas > 5
d. Mempunyai riwayat penyakit menahun / infeksi
e. Jarak antara 2 kehamilan < 2 tahun
f. Riwayat kematian janin/bayi/anak > 1
g. Persalinan preterm

2. Kontak Dini Kehamilan Trimester I


Deteksi dini terhadap tanda bahaya kehamilan dilakukan minimal 4 kali selama
kehamilan, dengan penilaian sebagai berikut :
a. Pada trimester pertama 1x dengan kriteria tanda bahaya yaitu :adanya anemia, penyakit
keturunan, infeksi dan degeneratif, perdarahan (abortus, KET, mola hidatidosa), HEG,
kelainan genetik janin (jika memiliki riwayat atau resiko)
b. Pada trimester kedua 1x dengan kriteria tanda bahaya yaitu : perdarahan, pre eklampsia
dan eklampsia, gangguan pertumbuhan janin.
c. Pada trimester ketiga 2 x dengan kriteria tanda bahaya yaitu : adanya kehamilan ganda,
perdarahan prvaginam (plasenta previa, solusio plasenta)

3. Pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu.


Pelayanan ANC yang diberikan petugas kesehatan kepada setiap ibu hamil
berbedabeda tergantung dari kebutuhan dan kondisi dari setiap individunya. Misalnya
persetujuan ANC yang diberikan terhadap ibu hamil dengan hipertensi tentunya akan berbeda
dengan pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil dengan varises. Pada ibu hamil dengan
hipertensi sebaiknya dilakukan pemantauan tekanan darah, urin, dan kondisi janin setiap
minggunya. Anjurkan kepada ibu untuk mentaati pemeriksaan antenatal yang teratur dan jika
perlu dikonsultasikan kepada ahli. Selain itu anjurkan ibu pula untuk cukup istirahat
menjauhi emosi dan jangan bekerja terlalu berat. Pada pola nutrisi sebaiknya ibu dianjurkan
untuk diet tinggi protein rendah hidrat arang, rendah lemak, dan rendah garam. Hal ini
bertujuan untuk mencegah pertambahan berat badan yang agresif.
Pengawasan terhadap janin harus lebih teliti, di samping pemeriksaan biasa, dapat
dilakukan pemeriksaan monitor janin lainnya seperti elektrokardiografi fetal, ukuran
biparietal (USG), Penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH darah janin, dan sebagainya.
Pengakhiran kehamilan baik yang muda maupun yang sudah cukup bulan harus dipikirkan
bila ada tanda-tanda hipertensi ganas (tekanan darah 200/120 atau pre-eklamsi berat). Apalagi
bila janin telah meninggal dalam kandungan pengakhiran kehamilan ini sebaikanya
dirundingkan antar disiplin : dengan ahli penyakit dalam ; apakah ada ancaman terhadap jiwa
ibu. Sedangkan pada ibu hamil dengan varises pelayanan ANC yang diberikan antara lain:
a. Anjuran ibu untuk jangan berdiri atau duduk terlalu lama dan jangan memakai ikat
pinggang terlalu kencang.
b. Anjurkan kepada ibu supaya jalan-jalan dan senam hamil untuk memperlancar peredaran
darah.
c. Anjurkan ibu untuk memakai kaos kaki atau pembalut tungkai elastis.
d. Dapat diberikan obat-obatan : Venosan, Glyvenol, Venoruton, dan Varemoid.

Skrining untuk deteksi dini meliputi :


1. Pemeriksaan yang dilakukan pada kehamilan dini, yaitu :
a. Anamnesa
Anamnesa adalah tanya jawab antara penderita dan pemeriksa. Dari anamnesa ini
banyak keterangan yang diperoleh guna membantu menegakkan diagnosa dan
prognosa kehamilan, antara lain :
 Anamnesa Sosial (biodata dan latar belakang sosial)
 Anamnesa Keluarga
 Anamnesa Medik
 Anamnesa Haid
 Anamnesa Kebidanan
b. Pemeriksaan Umum
 Tinggi badan
Pada wanita hamil yang pertama kali memeriksakan perlu diukur tinggi badannya.
Seorang wanita hamil yang terlalu pendek, yang tinggi badannya kurang dari 145
cm tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar persalinan berlangsung
kurang lancar. Perbandingan tinggi dan berat badan memberi gambaran mengenai
keadaan gizi dan balita.
 Berat badan
Pada tiap pemeriksaan wanita hamil baik yang pertama kali atau ulangan, berat
badan perlu ditimbang. Kenaikan berat badan yang mendadak dapat merupakan
tanda bahaya komplikasi kehamilan yaitu preeklampsi. Dalam trimester I berat
badan wanita hamil biasanya belum naik bahkan biasanya menurunkarena
kekurangan nafsu makan. Dalam trimester terakhit terutama karena pertumbuhan
janin dan uri berat badan naik sehingga pada akhir kehamilan berat badan wanita
hamil bertambah kurang lebih 11 kg dibanding sebelum hamil. Padatrimester
terakhir berat badan kurang lebih 0.5 kg seminggu, bila penambahan berat badan
tiap minggu lebih dari 0.5 kg harus diperhatikan kemungkinan preeklampsi.
 Tanda-tanda vital
Dalam keadaan normal tekanan darah daloam kehamilan trimester terakhir sistolik
tidak melebihi 140 mmHg, dan diastolik tidak melebihi 90 mmHg. Bila terdapat
tekanan darah melebihi diatas maka kemungkinan adanya preeklampsi.
 Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan inspeksi.
Pemeriksaan ini meliputi seluruh bagian kepala dan leher. Jika pada pemeriiksaan
mata sklera ikterik dan konjungtiva anemis maka kemungkinan anemia.
 Pemeriksaan payudara
Pada wanita hamil payudara terlihat besar dan tegang serta sedikit nyeri. Hal ini
karena pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli
payudara. Pemeriksan payudara dengan cara palpasi meliputi bentuk dan ukuran
payudara, putting susu menonjol atau tidak, adanya retraksi, masa dan pembesaran
pembuluh limfe. Pemeriksaan jantung, paru dan organ dalam tubuh lainnya
 Pemeriksaan abdominal
Pemeriksaan abdominal dilakukan dengan palpasi. Dari pemeriksaan ini diperoleh
mengenai ukuran dan bentuk uterus.
 Pemeriksan genetalia
Untuk memeriksa genetalia biasanya dengan pemeriksaan ginekologi. Pada
pemeriksaan ini vulva, vagina dan porsio diperiksa dan dilihat inspekulo.
 Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya varises dan oedema.
c. Pemeriksaan laboratorium
Test laboratorium perlu dilakukan pada ibu hamil. Pemeriksan ini ditujukan untuk
memeriksa golongan darah, Hb, protein urine, dan glukosa urine. Pemeriksaan
urine pada awal kehamilan bertujuan untuk mengetahui adanya kehamilan. Selain
itu pemeriksaan urin juga bertujuan untuk mengetahui adanya protein urine dan
glukosa urine. Protein dalam urine merupakan hasil kontaminasi dair vagina atau
dari infeksi saluran kencing atau penyakit ginjal. Pada saat hamil jika dihubungkan
dengan hipertensi dan oedem, hal ini akan menjadi tanda serius dari preeklampsi.
Untuk glukosa urin berhubungan dengan diabetes.
2. Pemeriksaan Penunjang – USG
USG merupakan suatu media diagnostik dengan menggunakan gelombang ultrasonik
untuk mempelajari struktur jaringan berdasarkan gambaran ecko dari gelombang
ultrasonik. Pemeriksaaan USG saat ini dipandang sebagai metode pemeriksaan yang
aman. Pemeriksaan USG pada kehamilan normal usia 5 minggu struktur kantong
gestasi intrauterin dapat dideteksi dimana diameternya sudah mencapai 5-10 mm. Jika
dihubungkan dengan kadar HCG pada saat itu kadarnya sudah mencapai 6000-6500
mlU/ ml. Dari kenyataan ini bisa juga diartikan bahwa kadar HCG yang lebih dari
6500 mlU/ ml tidak dijumpai adanya kantong gestasi intrauterin, maka kemungkinan
kehamilan ektopik. Gambaran USG kehamilan ektopik sangat bervariasi, tergantung
pada usia kehamilan, ada tidaknya gangguan kehamiulan (ruptura, abortus) serta
banyak dan lamanya perdarahan intra abdomen. Diagnosis pasti kehamilan ektopik
secara USG hanya bisa ditegakkan jika terlihat kantong gestasi berisi janin hidup yang
letaknya di luar kavum uteri.
Pada kehamilan 7 minggu diameter kantong gestasi telah mencapai 25 mm. Panjang
embrio mencapai 10 mm dan menjadi lebih mudah dilihat. Struiuktur kepala sudah
dapat dibedakan dari badan. Selain denyut jantuing mungkin juga dapat dideteksi
adanya gerakan embrio yang dapat dirangsang dengan melakukan perkusi pada
dinding perut. Jika tidak ada tanda-tanda kehidupan seperti yang telah disebutkkan
maka kemungkinan terjadi miss abortion. Jika dijumpai lebih dari 1 embrioyang
menunjukkan tanda-tanda kehidupan maka kemungkinan kehamilan multipel.
Pada kehamilan 8 minggu kantong gestasi telah berdiameter 30 mm. Struktur embrio
dapat dilihat lebih jelas lagi. Sering kali terlihat kuning telur dalam (yolk salk) berupa
struktur vasikuler berdiameter kira-kira 5 mm yang letaknya diluar selaput amnion.
Jika tidak dijumpai adanya struktur embrio dan kantong kuning telur maka
kemungkinan kehamilan anembrionik.

Anda mungkin juga menyukai